PENDAHULUAN
dan Budaya Universitas Papua secara resmi. Saat itu pula dibuka
bangsa dan budaya di tanah Papua, baik propinsi Papua maupun Propinsi
Papua Barat.
genap.
Papua Barat dan Etnografi Papua. Rupanya perbedaan hanya terletak pada
1
wilayah Administrasi Pemerintahan Daerah Propinsi. Etnografi Papua
dan budaya Papua di Propinsi Papua, diajarkan pada mata kuliah etnografi
Papua.
baru dari sisi penamaan, mulai diajarkan pada semester genap tahun
sebagai salah satu dosen pengajar mata kuliah Etnografi Papua Barat.
bangsa Abun, Suku bangsa Emeyode, Suku bangsa Sumuri, Suku bangsa
Sebyar, Suku bangsa Sough, Suku bangsa Moi, Suku bangsa Wamesa,
Universitas Papua
3
berinteraksi dan penelitian lapangan dengan salah satu suku bangsa dan
4
BAB II
MENGENAL KONSEP ETNOGRAFI PAPUA BARAT
2.1. Deskripsi
Pada bab ini, terdapat 2 istilah Etnografi dan Papua Barat. Kita di
ajak untuk mengenal dua istilah tersebut. Dua istilah ini untuk
menjadi satu etnografi Papua Barat. Oleh sebab itu, pembahasan tentang
etnografi oleh sejumlah ahli antropologi dan aspek kedua adalah apa
Barat.
a. Konsep Etnografi
b. Tujuan Etnografi
d. Konsep Budaya
e. Unsur-Unsur Budaya
5
f. Wujud Budaya
g. Tujuan Kebudayaan
h. Fungsi Kebudayaan
bermakna orang, ras atau kelompok budaya, dan graphy yang berarti
dari Denzin dkk 2009:30). Jika definisi Etnografi di tambah dengan kata
6
Pendapat lain, berasal dari Peacock (1996), Ia mengatakan bahwa
perkembangan ilmu etnografi dengan dalil mencari pola yang tepat untuk
Jika kita ingin mengambil ide pokok dari definisi diatas, maka
1
Pendapat ini saya kutip dari Buku Karya Norman K.Denzin dan Yvonnas S.Lincoln yang berjudul, “Handbook Of
Qualitative Research”, Tahun 2009. Halaman 30.
7
sebagaimana oleh Bronislaw Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah
khas atau semacam identitas pembeda antara kelompok yang satu dengan
suku bangsa (dalam bahasa Inggris disebut ethnic group), yang kalau di
budaya adalah Suku Bangsa dan Kelompok etnik. Kedua istilah ini dalam
menjadi soal adalah, apakah dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dua
8
kata memiliki satu arti ? rasanya sulit di temukan demikian, karena yang
terjadi adalah setiap kata memiliki makna sendiri. Bahkan setiap kata bisa
memiliki beberapa arti. Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa dua kata
tentu memiliki arti yang berbeda. Lalu apa itu Suku Bangsa dan apa itu
kelompok etnik.
Dalam tafsir penulis, dapat dipahami bahwa sebuah kelompok sosial yang
memiliki bahasa sendiri dan berbeda dari kelompok sosial yang lain,
9
Namun, demi kepentingan konsistensi penggunaan istilah
Bangsa2.
Budaya adalah salah satu unsur dari etnografi. Oleh sebab itu
itu budaya ? pertanyaan ini perlu untuk dijawab, mengingat fokus kajian
kata kerja dalam bahasa latin colere yang berarti bercocok tanam
Sangsekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau
2
Bapak Antropologi Indonesia Prof.Dr.Koentjaraningrat, juga senang menggunakan istilah Suku Bangsa dengan
mengatakan bahwa:Sebaiknya kita menggunakan istilah Suku Bangsa saja, karena sifat kesatuan dari suatu suku bangsa
bukan kelompok melainkan golongan (2005:166).
10
Berdasarkan sejarah asal-usul istilah kebudayaan tersebut, maka
masing.
2008:52).
2009:108-109).
(2009:144).
dan semua karya intelektual dan karya lain dalam suatu masyarakat, (di
11
Menurut salah satu ahli antropologi Edward T.Hall (1959), bahwa
(Liliweri, 2009:109).
perilaku yang harus diterima oleh sesama atau berkaitan dengan orang
waktu, perasaan, relasi ruang, konsep yang luas, dan obyek material atau
bentuk nya baik itu mitos maupun sistem nilai dalam masyarakat, (dikutip
12
Menurut Clifford Geertz (1992:tanpa nomor halaman), dalam
dan kontekstual.
(Sibarani, 2004:1).
2014:2).
13
ketahui dan diyakini manusia agar bertindak dengan suatu cara yang dapat
anak, dari orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda, dari sersan
pelatih kepada prajurit yang dilatih, dari pendeta kepada calon biarawan/
biarawati atau dari satu generasi kepada generasi lain, (Sibarani, 2004:4).
laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsur pembentuknya di
2002:95).
pola hidup yang tercipta dalam sejarah yang eksplisit, implisit, rasional,
irasional, dan non rasional, yang terdapat pada setiap waktu sebagai
14
Menurut Ariyono Suyono, kebudayaan adalah keseluruhan hasil
daya budhi cipta, karya dan karsa manusia yang dipergunakan untuk
(Wiranata, 2002:95).
sebagai cara dan pola hidup yang total dari sekelompok orang (peoples)
(Liliweri, 2014:11).
2014:11).
15
masyarakat, dan bukan sebagai hasil warisan biologis, (Liliweri,
2014:11).
(Pujileksono, 2006:15).
16
Menurut Adler (1997:15) yang mengajukan sintensis kebudayaan
manusia itu hidup, dan produksi dari aktivitas manusia yang ditentukan
17
Menurut J.P.H. Dryvendak mengatakan bahwa kebudayaan adalah
kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beragam berlaku dalam
2013:19).
bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat,
buta yang ingin menjelaskan apa itu babi, sehingga ketika seseorang
18
bahwa babi itu keras, ada yang memegang pada bagian perut, akan
sebagai berikut :
ragam.
lain :
19
1. Bahasa.
2. Sistem Pengetahuan.
3. Organisasi Sosial.
6. Sistem Religi.
7. Kesenian.
3. Sistem Pengetahuan.
4. Bahasa.
5. Kesenian
20
Memang ketujuh unsur tersebut bersifat universal, yang berbeda
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu generasi
tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang
bersangkutan.
lakunya.
sebagai suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan sebagai
21
suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Prof.Dr.
(Koentjaraningrat 2009:150).
abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada didalam kepala atau
sistem budaya atau Cultural System. Kebudayaan ideal disebut, yaitu adat
berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik,
dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola
sudah sampai pada tingkat kelakuan sehingga bisa diobservasi, difoto dan
di dokumentasikan.
22
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Wujud
kebudayaan ini berupa benda-benda atau hal-hal yang bisa diraba, dilihat
dan difoto melalui panca indera, seperti pabrik, komputer, candi, kain
lalu kita bertanya, apakah tujuan kebudayaan. Menurut Dood (1998) yang
yang tepat, apa yang kita inginkan dan yang kita butuhkan, apa yang
23
Sementara itu, menurut Herbig (1998) dikutip dari (Liliweri,
lain.
24
6) Menunjukkan cara bagaimana setiap orang dan sekelompok orang
kebudayaan bertujuan :
kekacauan.
25
2.10. Fungsi Kebudayaan
kelompok.
kepribadian sesungguhnya.
sekalipun.
lingkungan kebudayaan
26
individu untuk menganggap dirinya sebagai bagian dari
negara.
2014:27).
27
BAB III
PERSEBARAN SUKU BANGSA DI PROPINSI PAPUA BARAT
3.1. Deskripsi
28
3.3. Nama Suku Bangsa Di Propinsi Papua Barat
Hingga saat ini, belum ada data yang pasti tentang berapa
jumlah suku bangsa yang tersebar pada wilayah Propinsi Papua Barat,
Laporan Koorporasi.
Irires, Miyah, Abun, Biak Karon, Moi, Emeyode, Bira, Yaban Nerigo,
Ambel Waren, Biak Betew, Biak Wardo, Biak Usba, Biak Kafdaron,
Napiti.
3
Ini sifatnya data sementara. Sumber data ini penulis peroleh dari hasil penelitian penulis maupun kajian literature yang
di lakukan oleh penulis. Masih banyak suku bangsa yang belum terdata, dan ini merupakan tugas yang wajib
diselesaikan.
29
3.4. Pola Persebaran Suku Bangsa Papua Di Propinsi Papua Barat
maka saat ini suku bangsa Papua tersebar dalam dua wilayah
30
BAB IV
BEBERAPA ETNOGRAFI DI PROPINSI PAPUA BARAT
4.1. Deskripsi
deskripsikan tentang nama suku Bangsa, arti suku bangsa, Klan atau
marga, Mitologi Suku bangsa, dan lokasi penyebaran suku bangsa. Unsur
Religi, Kesenian.
31
beberapa etnografi yang ditulis tak sesuai kerangka etnografi diatas,
Papua Barat.
mampu memahami :
Tambrauw.
32
Tentang suku bangsa Abun, penulis bertanya dari mana
asal usul suku bangsa Abun ? Untuk melacak asal usul suku
bahwa sudah lupa dengan mitos, orang tua tidak pernah cerita.
angin ribut.
4
Syarat mengikuti pendidikan di rumah adat adalah berjenis kelamin laki-laki. Setiap geret mempunyai perwakilan
untuk memasuki dan menerima pendidikan di rumah adat. Secara kongkrit, rumah adat tak diketahui keberadaannya
oleh siapapun juga, selain yang telah mengikuti pendidikan di rumah adat.
33
Namun, penulis masih beruntung mendapatkan sebuah
cerita mitos, dari seorang informan suku bangsa abun tentang asal
Uigwem.
34
Foto 1 : Suku Bangsa Abun di kampung Jokte Distrik Sausapor
Kabupaten Tambrauw, (Sumber:Foto Adolof Ronsumbre, 2012)
budaya yang merupakan hasil karya dan milik suku bangsa abun.
35
abun Ji. Logat/dialeg Abun Ji terbagi menjadi Ji Fef, Ji Sujak, dan
Ji Syubun5.
adalah warisan tanah yang pertama kali dihuni oleh leluhur suku
leluhur suku bangsa abun yang pertama kali datang dan tinggal
tersebut tak dihuni suku Bangsa Abun. Tanah seperti ini, dapat di
atau dalam istilah lokal disebut Yepasye. Kedua, Tokoh adat atau
5
Baca Buku Berjudul “Pemetaan Kebudayaan di Kabupaten Tambrauw”, Karya Yafet Syufi dkk, tahun 2014,
Halaman102.
36
dalam istilah lokal disebut Yengras. Ketiga, Ketua marga, dan ke
abun, dihormati dan dituakan, serta kaya dan memiliki hak ulayat.
dan disahkan melalui upacara ritual yang dalam istilah lokal yang
Abun adalah petani ladang. Hampir setiap pagi antara jam, 08.00-
6
Baca buku Berjudul “Pemetaan Kebudayaan di Kabupaten Tambrauw, Karya Yafet SYufi, dkk. Tahun 2014.Halaman
68)
37
dengan berjalan kaki. Ketergantungan terhadap alam, membuat
dengan laut kurang lebih 50-100 meter, tetapi tak ada yang
lamban.
38
Foto 2 : Tari Salara Suku Bangsa Abun di Kabupaten Tambrauw,
(Sumber:Dokumentasi Sanggar Tambrauw, 2017)
Eme dan Yode. Eme artinya mari, sementara yode artinya kita
jalan bersama-sama.
39
usul suku emeyode yang dikisahkan oleh 2 marga. Versi Pertama
suku bangsa Emeyode diatas, bahwa lima marga ini harus jalan
bersama-sama.
40
menerima kedatangan Sultan Tidore dalam menyebarkan misi
agama islam.
Indonesia.
41
bahan baku pembuatan salah satu transportasi laut tradisional,
adalah jenis kayu Ketapang, sejenis Pala hutan, kayu Minyak dan
kayu Wetoi (dalam istilah lokal). Jenis kayu ini diketahui dapat di
begitu keras saat dikeruk. Di antara jenis kayu tadi, kayu minyak
Nigrito.
laki di depan.
42
Foto 4: Perahu Tradisional Suku Bangsa Emeyode di Kampung
Tarof, (Sumber :Foto Musa Ayorbaba, 2015)
43
membuat kebun dan berburu. Sementara, antara bulan juni sampai
antara lain perahu, dan peralatan mencari ikan dan udang. Nelayan
berangkat melaut pukul 07.00 pagi dan pulang pukul jam 15.00
sore.
(wayi), di topang oleh dua buah tiang yang tingginya kira-kira satu
perahu kecil yang dibuat khusus untuk keperluan ini. Kadang juga
noken atau pula dalam anyaman daun sagu yang dibuat berbentuk
45
Kabupaten Sorong Selatan yaitu Teminabuan. Harga jual untuk
46
Foto 7:Kebun Masyarakat di Kampung Tarof Distrik Kokoda Kabupaten
Sorong Selatan, (Sumber:Foto Adolof Ronsumbre, 2015)
bangku.
Instituti adat terdiri dari tokoh-tokoh adat yang dijabat oleh lima
47
raja adalah sebagai pelindung masyarakat, pemilik hak petuanan,
Tarof.
mendata rumah ibadah, serta menjadi Ketua panitia pada saat hari
Topdan, Migirito.
48
bangsa Emeyode. Proses interaksi yang terjadi di antara mereka,
kerabat yang dijumpai atau diajak berbicara. Istilah atau simbol itu
sosial setempat7.
49
kepercanyaan tradisional tentang dunia dan penguasa dunia. Dunia
manusia yang hanya sebagai pendatang. (2). Dunia tak nyata yang
dan kapur.
demikian :
50
Emeyode, terutama yang bermukim di wilayah pesisir pantai.
Warisan agama islam yang hari ini kita bisa saksikan adalah suku
Negeri besar.
terbagi dua. Ada yang beragam islam dan ada yang beragama
Kristen. Bahkan dalam satu marga dan satu rumah, bisa terdapat 2
terui, yaitu sejenis alat musik yang dibuat dari bambu. Busana
9
Baca Laporan Inventarisasi Seni Tari di Propinsi Papua Barat tahun 2017. Karya Dewan Kesenian Propinsi Papua Barat.
51
Kedua, tari tradisional yang dalam istilah lokal disebut
dalam istilah lokal di sebut tabai, dan Kasuari yang dalam istilah
artinya jemput saya untuk goyang. Tidak ada syarat tertentu untuk
penari disebut nimatdo, atau bulu kasuari. Taring babi atau dalam
istilah lokal disebut tabayapo. Kulit babi atau dalam istilah lokal
mengiringi penari adalah terubi atau musik bambu, Mobi atau tifa,
Foto 8-9:Busana, Aksesoris, dan Alat Musik Tari Berburu Suku Bangsa Emeyode
Di Kabupaten Sorong Selatan, (Sumber:Dokumentasi Sanggar Tari Abanie,2017).
53
disebut “Nenek Mai” karena berdiam di sungai Mai yang berada
dari legenda nenek buta inilah kawasan ini kemudian di beri nama
Sumuri.
54
kembali oleh raksasa. Batu panas yang dimuntahkan oleh Raksasa
kemudian menjadi batu keramat marga Soway yang saat ini berada
adalah nama lain dari Saengga. Karena pada masa dulu Saengga
56
berinteraksi. Suku Bangsa Sumuri memiliki alat komunikasi yang
namun ada juga dihadiri oleh Suku bangsa lain, maka bahasa yang
mana yang bisa dikonsumsi, dan jenis tumbuhan mana yang tidak
57
Pengetahun tradisional sebagai warisan nenek moyang
58
anggota kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi
Suku Sumuri sekitar 5 tahun lalu, hingga saat ini masyarakat suku
wilayah ulayat.
kesepakan anggota marga, saat ini Kepala Marga yang dipilih juga
subsisten dengan prinsip “hari ini untuk hari ini, kebutuhan besok
cari besok”. Pola seperti ini pun terjadi pada sektor perikanan
akan hasil laut berupa ikan, udang dan kepiting, sektor perikanan
63
memperoleh uang secara cepat. Bekerja di perusahaan menjadi
yang dapat diisi oleh penduduk lokal adalah pekerjaan yang tidak
66
Makhluk tersebut dipercaya sebagai “pemilik” tempat tinggal yang
Artra.
mengelola alam semesta. Oleh sebab itu, bagi siapa saja entah
meminta izin kepada dua pihak yaitu, artra (pemilik tempat) dan
kemarahan artra tidak terjadi. Fungsi lain, sebagai etika sopan santun
67
tradisional bagi pihak mana saja yang hendak menduduki hak ulayat milik
Agofa), harus di patuhi agar tidak terjadi perlawanan pemilik hak ulayat
bahwa leluhur Suku Bangsa Sebyar berasal dari gunung nabi dan
orang yang berasal dari gunung, atau dalam pengataan lain Suku
68
Fomair. Dengan spirit mencari wilayah-wilayah baru yang dapat
air bah terhenti, orang Tumati mulai meninggalkan lokasi asal dan
Foto 14-15:Pria Suku Bangsa Sebyar Kemberan di Distrik Kamundan (Kiri), dan
Pria Suku Bangsa Sebyar Damban di Kampung Tomu (kanan),(Sumber :Foto
Ayorbaba dan Ronsumbre, 2015)
70
dalam suku dan bahasa, yang membuat anak-anak harus
gantung.
71
Suku bangsa Sebyar juga memiliki pengetahuan mengenai
kualitas sagu antara yang tumbuh di daerah berair (rawa) dan yang
kering. Tinggi pohon sagu antara 10-15 meter, dan pohon sagu
mengeluarkan jantung.
memiliki nilai sejarah yang tidak boleh di datangi orang luar, jika
persembahan.
72
Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan, dalam
yang dalam istilah lokal disebut satu tungku tiga batu (adat,
dipandang paling tua dari sisi usia, dan memahami benar sejarah
73
Institusi agama memainkan peran yang bermakna, dalam
Protestan.
dalam kampung.
74
Di dalam masyarakat, biasanya ada warga yang melakukan
itu sarat makna, seperti makna peran, hak, dan kewajiban. Karena
75
berkebun kecil-kecilan, berburu binatang hutan seperti rusa,
kasuari, mambruk.
ikan yang biasanya didapat adalah ikan lele (gabus), ikan merah,
kampung. Dua orang ibu sedang menjual pisang, ikan, jamur dan
76
setidaknya memberi kontribusi bagi ekonomi mereka. Harapan
adalah seni tari, dan kerajinan tangan. Seni tari meliputi tari papan,
tari gong, dan tari goyang pantat. Tarian ini diadakan ketika ada
77
Arfak, mereka bermigrasi ke wilayah baru yang dahulu bernama
Teluk Wondama.
wilayah tersebut.
Jaya.
Bokoma.
78
Lokasi penyebaran Suku Bangsa Sough, antara lain:
Nuspairo.
Foto 16: Anak-Anak Suku Bangsa Sough Di Kampung Siresi Distrik Sough
Jaya Kabupaten Teluk Wondama, (Sumber:Foto Adolof Ronsumbre, 2015)
10
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada tahun 2013, ketika melakukan penelitian di Kampung Kaprus, kampunng
Siresi distrik Sough Jaya Kabupaten Teluk Wondama, suatu fenomena menarik adalah penguasaan dua bahasa, yaitu
bahasa Wamesa dan bahasa Sough oleh Suku Bangsa Sough. Penulis menyaksikan dan mendengar bagaimana, dalam
memberikan informasi di kampung Kaprus yang disampaikan oleh Suku Bangsa Sough, diawali dengan bahasa
Wamesa, lalu disampaikan dalam bahasa Sough. Begitu pula dalam interaksi sosial antara suku Bangsa Sough dengan
Suku bangsa Wamesa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Wamesa.
79
Organisasi Sosial, di Distrik Sough Jaya memiliki tiga
bangsa lain yang telah menghuni distrik Sough Jaya sekian lama,
Bikin kebun saja, nanti hasilnya kita bagi bersama. Ada kesan
80
dari informan bahwa penduduk “asli” baik. Informan memiliki
81
4.8. Suku Bangsa Moi Di Kabupaten Sorong dan Kota Sorong
salah satu jenis tumbuhan bernama sagu. Kata Moi berasal dari
Kata Moyu, yang berarti halus dan lembut seperti seratan sagu
yang ditokok atau dalam istilah lokal disebut ela. Nama ini
Bangsa Moi berjiwa halus, lembut, tekun, tabah, ingin damai, dan
82
memutuskan untuk pergi keluar meninggalkan tempat
tersebut. Dengan demikian orang Moi hidup tersebar
diseluruh daratan Moi, (Flassi, 2000:65).
orang Moi Mlayik dan orang Moi Amber. Mereka yang bermigrasi
83
Foto 17 : Laki-laki dan Perempuan Suku Bangsa Moi di Kota Sorong,
(Sumber:Foto Adolof Ronsumbre, 2017)
masih praktikkan.
84
lembab. Kegiatan Meramu sagu dilakukan secara berkelompok,
laki bertugas memilih pohon sagu atau yang dalam istilah lokal di
serat sagu yang dalam istilah lokal disebut Fnuk, dari pelepa sagu,
istilah lokal disebut Lemek, yaitu alat penokok yang terbuat dari
kayu dan Lemekbuk untuk alat penokok sagu yang dibuat dari
sagu dimasukkan dalam bak diberi air lalu diramas hingga keluar
dari, lahan sagu yang terdapat diwilayah suku bangsa Moi sudah
64).
85
menggunakan akar tuba atau yang dalam istilah lokal disebut
balobe atau dalam istilah lokal disebut Yek, serta jala atau pukat.
ular, maka hal itu bertanda buruk bahwa lokasi tersebut tidak
keladi, ubi jalar, ubi kayu, pisang. Juga ditanami berbagai jenis
organisasi sosial dari leluhur suku Bangsa Moi, yang hingga kini
11
Sepotong kayu yang ditajamkan bagian ujungnya dan berfungsi untuk membuat lubang.
86
masih dipraktikkan adalah pemimpin klen atau marga. Setiap klen
kekayaan berupa kain timur atau dalam istilah lokal disebut toba
makhluk hidup dan alam semesta. Dalam istilah lokal Suku bangsa
Moi, pemilik kekuatan atau penguasa itu bernama Na, atau dalam
istilah lokal yang lain disebut dengan nama Funa. Suku Bangsa
87
lokasi tinggal, yaitu:pertama, Funa putih menempati diatas langit
boleh mati, tetapi roh belum mati. Oleh sebab itu, saat kita hendak
88
Tari gali kubur diiringi dengan nyanyian berbahasa Moi,
89
seorang saudara yang bernama Kuri. Kuri adalah seorang raksasa
kampung Kaprus.
90
di Wasior misalnya pada aksen. Beberapa perbedaan juga terdapat
disebut piwerota.
waktu. Simpulan pada tali ini disebut tabuko, berasal dari kata
mas kawin. Semakin besar simpul yang dibuat pada tali maka
semakin sebesar pula harga mahar yang akan dibayar. Pada masa
kepada orang yang dalam hal ini adalah ‘tuan’, sementara neii
adalah bentuk genetif atau posesif yang merujuk pada pemilik dari
ini ada juga masyarakat yang telah menjadi Pegawai Negeri Sipil.
‘kalawai’, asa monu ‘kalawai dua mata’, asa toru ‘kalawai tiga
(untuk penyu), saper ‘nilon dari tali genemo’, sera ‘jaring dari tali
genemo’, yeer ‘akar tuba’ dan tatup ‘buah racun’. Sementara alat
disebut Tari Setiasa Tara Kondi. Dalam istilah lokal suku bangsa
nama mayai. Salah satu tari (mayai) adalah Tari setiasa Tara
Kondi yang memiliki arti tari tikam telinga atau tari tusuk telinga.
berarti pesta dan tamanye berarti dansa adat. Jadi, salah satu dansa
Secara tradisional jumlah penari dalam pesta adat tari Setiasa tara
94
Namun dalam konteks modern, secara bertahap mengalami
penari.
cawat yang terbuat dari kulit kayu. Busana modern yang dipakai
Foto 20:Sanggar Seni Tari Manai Yang Sering memetaskan Tarian Setiasa
Tara Konda, (Sumber:foto Oridek Suruan, 2017).
95
4.10. Suku Bangsa Mairasi Di Kabupaten Kaimana
dan Urere tinggal di gunung Kuri. Pada saat itu, mentalitas suku
migrasi dari lokasi awal mula yaitu gunung Kuri, dan akhirnya
96
masyarakat Mairasi dari Kuri ke Sarivan Nanggavo dan Lobo,
(1994:224).
(Rumansara, 2018:127).
15
Sumber mitologi ini, dikutip penulis dalam Dokumen Pemerintah Daerah Kabupaten Kaimana, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan tentang “Revisi Tata Ruang Wilayah Kebudayaan Masyarakat
Kaimana”, tahun 2017, Halaman 57-58.
98
wilayah penyebaran suku Bangsa Mairasi hingga Kabupaten Teluk
16
Suku Bangsa Mairasi yang menyebar dari Kampung Lobo Kabupaten Kaimana ke Kabupaten Teluk Wondama,
memiliki sejarah. Demikian sejarahnya : menurut pendeta Tomas Yoteni, Ketua GKI di Wasyor (saat itu) orang Mairasi
masuk ke daerah distrik Naikere pada tahun 1946 sesudah terjadi pembunuhan seorang Menteri Pertanian di Daerah
Kaimana. Walaupun Distrik Naikere milik suku bangsa Miere, tapi satu kelompok kecil suku bangsa Mairasi melarikan
diri kesana supaya tidak dihukum oleh orang Belanda di Kaimana, (Peckham, 1994:223).
99
perempuan, orang tua dan anak-anak. Selain itu, mereka juga
dan nilai fungsi yang baik, sehingga dalam konteks yang maha
yang menguasai daratan dan lautan, menguasai alam atas dan alam
berbagai jenis kayu. (2). Undumo adalah jenis hutan yang pernah
(Rumansara, 2018:171).
keluarga inti (nuclear family) atau yang dalam istilah lokal disebut
17
Menurut Rumansara, Pengetahuan orang Mairasi dalam mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan cukup banyak, namun
yang sempat diperoleh dilapangan adalah beberapa jenis tumbuhan untuk pengobatan.
101
Inavutato. Secara tradisional kesatuan sosial ini tinggal dalam satu
(Rumansara, 2018:151).
halus atau roh-roh halus yang mereka sembah, yaitu seperti Asiwo
(Rumansara, 2018:144).
104
Foto 23:Salah satu Wilayah Mencari Ikan Nelayan Suku Bangsa
Mairasi di Kampung Marsi, (Sumber:Foto Adolof Ronsumbre, 2018)
(pada masa lalu) dan pecahan piring (sekarang). Pecahan batu atau
menokok sagu. Alat ini dibuat dari bahan bambu, kayu dan tali
105
buruan dengan menjerat. Alat ini dibuat dari bahan kayu buah, tali
2018:155-156)
adalah Tari Goyang18, atau dalam istilah lokal disebut tari Evia
disebut jobo yang menghasilkan pakaian kulit kayu atau kain dada
106
(evia) sambil menari, serta 2 musisi memegang gong (mamonggo).
Foto 24:Sanggar Seni Tari Kurano, Sedang Mementaskan Tari Goyang Evia
Mamonggo, (Sumber:Dokumentasi Sanggar Kurano Kaimana, 2017)
menjelaskan salah satu makna hidup ini. Produk akhir dari warisan
107
manusia kerdil (ifit matu) yang hidup dipuncak gunung dekat
gaib atau dalam istilah lokal disebut Wareia Mesiar, adalah roh-
roh (O’wei) yang berkuasa baik itu didaratan dilaut, diatas dan
dibawah juga pada air asin dan air tawar. Penguasa ini berkuasa
DAFTAR PUSTAKA
108
SUMBER BUKU :
Barth, Fredrik, 1988:”Kelompok Etnik Dan Batasannya”, Jakarta:Universitas
Indonresia.
Denzin,K, dkk, 2009:”Qualitative Research”,Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Geertz, Clifford,1992: ”Tafsir Kebudayaan”,Yogyakarta:Kanisius.
Harrison, Lawrence, dkk:”Kebangkitan Peran Budaya, Bagaimana Nilai-Nilai
Membentuk Kemajuan Manusia”, Jakarta:LP3ES.
Haviland, William,1985:”Antropologi, Edisi Keempat, Jilid 1”, Jakarta:
Erlangga.
Hidayah, Zulyani, 2015:”Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia”, Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia .
Ihromi, T.O,2006:”Pokok-Pokok Antropologi Budaya”, Jakarta:Yayasan Obor
Koentjaraningrat, 2005:”Pengantar Antropologi, Pokok-Pokok Etnografi II”,
Jakarta:Rineka Cipta.
-----------------, 2009:”Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi 2009”, Jakarta:
Rineka Cipta.
Liliweri, Alo,2007:”Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya”,
Yogyakarta:LKIS.
-----------------,2009:”Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya”, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
-----------------, 2014:”Pengantar Studi Kebudayaan”, Bandung:Nusa Media
109
Poerwanto, Hari, 2008:”Kebudayaan Dan Lingkungan Dalam Perspektif
Antropologi”,Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Rumbiak, dkk,1996:”Etnografi Irian Jaya Seri 2, Marind, Mooi, Nafri, Meyakh
dan Manusia-Indonesia-Irian di Tahun 2000”, Jayapura:
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya.
Rumansara, Enos, 2018:”Etnografi Kaimana Edisi Pertama, Studi Pada Suku
Kuri, Irarutu, Oburauw, Madewana, Mairasi, Koiwai,
Miere, Dan Napiti”, Yogyakarta:Amara Books.
Salabai, Bastian, 2009:”Babi Perdamaian, Penginjilan Kontekstual Suku
Arfak”, Yogyakarta:Pustaka Therasia.
Sibarani, Robert, 2004:”Antropolinguistik:Antropologi Linguistik, Linguistik
Antropologi”, Medan:Poda.
Syufi, dkk, 2014:”Pemetaan Kebudayaan Di Kabupaten Tambrauw”,
Yogyakarta:Kepel Press.
Spradley, James, 2007:”Metode Etnografi”, Yogyakarta:Tiara Wacana
Sulasman, dkk:”Teori-Teori Kebudayaan Dari Teori Hingga Aplikasi”,
Bandung:CV. Pustaka Setia.
Sutrisno, Mudji,dkk, 2005:”Teori-Teori Kebudayaan”, Yogyakarta:Kanisius.
Wiranata, I Gede,2002:”Antropologi Budaya”, Tanpa nama Kota Terbit:PT.Citra
Aditya Bakti.
SUMBER LAPORAN :
Isman, dkk, 2012:”A Social Mapping Report:Klamono Dalam Pusaran
Pembangunan. Kerjasama PT.Pertamina EP Region KTI
Field Papua Dengan Institut Pembangunan Masyarakat
Bandung.
Ronsumbre, dkk, 2013:”Laporan Akhir Kajian Antropologi Suku-Suku Asli Di
Kabupaten Teluk Wondama Propinsi Papua Barat”.
Kerjasama Badan Perencanaan Pengembangan Daerah
Kabupaten Teluk Wondama Dengan Fakultas Sastra
Universitas Papua.
Ronsumbre, dkk, 2015:”Laporan Akhir Pemetaan Hak Ulayat Masyarakat Adat
Di Blok Kupalanda Kabupaten Sorong Selatan Propinsi
Papua Barat”. Kerjasama PT.Pertamina EP Asset 5 Papua
Field Dengan Jurusan Antropologi Fakultas Sastra dan
Budaya Universitas Papua.
110
Ronsumbre, dkk, 2015:”Laporan Akhir Pemetaan Hak Ulayat Masyarakat Adat
Di Blok Kupalanda Kabupaten Teluk Bintuni Propinsi
Papua Barat”. Kerjasama PT.Pertamina EP Asset 5 Papua
Field Dengan Jurusan Antropologi Fakultas Sastra dan
Budaya Universitas Papua.
Ronsumbre, dkk, 2016:”Laporan Akhir Pemetaan Hak Ulayat Kelompok Etnik
Sumuri Di Distrik Sumuri Kabupaten Teluk Bintuni
Propinsi Papua Barat”.
Ronsumbre,dkk, 2017:”Laporan Inventarisasi Seni Tari Di Propinsi Papua
Barat”. Bidang Pameran dan Promosi Dewan Kesenian
Propinsi Papua Barat.
Dokumen revisi, 2017:”Tata Ruang Wilayah Kebudayaan Masyarakat Kaimana”.
Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Penelitian dan Pengenbangan Dengan Universitas
Cenderawasih Jayapura Propinsi Papua.
SUMBER KAMUS :
Balai Pustaka, 2007:”Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga”, Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Barry-Al, 2001:”Kamus Sosiologi Antropologi”, Surabaya:Indah
Koentjaraningrat, 1984:”Kamus Istilah Antropologi”, Jakarta:Pusat Pembinaan
Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan.
111
i
ii