Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN ALTRUISME

SISWA SMA YANG MENGIKUTI KEGIATAN


EKSTRAKURIKULER PRAMUKA

Finna Fakhriyah, Prima Aulia


Universitas Negeri Padang
e-mail: finnafakhriyah21@gmail.com

Abstract: Correlation emotional intelligence with altruism senior high school (scout).
The research aims to see how correlation between emotional intelligence and altruism
toward Senior High School’s students who participated in axtracurricular activities like
scout. This research used the quantitavive correlation. Populatin in this study were
Senior High School’s scout studentwith 84 subjects taken through incidental sampling
techniques. Used emotional intelligence scale from Salovey and Mayer and altruism
scale from Myers as an research measurement. The result has a correlation of 0.673
with a value p = 0,000 (p˂0,01), it means that there is a possitive correlation in high
significant between emotional intelligence with altruism of Senior High School’s
student who participated in extracurricular activities like scout.

Keyword: Emotional intelligence, altruism, scout.

Abstrak: Hubungan kecerdasan emosional dengan altruisme siswa SMA yang


mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan altruisme siswa Sekolah
Menengah Atas yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasi.Penelitian ini menggunakan
teknik insidental dalam pengambilan sampel. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA
yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka di kota X. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 84 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala kecerdasan emosional Salovey & Mayer dan skala altruisme dari Myers. Hasil
penelitian ini menujukkan koefisien korelasi sebesar r = 0,673, p = 0,000 (p˂0,01), yang
memperlihatkan bahwa terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara
kecerdasan emosional dengan altruisme pada siswa Sekolah Menengah Atas yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

Kata Kunci: Kecerdasan emosional, altruisme, pramuka.

1
2

PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa ber- amal (Badan Wakaf Al-Quran, 2018).
kembangnya kesadaran akan kesunyian dan Penurunan perilaku menolong juga terjadi
dorongan akan pergaulan. Kesunyian ini dalam dunia pendidikan terutama remaja
membuat mereka mencari suatu bentuk SMA.Penyebab rendahnya perilaku
hubungan untuk menemukan jati diri menolong disebabkan siswa mengalami hal
mereka (Ali & Asrori, 2014). Pencarian jati yang namanya apatis sikap cuek atau masa
diri remaja melibatkan keluarga dan bodoh (Peni dalam Jawapos.com, 2017).
masyarakat. Tidak jarang keluarga dan Keprihatinan terhadap dunia pendidikan
masyarakat menjadi faktor timbulnya inilah, Indonesia membuat perubahan pada
masalah bagi remaja seperti interkasi buruk sistem pendidikannya (Beritasaru, 2015).
dan negatif, yang membuat remaja tidak Indonesia sudah membuat perubahan
mampu lagi membedakan mana yang baik pada sistem pendidikannya dengan
dan mana yang buruk (Ali & Asrori, 2014). menerapkan full day school (Dewanto,
Penilaian negatif atau interaksi negatif 2017). Pembelajaran tidak hanya penerapan
membuat orang tidak tertatik untuk ilmu semata, tetapi juga membentuk
menolong (Meinaro & Sarwono, 2012). karakter siswanya, untuk itu Kemendikbud
Masyarakat sudah terlihat meng-alami Indonesia memperbaharui kurikulum dari
pergeseran perilaku menolong, seperti KTSP ke Kurikulum 2013 yang disingkat
kejadian kecelakaan di suatu daerah antara dengan K-13 (Beritasatu, 2015).
minibus dan truk pegangkut telur, kecelaka- Kompetensi dalam K-13 sesuai dengan
an ini menyebabkan satu orang tewas dan Permendikbud No.54 tentang “Standar
lainnya dilarikan ke rumah sakit. Hal ini Kompetensi Lulusan”, yang mana pada
seharusnya warga menolong korban, tetapi siswa SMA/sederajat memiliki kualifikasi
yang mereka lakukan adalah megumpulkan kemampuan kompetensi salah satunya
telur yang masih berserakan dan utuh serta adalah pembentukan sikap melalui
tidak peduli terhadap korban (Aditya dalam ekstrakurikuler pramuka (Adim, 2014).
Tribunnews.com, 2017). Kejadian lainnya Pramuka sendiri adalah salah satu
disebuah sekolah, seorang murid dijauhi wadah pembentukan karakter, watak serta
dan dimusuhi lantaran menolak untuk akhlak yang baik (Kepramukaan, 2014).
berbuat curang saat UN, sehingga saat dia Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap
kesulitan mengenai biaya sekolah tidak ada anggota memiliki kepribadian yang salah
yang mau membantu, siswi tersebut satunya adalah berakhlak mulia
akhirnya meminta bantuan kepada badan (Kepramukaan, 2014). Akhlak mulia yang
3

dibentuk pada setiap anggota pramuka sudah mulai memudar, sehingga perlu
diatur dalam 10 Dasa Darma salah satunya ditingkatkan. Peningkatan altruisme dapat
“rela menolong dan tabah”. Pengertian dari dilakukan melalui pelatihan kecerdasan
Dasa Darma ini setiap anggota pramuka emosional (Wijanarko, 2014).
dapat menerapkan pada dirinya menolong Pelatihan kecerdasan emosional
secara ikhlas seperti altruisme. Altruisme dalam pramuka dikenal dengan
adalah bentuk khusus perilaku menolong pengembangan emosional otak kanan.
yang ditujukan demi kepentingan orang lain Pramuka mewadahi pembentukan EQ
(Baron & Byrne, 2005). dengan cara melatih cara berinteraksi,
Fakta di lapangan menujukkan hal berkomunikasi, berkreatifitas serta
yang berbeda. Menurut Kepala BKKBN berafiliasi dengan teman-teman lainnya.
Pusat (dalam Puspitasari, 2015) remaja Menurut Gardner (dalam Goleman, 2018)
sudah kehilangan karakter baiknya, Kepala altruisme berhubungan dengan kecerdasan
BKKBN mencontohkan pada remaja yang emosional karena altruisme muncul saat
menggunakan seragam pramuka, siswa suasana hati baik sehingga mampu
hanya memakai seragam saja, tetapi tidak memahami dirinya serta orang lain (empati)
mampu berperilaku layaknya pramuka. yang merupakan aspek dari kecerdasan
Hasil obseravsi peneliti pada 13 Oktober emosional.
2018 di salah satu SMA suatu daerah, siswa Empati memunculkan altruisme
yang terlibat dalam ekstrakurikuler (Meinaro & Sarwono, 2009). Hal ini
pramuka cenderung berkumpul dengan didukung oleh penelitian Vidyanto (2017)
sesama anggota ketika jam istirahat. dimana adanya hubungan positif antara
Kejadian saat jam istirahat dimana seorang kecerdasan emosi dengan perilaku
siswi di bully, karena penampilan yang altruisme. Pernyataan lain yang mendukung
berantakan, siswi tersebut di dorong hingga Zeidner, Mathhews dan Robert (2004)
terjatuh. Siswi lain yang melihat malah mengatakan bahwa kecerdasan emosional
menertawakan, bukannya menolong. merupakan salah satu faktor penentu
Diperkuat dengan hasil wawancara oleh adanya perilaku altruisme. Kesimpulannya
peneliti yang dilakukan seminggu jika terdapat hubungan yang positif antara
setelahnya saat latihan pramuka rutin. Hasil kecerdasan emosional dengan altruisme
wawancara tersebut peniliti mendapat semakin tinggi kecerdasan emosional
jawaban yang diberikan oleh anggota seseorang maka semakin tinggi altruisme
pramuka rata-rata memperlihatkan kalau seseorang. Salah satu yang meningkatkan
perilaku menolong altruisme perlahan altruisme adalah kecerdasan emosional
4

(Abraham dalam Chin, Anantharaman & Variabel bebas (X) dalam penelitian
Tong, 2011). Pernyataan ini didukung oleh ini adalah kecerdasan emosional.
penelitian yang dilakukan Puspitasari Kecerdasan untuk memahami emosi,
(2015) bahwa kecerdasan emosional mengakses emosi dan menghasilkan emosi
menjadi salah satu faktor penentu terjadinya sehingga dapat membantu pemikiran untuk
altruisme, hasil penelitian menunjukkan mengenali emosi sendiri. Alat ukur
bahwa kecerdasan emosional kecerdasan emosional yang digunakan
mempengaruhi altruistik sebesar 43% dan dalam penelitian mengadaptasi alat ukur
57% dipengaruhi oleh banyak faktor SSEIT dari Schutte berdasarkan aspek dari
lainnya. Namun pelatihan kecerdasan emo- Salovey dan Mayer yaitu persepsi emosi,
sional pada anggota pramuka untuk mengenali emosi sendiri, mengenali emosi
pembentukan karakter belum memberikan orang lain serta pemanfaatan emosi
dampak. Perilaku menolong altruisme tidak (Salovey, Mayer & Caruso, 2004). Indeks
dapat menunjukkan peningkatan pada validitas sebesar 0, 25 dengan reliabilitas
anggota pramuka sesuai hasil obesrvasi 0.900.
peneliti. Hal ini menimbulkan tanda tanya Validitas terikat (Y) adalah altruisme
bagi peneliti apakah ada “Hubungan antara pada siswa SMA pramuka. Bagaimana
kecerdasan emosional dengan altruisme siswa SMA pramuka mampu menolong
pada siswa SMA yang mengikuti kegiatan dengan ikhlas tanpa mengharapkan
ekstrakurikuler pramuka”. imbalan, tanpa memikirkan kerugian
dirinya. Alat ukur yang digunakan
METODE dikembangkan berdasarkan aspek
Peneltian ini menggunakan metode memberikan perhatian terhadap orang lain,
kuantitatif korelasional. Populasi dalam membantu orang lain serta meletakkan
penelitian ini adalah siswa SMA yang kepentingan orang lain diatas kepentingan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sendiri (pribadi) oleh Myers (dalam Afivah,
pramuka di SMA se kota X. Penelitian ini 2016). Indeks validitas sebesar 0,25 dengan
menggunakan teknik sampel insidental reliabilitas sebesar 0.895. Penelitian ini
dimana pengambilan sampel secara diukur menggunakan skala likert yaitu
kebetulan asalkan sesuai dengan kriteria teknik skala menggunakan respon dengan
peneliti saat melakukan peneliti. Sampel pilihan jawaban sebagai penentuan skor
dalam penelitian ini adalah setiap siswa skalanya. Skala kecerdasan emosional dan
SMA pramuka se kota X yang ditemui skala altruisme memakai 5 pilihan jawaban.
peneliti saat melakukan penelitian. Kecerdasan dengan pilihan setuju, sangat
5

setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak diperoleh hasil analisis korelasi dari
setuju. Altrusime dengan pilihan selalu, product moment. Koefisien korelasi (r)
sering, kadang-kadang, jarang dan tidak antara kecerdasan emosional dengan
pernah. Teknik analisis data menggunakan altruisme sebesar 0,673 dengan signifikansi
analisis Product Moment Correlation (p ˂ 0,05). Hasil ini menyatakan bahwa
Coefisien dari Karl Peasron. terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN altruisme. Hal ini berarti semakin tinggi
kecerdasan emosional siswa SMA pramuka
Hasil maka semakin tinggi perilaku altruisme.
Berdasarkan uji hipotesis yang
dilakukan pada 84 orang subjek penelitian
Tabel 1. Pengkategorian Subjek Berdasarkan Aspek Kecerdasan Emosional
Subjek
Aspek Skor Kategori
F Persentase (%)
28,01 ˂ X Sangat Tinggi 40 47,62%
23,34 ˂ X ≤ 28,01 Tinggi 33 39,28%
Persepsi Emosi 18,66 ˂ X ≤ 23,34 Sedang 10 11,90%
13,99 ˂ X ≤ 18,66 Rendah 0 0%
X ≤ 13,99 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%
36 ˂ X Sangat Tinggi 57 67,86%
30 ˂ X ≤ 36 Tinggi 22 26,19%
Mengelola Emosi
24 ˂ X ≤ 30 Sedang 4 4,76%
Sendiri
18 ˂ X ≤ 24 Rendah 0 0%
X ≤ 18 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%
24 ˂ X Sangat Tinggi 52 61,90%
20 ˂ X ≤ 24 Tinggi 23 27,38%
Mengelola Emosi
16 ˂ X ≤ 20 Sedang 7 8,33%
Orang Lain
12 ˂ X ≤ 16 Rendah 0 0%
X ≤ 12 Sangat Rendah 2 2,38%
Total 84 100%
24 ˂ X Sangat Tinggi 5 5,95%
Pemanfaatan 20 ˂ X ≤ 24 Tinggi 34 40,48%
Emosi 16 ˂ X ≤ 20 Sedang 37 44,05%
12 ˂ X ≤ 16 Rendah 7 8,33%
X≤2 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%

Tabel diatas menunjukkan deskripsi Hasil nya menunjukkan bahwa aspek


data dari kecerdasan emosional per aspek. persepsi emosi sebanyak 40 orang
6

(47,62%), aspek mengelola emosi sendiri orang. Hasil diatas menujukkan kecerdasan
sebanyak 57 orang (67,86%), aspek ketiga emosional berada pada kategori sangat
mengelola emosi orang lain sebanyak 52 tinggi dan sedang, yang memiliki arti
orang (61,90%), ketiga aspek ini berada bahwa persepsi emosi, mengelola emosi
pada kategori sangat tinggi. Aspek orang lain serta mengelola emosi sendiri
pemanfaatan emosi sebanyak 37 orang pada anggota pramuka sangat tinggi,
(44,05%), aspek keempat ini berada pada sedangkan pemanfaatan emosi pada
kategori sedang. Data tersebut digambarkan anggota pramuka sedang.
berdasarkan subjek penelitian sebanyak 84
Tabel 2. Kategorisasi berdasarkan Aspek Altruisme
Subjek
Aspek Skor Kategori
F Persentase (%)
48 < X Sangat Tinggi 47 55,95%
Memberikan Perhatian 40 ˂ X ≤ 48 Tinggi 34 40,48%
terhadap Orang Lain 32 ˂ X ≤ 40 Sedang 1 1,19%
24 ˂ X ≤ 32 Rendah 1 1,19%
X ≤ 24 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%
Membantu Orang Lain 40,01 < X Sangat Tinggi 58 69,05%
33,34 ˂ X ≤ 40,01 Tinggi 21 25%
26,66 ˂ X ≤ 33,34 Sedang 3 3,57%
19,99 ˂ X ≤ 26,66 Rendah 2 2,38%
X ≤ 19,99 Sangat Rendah 0 0%
Total 84 100%
Meletakkan 36 ˂ X Sangat Tinggi 22 26,19%
Kepentingan Orang Lain 30 ˂ X ≤ 36 Tinggi 43 51,19%
diatas Kepentingan 24 ˂ X ≤ 30 Sedang 15 17,86%
Sendiri 18 ˂ X ≤ 24 Rendah 3 3,57%
X ≤ 18 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%

Tabel diatas menunjukkan deskripsi sebanyak 43 orang (51,19%) berada pada


data altruisme per aspek. Aspek kategori tinggi. data tersebut digambarkan
memberikan perhatian terhadap orang lain berdasarkan subjek pnelitian sebanyak 84
sebanyak 47 orang (55,95%), aspek orang. Hasil penelitian diatas menujukkan
membantu orang lain sebanyak 58 orang bahwa anggota pramuka memiliki
(69,05%) berada pada kategori sangat kemampuan yang sangat tinggi dalam
tinggi. Aspek meletakkan kepentingan memberikan perhatian terhadap orang lain
orang lain diatas kepentingan sendiri dan membantu orang lain, serta memiliki
7

kemampuan yang tinggi dalam variabel terikat. Model statistik yang


mementingkan kepentingan orang lain digunakan untuk melihat linearitas variabel
diatas kepentingan pribadi. adalah F-Linearity yang dianalisis
Uji normalitas adalah uji yang menggunakan program perangkat lunak.
dilakukan untuk mengetahui apakah data Kaidah yang digunakan untuk mengetahui
variabel yang diteliti berdistribusi atau liniearitas adalah jika p < 0,05 dikatakan
tidak. Distribusi sebaran yang normal linear atau jika p > 0,05, maka sebaran
menyatakan bahwa subjek penelitian dapat dianggap tidak linear. Berdasarkan hasil
mewakili populasi yang ada. Apabila data pengelohan data, linieritas pada altruisme
tidak normal maka dapat disimpulkan dan kecerdasan emosional adalah sebesar F
bahwa subjek representatif sehingga tidak = 65,907 yang memiliki p = 0,000 (p <
mewakili populasi. 0,05) dengan demikian dapat diartikan
Uji normalitas pada penelitian ini bahwa asumsi linear dalam penelitian ini
menggunakan metode One Sample dari terpenuhi.
Kolmogrov Smirnov yang digunakan untuk Uji hipotesis penelitian bertujuan
membandingkan frekuensi harapan dan untuk menguji hipotesis dalam penelitian
frekuensi amatan. Sebaran data dikatakan ini sehingga dapat diketahui apakah
normal apabila p > 0,05 namun apabila p < terdapat hubungan antara kecerdasan
0,05 maka sebaran data dianggap tidak emosional dengan altruisme. Uji hipotesis
normal. Hasil uji normalitas diperoleh dari ini menggunakan teknik analisis data
sebaran skor altruisme dan kecerdasan Product Moment dari Pearson. Berdasarkan
emosional didapatkan bahwa variabel hasil korelasi didapatkan nilai koefisien
altruisme memperoleh nilai K-SZ = 0,756 korelasi r = 0,673 dengan signifikansi p <
dan nilai p = 0,618 (p > 0,05) yang 0,05 yang menandakan bahwa H0 ditolak
memperlihatkan bahwa sebaran data dan Ha diterima. Hasil penelitian
normal. Variabel kecerdasan emosional memperlihatkan bahwa terdapat hubungan
memperoleh nilai K-SZ = 1,009 dan nilai p positif yang signifikansi antara kecerdasan
= 0,260 yang menunjukkan bahwa sebaran emosional dengan altruisme, hal ini
data normal. Jadi sebaran data dari kedua menunjukkan bahwa semakin rendah
variabel penelitian ini berdsitribusi normal. tingkat kecerdasan maka semakin rendah
Uji Linieritas bertujuan untuk pula tingkat altruisme. Semakin tinggi
membuktikan apakah variabel bebas tingkat kecerdasan emosional maka
mempunyai hubungan linear dengan semakin tinggi pula altruisme.
8

Pembahasan orang lain serta mampu meletakkan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepentingan orang lain diatas kepentingan
terdapat hubungan positif yang signifikan pribadi (Myers dalam Afivah, 2016). Setiap
antara kecerdasan emosional degan orang yang altruisme adalah orang yang
altruisme pada siswa SMA yang mengikuti tulus membantu tanpa mengharapkan
kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Hal ini apapun dari orang yang ditolong (Myers,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan 2012).
oleh Puspitasari (2015) yang mendapatkan Altruisme pada seseorang berbeda-
hasil bahwa terdapat hubungan positif yang beda, hal ini dapat dilihat dari hasil
sangat signifikan antara kecerdasan emosi penelitian yang menunjukkan bahwa ada
dengan perilaku altruistik. Penelitian orang yang memiliki altruisme yang tinggi
Vidyanto (2017) juga mendapatkan hasil bahkan sangat tinggi terutama pada subjek
penelitian bahwa terdapat hubungan positif penelitian anggota pramuka. Pramuka
yang sangat signifikan antara kecerdasan mampu menjadikan setiap anggota
emosi dengan perilaku altruisme. Hasil pramukanya memiliki altruisme yang tinggi
penelitian Hunaini (2012) menunjukkan karena di pramuka dibentuk sikap melalui
bahwa terdapat hubungan yang signifikan Dasa Darma pramuka yang salah satunya
antara kecerdasan emosional dengan berbunyi “rela menolong dan tabah” yang
altruisme. Hasil penelitian menunjukkan sejalan dengan pengertian altruisme ini.
bahwa altruisme dan kecerdasan sama sama Altruisme adalah salah satu bentuk khusus
berada pada kategori yang sangat tinggi, ini menolong orang demi kepentingan orang
berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan lain (Baron & Byrne, 2005).
emosional pada seseorang maka semakin Altruisme pada seseorang dapat
tinggi juga altruismenya. dikategorikan tinggi karena ada hal lain
Berdasarkan aspek dari altruisme, dua yang menjadi faktor seseorang mampu
aspeknya berada pada kategori yang sangat memiliki altruisme yang tinggi selain
tinggi dan satu aspek nya lagi berada pada dipengaruhi oleh faktor luar, altruisme lebih
kategori tinggi. Siswa SMA terutama kuat dipengaruhi oleh faktor dalam diri
pramuka memiliki altruisme yang tinggi. seseorang (Meinaro & Sarwono, 2009).
Seseorang yang memiliki altruisme yang Faktor dari dalam diri seperti suasana hati
tinggi diinterpretasikan sebagai seseorang yang baik serta sifat yang baik akan
yang mampu memberikan perhatian didapatkan jika seeorang memiliki
terhadap orang lain, mampu membantu kecerdasan emosional yang tinggi. Orang
9

yang cerdas secara emosi adalah orang yaitu kemampuan seseorang mempersepsi-
orang yang mampu memahami dirinya serta kan emosi nya, kedua kemampuan
orang lain (empati) sehingga ia bisa mengenali emosi diri sendiri, ketiga
memunculkan sisi-sisi baik dari dalam kemampuan mengenali emosi orang lain
dirinya seperti altruisme Gardner dan yang terakhir itu bagaimana seseorang
(Goleman, 2018). Altruisme yang tinggi memanfaatkan emosi dan mengaplikasikan-
pada anggota pramuka juga didukung oleh nya (Prawitasari, 1998). Empat tahapan ini
pelatihan kecerdasan emosional yang sejalan dengan aspek kecerdasan emosional
diadakan dalam kepramukaan untuk oleh Salovey.
membantu mem-bentukkan karakter Hasil penelitian yang telah dilakukan
anggotanya (Wijanarko, 2014). menggambarkan bahwa siswa Sekolah
Hasil penelitian terhadap kecerdasan Menengah Atasyang mengikuti kegiatan
emosional berada pada kategori sangat ekstrakurikuler pramuka memiliki
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian pada kemampuan yang tinggi untuk
aspek kecerdasan emosional, aspek persepsi mempersepsikan emosi mereka, mengenali
emosi, mengelola emosi sendiri serta emosi mereka maupun emosi orang lain.
mengelola emosi orang lain berada pada Namun, hanya sekian persen siswa Sekolah
kategori sangat tinggi dan hanya aspek Menengah Atas pramuka mampumeman-
pemanfaatan emosi berada pada kategori faatkan emosi ke arah yang baik atau
sedang. Pandangan terhadap emosi mengaplikasikannya ke dalam kehidupan.
mengarah kepada bagaimana seseorang Pemanfaatan emosi pada siswa SMA
melakukan tindakan yang baik (Goleman, pramuka berada pada tingkat sedang, hal ini
2018). Kecerdasan emosional mengacu terjadi karena siswa SMA yang masih
kepada kemampuan untuk memotivasi diri berada pada usia remaja masih mencari
sendiri dan bertahan menghadapi fustasi identitas dirinya tak ajarng dari mereka
seperti dorongan hati yang berlebihan, banyak yang mengalami kebingungan
mampu mengatur suasana hati sehingga identitas (Papalia, 2008). Sejalan dengan
seseorang mampu berempati yang fenomena penelitian bahwa altruisme sudah
merupakan bagian dari altruisme (Goleman, mulai menurun karena emosi yang tidak
2018). stabil pada remaja. Walaupun begitu secara
Salovey menempatkan ada empat keseluruhan kecerdasan emosional pada
tahapan seseorang mecapai kecerdasan siswa SMA anggota pramuka berada pada
emosional nya (Goleman, 2018). Pertama tingkat yang sangat tinggi. Hasil ini dapat
10

diinterpretasikan bahwa siswa SMA 2. Altruisme pada siswa SMA yang


anggota pramuka yang mendapatkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pelatihan kecerdasan emosional dalam pramuka berada pada kategori sangat
kegiatan kepramukaannya memiliki tinggi.
kecerdasan emosional yang tinggi. 3. Terdapat hubungan positif dan
Berdasarkan pendapat yang sudah signifikan antara kecerdasan
disampaikan oleh beberapa ahli dan emosional dengan altruisme pada
didukung oleh hasil penelitian yang siswa SMA yang mengikuti kegiatan
terdahulu terlihat bahwa kecerdasan ekstrakurikuler pramuka yang
emosional yang tinggi dapat membuat memiliki arti bahwa semakin tinggi
altruisme pada seseorang juga tinggi. kecerdasan emosional, maka semakin
Begitu juga dengan siswa SMA yang tinggi altruisme pada siswa SMA
mengiktui kegiatan ekstrakurikuler yang mengikuti kegiatan
pramuka. Sehingga dapat disimpulkan ekstrakurikuler pramuka. Sebaliknya,
bahwa kecerdasan emosional memiliki jika kecerdasan emosional semakin
hubungan denganaltruisme pada siswa rendah, maka semakin rendah juga
SMA yang mengikuti kegiatan altruisme pada siswa SMA yang
ekstrakurikuler pramuka. mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pramuka. Koefisien korelasi
SIMPULAN DAN SARAN menunjukkan kecredasan emosional
memiliki hubungan yang signifikan
Simpulan dengan altruisme.
Berdasarkan hasil penelitian dan
hipotesis mengenai hubungan kecerdasan Saran
emosional dengan altruisme pada siswa Berdasarkan hasil yang telah
SMA yang mengikuti kegiatan diperoleh dari penelitian, berikut beberapa
ekstrakurikuler pramuka maka diperoleh saran yang dapat menjadi pertimbangan
kesimpulan sebagai berikut : bagi pihak yang terkait :
1. Kecerdasan emosional pada siswa 1. Bagi pihak sekolah agar memfasilitasi
SMA yang mengikuti kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan
ekstrakurikuler pramuka berada pada pelatihan kecerdasan emosional se-
kategori sangat tinggi. hingga dapat meningkatkan altruisme
pada siswa anggota pramuka hingga
11

keseluruhan siswa. Sekolah yang meningkatkan kecerdasan emosional


sudah memfasilitasi kegiatan ini agar serta altruismenya.
lebih ditingkatkan. 4. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
2. Bagi siswa anggota pramuka agar membahas tema yang sama, agar
mengikuti kegiatan kepramukaan menggunakan metode lain dalam pe-
dengan sungguh-sungguh apalagi ngumpulan data,seperti ditambahkan
yang terkait dengan pelatihan dengan hasil observasi yang lebih
kecerdasan emosional dan detail untuk menghindari faking good
pembentukan karakter baik seperti agar memperkaya penelitian-
altruisme. penelitian yang terkait. Bagi peneliti
3. Bagi siswa secara umum yang hanya yang tertarik meng-kaji altruisme
mendapatkan materi pramuka saja lebih mendalam agar memperhatikan
tetapi tidak terlibat dalam faktor lain yang dapat memunculkan
kepramukaan agar diikuti dengan altruisme seperti keluarga dan
cermat dan serius se-hingga dapat lingkungan serta hal lainnya.

DAFTAR RUJUKAN
Adim, E. (2014, Mei 04). Pembelajaran Universitas Islam Negeri Maulana
kurikulum 2013. Wordpress. Malik Ibrahim, Malang.
Retrieved Januari 11, 2019
fromhttp://belajarpedagogi.wordpres Ali, M., & Asrori, M. (2014). Psikologi
s.com/2014/05/04/pembelajaran- remaja perkembangan peserta didik.
kurikulum-2013/. Jakarta: Bumi Aksara.

Aditya, R. (2017, Januari 16). Terlalu Badan Wakaf Al-Quran.com. (2018,


bukannya menolong warga malah Agustus 27). Badan Wakaf Al-
lakukan ini saat ada mobil Quran. Retrieved Januari 17, 2019
pengangkut telur kecelakaan. from
Tribunnews. Retrieved Januari 17, http://www.wakafquran.org/project/d
2019 from etail/siswa_yang_langka_yessi_rela_
http://style.tribunnews.com/2017/01/ dijauhi_guru_dan_teman_karena_tid
16/terlalu-bukannya-menolong- ak_mau_curang.
warga-malah-lakukan -ini-saat-ada-
mobil-pengangkut-telur- Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi
kecelakaan?page=all. sosial (Edisi kesepuluh jilid 2).
Jakarta: Erlangga.
Afivah, F. N. (2016). Hubungan harga diri
terhadap perilaku altruisme pada Beritasatu.com (2015, April 25).
remaja kelas IX di Madrasah Aliyah Beritasatu.com. Retrieved Januari11,
Negeri Sumberoto Donomulyo 2019 from
Kabupaten Malang. Skripsi.
12

http://sp.beritasatu.com/tajukrencana Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial (Jilid


/transisi-kurikulum-2013/85220 2). Jakarta: Salemba Humanika.

Chin, S. T., Anantharaman, R. N., & Tong, Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D.
D. Y. (2011). Analysis of the level of (2008). Human development
emotional intelligence among (Psikologi Perkembangan). Jakarta:
executives in small and medium Prenada Media Group.
sized enterprises. Journal of Human
Resources Management Research, 1- Peni, R. (2017, Mei 23). Stop pelajar apatis.
Jawapos. Retrieved Januari 21, 2019
13.
fromhttp://www.jawapos.com/opini/
sudutpandang/23/05/2017/stop_pelaj
Dewanto, H. (2017, Juli 10). Pengertian dan ar_apatis.
tujuan pembelajaran full day school.
Silabus.org. Retrieved Januari 11, Prawitasari, J. E. (1998). Kecerdasan emosi.
2019 from http://silabus.org/full-day- Buletin Psikologi, 21-31.
school/.

Goleman, D. (2018). Emotional intelligence Puspitasari, J. (2015). Hubungan antara


(Kecerdasan Emotional): Mengapa kecerdasan emosi dengan perilaku
EI lebih penting dari IQ. Jakarta: PT altruistik pada siswa siswi anggota
Gramedia. pramuka. Naskah Publikasi, 1-14.

Hunaini. (2012). Hubungan antara Vidyanto, M. H. (2017). Hubungan antara


kecerdasan emosional dengan kecerdasan emosional dengan
perilaku altruistik pada siswa SMAN perilaku altruis pada remaja.
1 Bangil. Publikasi Ilmiah, 15-17. Publikasi Ilmiah, 1-13.

Kepramukaan. (2014). Bahan ajar


Wijanarko, D. D. (2014). Pelatihan
implementasi kurikulum 2013 untuk
kecerdasan emosional dalam konteks
kepala sekolah tentang
pembentukan karakter anggota
kepramukaan. Jakarta: Kementrian
pramuka gugus depan 03073/03074
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kecamatan Cicendo Bandung.
Jurnal Empowerment, 51-59.
Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso, D. R.
(2004). Emotional intelligence:
Zeidner, M., Matthews, G., & Roberts , R.
Theory, findings, and implications.
(2004). Emotional intelligence in the
Psychology Inquiry, 197-215.
workplace: a critical review. Applied
Psychology: International Review,
Meinaro, E. A., & Sarwono, S. W. (2009).
371-399.
Psikologi sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.

Anda mungkin juga menyukai