Hukum Perusahaan
“HUKUM PERUSAHAAN”
Daftar Isi
Kata Pengantar 1
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
Isi 4
II. Unsur-Unsur Perusahaan 4
III. Dasar Hukum Perusahaan 5
IV. Jenis-Jenis Perusahaan 6
V. Persekutuan Komanditer/Commanditaire Vennootschap (CV) 7
VI. Badan Hukum 8
VII. Organ PT 12
VIII. Dokumen Perusahaan 15
IX. Hak Kekayaan Intelektual 23
X. Saham 25
XI. Corporate Social Responsibility 27
XII. Contoh Kasus 29
BAB 1II 31
PENUTUP 31
Kesimpulan 31
Daftar Pustaka 32
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hukum perusahaan adalah semua peraturan hukum yang mengatur mengenai segala je
nis usaha dan bentuk usaha. Pengertian mengenai perusahaan dapat ditemukan pada pasal 1 U
ndang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, yang menyebutkan ba
hwa Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus menerus didirikan, bekerja dan berkedudukan di Indonesia dengan tuj
uan memperoleh keuntungan/laba.
Menurut Prof. Molengraff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan s
ecara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memper
niagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian
perdagangan. Di sini Molengraff memandang perusahaan dari sudut “ekonomi”;
Hukum yang mengatur tentang seluk beluk bentuk hukum perusahaan ialah Hukum P
erusahaan. Hukum Perusahaan merupakan pengkhususan dari beberapa bab dalam KUH Perd
ata dan KUHD (Kodifikasi) ditambah dengan peraturan perundangan lain yang mengatur tent
ang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perkembangan duni
a perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan merupakan peraturan-perat
uran hukum yang masih baru. Apabila hukum dagang (KUHD) merupakan hukum khusus (le
x specialis) terhadap hukum perdata (KUH Perdata) yang bersifat lex generalis, demikian pul
a hukum perusahaan merupakan hukum khusus terhadap hukum dagang.
Di dalam perusahaan terdapat unsur-unsur perusahaan itu sendiri yaitu, badan usaha, k
egiatan dalam bidang perekonomian, terus menerus, bersifat tetap, terang-terangan, keuntung
an dan atau laba, dan pembukuan. Sedangkan untuk dasar hukum perusahaan sendiri terdiri d
ari yaitu, perundang-undangan, kontrak perusahaan, yurisprudensi, kebiasaan.
Maka dari itu, dalam paper ini kelompok kami akan membahas secara lebih rinci terka
it hukum perusahaan mulai dari pengertian hingga terkait saham dan juga unsur-unsur lainnya
yang merupakan bagian penting peraturan untuk mengatur suatu perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Isi
I. Pengertian Perusahaan
1. Menurut KBBI :
- “Kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan pe
ralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan (de
ngan menghasilkan sesuatu, mengolah atau membuat barang-barang, b
erdagang, memberikan jasa, dan sebagainya).”
- “Organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha”
2. Menurut Molengraaff (1966)
Keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar,
untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyera
hkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.
3. Menurut Polak
Memandang perusahaan dan sudut komersial, artinya baru dapat dikatakan per
usahaan apabila diperlukan perhitungan laba dan rugi yang dapat diperkirakan
dan dicatat dalam pembukuan. Polak juga menambahkan unsur pembukuan pa
da unsur-unsur lain seperti yang telah dikemukakan oleh Molengraaff.
Kontrak perusahaan atau yang biasa juga disebut dengan perjanjian sel
alu ditulis dan dianggap sebagai sumber utama hak dan kewajiban pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu kesepakatan. Apabila saat tertentu terjadi perselisiha
n antara pihak-pihak terkait, dalam hal ini saat kontrak perusahaan masih berla
ku, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui perdamaian, arbitrase, atau pe
ngadilan umum sekalipun jika tidak ditemui penyelesaian yang jelas. Tentunya
kontrak perusahaan ini yang akan memberikan pertimbangan tertentu sekaligu
s secara jelas akan mempengaruhi putusan. Karena secara jelas semua menyan
gkut kontak dan ketentuannya telah tercantum dalam kontrak tersebut.
● Yurisprudensi
● Kebiasaan
Kebiasaan merupakan sumber hukum khusus yang tidak tertulis secara formal.
Kebiasaan sebagai sumber hukum dapat diikuti pengusaha tatkala peraturan m
engenai pemenuhan hak dan kewajiban tidak tercantum dalam undang-undang
dan perjanjian. Karena itulah kebiasaan yang telah berlaku dan berkembang di
kalangan pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan lazim menjadi pa
nutan untuk mencapai tujuan sesuai kesepakatan. Kebiasaan yang biasanya da
pat menjadi acuan bagi perusahaan adalah yang memenuhi kriteria sebagai ber
ikut:
Menurut pasal 19 KUHD CV adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusa
haan yang dibentuk satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung men
anggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab slider) pada satu piha
k, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi modal (geldscheiter) pada pihak yang lai
n.
Regulasi: Pasal 19 – 21 KUHD
Karakteristik CV yang tidak dimiliki Badan Usaha lainnya adalah terdapat dua jenis k
eanggotaan yaitu
- Persero aktif (persero kerja)
Merupakan anggota yang memiliki peran menjalankan aktivitas perusahaan m
emiliki tanggung jawab yang tidak terbatas. Seorang persero aktif akan bertind
ak melakukan segala tindakan pengurusan atas Perseroan. Ketika terjadi kerug
ian maka sekutu aktif akan bertanggung jawab secara penuh dengan seluruh h
arta pribadinya untuk mengganti kerugian yang dituntut oleh pihak ketiga.
- Persero pasif (persero komanditer)
Anggota yang memberikan modal usaha tanpa ikut serta dalam menjalankan a
ktivitas perusahaan (sleeping partner) dan memiliki tanggung jawab hanya seb
esar modal yang ditanamkan pada perusahaan.
CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah daripada PT, yaitu h
anya mensyaratkan pendirian oleh 2 orang, dengan menggunakan akta Notaris yang b
erbahasa Indonesia. Untuk pendirian CV, tidak diperlukan adanya pengecekan nama C
V terlebih dahulu. Oleh karena itu proses nya akan lebih cepat dan mudah dibandingk
an dengan pendirian PT.
3. Modal PT
a. Modal dasar
Modal dasar adalah nominal modal disebutkan dalam anggaran dasar dan menj
adi penentu pertama perusahaan beroperasional. Seperti yang diamanatkan dal
am UU No 40 Tahun 2007 modal dasar adalah sebesar Rp 50 juta. Sementara
dalam PP No 8 Tahun 2021 yang merupakan turunan dari UU Ciptaker menye
but bahwa modal dasar perseroan harus ditempatkan dan disetor penuh paling
sedikit 25% atau dua puluh lima persen yang dibuktikan dengan bukti penyeto
ran yang sah.
Lebih lanjut, hal tersebut juga diatur dalam salah satu aturan pe
laksana undang-undang cipta kerja yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 2021 tentang Modal Dasar Perseroan Serta Pendaftaran Pendir
ian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang Memenuhi Kriteria u
ntuk Usaha Mikro dan Kecil (“PP No. 8/2021”).
Setelah modal dasar telah dipenuhi, pemilik perusahaan mulai menentukan ber
apa modal yang harus ditempatkan pada perusahaan tersebut. Bila terdapat leb
ih dari satu pemilik perusahaan, berarti kebutuhan modal yang hendak ditempa
tkan bisa dibagi secara merata. Bila sesuai dengan UU No 40 Tahun 2017, mo
dal yang ditempatkan bisa sekitar 25% dari modal dasar untuk pemilik modal.
Bukti setoran tersebut akan menjadi lampiran berkas yang harus diserahkan ke
tika pendaftaran di Kementerian Hukum dan HAM. Selanjutnya modal yang d
itempatkan tersebut nantinya akan menjadi bukti kepemilikan dalam bentuk
saham sebuah perusahaan.
Modal yang dianggap nyata atau riil, sebab modal tersebut sudah benar-benar
disetorkan ke dalam perusahaan. Pemegang saham yang menanamkan modal d
VII. Organ PT
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan eksklusif yang tid
ak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dala
m Undang-Undang dan/atau anggaran dasar. RUPS memiliki kewenangan untuk;
Direksi memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan sesuai den
gan tujuan perusahaan tersebut. Direksi yang diangkat oleh perusahaan tidak harus me
miliki kewarganegaraan Indonesia tetapi juga dapat memiliki kewarganegaraan asing.
UU PT sendiri tidak mengatur mengenai ketentuan warga negara apa yang dapat men
duduki jabatan direktur.
10
1. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rap
at rapat
2. Membuat laporan tahunan untuk disampaikan kepada RUPS.
3. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan diatas da
n dokumen Perseroan lainnya.
Prinsip pengelolaan suatu perusahaan dalam literatur dikenal beberapa prinsip yakni :
1. Prinsip Kolegial
Menurut prinsip ini, kedudukan para direktur sama tingginya sehingga tidak a
da yang menjadi Presiden Direktur, Perbedaan hanya terletak tugas, wewenang
dan tanggung jawab.
2. Prinsip Direktorial
Menurut prinsip ini seorang direktur menjadi presiden direktur atau direktur ut
ama. Sedangkan direktur lainnya, berada di bawahnya dan bertanggung jawab
kepadanya. Sedangkan presiden direktur bertanggung jawab kepada dewan ko
misaris.
3. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada Direk
si. Kewajiban, disebutkan di dalam Pasal 108 ayat (1) UU PT adalah melakukan peng
awasan atas kebijakan pengurusan, pengelolaan pada umumnya, baik mengenai Perser
oan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah perorangan yang mampu mela
ksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota D
ireksi atau menjadi anggota Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan perser
oan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pida
11
na yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkat
an. Kewajiban lain yang terdapat dalam Pasal 116 UU PT, berupa:
Komisaris berwenang Memeriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti dan
berhak mencocokkan keadaan keuangan, berhak mengetahui segala tindakan yang tela
h dijalankan Direksi, dan Komisaris berhak memberhentikan untuk sementara seorang
atau lebih anggota Direksi apabila anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan de
ngan Anggaran Dasar atau perundang-undangan yang berlaku.
Dampak apabila salah satu organ ini tidak ada maka PT tidak dapat didirikan a
tau harus terjadi perubahan anggaran dasar karena dalam UU PT telah disebutkan bah
wa organ perusahaan adalah RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris.
Macam-Macam PT:
- PT terbuka
- PT tertutup
- PT kosong
- PT domestik
- PT perseorangan
- PT Asing
12
13
14
15
nis dan nilai kegunaannya dan dipakai sebagai pedoman pemusnahan dokum
en perusahaan”. Di dalam Undang- Undang tersebut juga dijelaskan secara ri
nci tepatnya mengenai jangka waktu penyimpanan lainnya bagi dokumen peru
sahaan. Dimana di dalam UU Nomor 8 tahun 1997 pasal 1,2,3,4, dan 5 tentang
Dokumen perusahaan dijelaskan bahwa,
16
17
18
19
20
Hak kekayaan intelektual (HKI) terbagi menjadi dua kategori, yaitu hak cipta dan hak
kekayaan industri. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak unt
uk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu de
ngan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undang
an yang berlaku. Sedangkan hak kekayaan industri terdiri dari hak:
Manfaat HKI:
Sistem HKI:
1. First-to-file
2. Hak Privat
21
Hak Privat adalah keadaan dimana perusahaan berhak memutuskan untuk men
daftarkan klaim HKI atau tidak atas produknya.
Di Indonesia apresiasi terhadap hak kekayaan intelektual ini masih rendah, seh
ingga terkadang masih ada yang menganggap Hak Kekayaan Intelektual ini tidak dibu
tuhkan. Padahal kenyataannya Hak kekayaan intelektual ini berguna untuk melindung
i pengusaha dari kemungkinan penggunaan hak miliknya tanpa izin. Oleh karena itu p
enting bagi Eksportir untuk mempersiapkan produknya terkait dengan HKI sebelum
melakukan Ekspor agar produknya tersebut memiliki perlindungan hukum.
X. Saham
Prinsip separate legal personality diatur secara normatif dalam Pasal 3 ayat (1) UUPT
yang menyebutkan bahwa pemegang saham PT tidak bertanggung jawab secara priba
di atas perikatan yang dibuat atas nama PT dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
PT melebihi saham yang dimiliki. Namun, ketentuan di atas tidak berlaku dan pemega
ng saham dapat dimintai pertanggungjawaban hukum berdasarkan Pasal 3 ayat (2) U
UPT apabila:
22
Pasal 61 ayat (1) UUPT; Pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhad
ap PT ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan PT yang diangg
ap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, direksi, d
an/atau dewan komisaris.
Pasal 62 ayat (1) UUPT; Pemegang saham berhak meminta kepada PT agar sa
hamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak meny
etujui tindakan PT yang merugikan pemegang saham atau PT, berupa:
Sejak berlakunya UU Cipta Kerja, selain PT persekutuan modal sebagaimana telah dij
elaskan sebelumnya, terdapat konsep perseroan baru yaitu PT perorangan yang meme
nuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil (“UMK”). PT ini dapat didirikan oleh 1 orang (n
atuurlijke persoon), sehingga terdapat pemegang saham tunggal.
23
CSR dapat dipandang dari aspek hukum (legal), walaupun sejatinya aspek hukum dari
CSR akan selalu terikat dengan ketiga aspek lainnya (filantropi, etis, dan ekonomi). P
embicaraan mengenai CSR dari perspektif hukum, maka tentu akan berkenaan dengan
tanggung jawab hukum (legal responsibility). Dengan demikian CSR dilihat sebagai b
agian dari tanggung jawab hukum atau tanggung jawab yang didasarkan atas hukum.
menurut Archie Caroll: (Matter: 2006). CSR itu sendiri dan tulisan ini, secara lebih sp
esifik akan menyoroti persoalan tersebut dalam bingkai hukum di Indonesia.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau lebih dikenal corporate S
ocial Responsibility (CSR) adalah Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT No. 40 Tahun 200
7, adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi ber
kelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, b
aik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Dalam hal ini setiap perseroan memiliki kewajiban dalam melaksanakan TJSL ini sep
erti diamanatkan dalam Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007 sebagai berikut:
24
Untuk menghitung besaran dana CSR yang dialokasikan bisa diukur dari laba
bersih atau besaran keuntungan perusahaan, apakah persentasenya 2,5% atau 3% dari
keuntungan selama sesuai dengan asas kepatutan dan kewajaran. Sedangkan dalam Pe
raturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007 besarannya sebesar 2% dari laba (S
uharyono, 2015:1) dan (Widyana P:2010:1)
Landasan hukum untuk pemberlakuan CSR juga harus memenuhi 3 (tiga) land
asan tersebut yakni filosofis, sosiologis dan yuridis. Dengan berlandaskan pada ketiga
landasan ini maka lengkaplah landasan hukum pemberlakuan CSR memperoleh keabs
ahan filsafati, sosiologis dan yuridis. (Rahardjo:2006) Pada paper ini, tim penyusun ak
an lebih berfokus pada bahasan landasan hukum CSR Yuridis. CSR dikenal juga deng
an sebutan TJSL (Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan) itu sudah diatur sedemikia
n rupa dalam:
Untuk menghitung besaran dana CSR yang dialokasikan bisa diukur dari laba
bersih atau besaran keuntungan perusahaan, apakah persentasenya 2,5% atau 3% dari
keuntungan selama sesuai dengan asas kepatutan dan kewajaran. Sedangkan dalam Pe
raturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007 besarannya sebesar 2% dari laba (S
uharyono, 2015:1) dan (Widyana P:2010:1)
Landasan hukum untuk pemberlakuan CSR juga harus memenuhi 3 (tiga) land
asan tersebut yakni filosofis, sosiologis dan yuridis. Dengan berlandaskan pada ketiga
landasan ini maka lengkaplah landasan hukum pemberlakuan CSR memperoleh keabs
ahan filsafati, sosiologis dan yuridis. (Rahardjo:2006) Pada paper ini, tim penyusun ak
an lebih berfokus pada bahasan landasan hukum CSR Yuridis. CSR dikenal juga deng
25
an sebutan TJSL (Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan) itu sudah diatur sedemikia
n rupa dalam:
Kejaksaan Tinggi Riau, pada Selasa 12 November 2019, menyatakan berkas kasus ke
bakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menyeret PT SSS (Sumber Sawit Sejahtera) t
elah lengkap atau P21. Dalam kasus karhutla ini ada tiga tersangka, yaitu korporasi (P
T. SSS), direktur utama PT tersebut sebagai pelaku fungsional, dan manajer operasion
al sebagai pelaku pembakar lahan.
Penetapan korporasi sebagai tersangka kasus karhutla di Riau mendapat sorota
n dari pengamat hukum pidana korporasi Ari Yusuf Amir. Ari mengungkapkan pada b
erbagai kasus tindak pidana korporasi di Indonesia, termasuk kasus Karhutla, jajaran
direksi sering menjadi pihak yang rentan ditetapkan sebagai tersangka. Jarang sampai
menyentuh ke level pemegang saham. “Alasan utamanya karena kesulitan pembuktian
keterlibatan pemegang saham,”
Ari menjelaskan, penyidik masih berpedoman pada Pasal 3 ayat (1) UU No. 4
0 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Dalam pasal tersebut, pemegang sa
ham dinyatakan hanya bertanggung jawab sebatas saham korporasi yang dimilikinya.
Keterbatasan tanggung jawab pemegang saham tersebut memiliki dua makna.
Pertama, pemegang saham tidak mungkin melakukan tindak pidana korporasi
26
karena hanya menanamkan modal, dan tidak terlibat dalam kegiatan operasional. Ked
ua, tanggung jawab pemegang saham hanya terbatas besar-kecilnya perolehan devide
n atas sahamnya.
Diungkapkan Ari, berulang-ulangnya kasus karhutla di wilayah konsesi korpor
asi tertentu, patut diduga tindak pidana tersebut merupakan kebijakan korporasi. Dise
but kebijakan korporasi, karena Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) memerlukan
waktu yang lama dan biaya mahal. “Karena tujuan korporasi adalah memperoleh laba
sebesar-besarnya, maka dipilihlah alternatif yang mudah, cepat dan hemat, yaitu meng
gunakan teknik pembakaran lahan,” ujar Ari.
Sementara untuk membuktikan ada-tidaknya pengaruh pemegang saham, men
urut Ari dapat dilakukan pembuktiannya melalui beberapa tahap. Tahap pertama, perl
u diselidiki apakah direksi merupakan orang yang ditempatkan oleh pemegang saham
pengendali? Para pemegang saham sering menggunakan modalnya untuk mempengar
uhi direksi dan komisaris dalam mengambil kebijakan yang menguntungkannya.
Bentuk penggunaan pengaruh modal oleh pemegang saham biasanya berupa p
enunjukan direksi dan komisaris. Bila direksi merupakan orang yang ditunjuk oleh pe
megang saham pengendali, maka, dalam konteks pidana, pemegang saham dapat dimi
ntai pertanggungjawaban pidana atas tindakan buruk direksi yang dia pilih.
Tahap kedua, untuk membuktikan keterlibatan pemegang saham dalam kasus
Karhutla adalah dengan melihat dokumen Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). D
alam dokumen RUPS dapat dibaca rencana tindakan korporasi untuk mematuhi persy
aratan yang diatur dalam undang-undang di bidang pembukaan lahan. Seharusnya kor
porasi sudah memahami dengan benar persyaratan yang diatur dalam undang-undang
untuk pembukaan lahan. “Bila dalam dokumen terdapat ketidaksesuaian, maka perlu d
ilihat penyebab ketidaksesuaian tersebut,” urai Ari.
Menurut Ari, secara teoritis, pemegang saham tidak boleh mempengaruhi kebi
jakan direksi, kecuali melalui organ korporasi yaitu RUPS. Namun dalam kenyataann
ya seringkali pemegang saham pengendali, dengan kekuasaan yang dimilikinya, berti
ndak diluar kewenangannya untuk mengatur direksi dan komisaris (ultra vires). Terha
dap tindakan tersebut, menurut Pasal 3 ayat (2) UU PT, pemegang saham telah kehila
ngan hak imunitasnya.
Hak imunitas pemegang saham adalah pertanggungjawaban terbatas atau limit
ed liability. Dengan kata lain, bila pemegang saham melakukan tindakan ultra vires, m
aka pertanggungjawaban pemegang saham tidak lagi sebatas saham yang disetor, mel
27
ainkan -- menurut rumusan pasal 55 KUHP-- menjadi pihak yang menyuruh melakuk
an atau membantu melakukan tindak pidana.
Dengan demikian limited liability dapat ditembus atau piercing the corporate v
eil, dan pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi. Sebagaimana diatur dala
m Pasal 3 ayat (2) UU PT. “Dengan dua tahap pembuktian dan doktrin ultra vires ters
ebut, semestinya aparat penegak hukum tidak ragu untuk menjerat pidana pemegang s
aham dari korporasi yang melakukan tindak pidana Karhutla,” kata Ari.
Ari menjelaskan, bila pemegang saham selalu berlindung di balik tameng korp
orasi maka kasus kejahatan korporasi termasuk kasus karhutla akan terus terjadi. Seda
ngkan penerapan sanksi pidana bagi pemegang saham akan membuat mereka lebih be
rhati-hati untuk berbuat jahat dan curang, dan dapat membuat korporasi berjalan lebih
sehat. “Korporasi yang sehat akan berdampak positif bagi iklim investasi di Indonesia,
dan menguntungkan negara untuk proses pembangunan ekonomi berkelanjutan,” tuka
snya.
28
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perusahaan adalah segala bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat t
etap, terus menerus, bekerja, berada dan didirikan di wilayah Negara Indonesia dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan atau badan usaha terdiri dari perusahaa
n berbadan hukum dan tidak berbadan hukum. Sebuah perusahaan dapat dikatakan berbadan
hukum bila memiliki unsur-unsur seperti Adanya harta kekayaan yang dipisahkan, Mempuny
ai tujuan tertentu, Mempunyai kepentingan sendiri, Adanya organisasi yang teratur, Proses pe
ndiriannya mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman
Hukum perusahaan (corporate law) merupakan sebuah hukum yang mengatur tentang selu
k beluk bentuk hukum perusahaan. Hukum perusahaan adalah pengkhususan dari beberapa ba
b dalam KUH Perdata dan KUHD (kodifikasi) ditambah dengan sebuah peraturan perundang
an lain yang mengatur tentang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai d
engan perkembangan dunia perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan a
dalah peraturan-peraturan hukum yang masih baru. Jika hukum dagang (KUHD) adalah huku
m khusus (lex specialis) terhadap hukum perdata (KUH Perdata) yang sifatnya lex generalis,
demikian pula hukum perusahaan merupakan hukum khusus terhadap hukum dagang.
Dengan mengacu kepada undang-undang wajib daftar perusahaan, maka perusahaan didefi
nisikan sebagai ”setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap,
terus-menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia de
ngan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”. Bertitik tolak dari definisi tersebut, mak
a lingkup pembahasan hukum perusahaan meliputi 2 (dua) hal pokok, yaitu bentuk usaha dan
jenis usaha. Keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang bentuk usaha dan jenis usaha
disebut hukum perusahaan.
29
Daftar Pustaka
Adminlp2m. 2021. Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI): Pengertian dan Jenisnya. Diakses
Arifi, Bhirawa Jayasidayatra. 2022. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Saham
Legal, T. 2022. Syarat minimal modal PT Tahun 2022 dan Cara Penambahannya. Legiska.
Diakses pada 16 November 2022 https://www.legiska.co.id/post/syarat-minimal-modal-
tahun-2022-dan-cara-penambahan-modal-pt#:~:text=Modal%20dasar%20adalah%20total
%20jumlah
Pelatihan, J. 2020. Dasar Hukum perusahaan. Dasar Hukum Perusahaan Comments. Diakses
pada 16 November 2022 https://www.pelatihan-sdm.net/dasar-hukum-perusahaan/
Pramana, P. byB. A. 2020. Pengertian dari PT Kosong Dan kegunaannya bagi perusahaan.
Legistra. Diakses pada 22 November 2022 https://legistra.id/berita/pengertian-pt-kosong
Rosita. 2010. Definisi Dan Ruang Lingkup Hukum perusahaan. rosita. Diakses pada 16
November 2022
https://rosita.staff.uns.ac.id/2010/07/23/definisi-dan-ruang-lingkup-hukum-perusahaan/
30
S, R. U. 2022. Apa definisi dokumen perusahaan menurut UU no 8 tahun 1997? Prima Doc.
Diakses pada 16 November 2022
https://primadoc.id/apa-definisi-dokumen-perusahaan-menurut-uu-no-8-tahun-1997/
Tempo.co. 2022. 8 syarat mendirikan pt Atau Perseroan Terbatas, Penuhi Ketentuan Ini.
Tempo. Diakses pada 15 November 2022 https://bisnis.tempo.co/read/1576365/8-syarat-
mendirikan-pt-atau-perseroan-terbatas-penuhi-ketentuan-ini
Watupongoh, J. J. 2019. Makalah Kelompok hukum perusahaan " Bentuk Bentuk Hukum
perusahaan ". Makalah Hukum Perusahaan. Diakses pada 16 November 2022
https://www.academia.edu/41002000/MAKALAH_KELOMPOK_Hukum_Perusahaan_Bent
uk_Bentuk_Hukum_Perusahaan_
Zone, S. 2020. Hukum Perusahaan : Pengertian, Unsur-unsur Dan Sumber Hukum. Hukum
Perusahaan : Pengertian, Unsur-unsur dan Sumber Hukum. Diakses pada 16 November
2022 https://hasyimsoska.blogspot.com/2020/04/hukum-perusahaan-pengertian-unsur-
unsur.html
31
Resume
(Pertanyaan Kelompok)
Jawab:
Makelar tidak resmi disini maksudnya adalah makelar yang di dalam menjalan
kan perusahaannya tidak diangkat secara resmi oleh pemerintah dan tidak mengucapk
an sumpah di Pengadilan Negeri. Makelar tidak resmi tersebut dipandang sebagai pe
megang kuasa biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 63 KUHD jo Pasal 1792 KUHPe
rdata. Makelar tidak resmi memiliki perbedaan mendasar dengan makelar resmi, yaitu:
a. Pemegang kuasa mendapat upah, bilamana hal tersebut ditetapkan dalam perja
njian pemberian kuasa yang bersangkutan (Pasal 1794 KUHPerdata), sedangk
an makelar harus mendapatkan upah yang disebut provisi.
b. Pemegang kuasa harus membuat catatan-catatan menurut Pasal 6 KUHD, seda
ngkan makelar harus membuat buku saku dan buku harian menurut Pasal 66 d
an 68 KUHD
c. Makelar berkewajiban untuk menyimpan contoh barang dalam jual beli denga
n contoh (Pasal 69 KUHD), sedangkan pemegang kuasa tidak memiliki kewaji
ban demikian.
d. Makelar harus menanggung sahnya tanda tangan penjual wesel atau surat berh
arga lainnya (Pasal 70 KUHD), sedangkan pemegang kuasa tidak memiliki ke
wajiban demikian.
Bagaimanakah tata cara penambahan modal dasar PT yang sesuai dengan unda
ng-undang?
Jawab :
32
Tata cara penambahan modal PT diatur dalam Pasal 41 UU No. 40/2007 yang
menyebutkan:
Lebih lanjut, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) penambahan modal ditempatka
n dan disetor wajib untuk dihadiri dengan kuorum min. lebih dari 50% (lima puluh pe
rsen) dari total jumlah saham. Sedangkan, syarat sahnya keputusan RUPS untuk pena
mbahan modal adalah min. lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dari total suara y
ang dikeluarkan (kecuali ditentukan lebih besar dalam anggaran dasar). Keputusan R
UPS kemudian dituangkan dalam suatu akta yang berbentuk notaril yang dinamakan
Akta RUPS.
Jawab :
Proses pengajuan nama PT ini bertujuan untuk mengecek nama PT, karena pen
ggunaan nama PT tidak boleh mirip dengan PT yang sudah ada sebelumnya. Maka itu
pengaju perlu menyiapkan dua sampai tiga pilihan nama PT. Pendaftaran nama PT ju
ga bertujuan mendapatkan persetujuan dari instansi terkait (Kemenkumham) sesuai de
ngan UUPT dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2011 Ten
tang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas. Dimana berikut i
ni merupakan syarat atau ketentuan untuk mengajukannya, yaitu :
33
● Melampirkan fotokopi Kartu Identitas Penduduk (KTP) para pendiri dan para
pengurus perusahaan.
● Melampirkan fotokopi Kartu Keluarga (KK) pimpinan/pendiri PT.
Terkait dengan slide mengenai Perseroan Terbatas atau PT, apakah kelebihan da
n kekurangan dari PT itu sendiri?
Jawab:
Kelebihan:
Kekurangan:
1. Jual beli saham secara bebas dapat menimbulkan spekulasi. Pada kondisi harg
a saham jatuh, PT yang besar pun bisa terancam bangkrut.
2. Rahasia perusahaan kurang terjamin karena seluruh kegiatan perusahaan harus
dilaporkan kepada pemilik modal/saham.
3. Para pemegang saham kurang peduli terhadap kondisi perusahaan karena lebih
mengutamakan perolehan dividen.
4. Pajak perusahaan besar.
34
35