Anda di halaman 1dari 13

Penggunaan Model Cooperative Learning Berbantuan Video dalam

Mengupayakan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

Mega Arindra, Lutfi Ariefianto, Rina Oktaviyanthi


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Terbuka Jember
arindra54@gmail.com

ABSTRAK

Setelah dilakukan pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai kalimat pujian di


SDN PENAMBANGAN khusunya di kelas I dapat disimpulkan bahwa siswa kurang fokus
terhadap pembelajaran. Hal ini berdasarkan penelitian dari 9 orang siswa kelas 1
beberapa siswa saat pembelajaran berlangsung tidak fokus dalam kegiatan belajar
mengajar. Ketika peneliti sedang menjelaskan materi beberapa siswa tidak tertarik
mendengarkan penjelasan peneliti sehingga ketika diberi tugas masih banyak yang
bertanya kepada temannya dan mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Adapun
tujuan penelitian perbaikan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dengan
menggunakan media video dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran ini dilakukan dalam dua siklus, dalam penelitian ini digunakan
metode penelitian tindakan kelas. Mulai dari prasiklus yang awalnya 22,22 % yang
mencapai ketuntasan atau diatas KKM, kemudian pada siklus I terjadi peningkatan
sebesar 66,67% dan terakhir pada siklus II terjadi peningkatan 88,89% memenuhi KKM.
Setelah melakukan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model
Cooperative Learning dengan media video dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kata kunci: cooperative learning, media video, motivasi belajar

1
PENDAHULUAN

Motivasi berfungsi sebagai penggerak untuk melakukan aktivitas. Jika tanpa motor tidak
akan ada aktivitas, dan dengan motor yang lemah, aktivitas yang terjadi lemah juga. Motivasi
belajar erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik itu sendiri. Motivasi
belajar menjadi kuat ketika pelajar merasakan tujuan yang ingin dicapai bermanfaat atau kondusif
baginya (Anitah, 2021). Dalam kegiatan belajar mengajar membangkitkan motivasi belajar siswa
sangatlah penting, apabila siswa tidak tertarik dalam kegiatan pembelajaran maka guru harus bisa
membangkingkat motivasi belajar siswa dengan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan
model pembelajaran dan media pembelajaran yang bervariasi. Beberapa faktor yang
memperngaruhi motivasi belajar adalah cita-cita, kemampuan belajar, kondisi siswa, kondisi
lingkungan, faktor kedinamisan belajar dan upaya guru dalam mengajar siswa (Suralaga, 2021).
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas ini
tercermin dalam pendekatan pembelajaran terpadu, yang menggunakan pembelajaran tematik
(Khair, 2018). Setelah dilakukan pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai kalimat pujian di
SDN PENAMBANGAN khusunya di kelas I diperoleh kesimpulan bahwa siswa kurang fokus
terhadap pembelajaran. Berdasarkan penelitian dari 9 orang siswa kelas 1 beberapa siswa saat
pembelajaran berlangsung tidak fokus dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika peneliti sedang
menjelaskan materi salah seorang siswa asik bermain dengan mainan yang dibawanya, saat
kegiatan belajar sesekali berbicara dengan temannya sehingga harus di ingatkan untuk
memperhatikan pembelajaran kembali dan ketika diberi tugas ada siswa masih bertanya kepada
temannya. Hal ini disebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar karena guru kurang menarik
dalam menyampaikan materi, sehingga siswa tidak begitu antusias dalam menyerap apa yang
dipelajarinya. Jika terus dibiarkan siswa akan kehilangan motivasi untuk belajar yang berakibat
rendahnya hasil belajar siswa.
Mahanani (2022) menyatakan bahwa, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
belajar yang berkembang secara alami dan sengaja, mendorong interaksi untuk saling bekerja
sama. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang mengandung unsur-unsur yang
saling berkaitan. Di antaranya: a) saling ketergantungan positif, b) interaksi tatap muka, c)
tanggung jawab pribadi, d) secara sadar mengajarkan keterampilan interpersonal atau sosial.
Menurut Nurdyansyah (2019) media pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang
memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran adalah segala

2
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima, yang
mampu memacu pikiran, perasaan, perhatian, minat, serta perhatian siswa dalam berlangsungnya
kegiatan pembelajaran (Marwani 2021). Menurut Mu'minah (2021) beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan video merupakan pemanfaatan hasil teknologi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Menggunakan media belajar yang tepat
dan efektif, dapat membuat siswa lebih tertarik, fokus dan termotivasi oleh bahan ajar (Hasan
dkk, 2021). Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning serta menggunakan media
video diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Media video sendiri dapat
membuat siswa tertarik akan pembelajaran kemudian setelah mengamati video siswa membahas
video tersebut dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning yaitu
pembelajaran kelompok yang anggotanya saling bekerjasama sehingga diharapkan dapat
mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Beberapa Penelitian yang membahas tentang penerapan model pembelajaran Cooperative


Learning dan media video sudah banyak dilakukan dalam periode waktu lima tahun belakangan.
Menerapkan metode pembelajaran kooperatif berdampak positif yang dapat meningkatkan
motivasi, aktivitas, semangat dan kekompakan siswa dalam belajar (Mahanani, 2022). Hasil
penelitian Hariyadi, dkk (2021) meyakini bahwa dalam mata pelajaran IPS yang bekerja dalam
kelompok kecil, interaksi mereka meningkat. Studi ini juga mengindikasikan melalui penerapan
pembelajaran kooperatif mencakup aspek-aspek positif seperti membangun keterampilan sosial,
bereksperimen dan menemukan hal-hal baru di dalam kelas. Sementara itu Nurwahidah, dkk
(2021) mengungkapkan penggunaan media video dapat meningkatkan motivasi siswa untuk
berpartisipasi dan mengurangi kebosanan, menggunakan media video dapat memotivasi siswa
pada proses pembelajaran dan dapat menaikkan prestasi anak didik dalam pembelajaran.
Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa motivasi belajar dan keaktifan belajar anak didik
meningkat ketika menggunakan media audio visual karena media video memiliki daya tarik
sendiri, selain itu dapat dilihat dan dibaca dengan baik oleh siswa. Kelebihan lainnya yaitu
mengatasi jarak dan waktu, kemampuan menggambarkan peristiwa realistik dalam waktu singkat,
jika terjadi ambiguitas, media audio visual dapat di putar kembali, penggunaan media audio
visual, mudah mengingat materi bagi siswa, mengungkapkan isi ide dan khayalan anak-anak
merupakan cara untuk mendidik mereka dengan bantuan video pendidikan (Firtiyani dkk, 2021).

3
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran di kelas terkait
dengan rendahnya motivasi belajar siswa, maka tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana model pembelajaran Cooperative Learning dengan media video dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa merasakan minat dan semangat untuk
belajar agar hasil yang diperoleh mencapai tujuan yang diinginkan.

METODE

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Cooperative Learning berbantuan media video. Subjek penelitian yaitu
siswa kelas I SDN PENAMBANGAN, Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia materi tentang kalimat pujian. Siswa kelas 1 jumlah sebanyak 9
orang siswa, diantaranya 3 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Lokasi ini diambil sebagai
penelitian karena dengan pertimbangan peneliti yang mengajar pada sekolah ini mempermudah
peneliti dalam menggali informasi yang dibutuhkan selama penelitian. Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini dilaksanakan dalam 2 siklus.

Metode penelitian tindakan kelas dipilih dalam penelitian yang dilakukan. Menurut
Hopkins 1993 (dalam Sari 2022), penelitian Tindakan kelas dimulai dengan perencanaan
tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan proses dan evaluasi, dan hasil
tindakan (observasi dan evaluasi). Alur kerja penelitian tindakan kelas terdiri dari empat
bagian:merencanakan, melaksanakan, mengamati dan refleksi sampai perbaikan yang ingin
dicapai (kriteria keberhasilan).

Tahap perencanaan, yaitu persiapan penelitian tindakan kelas, seperti pembuatan RPP
dan media pembelajaran yang digunakan. Kemudian langkah-langkah untuk melakukan tindakan,
yaitu uraian tindakan yang akan diambil, skenario kerja tindakan yang akan diperbaiki dan
instruksi operasional yang akan diambil. Selain itu, tahap pengamatan (observasi) dilakukan
untuk mengetahui pelaksanaan semua rencana yang telah disusun dengan baik. Tidak ada
penyimpangan dalam peningkatan hasil belajar siswa yang dapat mengakibatkan hasil belajar
yang kurang optimal. Kegiatan observasi dapat dilakukan misalnya dengan lembar observasi,
tergantung pada data yang dibutuhkan. Kemudian yang terakhir refleksi, adalah kegiatan

4
mengevaluasi perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh dari survei sebagai hasil dari
tindakan yang direncanakan. Berdasarkan langkah ini, perubahan dapat diketahui. Bagaimana dan
sejauh mana tindakan yang diterapkan menyebabkan perubahan signifikan dalam memecahkan
masalah. Berdasarkan refleksi ini, tindakan korektif dapat dilakukan dalam bentuk perencanaan
ulang. Berikut gambar alur penelitian:

Gambar 1. Alur PTK (Sari, 2022)

Teknik pengumpulan data kualitatif digunakan dalam penelitian melalui observasi dan
dokumentasi. Untuk pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui tes. Pengumpulan data
observasi dilakukan melalui observasi langsung ke sekolah dan dengan observasi terbuka yaitu
peneliti mencatat hasil pengamatannya melalui lembar kertas kosong. Observasi merupakan cara
pengumpulan data yang cukup sederhana untuk dilakukan. Peneliti langsung mengamati kejadian
ke tempat tersebut dan langsung mengamati kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Mengamati tidaklah mudah, karena orang sangat dipengaruhi oleh minat dan kecenderungannya
sendiri. Hasil pengamatan harus sama, meskipun dilakukan oleh banyak orang (Jalaludin, 2021).
Metode pengumpulan data dokumentasi merupakan metode yang dipakai untuk mengambil data
yang dibutuhkan. Dokumentasi dapat berupa data individu atau kelompok orang, peristiwa atau
kejadian yang berguna untuk penelitian. Tes adalah soal atau tugas yang tujuannya untuk

5
memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa. Peneliti memberikan tes uraian, tes ini
dilakukan untuk mengukur sampai dimana tingkat pemahaman siswa.
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data kuantitatif dari nilai tes
belajar siswa dan menentukan tingkat ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus
analisis data untuk menentukan nilai setiap siswa adalah sebagai berikut:
N= 100 %

Dimana : x = Skor yang diperoleh siswa


y = Skor maksimal soal
N = Nilai

Untuk menghitung presentase ketuntasan minimal dari hasil tes yang dilakukan dihitung
dengan menggunakan rumus :

P= x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pelaksanaan penelitian melalui 2 siklus, mulai dari kegiatan prasiklus, siklus I, dan
terakhir siklus II. Hasil dari setiap siklus yaitu dari prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Dimana pada
pembelajaran prasiklus metode yang digunakan peneliti hanya menggunakan metode ceramah,
dan saat pembelajaran yang terjadi suasana kelas tidak kondusif, beberapa siswa tidak fokus
dalam mendengarkan penjelasan materi yang diberikan oleh peneliti, sehingga berakibat
kurangnya motivasi atau minat siswa terhadap materi yang di sampaikan. Selain itu juga saat
diberikan tugas masih banyak siswa yang bertanya kepada temannya dan hasil yang diperoleh
tidak maksimal. Berikut data hasil belajar siswa mulai dari prasiklus, siklus I sampai siklus II:

6
Tabel 1. Diagram perbandingan hasil pembelajaran prasiklus, siklus I, siklus II

90

80

70

60
KKM
50
Rata-rata
40
Ketuntasan (%)
30

20

10

0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Berdasarkan diagram di atas tingkat ketuntasan belajar siswa kegiatan prasiklus belum
memenuhi harapan rata-rata nilai kelas yaitu 60, bahwa hanya 2 orang siswa Tuntas dengan
presentase ketuntasan belajar masih 22,22%. Sedangkan yang tidak tuntas ada 7 siswa dengan
presentasi 77,78 % masih jauh dari harapan untuk mencapai ketuntasan. Hal ini disebabkan guru
dalam penyampaian materi tidak menarik minat siswa sehingga cenderung siswa lebih banyak
mendengarkan. Maka guru mencoba untuk memperbaiki pembelajaran berikut diskripsi siklus I.
Pada siklus I peneliti terlebih dahulu merencanakan kegiatan perbaikan pembelajaran
dengan menyusun RPP perbaikan pembelajaran siklus I. Kemudian Pelaksanaan siklus I
dilakukan Hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2022, kegiatan ini dilakukan tiga tahapan yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan terakhir kegiatan penutup. Selain itu, observasi atau pengamatan
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang apa yang diamati pada siklus I. Berdasarkan data
yang diperoleh, hasil belajar yang diperoleh siklus I dari 9 siswa adalah sebesar 66,67% telah
menunjukkan ketuntasan belajar, sedangkan 3 siswa belum menunjukkan ketuntasan belajar atau
sebesar 33,33%. Rata-rata nilai pada siklus I adalalah 73,33. Namun pada siklus I pelaksanaan
Perbaikan Siklus I, hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan. Masih
banyak siswa yang kurang fokus dalam menerima pelajaran, motivasi belajar siswa masih rendah
pada siklus II, serta hasil belajar tidak memenuhi kriteria ketuntasan yang ditentukan. Karena

7
terdapat kekurangan dalam pembelajaran, maka pemecahan masalah harus dicari dalam
pelaksanaan Siklus II..
Pada siklus II peneliti memulai dengan merencanakan kegiatan perbaikan pembelajaran
terlebih dahulu peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II dengan memperbaiki
media pembelajaran yaitu video dan model pembelajaran tetap menggunakan Cooperative
Learning. Pelaksanaan siklus I dilakukan Hari Selasa tanggal 4 Oktober 2022, kegiatan ini dibagi
tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Observasi bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang apa yang diamati pada Siklus I. Berdasarkan grafik di atas
tingkat ketuntasan belajar siswa telah memenuhi harapan dengan nilai rata-rata kelas mencapai
86,67, presentase ketuntasan belajar sebesar 88,89% yang tidak tuntas 11,11%. proses
pembelajaran dilakukan pada Siklus II bermanfaat dan mencapai hasil belajar yang meningkat
dibandingkan dengan kondisi Siklus I. Dari hasil yang diperoleh, peningkatan pembelajaran
Siklus II memiliki keunggulan dibandingkan proses pembelajaran yang peneliti lakukan melalui
model pembelajaran kolaboratif dengan menggunakan media video seperti: kegiatan
pembelajaran lebih bermakna karena menggunakan media video membuat siswa lebih tertarik,
meningkatnya motivasi dan keterlibatan seluruh siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk
meningkatkan hasil belajar.

Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
model Cooperative Learning dengan menggunakan media video terbukti motivasi belajar siswa
meningkat sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mananai (2022) bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif
memberikan efek positif, yaitu motivasi siswa yang meningkat, keaktifan, semangat dan
kekompakan siswa, sehingga mereka termotivasi untuk belajar. Pertama-tama sebelum
berdiskusi seluruh siswa melihat video yang telah disajikan oleh guru didepan kelas. Kemudian
siswa diminta untuk berdiskusi kelompok dalam tiap kelompok telah dibagi oleh guru masing-
masing kelompok terdiri dari anak yang pandai dan anak yang kurang. anak yang pandai nanti
kemudian mengajari anak yang kurang dengan cara berdiskusi dan jika anak tersebut tidak
mengerti di jelaskan oleh temannya. Sehingga tercipta tujuan yang diinginkan yaitu semua
anggota kelompok mengerti akan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Setelah selesai

8
berdiskusi kemudian perwakilan kelompok memaparkan hasil dari diskusinya di depan kelas
dengan bimbingan guru mengevaluasi jika ada yang tidak tepat.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa kegiatan perbaikan
dilakukan dari prasiklus, siklus I, hingga siklus II. Pada kegiatan Prasiklus tingkat ketuntasan
siswa hanya 22,22 % yang memenuhi nilai ketuntasan atau nilai yang diperoleh di atas KKM.
Sebenarnya materi kalimat pujian merupakan materi yang mudah diterima oleh sisiwa namun
pada kenyataanya motivasi belajar siswa yang ditunjukkan tidak sesuai harapan. Hal ini
disebabkan karena saat mengajar siswa kurang dilibatkan secara aktif pada proses pembelajaran,
guru kurang kreatif dalam memilih model pembelajaran kelas, terbatasnya media pembelajaran
yang digunakan. Sehingga pada saat kegiatan mengajar siswa tidak fokus, tidak tertarik, dan
kurang minat dalam menerima penjelasan yang disampaikan guru. Dari masalah tersebut
kemudian peneliti membuat alternative pemecahan masalah dengan merencanakan perbaikan
pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa
Indonesia materi kalimat pujian dengan model pembelajaran Cooperative Learning dan
menggunakan media gambar. Belum suksenya hasil belajar siswa di tunjukkan dengan rendahnya
nilai di bawah KKM yaitu rata-rata nilai siswa 60 sedangkan nilai KKM adalah 70. Presentase
dari jumlah siswa yang memenuhi KKM sebesar 22,22 %, sedangkan yang tidak memenuhi
KKM sebesar 77,78 %. Dari hasil itu kemudian perlu dilakukan perbaikan siklus I.

Pada siklus I diperoleh data, adalah sebesar 66,67% telah menunjukkan ketuntasan
belajar atau memenuhi KKM, sedangkan yang tidak menunjukkan ketuntasan belajar sebesar
33,33%. Rata-rata nilai kelas pada siklus I adalalah 73,33. Setelah peneliti melakukan
pengamatan dan refleksi dalam proses pembelajaran, siswa masih ada yang mengobrol dengan
temannya, saat diberikan pertanyaan baru ada 1 siswa ada yang berani untuk menjawab, Saat
diberi tugas masih banyak yang bertanya. Kemudian peneliti melakukan refleksi karena peneliti
merasa masih kurang dalam mencapai ketuntasan belajar siswa, peneliti merasa bahwa dalam
kegiatan pembelajaran peneliti kurang menguasai kelas, beberapa siswa masih ada yang tidak
aktif dalam tanya jawab, kurang memaksimalkan media pembelajaran, peneliti masih kurang
tepat mengelola waktunya. Dari 9 siswa, hanya 6 siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebesar
66,67 % dan 3 siswa belum mendapatkan nilai di atas KKM sebasar 33,33% dimana nilai
standart KKM adalah 70. Peneliti perlu melakukan perbaikan siklus II lagi karena peneliti sangat

9
berharap bahwa di Siklus II siswa dapat meningkatkan motivasi belajaranya sehingga hasil yang
di peroleh mencapai KKM semua.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II jauh lebih baik dari sebelumnya ketika peneliti
menjelaskan materi pembelajaran yang akan disampaikan, siswa sudah memperhatikan guru
dengan baik, ketika diberikan pertanyaan banyak yang sudah bisa menjawab, meski ada yang
malu-malu untuk menjawab, aktivitas siswa dalam pembelajaran sudah mengalami perubahan
seperti lebih antusias, dan semangat. Ternyata penggunaan model belajar Cooperative Learning
dengan menggunakan media video dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil
belajar sisiwa juga meningkat. Kegiatan pembelajaran lebih bermakna karena menggunakan
media video membuat siswa lebih tertarik, meningkatnya motivasi dan seluruh siswa terlibat
bekerja dalam kelompok kecil untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hasil penelitian
lain juga menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran menjadikan video lebih cepat
dipahami sehingga meningkatkan motivasi dan tingkat keberhasilan pembelajaran proses
pembelajaran (Nurwahidah dkk, 2021). Penelitian lain juga berpendapat bahwa model
pembelajran cooperative learning memiliki kelebihan dan kekurangan menurut Satriadi &
Muassomah (2021) kelebihannya diantaranya ada ketergantungan positif antar siswa, banyak
siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, suasana kelas yang tidak membosankan,siswa
bisa mengeskpor kemampuan dalam kelompok kecil. Kelemahannya antara lain membutuhkan
banyak waktu dari siswa dan guru, sehingga terkadang tidak mencapai tujuan kurikulum,
membutuhkan keahlian sosialisasi yang kuat, sehingga guru menciptakan suasana diskusi
berjalan sesuai harapan.
Pada siklus II diperoleh hasil yang memuaskan bahwa persentase ketuntasan siswa adalah
sebesar 88,89 % yang memenuhi KKM sedangkan yang tidak tuntas 11,11%. Dari 9 siswa, 8
siswa yang mendapat nilai diatas KKM dan 1 siswa dibawah KKM, nilai rata-rata kelas yaitu
sebesar 86,67. Hasil dari pembelajaran siklus II tentang materi kalimat pujian dapat meningkat
itu karena peneliti menggunakan model belajar Cooperative Learing dan media video. Pada
pembelajaran siklus II pertama setelah guru menjelaskan tentang materi dan tanya jawab dengan
siswa kemudian guru meminta seluruh siswa untuk melihat video yang diberikan oleh guru, disini
dapat dilihat bahwa siswa jika dipertunjukkan oleh video mereka akan lebih fokus dalam
menerima pelajaran, kemudian guru meminta siswa mengamati video tersebut yang kemudian
dari video tersebut akan dibahas pada kelompok kecil mereka. Kelompok juga telah diatur oleh

10
guru yaitu guru menyampur anak yang pandai dan kurang pandai menjadi satu sehingga saat
berdiskusi diharapkan anak yang pandai dapat memberikan penjelasan kepada temannya yang
kurang sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai bersama. Penelitian lain juga menjelaskan
bahwa kelebihan menggunakan media video adalah dapat menarik perhatian dan meningkatkan
pemahaman siswa juga memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Namun, penggunaan
media video dalam pembelajaran juga memiliki kelemahan karena keterbatasan teknis yang
menurut guru mengganggu, dan membutuhkan usaha lebih untuk menemukan video yang sesuai
dengan konteks yang akan diajarkan, kepasifan video yang dibuat oleh guru cenderung hanya
memutar video secara pasif tanpa aktivitas lebih lanjut di media (Rizky, 2019).
Peningkatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti mulai prasiklus, siklus I hingga
siklus II yaitu masing-masing sebesar 22,22%, 66,67%, 88,89%. Peningkatan ketuntasan belajar
atau pencapaian KKM tiap siklus mengalami penaikan mulai pra siklus sampai siklus II. Dimana
pada siklus II telah mencapai target yang diinginkan sehingga peneliti menghentikan penelitian
sampai siklus II. Model pembelajaran Coopertive Learning dengan menggunakan media video
sebaiknya terus dikembangkan dan diterapkan untuk pembelajaran di sekolah agar meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar mencapai tujuannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran


Cooperative Learning dengan media video dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas I
SDN PENAMBANGAN pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi kalimat pujian, terlihat
dengan adanya perubahan motivasi kearah perbaikan dan meningkatnya hasil belajar siswa.
Setelah melakukan tes, hasil tes yang diperoleh pada setiap akhir siklus menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia cukup signifikan. Mulai dari prasiklus yang awalnya
22,22 % yang mencapai ketuntasan atau diatas KKM, kemudian siklus I terjadi peningkatan
sebesar 66,67% dan terakhir siklus II mengalami peningkatan 88,89%.
Berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti memberikan saran yang perlu dipertimbangkan.
Model pembelajaran Coopertive Learning dengan menggunakan media video sebaiknya terus
dikembangkan dan diterapkan untuk pembelajaran di sekolah tidak hanya untuk pembelajaran
Bahasa Indonesia tetapi untuk semua pembelajaran yang lain agar motivasi belajar pada tiap

11
individu siswa dapat meningkat sehingga hasil belajar mencapai tujuan yang diinginkan. Karena
dengan media video ini membuat anak-anak mempunyi motivasi belajar yang tinggi dengan
adanya rasa ingin tahu tentang apa yang akan diputar melalui video serta pasti lebih
memperhatikan pelajaran yang disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2021). Strategi Pembelajaran di SD. Edisi 1 Cet.35. Tangerang Selatan. Universitas
Terbuka
Fitriyani, D, M., Sugeng, E, P, W., & Galih, Y. (2021). Penerapan Media Audio Visual pada
Tema 1 Kelas 4 sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keaktifan Belajar Siswa
di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 59-66.
Hariyadi, A., Fuadul, M., & Alvinda, P. (2021). Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Media
Audio Visual pada Mata Kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Ilmiah
Kependidikan, 12(1), 110-116.
Hasan, M., Milawati., Darodjat., Tuti, Khairani Harahap., Tasdin Tahrim., Ahmad Mufit
Anwari., Azwar Rahmat., Masdiana., & Made Indra P. (2021). Media Pembelajaran.
Cetakan 1. Klaten. Tahta Media Group.
Jalaludin. (2021). Penelitian Tindakan Kelas (Prinsip dan Praktik Instrumen Pengumpulan
Data). Cetakan 1. Surabaya. Pustaka Media Guru.
Khair, U. (2018). Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra di SD dan MI. Jurnal Pendidikan
Dasar, 2(1), 1-18.
Mahanani, P,S,E. (2022). Penerapan Metode Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas 3 SDN Tambakrejo Gurah Kediri. Jurnal
Tindakan Kelas, 2(2), 86-93.
Marwani. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bilangan Bulat melalui
Pembelajaran Jarak Jauh dengan Media Video Pembelajaran pada Siswa Kelas IV C SD
Negeri Wonosari I Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 1(2), 28-
34.

12
Mu’minah, I,H. (2021). Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Video sebagai Alternatif
dalam Pembelajaran Daring Ipa pada Masa Pandemi COVID-19. Prosiding Penelitian
Pendidikan Dan Pengabdian 2021, 1(1), 1197–1211.
Nurdyansyah. (2019). Media Pembelajaran Inovatif. Cet 1. UMSIDA Press. Sidoarjo.
Nurwahidah, C, D., Zaharah., & Ibnu, S. (2021). Media Video Pembelajaran dalam
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Mahasiswa. Jurnal Pemikiran dan Pencerahan, 17(1),
118-127.
Risky, S, M. (2019). Analisis Penggunaan Media Video pada Mata Pelajaran IPA di Sekolah
Dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan, 28(2), 73-79.
Sari, S, E. (2022). Penggunaan Google Form sebagai E-LKPD pada Materi Lambang Unsur,
Rumus Kimia dan Persamaan Reaksi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas
X Semester Ganjil di SMKN 1 SEBERIDA TP 2021/2022. Jurnal ESTUPRO, 7(1), 11-20.
Satriadi, & Muassomah. (2021). Cooperative Learning dalam Bahasa Arab: Metode Belajar di
MA Nurul Huda. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 2(2), 161-174.
Suralaga, F. (2021). Psikologi Pendidikan Implikasi dalam Pembelajaran. Edisi 1. Depok. PT.
RajaGrafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai