Anda di halaman 1dari 6

Nama : Handi Rumengan

Nim : 200103020
Prodi : Manajemen Pendidikan Kristen

RANGKUMAN
FILSAFAT AGAMA: ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, ETIKA DAN METAFISIKA

I.ONTOLOGI AGAMA
Kata "ontologi" berasal dari gabungan dua kata bahasa Yunani kuno, yaitu "ontos" yang
berarti "ada" atau "berada", dan "logos" yang berarti "pemikiran" atau "pengetahuan".
Jadi, secara harfiah, ontologi berarti "pengetahuan tentang apa yang ada" atau
"pemikiran tentang keberadaan".
Dalam ontologi agama, kita dapat mempelajari tentang konsep-konsep filosofis yang
mendasari pemahaman keberadaan Tuhan dan hubungannya dengan manusia dan
dunia. Kita juga dapat mempelajari tentang pandangan agama tentang makhluk gaib
seperti malaikat, jin, atau roh, serta konsep-konsep seperti dosa, karma, atau
kebahagiaan abadi di dunia akhirat. Selain itu, ontologi agama juga dapat membahas
masalah filosofis yang terkait dengan kepercayaan agama, seperti masalah keberadaan
Tuhan, masalah kejadian kejahatan di dunia, dan masalah keberadaan kehidupan
setelah kematian.
TOKOH-TOKOH YANG BERKONTRIBUSI DALAM ONTOLOGI AGAMA
1.Plato
Plato adalah filsuf Yunani kuno yang telah mempertimbangkan pemikiran ontologis
tentang keberadaan Tuhan dalam karyanya. Dalam "Timaeus", ia mengusulkan ide
tentang demiurge, yaitu seorang pencipta yang bertindak atas dasar kebaikan.
2. Saint Thomas Aquinas
Aquinas adalah seorang filsuf Katolik yang terkenal dengan pandangannya tentang
hubungan antara agama dan filsafat. Dalam "Summa Theologica", ia menyusun
argumen-argumen filosofis yang mempertimbangkan keberadaan Tuhan, keberadaan
roh, dan masalah-masalah filosofis lainnya.
3. Immanuel Kant
Kant adalah seorang filsuf Jerman yang terkenal dengan karyanya tentang "Kritik dari
Akal Murni". Ia mengusulkan bahwa keberadaan Tuhan tidak dapat dibuktikan secara
empiris, namun kita masih dapat membayangkan keberadaan-Nya sebagai sesuatu yang
berguna untuk menyelesaikan masalah moral dan etika.
4. Freidrich Nietzsche
Nietzsche adalah seorang filsuf Jerman yang mempertimbangkan masalah keberadaan
Tuhan dan moralitas dalam karyanya. Dalam "Genealogy of Morals", ia
mempertanyakan nilai moralitas yang berhubungan dengan kepercayaan agama.
5. Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah seorang filsuf Muslim dari abad ke-12 yang menulis banyak tentang
ontologi agama. Dalam "The Incoherence of the Philosophers", ia menentang pandangan
Aristotelian tentang keberadaan Tuhan dan membela pandangan bahwa Tuhan
menciptakan alam semesta dari ketiadaan.
6. Ramanuja
Ramanuja adalah seorang filsuf Hindu dari abad ke-11 yang terkenal dengan
pandangannya tentang hubungan antara alam semesta dan Tuhan. Ia menyatakan
bahwa alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan, dan bahwa Tuhan adalah sumber
dari semua keberadaan.

II. EPISTEMOLOGI AGAMA


Kata "epistemologi" berasal dari dua kata Yunani kuno, yaitu "episteme" yang berarti
"pengetahuan" atau "kepastian" dan "logos" yang berarti "ilmu" atau "studi". Jadi, secara
harfiah, "epistemologi" dapat diterjemahkan sebagai "ilmu tentang pengetahuan" atau
"studi tentang kepastian".
Epistemologi agama adalah cabang epistemologi yang khusus mempelajari sumber,
jenis, dan batas-batas pengetahuan yang berkaitan dengan agama. Epistemologi agama
mencakup pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana kita memperoleh pengetahuan
tentang agama? Apakah pengetahuan agama bisa dibuktikan atau dijustifikasi secara
rasional? Bagaimana cara menilai kebenaran klaim-klaim keagamaan?. Epistemologi
agama dapat dibagi menjadi beberapa pendekatan, di antaranya eksklusivisme,
inklusivisme dan pluralisme.
Selain itu, epistemologi agama juga menyangkut masalah pembenaran kepercayaan,
seperti apakah keyakinan keagamaan harus memiliki bukti empiris atau hanya bisa
diterima dengan iman semata. Secara umum, epistemologi agama adalah bidang yang
kompleks dan kontroversial karena melibatkan banyak pandangan dan keyakinan yang
berbeda. Oleh karena itu, studi tentang epistemologi agama membutuhkan pendekatan
multidisiplin dan pemahaman yang komprehensif tentang agama dan filsafat.
TOKOH-TOKOH YANG BERKONTRIBUSI DALAM EPISTEMOLOGI AGAMA
1.Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah seorang filsuf dan teolog Muslim yang dikenal karena karyanya "The
Incoherence of the Philosophers" yang menolak argumen-argumen filosofis tentang
alam semesta dan keberadaan Tuhan. Ia juga menekankan pentingnya pengalaman
spiritual dalam memperoleh pengetahuan tentang agama.
2. Saint Thomas Aquinas
Aquinas adalah seorang teolog dan filsuf Kristen Katolik yang mengembangkan
argumen-argumen filosofis untuk membuktikan keberadaan Tuhan, seperti argumen
kosmologis dan argumen teleologis. Ia juga menekankan pentingnya rasio dalam
memperoleh pengetahuan tentang agama.
3. Immanuel Kant
Kant adalah seorang filsuf Jerman yang mengembangkan teori pengetahuan kritis yang
menolak kemampuan manusia untuk mengakses pengetahuan tentang realitas yang
tidak dapat diakses melalui pengalaman empiris. Ia juga mempertanyakan kemampuan
manusia untuk mengetahui keberadaan Tuhan.
4. William Alston
Alston adalah seorang epistemolog Amerika yang menekankan pentingnya pengalaman
spiritual dan bukti kepercayaan dalam memperoleh pengetahuan tentang agama. Ia juga
mengembangkan argumen epistemologis untuk mendukung keberadaan Tuhan.
5. Paul Tillich
Tillich adalah seorang teolog Kristen Protestan yang mengembangkan konsep "ground
of being" atau dasar dari segala sesuatu, yang merupakan dasar dari keyakinan agama.
Ia juga menekankan pentingnya pengalaman spiritual dan simbolisme dalam
memperoleh pengetahuan tentang agama.

III. ETIKA AGAMA


Kata "etika" berasal dari bahasa Yunani kuno "ethos" yang berarti kebiasaan atau
karakter moral. Kata ini digunakan dalam filsafat untuk merujuk pada studi tentang
moralitas, prinsip-prinsip yang mengatur perilaku manusia, dan nilai-nilai yang harus
dipegang oleh individu dan masyarakat.
Etika agama adalah sebuah konsep yang merujuk pada prinsip-prinsip moral dan
panduan perilaku yang diberikan oleh agama kepada penganutnya. Etika agama
mengacu pada seperangkat nilai-nilai moral yang dianut oleh suatu agama tertentu, dan
bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Agama-agama besar seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha, memiliki seperangkat
prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar ajaran mereka. Prinsip-prinsip moral
tersebut meliputi konsep-konsep seperti kejujuran, belas kasihan, cinta kasih,
kesederhanaan, dan moralitas seksual, serta prinsip-prinsip lain yang menentukan cara
hidup seorang penganut agama. Etika agama seringkali mempengaruhi tindakan dan
perilaku individu yang mempraktikkan agama tersebut. Misalnya, individu yang
berpegang pada prinsip-prinsip moral agama Kristen mungkin mengutamakan nilai-
nilai kasih sayang, perdamaian, dan pengampunan dalam setiap tindakan dan
keputusan yang diambilnya.
TOKOH-TOKOH YANG BERKONTRIBUSI DALAM
ETIKA AGAMA
1.Yesus Kristus
Yesus Kristus adalah Tuhan dalam agama Kristen dan dikenal sebagai guru moral dan
spiritual yang penting. Ajaran Yesus menekankan pentingnya kasih sayang, perdamaian,
dan pengampunan, serta mempromosikan nilai-nilai moral seperti integritas, kejujuran,
dan ketulusan.
2. Konfusius
Konfusius adalah seorang filsuf dan guru moral Tiongkok yang hidup pada abad ke-6
SM. Ia mengembangkan ajaran moral dan etika yang dikenal sebagai Konfusianisme.
Konfusius menekankan pentingnya kebajikan dan moralitas dalam setiap aspek
kehidupan, serta pentingnya memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia dan
dengan alam.
3. Buddha
Buddha adalah pendiri agama Buddha dan seorang guru spiritual yang hidup pada abad
ke-5 SM. Ajaran Buddha menekankan pentingnya kebajikan dan etika dalam mencapai
kebahagiaan dan kedamaian batin. Konsep karma dan reinkarnasi juga menjadi bagian
integral dari ajaran Buddha.
4. Muhammad
Muhammad adalah nabi dalam agama Islam dan dikenal sebagai pemimpin moral dan
spiritual yang penting. Ajaran Islam menekankan pentingnya kepatuhan pada Tuhan
dan menjalani hidup dengan moralitas yang tinggi. Konsep zakat dan sedekah juga
menjadi bagian integral dari ajaran Islam.
5. Mahatma Gandhi
Gandhi adalah seorang pemimpin politik dan spiritual India yang dikenal sebagai tokoh
non-kekerasan. Ajaran moral dan etika Gandhi didasarkan pada prinsip non-kekerasan,
kebenaran, dan kasih sayang. Gandhi juga menekankan pentingnya hidup sederhana
dan menghargai keberagaman manusia.
6. Dalai Lama XIV
Dalai Lama XIV adalah pemimpin spiritual dan politik Tibet yang dianggap sebagai
tokoh penting dalam etika agama. Ajaran Dalai Lama menekankan pentingnya kasih
sayang, kedamaian batin, dan toleransi. Ia juga dikenal karena mengadvokasi hak asasi
manusia dan lingkungan hidup.

IV. METAFISIKA AGAMA


Kata "metafisika" berasal dari bahasa Yunani kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu
"meta" yang berarti "setelah" atau "di atas" dan "physika" yang berarti "fisika" atau
"ilmu alam". Jadi, secara harfiah, metafisika berarti "di atas atau setelah fisika". Kata
"metafisika" pertama kali digunakan oleh filsuf Yunani, Aristoteles, untuk menyebut
buku-bukunya yang dipisahkan dari buku-bukunya tentang fisika. Dalam buku-buku ini,
Aristoteles membahas pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan metode
ilmiah fisika atau pengalaman empiris, seperti hakikat keberadaan, tujuan hidup, dan
hubungan antara alam dan pikiran.
Metafisika agama adalah cabang metafisika yang mempelajari aspek-aspek keagamaan
dari realitas, termasuk konsep-konsep seperti Tuhan, jiwa, kehidupan setelah kematian,
kebaikan, kejahatan, dan banyak lagi. Metafisika agama melibatkan upaya untuk
memahami aspek-aspek non-fisik dari realitas, seperti yang dijelaskan dalam ajaran-
ajaran agama.
Metafisika agama dapat ditemukan dalam berbagai tradisi agama, seperti Islam, Kristen,
Yahudi, Hindu, Buddha, dan banyak lagi. Di dalam setiap tradisi agama, metafisika
memainkan peran penting dalam memahami tujuan akhir keberadaan manusia, sumber
kebaikan dan kejahatan, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Pada umumnya,
metafisika agama melibatkan filsafat dan refleksi yang mendalam mengenai realitas
spiritual, dan mencoba untuk memahami aspek-aspek keberadaan yang tidak dapat
dijelaskan melalui metode ilmiah atau pengalaman empiris saja. Dalam beberapa tradisi
agama, metafisika agama juga melibatkan aspek praktis seperti meditasi, doa, dan
perbuatan baik untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang realitas spiritual.
TOKOH-TOKOH YANG BERKONTRIBUSI DALAM
METAFISIKA AGAMA
1.Plato
Plato adalah seorang filsuf Yunani kuno yang dianggap sebagai bapak metafisika Barat.
Dia mengeksplorasi konsep-konsep seperti hakikat kebenaran, realitas non-fisik, dan
keberadaan ide-ide abadi yang bersifat non-material.
2. Saint Agustine
Saint Augustine adalah seorang teolog Kristen dan filsuf yang hidup pada abad ke-4 dan
ke-5 Masehi. Dia terkenal karena mengembangkan konsep Teologi Berdasarkan
Pengalaman (Experiential Theology) dan memadukan pemikiran Plato dengan ajaran
Kristen.
3. Imam Al-Ghazali
Imam al-Ghazali adalah seorang teolog Islam dan filsuf yang hidup pada abad ke-11
Masehi. Dia dikenal sebagai pengembang ilmu Kalam dalam Islam dan menekankan
pentingnya penggunaan akal dalam memahami ajaran agama.
4. Saint Thomas Aquinas
Thomas Aquinas adalah seorang teolog dan filsuf Kristen abad ke-13 Masehi. Dia
mengembangkan pandangan filsafat Aristotelian dan menggabungkannya dengan
ajaran Kristen, terutama dalam bukunya Summa Theologica.
5. Rumi
Rumi adalah seorang sufi dan penyair Persia yang hidup pada abad ke-13 Masehi. Dia
terkenal karena puisi-puisinya yang mendalam dan mistik, yang mengeksplorasi
konsep-konsep seperti cinta, kebersamaan, dan kesatuan dengan Tuhan.
6. Nagarjuna
Nagarjuna adalah seorang filsuf Buddha dari abad ke-2 Masehi. Dia mengembangkan
konsep Emptiness atau Sunyata, yang menekankan pentingnya mengenali bahwa semua
fenomena adalah kosong dari hakikat yang tetap dan bersifat tidak abadi.
7. Ramanuja
Ramanuja adalah seorang filsuf Hindu dari abad ke-11 Masehi. Dia mengembangkan
konsep Visishtadvaita, yang menekankan pentingnya pengalaman langsung tentang
Tuhan dan bahwa jiwa manusia adalah bagian dari Tuhan.
8. Maimonides
Maimonides adalah seorang teolog Yahudi dan filsuf dari abad ke-12 Masehi. Dia
mengembangkan konsep Kabbalah dan menggabungkannya dengan filsafat Aristotelian,
dan juga menekankan pentingnya penggunaan akal dalam memahami agama Yahudi.

Anda mungkin juga menyukai