Abstract: Correlation emotional intelligence with altruism senior high school (scout).
The research aims to see how correlation between emotional intelligence and altruism
toward Senior High School’s students who participated in axtracurricular activities like
scout. This research used the quantitavive correlation. Populatin in this study were
Senior High School’s scout studentwith 84 subjects taken through incidental sampling
techniques. Used emotional intelligence scale from Salovey and Mayer and altruism
scale from Myers as an research measurement. The result has a correlation of 0.673
with a value p = 0,000 (p˂0,01), it means that there is a possitive correlation in high
significant between emotional intelligence with altruism of Senior High School’s
student who participated in extracurricular activities like scout.
1
2
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa ber- amal (Badan Wakaf Al-Quran, 2018).
kembangnya kesadaran akan kesunyian dan Penurunan perilaku menolong juga terjadi
dorongan akan pergaulan. Kesunyian ini dalam dunia pendidikan terutama remaja
membuat mereka mencari suatu bentuk SMA.Penyebab rendahnya perilaku
hubungan untuk menemukan jati diri menolong disebabkan siswa mengalami hal
mereka (Ali & Asrori, 2014). Pencarian jati yang namanya apatis sikap cuek atau masa
diri remaja melibatkan keluarga dan bodoh (Peni dalam Jawapos.com, 2017).
masyarakat. Tidak jarang keluarga dan Keprihatinan terhadap dunia pendidikan
masyarakat menjadi faktor timbulnya inilah, Indonesia membuat perubahan pada
masalah bagi remaja seperti interkasi buruk sistem pendidikannya (Beritasaru, 2015).
dan negatif, yang membuat remaja tidak Indonesia sudah membuat perubahan
mampu lagi membedakan mana yang baik pada sistem pendidikannya dengan
dan mana yang buruk (Ali & Asrori, 2014). menerapkan full day school (Dewanto,
Penilaian negatif atau interaksi negatif 2017). Pembelajaran tidak hanya penerapan
membuat orang tidak tertatik untuk ilmu semata, tetapi juga membentuk
menolong (Meinaro & Sarwono, 2012). karakter siswanya, untuk itu Kemendikbud
Masyarakat sudah terlihat meng-alami Indonesia memperbaharui kurikulum dari
pergeseran perilaku menolong, seperti KTSP ke Kurikulum 2013 yang disingkat
kejadian kecelakaan di suatu daerah antara dengan K-13 (Beritasatu, 2015).
minibus dan truk pegangkut telur, kecelaka- Kompetensi dalam K-13 sesuai dengan
an ini menyebabkan satu orang tewas dan Permendikbud No.54 tentang “Standar
lainnya dilarikan ke rumah sakit. Hal ini Kompetensi Lulusan”, yang mana pada
seharusnya warga menolong korban, tetapi siswa SMA/sederajat memiliki kualifikasi
yang mereka lakukan adalah megumpulkan kemampuan kompetensi salah satunya
telur yang masih berserakan dan utuh serta adalah pembentukan sikap melalui
tidak peduli terhadap korban (Aditya dalam ekstrakurikuler pramuka (Adim, 2014).
Tribunnews.com, 2017). Kejadian lainnya Pramuka sendiri adalah salah satu
disebuah sekolah, seorang murid dijauhi wadah pembentukan karakter, watak serta
dan dimusuhi lantaran menolak untuk akhlak yang baik (Kepramukaan, 2014).
berbuat curang saat UN, sehingga saat dia Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap
kesulitan mengenai biaya sekolah tidak ada anggota memiliki kepribadian yang salah
yang mau membantu, siswi tersebut satunya adalah berakhlak mulia
akhirnya meminta bantuan kepada badan (Kepramukaan, 2014). Akhlak mulia yang
3
dibentuk pada setiap anggota pramuka sudah mulai memudar, sehingga perlu
diatur dalam 10 Dasa Darma salah satunya ditingkatkan. Peningkatan altruisme dapat
“rela menolong dan tabah”. Pengertian dari dilakukan melalui pelatihan kecerdasan
Dasa Darma ini setiap anggota pramuka emosional (Wijanarko, 2014).
dapat menerapkan pada dirinya menolong Pelatihan kecerdasan emosional
secara ikhlas seperti altruisme. Altruisme dalam pramuka dikenal dengan
adalah bentuk khusus perilaku menolong pengembangan emosional otak kanan.
yang ditujukan demi kepentingan orang lain Pramuka mewadahi pembentukan EQ
(Baron & Byrne, 2005). dengan cara melatih cara berinteraksi,
Fakta di lapangan menujukkan hal berkomunikasi, berkreatifitas serta
yang berbeda. Menurut Kepala BKKBN berafiliasi dengan teman-teman lainnya.
Pusat (dalam Puspitasari, 2015) remaja Menurut Gardner (dalam Goleman, 2018)
sudah kehilangan karakter baiknya, Kepala altruisme berhubungan dengan kecerdasan
BKKBN mencontohkan pada remaja yang emosional karena altruisme muncul saat
menggunakan seragam pramuka, siswa suasana hati baik sehingga mampu
hanya memakai seragam saja, tetapi tidak memahami dirinya serta orang lain (empati)
mampu berperilaku layaknya pramuka. yang merupakan aspek dari kecerdasan
Hasil obseravsi peneliti pada 13 Oktober emosional.
2018 di salah satu SMA suatu daerah, siswa Empati memunculkan altruisme
yang terlibat dalam ekstrakurikuler (Meinaro & Sarwono, 2009). Hal ini
pramuka cenderung berkumpul dengan didukung oleh penelitian Vidyanto (2017)
sesama anggota ketika jam istirahat. dimana adanya hubungan positif antara
Kejadian saat jam istirahat dimana seorang kecerdasan emosi dengan perilaku
siswi di bully, karena penampilan yang altruisme. Pernyataan lain yang mendukung
berantakan, siswi tersebut di dorong hingga Zeidner, Mathhews dan Robert (2004)
terjatuh. Siswi lain yang melihat malah mengatakan bahwa kecerdasan emosional
menertawakan, bukannya menolong. merupakan salah satu faktor penentu
Diperkuat dengan hasil wawancara oleh adanya perilaku altruisme. Kesimpulannya
peneliti yang dilakukan seminggu jika terdapat hubungan yang positif antara
setelahnya saat latihan pramuka rutin. Hasil kecerdasan emosional dengan altruisme
wawancara tersebut peniliti mendapat semakin tinggi kecerdasan emosional
jawaban yang diberikan oleh anggota seseorang maka semakin tinggi altruisme
pramuka rata-rata memperlihatkan kalau seseorang. Salah satu yang meningkatkan
perilaku menolong altruisme perlahan altruisme adalah kecerdasan emosional
4
(Abraham dalam Chin, Anantharaman & Variabel bebas (X) dalam penelitian
Tong, 2011). Pernyataan ini didukung oleh ini adalah kecerdasan emosional.
penelitian yang dilakukan Puspitasari Kecerdasan untuk memahami emosi,
(2015) bahwa kecerdasan emosional mengakses emosi dan menghasilkan emosi
menjadi salah satu faktor penentu terjadinya sehingga dapat membantu pemikiran untuk
altruisme, hasil penelitian menunjukkan mengenali emosi sendiri. Alat ukur
bahwa kecerdasan emosional kecerdasan emosional yang digunakan
mempengaruhi altruistik sebesar 43% dan dalam penelitian mengadaptasi alat ukur
57% dipengaruhi oleh banyak faktor SSEIT dari Schutte berdasarkan aspek dari
lainnya. Namun pelatihan kecerdasan emo- Salovey dan Mayer yaitu persepsi emosi,
sional pada anggota pramuka untuk mengenali emosi sendiri, mengenali emosi
pembentukan karakter belum memberikan orang lain serta pemanfaatan emosi
dampak. Perilaku menolong altruisme tidak (Salovey, Mayer & Caruso, 2004). Indeks
dapat menunjukkan peningkatan pada validitas sebesar 0, 25 dengan reliabilitas
anggota pramuka sesuai hasil obesrvasi 0.900.
peneliti. Hal ini menimbulkan tanda tanya Validitas terikat (Y) adalah altruisme
bagi peneliti apakah ada “Hubungan antara pada siswa SMA pramuka. Bagaimana
kecerdasan emosional dengan altruisme siswa SMA pramuka mampu menolong
pada siswa SMA yang mengikuti kegiatan dengan ikhlas tanpa mengharapkan
ekstrakurikuler pramuka”. imbalan, tanpa memikirkan kerugian
dirinya. Alat ukur yang digunakan
METODE dikembangkan berdasarkan aspek
Peneltian ini menggunakan metode memberikan perhatian terhadap orang lain,
kuantitatif korelasional. Populasi dalam membantu orang lain serta meletakkan
penelitian ini adalah siswa SMA yang kepentingan orang lain diatas kepentingan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sendiri (pribadi) oleh Myers (dalam Afivah,
pramuka di SMA se kota X. Penelitian ini 2016). Indeks validitas sebesar 0,25 dengan
menggunakan teknik sampel insidental reliabilitas sebesar 0.895. Penelitian ini
dimana pengambilan sampel secara diukur menggunakan skala likert yaitu
kebetulan asalkan sesuai dengan kriteria teknik skala menggunakan respon dengan
peneliti saat melakukan peneliti. Sampel pilihan jawaban sebagai penentuan skor
dalam penelitian ini adalah setiap siswa skalanya. Skala kecerdasan emosional dan
SMA pramuka se kota X yang ditemui skala altruisme memakai 5 pilihan jawaban.
peneliti saat melakukan penelitian. Kecerdasan dengan pilihan setuju, sangat
5
setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak diperoleh hasil analisis korelasi dari
setuju. Altrusime dengan pilihan selalu, product moment. Koefisien korelasi (r)
sering, kadang-kadang, jarang dan tidak antara kecerdasan emosional dengan
pernah. Teknik analisis data menggunakan altruisme sebesar 0,673 dengan signifikansi
analisis Product Moment Correlation (p ˂ 0,05). Hasil ini menyatakan bahwa
Coefisien dari Karl Peasron. terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN altruisme. Hal ini berarti semakin tinggi
kecerdasan emosional siswa SMA pramuka
Hasil maka semakin tinggi perilaku altruisme.
Berdasarkan uji hipotesis yang
dilakukan pada 84 orang subjek penelitian
Tabel 1. Pengkategorian Subjek Berdasarkan Aspek Kecerdasan Emosional
Subjek
Aspek Skor Kategori
F Persentase (%)
28,01 ˂ X Sangat Tinggi 40 47,62%
23,34 ˂ X ≤ 28,01 Tinggi 33 39,28%
Persepsi Emosi 18,66 ˂ X ≤ 23,34 Sedang 10 11,90%
13,99 ˂ X ≤ 18,66 Rendah 0 0%
X ≤ 13,99 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%
36 ˂ X Sangat Tinggi 57 67,86%
30 ˂ X ≤ 36 Tinggi 22 26,19%
Mengelola Emosi
24 ˂ X ≤ 30 Sedang 4 4,76%
Sendiri
18 ˂ X ≤ 24 Rendah 0 0%
X ≤ 18 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%
24 ˂ X Sangat Tinggi 52 61,90%
20 ˂ X ≤ 24 Tinggi 23 27,38%
Mengelola Emosi
16 ˂ X ≤ 20 Sedang 7 8,33%
Orang Lain
12 ˂ X ≤ 16 Rendah 0 0%
X ≤ 12 Sangat Rendah 2 2,38%
Total 84 100%
24 ˂ X Sangat Tinggi 5 5,95%
Pemanfaatan 20 ˂ X ≤ 24 Tinggi 34 40,48%
Emosi 16 ˂ X ≤ 20 Sedang 37 44,05%
12 ˂ X ≤ 16 Rendah 7 8,33%
X≤2 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%
(47,62%), aspek mengelola emosi sendiri orang. Hasil diatas menujukkan kecerdasan
sebanyak 57 orang (67,86%), aspek ketiga emosional berada pada kategori sangat
mengelola emosi orang lain sebanyak 52 tinggi dan sedang, yang memiliki arti
orang (61,90%), ketiga aspek ini berada bahwa persepsi emosi, mengelola emosi
pada kategori sangat tinggi. Aspek orang lain serta mengelola emosi sendiri
pemanfaatan emosi sebanyak 37 orang pada anggota pramuka sangat tinggi,
(44,05%), aspek keempat ini berada pada sedangkan pemanfaatan emosi pada
kategori sedang. Data tersebut digambarkan anggota pramuka sedang.
berdasarkan subjek penelitian sebanyak 84
Tabel 2. Kategorisasi berdasarkan Aspek Altruisme
Subjek
Aspek Skor Kategori
F Persentase (%)
48 < X Sangat Tinggi 47 55,95%
Memberikan Perhatian 40 ˂ X ≤ 48 Tinggi 34 40,48%
terhadap Orang Lain 32 ˂ X ≤ 40 Sedang 1 1,19%
24 ˂ X ≤ 32 Rendah 1 1,19%
X ≤ 24 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%
Membantu Orang Lain 40,01 < X Sangat Tinggi 58 69,05%
33,34 ˂ X ≤ 40,01 Tinggi 21 25%
26,66 ˂ X ≤ 33,34 Sedang 3 3,57%
19,99 ˂ X ≤ 26,66 Rendah 2 2,38%
X ≤ 19,99 Sangat Rendah 0 0%
Total 84 100%
Meletakkan 36 ˂ X Sangat Tinggi 22 26,19%
Kepentingan Orang Lain 30 ˂ X ≤ 36 Tinggi 43 51,19%
diatas Kepentingan 24 ˂ X ≤ 30 Sedang 15 17,86%
Sendiri 18 ˂ X ≤ 24 Rendah 3 3,57%
X ≤ 18 Sangat Rendah 1 1,19%
Total 84 100%
yang cerdas secara emosi adalah orang yaitu kemampuan seseorang mempersepsi-
orang yang mampu memahami dirinya serta kan emosi nya, kedua kemampuan
orang lain (empati) sehingga ia bisa mengenali emosi diri sendiri, ketiga
memunculkan sisi-sisi baik dari dalam kemampuan mengenali emosi orang lain
dirinya seperti altruisme Gardner dan yang terakhir itu bagaimana seseorang
(Goleman, 2018). Altruisme yang tinggi memanfaatkan emosi dan mengaplikasikan-
pada anggota pramuka juga didukung oleh nya (Prawitasari, 1998). Empat tahapan ini
pelatihan kecerdasan emosional yang sejalan dengan aspek kecerdasan emosional
diadakan dalam kepramukaan untuk oleh Salovey.
membantu mem-bentukkan karakter Hasil penelitian yang telah dilakukan
anggotanya (Wijanarko, 2014). menggambarkan bahwa siswa Sekolah
Hasil penelitian terhadap kecerdasan Menengah Atasyang mengikuti kegiatan
emosional berada pada kategori sangat ekstrakurikuler pramuka memiliki
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian pada kemampuan yang tinggi untuk
aspek kecerdasan emosional, aspek persepsi mempersepsikan emosi mereka, mengenali
emosi, mengelola emosi sendiri serta emosi mereka maupun emosi orang lain.
mengelola emosi orang lain berada pada Namun, hanya sekian persen siswa Sekolah
kategori sangat tinggi dan hanya aspek Menengah Atas pramuka mampumeman-
pemanfaatan emosi berada pada kategori faatkan emosi ke arah yang baik atau
sedang. Pandangan terhadap emosi mengaplikasikannya ke dalam kehidupan.
mengarah kepada bagaimana seseorang Pemanfaatan emosi pada siswa SMA
melakukan tindakan yang baik (Goleman, pramuka berada pada tingkat sedang, hal ini
2018). Kecerdasan emosional mengacu terjadi karena siswa SMA yang masih
kepada kemampuan untuk memotivasi diri berada pada usia remaja masih mencari
sendiri dan bertahan menghadapi fustasi identitas dirinya tak ajarng dari mereka
seperti dorongan hati yang berlebihan, banyak yang mengalami kebingungan
mampu mengatur suasana hati sehingga identitas (Papalia, 2008). Sejalan dengan
seseorang mampu berempati yang fenomena penelitian bahwa altruisme sudah
merupakan bagian dari altruisme (Goleman, mulai menurun karena emosi yang tidak
2018). stabil pada remaja. Walaupun begitu secara
Salovey menempatkan ada empat keseluruhan kecerdasan emosional pada
tahapan seseorang mecapai kecerdasan siswa SMA anggota pramuka berada pada
emosional nya (Goleman, 2018). Pertama tingkat yang sangat tinggi. Hasil ini dapat
10
DAFTAR RUJUKAN
Adim, E. (2014, Mei 04). Pembelajaran Universitas Islam Negeri Maulana
kurikulum 2013. Wordpress. Malik Ibrahim, Malang.
Retrieved Januari 11, 2019
fromhttp://belajarpedagogi.wordpres Ali, M., & Asrori, M. (2014). Psikologi
s.com/2014/05/04/pembelajaran- remaja perkembangan peserta didik.
kurikulum-2013/. Jakarta: Bumi Aksara.
Chin, S. T., Anantharaman, R. N., & Tong, Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D.
D. Y. (2011). Analysis of the level of (2008). Human development
emotional intelligence among (Psikologi Perkembangan). Jakarta:
executives in small and medium Prenada Media Group.
sized enterprises. Journal of Human
Resources Management Research, 1- Peni, R. (2017, Mei 23). Stop pelajar apatis.
Jawapos. Retrieved Januari 21, 2019
13.
fromhttp://www.jawapos.com/opini/
sudutpandang/23/05/2017/stop_pelaj
Dewanto, H. (2017, Juli 10). Pengertian dan ar_apatis.
tujuan pembelajaran full day school.
Silabus.org. Retrieved Januari 11, Prawitasari, J. E. (1998). Kecerdasan emosi.
2019 from http://silabus.org/full-day- Buletin Psikologi, 21-31.
school/.