Anda di halaman 1dari 16

MODUL VI

ANALISIS KUALITATIF

Tujuan
1. Praktikan mampu memahami konsep dan prinsip dasar metode analisis kualitatif.
2. Praktikan mampu melakukan prosedur analisis kualitatif dalam aplikasi Atlas.ti.
3. Praktikan mampu melakukan interpretasi hasil analisis kualitatif dalam konteks PWK.

Alat dan Data


Alat:
1. Komputer dan Perangkatnya
2. Aplikasi Atlas.ti Data

Data:
1. Transkrip Wawancara dengan Kepala Bidang Sarana Prasarana Bappeda Kota Tangerang
(lampiran I)
2. Perda Kota Tangerang No.6 Tahun 2012 Tentang RTRW Kota Tangerang Tahun 2012-
2032 (lampiran II)

Teori Dasar
Metodologi Kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Bogdan & Taylor dalam Riduwan, 2013). Metodologi ini sendiri hadir sebagai pelengkap
metodologi kuantitatif yang mempunyai kelemahan dalam menggambarkan variabel di dunia
nyata yang kompleks, terutama dalam penelitian di bidang sosial. Menurut Moleong dalam
Riduwan (2013), setidaknya ada sebelas ciri penelitian yang menggunakan metodologi
kualitiatif: 1) Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu
keutuhan (entity); 2) Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain, sehingga informasi yang dihasilkan berasal dari proses
pemaknaan; 3) Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan
sampai dengan analisis; 4) Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif; 5)
Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang
berasal dari data; 6) Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (Kata-kata, gambar)
bukan angka-angka; 7) Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil; 8)
Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang
timbul sebagai masalah penelitian; 9) Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, realibilitas,
dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian
klasik; 10) Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan lapangan (bersifat sementara); dan 11) Penelitian kualitatif menghendaki agar
pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang
dijadikan sumber data.

1
Proses pengolahan data kualitatif dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:

A. Pemberian kode siklus pertama


Kode adalah label yang memiliki arti simbolik mengenai informasi yang disusun selama
studi dilakukan (Miles & Huberman 2014). Pemberian kode dapat diartikan sebagai proses yang
dilakukan dengan mengagregatkan teks atau data visual ke dalam kategori kecil informasi.
Pemberian kode biasanya dilakukan untuk mengategorikan potongan data sehingga peneliti
bisa dengan cepat menemukan, dan mengelompokkan segmen yang berkaitan dengan
pertanyaan penelitian, hipotesis, atau tema penelitian. Terdapat 2 jenis pengodean:
- Deductive code : Dikembangkan sebelum pengumpulan data. Kodenya dihasilkan dari
kerangka konseptual pertanyaan penelitian, variabel yang digunakan peneliti.
- Inductive code : Dikembangkan setelah atau selama pengumpulan data karena itu lebih
terbuka dengan kemungkinan yang ada di lapangan.

A.1 Dalam pemberian kode, terdapat beberapa teknik. Pemberian kode dengan
tiga pendekatan dasar (inductive code)
- Deskriptif: Merangkum data dalam satu kata atau kalimat pendek.
Contoh:
“As I walked toward the school, there was a 7-11 convenience store 1 block away, next
to a small professional office building: an optometrist, podiatrist, and other
medical/health-related clinics. Directly across the street was an empty lot, but next to
that stood a Burger King restaurant.”
*BUSINESSES
- In vivo: Menggunakan kata dari bahasa partisipan sebagai kodenya.
Contoh:
“I (hated school) last year. Freshman year, it was awful, I hated it. And (this year’s a lot
better) actually I, um, don’t know why. I guess, over the summer I kind of (stopped caring)
about what other people thought and cared more about, just, I don’t know.”
*HATED SCHOOL, THIS YEAR’S BETTER dan STOPPED CARING. -
- Proses: Menyiratkan tindakan dan menyiratkan dinamika waktu.
Contoh:
“Well, that’s one problem, that [my school is] pretty small, so (if you say one thing to one
person, and then they decide to tell two people, then those two people tell two people,
and in one period everybody else knows). (Everybody in the entire school knows that you
said whatever it was). So..”
*SPREADING RUMORS dan KNOWING WHAT YOU SAID.

A.2 Pemberian kode dengan pendekatan kodenya dikembangkan terlebih


dahulu sebelum pengumpulan data (deductive code)
- Provisional: dimulai dengan daftar awal kode yang dihasilkan peneliti berdasarkan apa
yang diharapkan peneliti muncul saat melakukan investigasi. Kode bisa diganti, dihapus,
ditambah, sesuai dengan temuan.
Contoh:
Peneliti akan mewawancarai orang yang berhasil berhenti merokok sehingga kode
2
sementara dibuat yang berkaitan dengan metode yang membuat berhenti merokok.
Kode : RESCRIPTION MEDICATION, NICOTINE PATCHES, NICOTINE
GUM/LOZENGES, “ELECTRONIC” CIGARETTES
- Hypothesis : Kode dibuat sebelum pengumpulan data dan analisis untuk menilai hipotesis yang
dimiliki oleh peneliti. Kode dikembangkan dari teori yang akan ditemukan di dalam data.
Contoh:
Hipotesis : tanggapan tentang pertanyaan mengenai permasalahan berbahasa di Amerika
Serikat akan menghasilkan satu dari empat jawaban. Jadi, peneliti membuat empat kode
dari kemungkinan jawaban yang ada :
• RIGHT = We have the right to speak whatever language we want in America
• SAME = We need to speak the same language in America : English
• MORE = We need to know how to speak more than one language
• NR = No Response or “I don’t know”.

A.3 Pemberian kode berdasarkan metode pengalaman subjektif


- Emotion: label terhadap emosi atau pengalaman partisipan atau yang disimpulkan oleh
peneliti terhadap partisipan.
Contoh :
“I just hated it when he got awarded with the honor. I mean, we’re praising mediocrity
now. Never mind that what you’ve accomplished isn’t worth squat, it’s all about who you
know in the good ol’ boys network.
* HATED IT
- Values : Mencerminkan nilai, sikap, dan keyakinan peserta. Untuk studi yang mengeksplor
nilai budaya, identitas.
Contoh :
“Government regulation of women’s health issues has gotten out of hand. It’s not about
“protecting” us, it’s about their need to control and dominate women through covert
religious ideology. White Christian men are deciding what’s law and what’s moral and
what’s, how it’s supposed to be. They can say, “It’s not a war on women” all they want,
but trust me—it’s a war on women.
* B : GOVERNMENTAL CONTROL
- Evaluating : memberi label yang dilakukan untuk memberikan penilaian.
Contoh:
We were pretty impressed at how they integrated math and geometry with artmaking
without the teachers telling them to. I think they knew the score and that it was pretty
important that they cover those subject areas. And they did it in a way that made it
2interesting for the kids. For the teachers, too! We learned some things that we can
integrate into our own curriculum next year.
*+CURRICULUM : INTEGERATION + CURRICULUM: INTERESTING

B. Pemberian kode siklus kedua


Disebut juga axial coding. Upaya untuk mengelompokan rangkuman yang didapatkan
pada siklus sebelumnya ke dalam jumlah kecil kategori atau tema. Tahap ini mengubah kode
3
yang sudah dibuat menjadi unit analisis, mengelompokanya menjadi suatu kelompok baru yang
lebih sederhana. Jika disamakan dengana analisis kantitatif, proses ini adalah analisis klaster
atau faktor. Pola kode biasanya terdiri dari 4 fungsi : Kategori atau tema, penyebab atau
penjelasan, hubungan antar manusia, konstruksi teoretis.

Gambar 1. Proses Pembentukan Axial Coding

Sumber: Tamburi et al., 2017

C. Memo analitik
Dalam pengolahan analisi kualitatif, data hasil analisis dapat di tampilkan dalam bentuk:
- Narasi: Dalam bentuk narasi ialah menyampaikan hasil penelitian dengan suatu paragraf
(cerita).
Contoh :
“Smoking withdrawal symptoms during Month 1 include a restless journey for the
individual: “I found myself just wandering around the house, just walking from room to
room because I couldn’t smoke, so I didn’t know what to do with myself.” The exsmoker
also continues to replicate habitual movements related to smoking, such as reaching for
a cigarette pack in a shirt pocket, or leaving an indoor office to go outside to smoke.
These physical actions interrelate with, and may even be caused by, several of the
negative emotions induced by nicotine withdrawal: anxiety, nervousness, and
restlessness.”
- Matriks: menyederhanakan tampilan agar lebih terilustrasi. Yang ditampilkan dapat berupa
data, termasuk kode untuk tujuan analisis. Dengan menggunakan matriks dapat
menunjukan refleksi, verifikasi, pengambilan kesimpulan atau kebutuhan lain.

Gambar 2. Memo Analitik dalam Bentuk Matriks


Initiating Smoking Month 1 Month 6
Cessation Patterns
Negative Emotions Anxious, nervous, angry, aggressive Occasionally anxious
Physical Changes Gained 5 pounds, felt “burning” On weight loss program after gaining
sensation in throat and lungs 20 pounds, heightened sense of smell
Restless Journey Wandering and habitual movements Habitual movements
Regretful Loss “Felt like crying,” hyperconscious of Nostalgic for smoking, “hangs around”
cessation smokers
Sumber: Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña Johnny. (2019). Qualitative Data
Analysis: a methods sourcebook.
- Network/Jejaring: Jejaring digunakan untuk menunjukan keterhubungan/koneksi antar kode
4
dan kluster hasil dan penelitian. Dapat juga digunakan untuk menunjukkan suatu proses
terjadi/berubah dari waktu ke waktu. Garis dan tanda panah dalam jejaring menunjukkan
koneksi dan aliran antara kluster aksi yang ditunjukannya.

Gambar 3. Memo Analitik dalam Bentuk Jejaring/Networking

Sumber: Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña Johnny. (2019). Qualitative Data
Analysis: a methods sourcebook.

Pengolahan Data dan Analisis


Pada bagian ini akan dibahas contoh kasus, rumusan masalah, tahap analisis serta interpretasi
dari kasus tersebut.

Contoh Kasus :
Kota Tangerang merupakan kota yang berada pada lokasi strategis dalam konteks
regional Metropolitan Jabodetabek, dengan Jakarta sebagai kota inti dan kota lainnya (termasuk
Kota Tangerang) sebagai kota satelitnya. Konsep pengembangan kota yang ditetapkan untuk
Kota Tangerang pun dengan begitu akan memberikan dampak, bukan hanya untuk internalnya,
melainkan juga untuk kondisi kota-kota di sekitarnya secara signifikan. Maka dari itu sangat
penting untuk diketahui konsep pengembangan kota yang hendak atau telah diterapkan
oleh Kota Tangerang tersebut dalam setiap komponennya, terutama aspek
pengembangan infrastruktur transportasi yang selalu menjadi isu utama dalam
pengembangan regional. Dalam rangka menjawab tujuan tersebut, dilakukanlah proses
pencarian data yang diasumsikan sesuai kebutuhan dan didapatkanlah transkrip wawancara
dengan Bappeda Bidang Sarana Prasarana (lampiran I) dan dokumen RTRW Kota
Tangerang tahun 2012-2032 (lampiran II) yang mengandung kebutuhan informasi.

1. Merumuskan Masalah
Berdasarkan latar belakang kasus tersebut, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
- Apa konsep pengembangan Kota Tangerang ke depan? Mengapa konsep tersebut dipilih
oleh pemerintah kota? dan bagaimana konsep tersebut diwujudkan dalam konteks
infrastruktur transportasi pada tataran kebijakan dan strateginya?

5
- Sudah sejauh apa progres implementasi yang dilakukan dalam upaya mewujudkan strategi
tersebut? dan skema pembiayaan seperti apa yang diterapkan untuk mewujudkan
implementasi ini?

2. Memasukkan Data pada Atlas.ti


- Pilih Create New Project untuk membuat file project baru
- Beri nama sesuai dengan topik penelitian pada project terkait, kemudian klik create.
- Apabila sebelumnya telah mempunyai file data dengan format ATLAS.ti, pilih Import
Project Bundle, kemudian klik Import.

Gambar 4. Tampilan Awal Atlas.ti

Sumber: Hasil Analisis, 2021

- Setelah itu akan muncul tampilan utama dari Atlas.ti dan pilih Home pada menu bar,
kemudian pilih Add Documents, lalu Add File(s). Dapat dilihat pada gambar 5 (warna
ungu).
- Pilih dokumen transkrip yang akan di analisis, dalam kasus ini pilih dokumen Transkrip
Wawancara (Lampiran I.pdf) dan RTRW Kota Tangerang (Lampiran II.pdf), dan akan
muncul tampilan seperti gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Tampilan Transkrip untuk di Analisis pada Atlas.ti

Sumber: Hasil Analisis, 2021


6
Dapat dilihat pada gambar di atas, terdapat empat kolom yang ada di halaman utama
Atlas.ti. Project Navigator (kotak merah) merupakan kolom navigasi yang menyimpan
dokumen-dokumen untuk analisis, coding yang dibentuk dari dokumen tersebut, jaringan,
memo, dan sebagainya. Semua hasil pengerjaan dapat diakses melalui kolom tersebut.
Kemudian kolom Main Workspace (kotak biru), merupakan tempat untuk melaksanakan proses
analisis, dimulai dari proses pembuatan coding, cluster coding (axial), sampai pembentukan
jaringan ataupun memo. Kolom Menu Bar (kotak kuning), merupakan tempat kumpulan
perintah yang dapat digunakan dalam penggunaan Atlas.ti. Perintah tersebut kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam fitur Ribbon (kotak hijau).

3. Pengolahan Data Tahap Satu: Pemberian Kode Siklus Pertama (Open Code)
- Tahapan coding dalam Atlas.ti dimulai dengan menyeleksi satu atau lebih bagian teks dari
transkrip wawancara, lalu klik kanan dan pilih Open Coding.
- Berikan label (makna yang mewakili bagian teks tersebut) sesuai dengan kebutuhan.
Coding juga bisa dilakukan dengan menghighlight bagian teks, right click, kemudian pilih
Open Coding.
- Sebagai contoh pada kasus ini, respon pertama dari responden dapat di-highlight dengan
kode “Tupoksi Bappeda Bidang Sarana Prasarana: Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan
sektoral di bidang infrastruktur/sarana dan prasarana”, kemudian klik create.

Gambar 6. Proses Coding pada Suatu Bagian Teks

Sumber: Hasil Analisis, 2021

- Setelah klik create, akan muncul bubble pada bagian kanan teks seperti gambar 7. Bubble
tersebut merupakan penanda coding yang telah dibuat sebelumnya beserta bagian teks yang
disitasi. Pada bagian tersebut terdapat beberapa fitur penting yang perlu diketahui, yakni:
• Jika klik kanan pada batang horizontal bubble (sehingga akan muncul warna hijau
seperti gambar 7), maka akan muncul fitur Edit Comment untuk menambah
keterangan tambahan terkait kode; List/Show Quotations untuk memunculkan
sitasi dari bagian teks mana saja yang diberikan kode tersebut; Open Manager dan
Open Network untuk loncat ke proses pembuatan Code Group dan Network; dan
Unlink Code untuk memisahkan kode dengan sitasinya.

7
• Jika klik kanan pada batang vertikal bubble (sehingga akan muncul warna biru
seperti gambar 7) maka akan muncul fitur Coding > untuk mengubah jenis coding;
Edit Comment yang memiliki fungsi sama seperti penjelasan sebelumnya;
Rename Quotation untuk mengubah nama kode; Delete Quotation untuk
menghapus kode; dan Open Manager, Open Network, dan Unlink All dengan
fungsi yang sama.

Gambar 7. Coding Bubble pada Bagian Teks yang Disitasi

Sumber: Hasil analisis, 2021

- Lakukan proses coding tersebut untuk bagian teks selanjutnya. Dalam proses coding ini
terdapat beberapa cara lain yang perlu diketahui selain Open Coding, yakni Code In Vivo,
List Coding, dan Quick Coding.

Gambar 8. Pilihan Cara Coding

Sumber: Hasil analisis, 2021

Code In Vivo merupakan proses pemberian kode yang menggunakan kata “sitasi”-nya sebagai
nama kode. Lalu, List Coding merupakan proses pemberian nama kode dengan cara memilih
nama kodenya dari list nama kode yang telah dibentuk sebelumnya. Terakhir, Quick Coding
adalah proses pemberian nama kode pada bagian teks dengan memilih kode teks sebelumnya
sebagai nama kode selanjutnya.

4. Pengolahan Data Tahap Dua : Pemberian Kode Siklus Kedua (Axial Code)
Setelah melakukan Coding untuk semua bagian teks terkait dengan topik (baik RTRW
maupaun transkrip), langkah selanjutnya adalah mengelompokkan kode-kode tersebut ke
dalam satu cluster code/kategori atau yang di sebut dengan Axial Code. Prosedurnya adalah:

8
- Kembali ke Menu Bar Home, pada Ribbon Managers pilih Codes, kemudian Codes.
- Untuk memudahkan dalam proses pembuatan Code Groups, terlebih dahulu kode-kode
yang akan di satu kategorikan diberikan warna simbolik yang sama dengan cara drag kode-
kode yang akan dikelompokkan, kemudian klik Manage Codes pada menu bar, lalu pada
Ribbon Manage klik Change Color dan pilih warna kategori yang dikehendaki seperti yang
dicontohkan pada gambar 9.
- Setelah diberikan warna, kemudian masuk proses grouping dari kode-kode yang akan
dikelompokkan, dengan cara pilih semua kode yang akan termasuk ke dalam satu grup,
kemudian:
• Drag ke kolom Code Group, lalu akan muncul Create Code Group dan berikan
nama grup/kategori tersebut
• Klik kanan, pilih Create Code Group dan berikan nama grup/kategori tersebut.
Lakukan hal ini untuk semua kode dan akhirnya akan terbentuk grup-grup dari kode
seperti yang ditampilkan pada gambar 9.

Gambar 9. Proses Code Group/Axial Code untuk Kode-Kode

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Pada kasus ini terbentuk lima Code Groups, yakni grup Alasan Pengembangan ke Arah
Perdagangan dan Jasa yang berasal dari transkrip, grup Arahan Pengembangan yang berasal
dari dokumen RTRW, Progres Pembangunan Infrastruktur untuk Perdagangan dan Jasa yang
berasal dari transkrip, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perdagangan dan Jasa yang
berasal dari RTRW. Sedangkan ada beberapa kode yang tidak memiliki pasangan sehingga
tidak memerlukan proses grouping. Semua hasil pengerjaan coding dan axial coding dapat
disimpan dalam bentuk laporan tertulis dalam word ataupun tabel pada Microsoft Excel.
Adapun prosedurnya melalui:
- Menu Code Manager, kemudian pilih Report dan/atau Excel Report. Pilih beberapa konten
yang akan disajikan dalam wadah tersebut, kemudian klik Create Report/Export dan terakhir
pilih save.

Berikut ini adalah contoh hasil pengerjaan kode dan grup kode yang ditampilkan pada gambar
10.

9
Gambar 10. Output Report (Kiri) dan Excel (Kanan)

Sumber: Hasil Analisis, 2021

5. Pengolahan Data Tahap Tiga : Memo Analitik


Memo analitik yang akan digunakan pada praktikum ini adalah jejaring/network. Untuk
dapat membuat jejaring dari kode dan/atau grup kode:
- pertama-tama klik Home, klik New Entities, dan pilih New Network. Akan muncul tampilan
Create Network dan beri nama Network tersebut.
- Setelah itu, drag semua kode dan/atau kode grup yang ada pada Project Navigator ke Tabs
Network. Semua prosedur ini akan terlihat seperti pada gambar 11.

Gambar 11. Tampilan Awal Network Windows

Ribbon

Workspace

Group Code

Code

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Pada dasarnya komponen dasar penyusun jejaring ini ada dua, yakni node dan link. Node
merupakan kode dan grup kode yang telah tersaji pada network workspace. Kode yang memiliki
lebih dari satu sitasi dan/atau grup kode dapat diuraikan lebih lanjut menjadi subkomponennya.
Cara untuk menguraikannya:
- mengklik kanan kode atau grup kode, pilih Import Neighbors, dan klik Import Common
Neighbors seperti yang digambarkan pada gambar 12 (kiri).
- Adapun tampilan kode atau grup kode yang telah diuraikan akan terlihat seperti pada
gambar 12 (kanan).

10
Gambar 12. Cara Menguraikan Kode/ Grup Kode (kiri) dan Outputnya (kanan)

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Nodes yang telah ada (kode/grup kode) dapat dibuat menjadi suatu jaringan yang saling
terkait dengan memberikan link antar kedua nodes yang ada. Untuk membuat link:
- pertama- tama klik kiri salah satu node yang akan diproses.
- Setelah diklik, akan muncul titik merah pada pojok kiri atas node seperti yang tergambar
pada gambar 13 (kiri).
- Tarik garis link dari titik merah tersebut menuju node pasangannya.
- Setelah ditarik, akan muncul tipe-tipe link yang menggambarkan jenis hubungan antara
kedua node seperti yang tergambar pada pada gambar 13 (tengah) dan pilih salah satu jenis
hubungan yang diinginkan.
- Setelah memilih jenis hubungan, maka akan dihasilkan suatu jaringan seperti yang
tergambar pada gambar 13 (kanan).

Gambar 13. Titik Merah pada Node (Kiri); Jenis-Jenis Link (Tengah); dan Output Jejaring
(Kanan)

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Perlu diketahui bahwa penarikan link ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Penarikan link yang
akan menghasilkan jejaring seperti yang dijelaskan di atas hanya berlaku antarkode.
Sedangkan jika kita mencoba menarik link dari kode ke grup kode (vice versa), yang terjadi
bukanlah terbentuknya jejaring dengan tipe tertentu, melainkan bergabungnya kode tersebut
sebagai bagian dari grup kode. Lalu kita pun tidak bisa membuat suatu jejaring dengan nodes-
nya antar grup kode.
Lakukan proses pembentukan jejaring ini kepada seluruh kode dan/atau grup kode yang
ada sehingga terbentuk satu jejaring besar yang mengandung cerita yang utuh. Untuk
memudahkan penyusunan dan interpretasi:
- gunakan fitur Layout/Style pada Network Windows yang terdiri dari Routing (untuk
mengubah bentuk link), Layout (untuk mengubah tata letak nodes), Fit to Window (untuk
menyesuaikan ukuran jejaring dengan layar), dsb (gambar 11 kiri).
- Setelah proses pembentukan jejaring selesai, jangan lupa untuk disimpan dengan cara pilih
11
Import/Export pada Menu Bar Network Window, kemudian pilih Print (untuk langsung
dicetak pada media kertas), Export Bitmap (untuk dikonversi menjadi PNG/JPEG), atau
Export XPS (file seperti PDF) seperti yang tergambar pada gambar 14 (kanan).

Gambar 14. Fitur Layout/Style (Kiri) dan Fitur Export (Kanan)

Sumber: Hasil Analisis, 2021

6. Interpretasi Hasil Pengolahan Kualitatif


Setelah dilakukan proses pengolahan tahap satu sampai dengan tiga, didapatkan jejaring
dari kasus yang diangkat. Jejaring tersebut dapat digunakan sebagai jawaban atas dua
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Berikut adalah penjabaran jejaring
tersebut.

12
Pertanyaan Penelitian 1 : Apa konsep pengembangan Kota Tangerang ke depan? Mengapa konsep tersebut dipilih oleh pemerintah
kota? dan bagaimana konsep tersebut diwujudkan dalam konteks infrastruktur transportasi pada tataran kebijakan dan strateginya?

Gambar 15. Skema Pengembangan Kota Tangerang

Sumber: Hasil analisis, 2021

12
Berdasarkan jejaring di atas, dapat diketahui bahwa secara umum konsep pengembangan
Kota Tangerang dibentuk atas tiga komponen, yakni kota perdagangan dan jasa, industri, dan
pendidikan berskala regional (kotak coklat). Namun, pengembangan yang terjadi di lapangan
lebih berfokus kepada perdagangan dan jasa karena tiga hal (kotak oranye), yakni 1) Ingin
menjadi second option dari Jakarta dalam hal penyediaan fasilitas MICE, terutama
perkantoran; 2) Lokasi yang menjadi strategis karena adanya bandara; dan 3) Tingginya
perkembangan Usaha Mikro Menengah (UMK). Untuk mewujudkan konsep
pengembangan tersebut (dalam konteks pengembangan infrastruktur transportasi), dibentuk
dua kebijakan terkait (kotak biru), yakni peningkatan akses pelayanan ke pusat-pusat
kota secara internal dan akses ke luar kota (secara eksternal) dan juga pengembangan
pusat-pusat perdagangan dan jasa. Untuk kebijakan pertama (yang terkait dengan
infrastruktur transportasi) kemudian dijabarkan ke dalam tujuh strategi seperti yang ada pada
gambar skema 15 (kotak kuning), yakni peningkatan pelayanan moda transportasi,
pembangunan jalur lingkar dalam dan luar, mengembangkan kapasitas jalan, mengembangkan
sistem transportasi massal, meningkatkan kualitas sarana prasarana, dan mengembangkan
terminal umum regional dan internal kota.

14
Pertanyaan Penelitian 2 : Sudah sejauh apa progres implementasi yang dilakukan dalam upaya mewujudkan strategi tersebut? dan
skema pembiayaan seperti apa yang diterapkan untuk mewujudkan implementasi ini?

Gambar 16. Progres dan Skema Pembiayaan Pengembangan Infrastruktur Transportasi untuk Perdagangan dan Jasa di Kota Tangerang

Sumber: Hasil Analisis, 2021


14
Dari tujuh strategi yang telah dirumuskan dalam RTRW, telah ada dua strategi yang
dalam tahap impelementasi, yakni strategi pengembangan jalan lingkar luar berupa
pembangunan JORR (Jakarta Outer Ring Road) sampai ke Serpong dan strategi peningkatan
kapasitas jaringan jalan yang mendorong interaksi antar pusat pelayanan kegiatan kota berupa
pembukaan tol di Green Lake menjadi Jalan Arteri (Hubungan Kotak Kuning dan Biru). Kedua
proyek ini secara skema pembiayaan dibiayai oleh sumber dana yang bervariasi dalam
hubungan Public Partner Partnership/PPP (Kotak Merah Muda). Secara detail, alokasi dana
pemerintah untuk pembiayaan proyek tersebut berasal dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD
Kota. Sedangkan pihak non-pemerintah berasal dari kolaborasi dengan swasta (kotak putih).

16

Anda mungkin juga menyukai