ANALISIS KUALITATIF
Tujuan
1. Praktikan mampu memahami konsep dan prinsip dasar metode analisis kualitatif.
2. Praktikan mampu melakukan prosedur analisis kualitatif dalam aplikasi Atlas.ti.
3. Praktikan mampu melakukan interpretasi hasil analisis kualitatif dalam konteks PWK.
Data:
1. Transkrip Wawancara dengan Kepala Bidang Sarana Prasarana Bappeda Kota Tangerang
(lampiran I)
2. Perda Kota Tangerang No.6 Tahun 2012 Tentang RTRW Kota Tangerang Tahun 2012-
2032 (lampiran II)
Teori Dasar
Metodologi Kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Bogdan & Taylor dalam Riduwan, 2013). Metodologi ini sendiri hadir sebagai pelengkap
metodologi kuantitatif yang mempunyai kelemahan dalam menggambarkan variabel di dunia
nyata yang kompleks, terutama dalam penelitian di bidang sosial. Menurut Moleong dalam
Riduwan (2013), setidaknya ada sebelas ciri penelitian yang menggunakan metodologi
kualitiatif: 1) Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu
keutuhan (entity); 2) Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain, sehingga informasi yang dihasilkan berasal dari proses
pemaknaan; 3) Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan
sampai dengan analisis; 4) Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif; 5)
Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang
berasal dari data; 6) Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (Kata-kata, gambar)
bukan angka-angka; 7) Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil; 8)
Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang
timbul sebagai masalah penelitian; 9) Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, realibilitas,
dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian
klasik; 10) Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan lapangan (bersifat sementara); dan 11) Penelitian kualitatif menghendaki agar
pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang
dijadikan sumber data.
1
Proses pengolahan data kualitatif dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
A.1 Dalam pemberian kode, terdapat beberapa teknik. Pemberian kode dengan
tiga pendekatan dasar (inductive code)
- Deskriptif: Merangkum data dalam satu kata atau kalimat pendek.
Contoh:
“As I walked toward the school, there was a 7-11 convenience store 1 block away, next
to a small professional office building: an optometrist, podiatrist, and other
medical/health-related clinics. Directly across the street was an empty lot, but next to
that stood a Burger King restaurant.”
*BUSINESSES
- In vivo: Menggunakan kata dari bahasa partisipan sebagai kodenya.
Contoh:
“I (hated school) last year. Freshman year, it was awful, I hated it. And (this year’s a lot
better) actually I, um, don’t know why. I guess, over the summer I kind of (stopped caring)
about what other people thought and cared more about, just, I don’t know.”
*HATED SCHOOL, THIS YEAR’S BETTER dan STOPPED CARING. -
- Proses: Menyiratkan tindakan dan menyiratkan dinamika waktu.
Contoh:
“Well, that’s one problem, that [my school is] pretty small, so (if you say one thing to one
person, and then they decide to tell two people, then those two people tell two people,
and in one period everybody else knows). (Everybody in the entire school knows that you
said whatever it was). So..”
*SPREADING RUMORS dan KNOWING WHAT YOU SAID.
C. Memo analitik
Dalam pengolahan analisi kualitatif, data hasil analisis dapat di tampilkan dalam bentuk:
- Narasi: Dalam bentuk narasi ialah menyampaikan hasil penelitian dengan suatu paragraf
(cerita).
Contoh :
“Smoking withdrawal symptoms during Month 1 include a restless journey for the
individual: “I found myself just wandering around the house, just walking from room to
room because I couldn’t smoke, so I didn’t know what to do with myself.” The exsmoker
also continues to replicate habitual movements related to smoking, such as reaching for
a cigarette pack in a shirt pocket, or leaving an indoor office to go outside to smoke.
These physical actions interrelate with, and may even be caused by, several of the
negative emotions induced by nicotine withdrawal: anxiety, nervousness, and
restlessness.”
- Matriks: menyederhanakan tampilan agar lebih terilustrasi. Yang ditampilkan dapat berupa
data, termasuk kode untuk tujuan analisis. Dengan menggunakan matriks dapat
menunjukan refleksi, verifikasi, pengambilan kesimpulan atau kebutuhan lain.
Sumber: Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña Johnny. (2019). Qualitative Data
Analysis: a methods sourcebook.
Contoh Kasus :
Kota Tangerang merupakan kota yang berada pada lokasi strategis dalam konteks
regional Metropolitan Jabodetabek, dengan Jakarta sebagai kota inti dan kota lainnya (termasuk
Kota Tangerang) sebagai kota satelitnya. Konsep pengembangan kota yang ditetapkan untuk
Kota Tangerang pun dengan begitu akan memberikan dampak, bukan hanya untuk internalnya,
melainkan juga untuk kondisi kota-kota di sekitarnya secara signifikan. Maka dari itu sangat
penting untuk diketahui konsep pengembangan kota yang hendak atau telah diterapkan
oleh Kota Tangerang tersebut dalam setiap komponennya, terutama aspek
pengembangan infrastruktur transportasi yang selalu menjadi isu utama dalam
pengembangan regional. Dalam rangka menjawab tujuan tersebut, dilakukanlah proses
pencarian data yang diasumsikan sesuai kebutuhan dan didapatkanlah transkrip wawancara
dengan Bappeda Bidang Sarana Prasarana (lampiran I) dan dokumen RTRW Kota
Tangerang tahun 2012-2032 (lampiran II) yang mengandung kebutuhan informasi.
1. Merumuskan Masalah
Berdasarkan latar belakang kasus tersebut, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
- Apa konsep pengembangan Kota Tangerang ke depan? Mengapa konsep tersebut dipilih
oleh pemerintah kota? dan bagaimana konsep tersebut diwujudkan dalam konteks
infrastruktur transportasi pada tataran kebijakan dan strateginya?
5
- Sudah sejauh apa progres implementasi yang dilakukan dalam upaya mewujudkan strategi
tersebut? dan skema pembiayaan seperti apa yang diterapkan untuk mewujudkan
implementasi ini?
- Setelah itu akan muncul tampilan utama dari Atlas.ti dan pilih Home pada menu bar,
kemudian pilih Add Documents, lalu Add File(s). Dapat dilihat pada gambar 5 (warna
ungu).
- Pilih dokumen transkrip yang akan di analisis, dalam kasus ini pilih dokumen Transkrip
Wawancara (Lampiran I.pdf) dan RTRW Kota Tangerang (Lampiran II.pdf), dan akan
muncul tampilan seperti gambar 5 di bawah ini.
3. Pengolahan Data Tahap Satu: Pemberian Kode Siklus Pertama (Open Code)
- Tahapan coding dalam Atlas.ti dimulai dengan menyeleksi satu atau lebih bagian teks dari
transkrip wawancara, lalu klik kanan dan pilih Open Coding.
- Berikan label (makna yang mewakili bagian teks tersebut) sesuai dengan kebutuhan.
Coding juga bisa dilakukan dengan menghighlight bagian teks, right click, kemudian pilih
Open Coding.
- Sebagai contoh pada kasus ini, respon pertama dari responden dapat di-highlight dengan
kode “Tupoksi Bappeda Bidang Sarana Prasarana: Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan
sektoral di bidang infrastruktur/sarana dan prasarana”, kemudian klik create.
- Setelah klik create, akan muncul bubble pada bagian kanan teks seperti gambar 7. Bubble
tersebut merupakan penanda coding yang telah dibuat sebelumnya beserta bagian teks yang
disitasi. Pada bagian tersebut terdapat beberapa fitur penting yang perlu diketahui, yakni:
• Jika klik kanan pada batang horizontal bubble (sehingga akan muncul warna hijau
seperti gambar 7), maka akan muncul fitur Edit Comment untuk menambah
keterangan tambahan terkait kode; List/Show Quotations untuk memunculkan
sitasi dari bagian teks mana saja yang diberikan kode tersebut; Open Manager dan
Open Network untuk loncat ke proses pembuatan Code Group dan Network; dan
Unlink Code untuk memisahkan kode dengan sitasinya.
7
• Jika klik kanan pada batang vertikal bubble (sehingga akan muncul warna biru
seperti gambar 7) maka akan muncul fitur Coding > untuk mengubah jenis coding;
Edit Comment yang memiliki fungsi sama seperti penjelasan sebelumnya;
Rename Quotation untuk mengubah nama kode; Delete Quotation untuk
menghapus kode; dan Open Manager, Open Network, dan Unlink All dengan
fungsi yang sama.
- Lakukan proses coding tersebut untuk bagian teks selanjutnya. Dalam proses coding ini
terdapat beberapa cara lain yang perlu diketahui selain Open Coding, yakni Code In Vivo,
List Coding, dan Quick Coding.
Code In Vivo merupakan proses pemberian kode yang menggunakan kata “sitasi”-nya sebagai
nama kode. Lalu, List Coding merupakan proses pemberian nama kode dengan cara memilih
nama kodenya dari list nama kode yang telah dibentuk sebelumnya. Terakhir, Quick Coding
adalah proses pemberian nama kode pada bagian teks dengan memilih kode teks sebelumnya
sebagai nama kode selanjutnya.
4. Pengolahan Data Tahap Dua : Pemberian Kode Siklus Kedua (Axial Code)
Setelah melakukan Coding untuk semua bagian teks terkait dengan topik (baik RTRW
maupaun transkrip), langkah selanjutnya adalah mengelompokkan kode-kode tersebut ke
dalam satu cluster code/kategori atau yang di sebut dengan Axial Code. Prosedurnya adalah:
8
- Kembali ke Menu Bar Home, pada Ribbon Managers pilih Codes, kemudian Codes.
- Untuk memudahkan dalam proses pembuatan Code Groups, terlebih dahulu kode-kode
yang akan di satu kategorikan diberikan warna simbolik yang sama dengan cara drag kode-
kode yang akan dikelompokkan, kemudian klik Manage Codes pada menu bar, lalu pada
Ribbon Manage klik Change Color dan pilih warna kategori yang dikehendaki seperti yang
dicontohkan pada gambar 9.
- Setelah diberikan warna, kemudian masuk proses grouping dari kode-kode yang akan
dikelompokkan, dengan cara pilih semua kode yang akan termasuk ke dalam satu grup,
kemudian:
• Drag ke kolom Code Group, lalu akan muncul Create Code Group dan berikan
nama grup/kategori tersebut
• Klik kanan, pilih Create Code Group dan berikan nama grup/kategori tersebut.
Lakukan hal ini untuk semua kode dan akhirnya akan terbentuk grup-grup dari kode
seperti yang ditampilkan pada gambar 9.
Pada kasus ini terbentuk lima Code Groups, yakni grup Alasan Pengembangan ke Arah
Perdagangan dan Jasa yang berasal dari transkrip, grup Arahan Pengembangan yang berasal
dari dokumen RTRW, Progres Pembangunan Infrastruktur untuk Perdagangan dan Jasa yang
berasal dari transkrip, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perdagangan dan Jasa yang
berasal dari RTRW. Sedangkan ada beberapa kode yang tidak memiliki pasangan sehingga
tidak memerlukan proses grouping. Semua hasil pengerjaan coding dan axial coding dapat
disimpan dalam bentuk laporan tertulis dalam word ataupun tabel pada Microsoft Excel.
Adapun prosedurnya melalui:
- Menu Code Manager, kemudian pilih Report dan/atau Excel Report. Pilih beberapa konten
yang akan disajikan dalam wadah tersebut, kemudian klik Create Report/Export dan terakhir
pilih save.
Berikut ini adalah contoh hasil pengerjaan kode dan grup kode yang ditampilkan pada gambar
10.
9
Gambar 10. Output Report (Kiri) dan Excel (Kanan)
Ribbon
Workspace
Group Code
Code
Pada dasarnya komponen dasar penyusun jejaring ini ada dua, yakni node dan link. Node
merupakan kode dan grup kode yang telah tersaji pada network workspace. Kode yang memiliki
lebih dari satu sitasi dan/atau grup kode dapat diuraikan lebih lanjut menjadi subkomponennya.
Cara untuk menguraikannya:
- mengklik kanan kode atau grup kode, pilih Import Neighbors, dan klik Import Common
Neighbors seperti yang digambarkan pada gambar 12 (kiri).
- Adapun tampilan kode atau grup kode yang telah diuraikan akan terlihat seperti pada
gambar 12 (kanan).
10
Gambar 12. Cara Menguraikan Kode/ Grup Kode (kiri) dan Outputnya (kanan)
Nodes yang telah ada (kode/grup kode) dapat dibuat menjadi suatu jaringan yang saling
terkait dengan memberikan link antar kedua nodes yang ada. Untuk membuat link:
- pertama- tama klik kiri salah satu node yang akan diproses.
- Setelah diklik, akan muncul titik merah pada pojok kiri atas node seperti yang tergambar
pada gambar 13 (kiri).
- Tarik garis link dari titik merah tersebut menuju node pasangannya.
- Setelah ditarik, akan muncul tipe-tipe link yang menggambarkan jenis hubungan antara
kedua node seperti yang tergambar pada pada gambar 13 (tengah) dan pilih salah satu jenis
hubungan yang diinginkan.
- Setelah memilih jenis hubungan, maka akan dihasilkan suatu jaringan seperti yang
tergambar pada gambar 13 (kanan).
Gambar 13. Titik Merah pada Node (Kiri); Jenis-Jenis Link (Tengah); dan Output Jejaring
(Kanan)
Perlu diketahui bahwa penarikan link ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Penarikan link yang
akan menghasilkan jejaring seperti yang dijelaskan di atas hanya berlaku antarkode.
Sedangkan jika kita mencoba menarik link dari kode ke grup kode (vice versa), yang terjadi
bukanlah terbentuknya jejaring dengan tipe tertentu, melainkan bergabungnya kode tersebut
sebagai bagian dari grup kode. Lalu kita pun tidak bisa membuat suatu jejaring dengan nodes-
nya antar grup kode.
Lakukan proses pembentukan jejaring ini kepada seluruh kode dan/atau grup kode yang
ada sehingga terbentuk satu jejaring besar yang mengandung cerita yang utuh. Untuk
memudahkan penyusunan dan interpretasi:
- gunakan fitur Layout/Style pada Network Windows yang terdiri dari Routing (untuk
mengubah bentuk link), Layout (untuk mengubah tata letak nodes), Fit to Window (untuk
menyesuaikan ukuran jejaring dengan layar), dsb (gambar 11 kiri).
- Setelah proses pembentukan jejaring selesai, jangan lupa untuk disimpan dengan cara pilih
11
Import/Export pada Menu Bar Network Window, kemudian pilih Print (untuk langsung
dicetak pada media kertas), Export Bitmap (untuk dikonversi menjadi PNG/JPEG), atau
Export XPS (file seperti PDF) seperti yang tergambar pada gambar 14 (kanan).
12
Pertanyaan Penelitian 1 : Apa konsep pengembangan Kota Tangerang ke depan? Mengapa konsep tersebut dipilih oleh pemerintah
kota? dan bagaimana konsep tersebut diwujudkan dalam konteks infrastruktur transportasi pada tataran kebijakan dan strateginya?
12
Berdasarkan jejaring di atas, dapat diketahui bahwa secara umum konsep pengembangan
Kota Tangerang dibentuk atas tiga komponen, yakni kota perdagangan dan jasa, industri, dan
pendidikan berskala regional (kotak coklat). Namun, pengembangan yang terjadi di lapangan
lebih berfokus kepada perdagangan dan jasa karena tiga hal (kotak oranye), yakni 1) Ingin
menjadi second option dari Jakarta dalam hal penyediaan fasilitas MICE, terutama
perkantoran; 2) Lokasi yang menjadi strategis karena adanya bandara; dan 3) Tingginya
perkembangan Usaha Mikro Menengah (UMK). Untuk mewujudkan konsep
pengembangan tersebut (dalam konteks pengembangan infrastruktur transportasi), dibentuk
dua kebijakan terkait (kotak biru), yakni peningkatan akses pelayanan ke pusat-pusat
kota secara internal dan akses ke luar kota (secara eksternal) dan juga pengembangan
pusat-pusat perdagangan dan jasa. Untuk kebijakan pertama (yang terkait dengan
infrastruktur transportasi) kemudian dijabarkan ke dalam tujuh strategi seperti yang ada pada
gambar skema 15 (kotak kuning), yakni peningkatan pelayanan moda transportasi,
pembangunan jalur lingkar dalam dan luar, mengembangkan kapasitas jalan, mengembangkan
sistem transportasi massal, meningkatkan kualitas sarana prasarana, dan mengembangkan
terminal umum regional dan internal kota.
14
Pertanyaan Penelitian 2 : Sudah sejauh apa progres implementasi yang dilakukan dalam upaya mewujudkan strategi tersebut? dan
skema pembiayaan seperti apa yang diterapkan untuk mewujudkan implementasi ini?
Gambar 16. Progres dan Skema Pembiayaan Pengembangan Infrastruktur Transportasi untuk Perdagangan dan Jasa di Kota Tangerang
16