Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, Petunjuk Teknis Program Pengampuan Layanan Diabetes di Indonesia
dapat diselesaikan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Petunjuk
Teknis (Juknis) Pengampuan Penyelenggaraan Pelatihan Bidang Kesehatan
disampaikan ucapan terima kasih, semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan
rahmat hidayah-Nya kepada kita semua.
KATA PENGANTAR
KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Landasan Hukum
E. Pelatihan Khusus
- Pelatihan manajerial layanan DM komprehensif
- Pelatihan pengisian registri DM nasional
- Pelatihan dietisien dewasa lanjutan
- Pelatihan dietisien anak lanjutan
- Pelatihan perawatan kaki diabetes
- Pelatihan pembuatan sepatu diabetes
- Pelatihan klinik pump insulin
- Pelatihan klinik exercise
- Transisi diabetes anak ke dewasa
BAB IV PENUTUP
LAMPIRAN
Lampiran I. Regionalisasi Pengampu Layanan Diabetes
Lampiran II. Instrumen Penilaian (Assessment)
Lampiran III. Laporan Hasil Penilaian (Assessment) Awal
Lampiran IV. Lembar Pengisian Data Dasar (Baseline Data)
Lampiran V. Kriteria RS Pengampu Program Pengampuan Layanan Diabetes
DAFTAR SINGKATAN
1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) termasuk kedalam 10 besar penyakit penyebab kematian
terbanyak dalam kelompok penyakit tidak menular setelah penyakit kardiovaskular,
kanker dan penyakit sistem pernapasan. Menurut data International Diabetes Federation
pada tahun 2021, sebanyak 537 juta penduduk dunia hidup dengan DM. Jumlah ini
diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan menjadi 783 juta pada
2045 mendatang. DM sendiri telah lama dianggap sebagai salah satu penyebab
mortalitas dan morbiditas terbanyak di dunia. Satu pasien dengan DM di dunia meninggal
setiap 5 detiknya. Selain itu, prevalensi DM pada anak meningkat, baik diabetes tipe-1
maupun tipe-2. Sebagian besar kasus DM tipe-1 terdiagnosis awal sebagai ketoasidosis
diabetikum (KAD). Mortalitas pada KAD berhubungan dengan edema serebri yang
umumnya terjadi 60-90% dari seluruh kematian akibat KAD. DM tipe-1 memerlukan
pengobatan dengan insulin seumur hidup dan berdampak penting pada pertumbuhan
dan perkembangan anak. Selain itu, peningkatan kejadian obesitas pada anak di dunia
juga meningkatkan risiko DM tipe 2 dan sindrom metabolik.
Di Indonesia sendiri, sebanyak 10,6% penduduk Indonesia hidup dengan DM.
Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 11,3% pada 2030 dan menjadi 11,7%
pada 2045—mengantarkan Indonesia sebagai salah satu dari 10 negara dengan jumlah
penyandang diabetes terbanyak di dunia. Hal ini tentunya juga akan meningkatkan angka
komplikasi kronis diabetes. Padahal, penelitian Hidayat (2022) menunjukkan bahwa
pasien diabetes dengan komplikasi membutuhkan biaya 2 kali lipat lebih tinggi daripada
pasien diabetes tanpa komplikasi. Berdasarkan data registri Ikatan Dokter Anak
Indonesia, terdapat 1368 anak dan remaja dengan DM tipe-1. Jika dibandingkan dengan
rerata prevalensi DM tipe-1 di dunia, maka jumlah tersebut masih rendah. Hal ini dapat
disebabkan karena banyak kasus yang tidak terdeteksi atau kurangnya kewaspadaan
terhadap komplikasi KAD.
Fokus manajemen DM adalah identifikasi sedini mungkin serta pencegahan
progresivitas penyakit menjadi DM dengan komplikasi yang akan meningkatkan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas. Karena itu, skrining, diagnosis dini dan tatalaksana
pada stadium awal faktor risiko dirasa sangat penting untuk pencegahan progresivitas
diabetes. Diperlukan suatu pendekatan pasien diabetes yang lebih komprehensif di
berbagai pusat layanan kesehatan, mulai dari tingkat layanan primer, sekunder, dan
tersier. Pengelolaan diabetes komprehensif perlu dilakukan oleh tim terpadu diabetes
yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lainnya. Layanan terpadu diabetes
memberikan layanan yang bersifat komprehensif dan terpadu multi disiplin, meliputi
skrining dan deteksi dini penyakit hingga pengelolaan komplikasi penyakit. Layanan ini
diharapkan dapat menurunkan biaya pelayanan kesehatan terkait diabetes
komplikasinya serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Diperlukan sistem rujukan
kesehatan yang baik di bidang diabetes, sehingga dapat menatalaksana diabetes secara
paripurna.
2. Tujuan
Petunjuk teknis (juknis) ini disusun dengan tujuan menjadi acuan dalam pelaksanaan
pengampuan layanan Diabetes di Indonesia.
3. Sasaran
1. Rumah sakit pengampu dan diampu, dan fasilitas kesehatan primer yang
termasuk dalam jejaring pengampuan layanan Diabetes
2. Organisasi profesi dan kolegium
3. Fakultas kedokteran/ universitas tempat pendidikan spesialis dan subspesialis
4. Kementerian Dalam Negeri
5. Direktorat Jendral Farmasi dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes) Kementerian
Kesehatan
6. Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota
7. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
8. Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
9. Organisasi perkumpulan pasien (contoh: PERSADIA, IKADAR)
4. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
5. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
6. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
7. Peraturan Pemerintah Nomor 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaga Negara
Republik Indonesia tahun 2010 nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5178)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052 tahun 2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
11. SK RS jejaring 9 program pelayanan prioritas
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 tahun 2013 tentang Program Bantuan
Pendidikan Dokter Spesialis/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
13. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana Diabetes
Melitus Tipe 2 Dewasa tahun 2019
14. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Diabetes Melitus pada
Anak tahun 2020
15. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan
Remaja tahun 2015
16. PPK IDAI Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak
dan Remaja tahun 2017
17. PPK IDAI Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serebri pada Diabetes Melitus
Tipe-1 tahun 2017
18. PPK IDAI Diagnosis dan Tata Laksana pada Sindrom Metabolik pada Anak
dan Remaja tahun 2014
19. PPK IDAI Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-2 pada Anak
tahun 2018
20. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 pada
Dewasa di Indonesia 2021
21. Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus 2021
22. Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia 2021
23. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperglikemia pada Kehamilan
2021
24. Pedoman Pengelolaan Prediabetes tahun 2019
BAB II
STANDAR LAYANAN DIABETES
Layanan diabetes sudah dimulai sejak dari komunitas berupa penjaringan individu
yang berisiko memiliki resistensi insulin. Berdasarkan Pedoman PERKENI
2021mengenai pengelolaan DM tipe 2, populasi yang berisiko adalah individu dengan:
Pengelolaan diabetes untuk anak dan remaja memerlukan dukungan dan peran dari
masing-masing fasilitas kesehatan (faskes) yang meliputi primer, sekunder dan tersier.
Di tingkat faskes primer, pelayanan diabetes diutamakan terkait dengan identifikasi
pasien diabetes pada anak dan remaja dan terhadap pasien diabetes tanpa komplikasi.
Pengelolaan diberikan oleh dokter dan tim terkait yaitu perawat, ahli gizi, edukator
diabetes, dan lainnya. Pada pasien-pasien tersebut, diberikan layanan diabetes standar
secara komprehensif yang meliputi terapi insulin untuk penyandang diabetes tipe-1,
pengaturan makan, aktivitas fisik, serta pemantauan gula darah secara berkala. Selain
itu, perlu ada kewaspadaan terkait tanda dan gejala diabetes yang mungkin muncul pada
anak. Tujuannya adalah deteksi dini diabetes serta mencapai kontrol glikemik yang baik
pada anak dan remaja dengan diabetes. Hal ini dapat dicapai melalui kegiatan edukasi
dan dukungan secara berkesinambungan baik dari pemberi layanan kesehatan maupun
dari peer-groupnya. Beberapa jenis insulin baik yang kerja cepat, kerja pendek, kerja
menengah, kerja panjang, dan campuran harus tersedia dan dapat diakses oleh pasien
diabetes khususnya diabetes tipe-1 tanpa melihat kadar HbA1c. Pada pasien diabetes
yang belum mencapai kendali glikemik yang baik maupun yang disertai oleh komorbiditas
lain atau mengalami komplikasi kronik maupun akut seperti ketoasidosis diabetikum,
perlu dirujuk ke faskes sekunder atau tersier.
Pengelolaan diabetes di faskes sekunder atau tersier bertujuan untuk mengelola diabetes
pada anak dan remaja yang lebih kompleks atau yang disertai oleh komplikasi. Selain
pengelolaan diabetes yang sesuai dengan standar utama pelayanan medis, terdapat
beberapa layanan tambahan yang mendukung pengelolaan kasus yang lebih kompleks,
seperti layanan klinik transisi dan klinik insulin pump. Fasilitas kesehatan dengan strata
lebih tinggi memiliki kapasitas SDM, sarana prasarana, alat kesehatan, serta obat-obatan
yang lebih mendukung, diantaranya tim multidisiplin, kualifikasi dan kompetensi dokter
spesialis dan subspesialis, serta layanan pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap dan
komprehensif.
Tim terpadu diabetes yang terdiri dari: Tim terpadu diabetes yang terdiri dari:
RS Strata Madya ● Dokter spesialis penyakit dalam yang telah mengikuti ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD
pelatihan DM terstruktur dari Perkeni ● Dokter spesialis penyakit dalam KGH
● Dokter spesialis penyakit dalam KGH ● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter
● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter spesialis jantung pembuluh
spesialis jantung pembuluh ● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis
● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis ● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular
● Dokter Spesialis Mata ● Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi
● Dokter Spesialis Gizi Klinik neurovaskular
● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi atau ● Dokter Spesialis Mata
Personal Trainer ● Dokter Spesialis Gizi Klinik
● Dokter Spesialis anak ● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga
● Dokter ● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
● Perawat medis ● Personal Trainer
● Perawat gizi ● Dokter Spesialis anak
● Petugas rehabilitasi medik ● Dokter spesialis anak fellowship diabetes
● Edukator DM ● Dokter
● Perawat medis
● Perawat gizi
● Petugas rehabilitasi medik
● Edukator DM
Tim terpadu diabetes yang terdiri dari: Tim terpadu diabetes yang terdiri dari:
RS Strata Utama ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD
● Dokter spesialis penyakit dalam KGH ● Dokter spesialis penyakit dalam KGH
● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter ● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter
spesialis jantung pembuluh spesialis jantung pembuluh
● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis ● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis
● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular ● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular
● Dokter Spesialis Mata ● Dokter Anestesi Konsultan Kardiak
● Dokter Spesialis Gizi Klinik ● Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi
● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga neurovaskular
● Personal Trainer ● Dokter Spesialis Mata
● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi ● Dokter Spesialis Gizi Klinik
● Dokter Spesialis anak Konsultan Endokrin ● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga
● Dokter Spesialis Urologi ● Personal Trainer
● Dokter Spesialis BTKV (Bedah Jantung) ● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
● Dokter Spesialis Bedah Saraf ● Dokter Spesialis anak Konsultan Endokrin
● Dokter ● Dokter Spesialis Urologi
● Perawat medis ● Dokter Spesialis BTKV (Bedah Jantung)
● Perawat gizi ● Dokter Spesialis Bedah Saraf
● Petugas rehabilitasi medik ● Dokter
● Edukator DM ● Perawat medis
● Perawat gizi
● Petugas rehabilitasi medik
● Edukator DM
● Ortotist
Tim terpadu diabetes yang terdiri dari: Tim terpadu diabetes yang terdiri dari:
RS Strata Paripurna ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD
● Dokter spesialis penyakit dalam KGH ● Dokter spesialis penyakit dalam KGH
● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter ● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter
spesialis jantung pembuluh spesialis jantung pembuluh
● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis ● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis
● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular ● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular
● Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi ● Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi
neurovaskular neurovaskular
● Dokter Spesialis Mata ● Dokter Spesialis Mata
● Dokter Spesialis Gizi Klinik ● Dokter Spesialis Gizi Klinik
● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga ● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga
● Personal Trainer ● Personal Trainer
● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi ● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
● Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi ● Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi
● Dokter Spesialis Urologi ● Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi
● Dokter Spesialis BTKV ● Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi
● Dokter Spesialis Bedah Digestif ● Dokter Spesialis Anak Konsultan Emergensi dan
● Dokter Spesialis Penyakit Dalam KGEH Rawat Intensif Anak
● Dokter Psikiatri Remaja ● Dokter Spesialis Urologi
● Dokter ● Dokter Spesialis BTKV
● Perawat medis ● Dokter Spesialis Bedah Digestif
● Perawat medis dengan keterampilan pump insulin ● Dokter Spesialis Penyakit Dalam KGEH
● Perawat gizi ● Dokter Psikiatri Remaja
● Petugas rehabilitasi medik ● Dokter
● Edukator DM ● Perawat medis
● Ortotist ● Perawat medis dengan keterampilan pump insulin
● Perawat gizi
● Petugas rehabilitasi medik
● Edukator DM
● Ortotist
Tambahan untuk RSCM:
● Tim Klinik Genetika DM
● Tim Klinik Stem Cell DM
● TIm Hemodialisis Anak
● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki ● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki
RS Strata Madya ● Food model ● Food model
● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar ● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar
pinggang) pinggang)
● Glukometer POCT ● Glukometer POCT
● Handheld doppler ● Handheld doppler
● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g ● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g
● Garpu tala frekuensi 128 Hz ● Garpu tala frekuensi 128 Hz
● Palu refleks ● Palu refleks
● Funduskopi ● Funduskopi
● Form pemeriksaan kaki DM ● Form pemeriksaan kaki DM
● Set perawatan kaki DM non ulkus ● Set perawatan kaki DM non ulkus
● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C ● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C
● Pemeriksaan ACR urin sewaktu ● Pemeriksaan ACR urin sewaktu
● Pemeriksaan profil lipid ● Pemeriksaan profil lipid
● EKG ● EKG
● Radiologi ● Sistem registri DM terpadu
● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap ● Radiologi
termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi ● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap
ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka, termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi
● Set perawatan ulkus DM ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka,
● Hemodialisis ● Set perawatan ulkus DM
● Echokardiografi ● Hemodialisis
● CT scan ● Hemodialisis anak
● Perawatan kaki DM : modern dressing ● Echokardiografi
● Treadmill test
● CT scan
● Perlengkapan fotokoagulasi retina
● Perawatan kaki DM : modern dressing
● CT Angiografi
● USG Doppler
● Transcranial Doppler Ultrasound
● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi
kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular
● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set
untuk klinik exercise
● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative
Pressure Wound Treatment)
● Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH FT4
● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki ● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki
RS Strata Utama ● Food model ● Food model
● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar ● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar
pinggang) pinggang)
● Glukometer POCT ● Glukometer POCT
● Handheld doppler ● Handheld doppler
● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g ● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g
● Garpu tala frekuensi 128 Hz ● Garpu tala frekuensi 128 Hz
● Palu refleks ● Palu refleks
● Funduskopi ● Funduskopi
● Form pemeriksaan kaki DM ● Form pemeriksaan kaki DM
● Set perawatan kaki DM non ulkus ● Set perawatan kaki DM non ulkus
● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C ● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C
● Pemeriksaan ACR urin sewaktu ● Pemeriksaan ACR urin sewaktu
● Pemeriksaan profil lipid ● Pemeriksaan profil lipid
● EKG ● EKG
● Sistem registri DM terpadu ● Sistem registri DM terpadu
● Radiologi ● Radiologi
● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap ● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap
termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka, ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka,
● Set perawatan ulkus DM ● Set perawatan ulkus DM
● Hemodialisis ● Hemodialisis
● Echokardiografi ● Echokardiografi
● Treadmill test ● Treadmill test
● CT scan ● CT scan
● Perlengkapan fotokoagulasi retina ● Perlengkapan fotokoagulasi retina
● Perawatan kaki DM : modern dressing ● Perawatan kaki DM : modern dressing
● CT Angiografi ● CT Angiografi
● USG Doppler ● USG Doppler
● Transcranial Doppler Ultrasound ● Transcranial Doppler Ultrasound
● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi ● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi
kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular
● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set ● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set
untuk klinik exercise untuk klinik exercise
● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative ● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative
Pressure Wound Treatment) Pressure Wound Treatment)
● Ruang OK ● Tambahan lab: Pemeriksaan hormon testosteron, C
peptide, TSH FT4
● Ruang OK
● Advanced PD dan HD
● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki ● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki
RS Strata Paripurna ● Food model ● Food model
● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar ● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar
pinggang) pinggang)
● Glukometer POCT ● Glukometer POCT
● Handheld doppler ● Handheld doppler
● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g ● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g
● Garpu tala frekuensi 128 Hz ● Garpu tala frekuensi 128 Hz
● Palu refleks ● Palu refleks
● Funduskopi ● Funduskopi
● Form pemeriksaan kaki DM ● Form pemeriksaan kaki DM
● Set perawatan kaki DM non ulkus ● Set perawatan kaki DM non ulkus
● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C ● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C
● Pemeriksaan ACR urin sewaktu ● Pemeriksaan ACR urin sewaktu
● Pemeriksaan profil lipid ● Pemeriksaan profil lipid
● EKG ● EKG
● Sistem registri DM terpadu ● Sistem registri DM terpadu
● Radiologi ● Radiologi
● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap ● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap
termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka, ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka,
● Set perawatan ulkus DM ● Set perawatan ulkus DM
● Hemodialisis ● Hemodialisis
● Echokardiografi ● Echokardiografi
● Treadmill test ● Treadmill test
● CT scan ● CT scan
● Perlengkapan fotokoagulasi retina ● Perlengkapan fotokoagulasi retina
● Perawatan kaki DM : modern dressing ● Perawatan kaki DM : modern dressing
● CT Angiografi ● CT Angiografi
● USG Doppler ● USG Doppler
● Transcranial Doppler Ultrasound ● Transcranial Doppler Ultrasound
● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi ● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi
kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular
● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set ● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set
untuk klinik exercise untuk klinik exercise
● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative ● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative
Pressure Wound Treatment) Pressure Wound Treatment)
● Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH FT4 ● Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH FT4
● Ruang OK ● Ruang OK
● Advanced PD dan HD ● Advanced PD dan HD
● Insulin pump ● Insulin pump
RSCM:
● Perlengkapan klinik stem cell
● Perlengkapan klinik genomic
● Perlengkapan pemeriksaan lab advance
C.4. Obat-obatan
RS pengampu regional
Adalah RS milik pemerintah pusat atau daerah dengan strata minimal utama,
merupakan RS pendidikan, dan memiliki pelayanan spesialistik dan atau
subspesialistik di lingkup yang diampu. RS pengampu regional ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan atas rekomendasi dari RS Pengampu Nasional dan
didukung oleh Pemerintah Daerah. RS pengampu regional pada Program
Pengampuan Layanan Diabetes adalah RSUD Dr. Zainoel Abidin, RSUP H.
Adam Malik, RSUP Dr. M. Djamil, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang,
RSUP Fatmawati, RSUP Dr. Hasan Sadikin, RSUP Dr. Kariadi, RSUP Dr.
Sardjito, RSUD Moewardi, RSUD Dr. Soetomo, RSUD Dr. Saiful Anwar, RSUP
Prof. Dr. I. G. N.G. Ngoerah, RSUP Prof. Dr. Kandou, RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo
✔ Obat-obatan
b) RS Pengampu Regional
2. RS yang Diampu
3. Daerah Pengampuan
Daerah pengampuan dibuat berdasarkan regionalisasi. Regionalisasi dapat dilihat dalam
Lampiran I.
4. Kegiatan Pengampuan
Kegiatan dalam Program Pengampuan Layanan Diabetes di Indonesia meliputi:
a. Membangun jejaring kemitraan dan pengampuan
b. Transfer of Knowledge (mengisi kebutuhan SDM kesehatan sesuai
kompetensi dan clinical privilege) melalui
▪ Pelatihan DM bagi dokter umum, dokter spesialis, dan edukator
▪ Proctorship
▪ Workshop
d. Evaluasi
1) Bersama semua pemangku kepentingan melakukan pengukuran
evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif terhadap parameter input,
proses, output dan outcome dari kegiatan jejaring pengampuan setiap
minimal 1 tahun sekali
2) Diseminasi hasil kegiatan jejaring pengampuan dalam bidang
Diabetes.
6. Dukungan Administrasi
a. Perjanjian Kerja Sama (PKS)
1. Perjanjian kerja sama adalah penandatangan pakta komitmen
antara RS pengampu, RS diampu dan pemerintah daerah setempat
terkait kegiatan pengampuan layanan diabetes.
2. Seluruh rumah sakit yang sudah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan dalam jejaring pengampuan wajib mengikuti kegiatan
program pengampuan.
3. Pengampuan RS hanya dapat dilakukan jika telah terdapat PKS
antara kedua rumah sakit dan Pemerintah (Pusat/Daerah).
4. Substansi PKS mencakup ruang lingkup utama yaitu:
a.Jenis pengampuan yang diberikan, terutama terdiri dari
pemenuhan kriteria untuk menjadi rumah sakit yang minimal
sesuai dengan strata yang telah ditetapkan;
b.Hak dan kewajiban RS pengampu dan RS yang diampu;
c.Sumber pembiayaan;
d.Jangka waktu pelaksanaan;
e.Monitoring dan evaluasi;
5. PKS harus diketahui oleh pemerintah (Kementerian Kesehatan) dan
pemerintah daerah (pemerintah provinsi dan Dinas Kesehatan). PKS
juga perlu diinformasikan kepada BPJS cabang setempat
6. Langkah-langkah membentuk PKS sebagai berikut:
a. Tahap Awal
▪ Penandatanganan PKS.
b. Tahap Pelaksanaan
▪ Bagi RS Pengampu:
● Membuat TOR dan rencana anggaran tim RS
Pengampu
● Membuat Surat Tugas untuk staf/tenaga
medis yang akan dikirim ke Rumah Sakit
diampu
● Melaksanakan kegiatan secara berkala sesuai
dengan rencana program yang sudah disusun
c. Tahap Akhir
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
7. Pembiayaan
Pengaturan pembiayaan pada petunjuk teknis ini terdiri dari komponen biaya dan sumber
biaya. Pembiayaan utama program pengampuan berasal dari Kementerian Kesehatan
dan Pemerintah Daerah RS yang Diampu. Ketentuan tentang pembiayaan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, termasuk pemberlakuan SBM (Standar Biaya Masukan)
Kementerian Keuangan.
1. Komponen biaya terdiri dari:
a) Honor bagi tim RS Pengampu;
b) Honor narasumber;
c) Biaya transportasi dan akomodasi tim RS Pengampu;
d) Biaya pelatihan DM bagi dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam dan
dokter spesialis anak, serta edukator DM.
e) Biaya pemenuhan dalam pembangunan atau renovasi ruangan klinik diabetes
terpadu, serta pengadaan sarana prasarana dan alat kesehatan yang
diperlukan untuk pelayanan klinik diabetes terpadu di RS yang Diampu;
f) Biaya penyelenggaraan kegiatan pengampuan lainnya (seperti proctoring,
workshop, pelatihan, supervisi, webinar/daring dan sebagainya) untuk Rumah
Sakit yang Diampu;
g) Pendukung pelaksanaan pengampuan di Rumah Sakit yang Diampu (misalnya
biaya pengembangan website klinik diabetes RS setempat, teleconference,
supervisi, asuransi, dan sebagainya);
h) Biaya monitoring dan evaluasi.
b. Indikator Proses
1) Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) dan
Direktorat Jendral Farmasi dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes)
bersama RS pengampu nasional, RS pengampu regional dan BPJS
Kesehatan mengurangi atau menghilangkan restriksi dan fragmentasi
layanan diabetes yang meliputi restriksi rujukan, restriksi kunjungan,
restriksi pemeriksaan, dan restriksi obat termasuk insulin, agar terjadi
keselarasan antara teori dan pelaksanaan
2) Program layanan diabetes terpadu dalam diabetes center dimasukkan
dalam salah satu kriteria penilaian pada saat akreditasi rumah sakit
contohnya adalah penilaian akreditasi oleh KARS (Komite Akreditasi
Rumah Sakit) dan atau di dalam akreditasi RS pendidikan
3) Terbentuknya MoU antara
4) Terbentuknya tim pengembangan dan pengampuan layanan Diabetes
Terpadu (Diabetes Center) yang disahkan oleh SK direktur RS pada
seluruh RS Regional/Pengampu. Tim pengembangan dan
pengampuan layanan diabetes terpadu adalah tim yang merancang
dan melaksanakan layanan diabetes terpadu di RS tersebut, dan
merancang program pengampuan di RS yang diampu
5) Terbentuknya tim pengembangan layanan Diabetes Terpadu yang
disahkan oleh SK direktur RS pada seluruh RS Diampu. Tim
pengembangan layanan diabetes terpadu adalah tim yang merancang
dan melaksanakan layanan diabetes terpadu di RS tersebut
6) Terbentuknya klinik diabetes terpadu di RS
7) RS pengampu telah melakukan penilaian (assessment) awal terhadap
RS yang diampu sebelum dilakukan program pengampuan
8) Terbentuknya PKS antara RS Pengampu dan RS yang diampu hingga
tahun 2024 yang antara lain meliputi roadmap program pengampuan
9) Terlaksananya program peningkatan kapasitas SDM Tim Diabetes
Terpadu RS Pengampu dan Diampu yaitu pelatihan DM untuk dokter
umum, dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis anak,
edukator DM, pelatihan manajerial layanan DM komprehensif,
pelatihan pengisian registri DM nasional
10) Terkumpulnya 100% laporan monitoring oleh RS Pengampu terhadap
RS yang Diampu setiap 6 bulan sekali
11) Kementerian Kesehatan, RS Pengampu Nasional, dan RS Pengampu
Regional melakukan monitoring dan evaluasi formil setiap 6 bulan
sekali pada tahun pertama dan dilanjutkan setiap 12 bulan sekali.
Diantara period tersebut dimungkinkan untuk dilakukan aktivitas
monitoring dan evaluasi sesuai keperluan
● Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT): Hasil
pemeriksaan glukosa
plasma 2-jam setelah
TTGO antara 140 – 199
mg/dL dan glukosa
plasma puasa < 100
mg/dL.
Peningkatan 20% proporsi Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
pasien diabetes yang setelah proses pengampuan ini minimal dipenuhi oleh
menjalani pemeriksaan dibandingkan sebelum proses 100% RS paripurna,
skrining komplikasi diabetes pengampuan. 70% RS utama dan 30%
RS madya dalam
Pemeriksaan komplikasi jejaring pengampuan
diabetes meliputi pemeriksaan DM
ankle brachial index (ABI), tes
monofilamen, EKG,
funduskopi, dan albumin
creatinine ratio urin sewaktu.
Pemeriksaan minimal
dilakukan satu kali dalam satu
tahun.
Peningkatan 40% pasien Edukasi diabetes adalah upaya Target capaian outcome
diabetes yang memberikan edukasi ini minimal dipenuhi oleh
mendapatkan edukasi mengenai DM oleh edukator di 100% RS paripurna dan
diabetes RS kepada pasien. utama, serta 50% RS
Materi edukasi DM terdiri dari 6 madya dalam jejaring
materi wajib yaitu pengertian pengampuan DM
DM, terapi nutrisi medis,
latihan fisik, obat-obatan,
monitoring glukosa darah dan
komplikasi hipoglikemia. Materi
edukasi diabetes tambahan
yang dapat diberikan meliputi
komplikasi DM, pengelolaan
DM saat puasa, perawatan
kaki DM, dan lainnya sesuai
keperluan
Peningkatan 40% proporsi Intervensi nutrisi medis adalah Target capaian outcome
pasien diabetes yang intervensi pengaturan nutrisi ini minimal dipenuhi oleh
mendapatkan intervensi pasien diabetes yang diberikan 100% RS paripurna dan
nutrisi medis oleh edukator (dokter atau utama, serta 50% RS
dietisen) berdasarkan madya dalam jejaring
kebutuhan kalori pasien. pengampuan DM
Peningkatan 20% proporsi Intervensi weight reduction Target capaian outcome
pasien diabetes yang adalah intervensi berupa ini minimal dipenuhi oleh
mendapatkan intervensi pengaturan nutrisi medis, 100% RS paripurna dan
weight reduction latihan fisik, dan atau 50% RS utama
farmakoterapi untuk
menurunkan berat badan untuk
mencapai target penurunan
berat badan
Peningkatan 20% proporsi Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
pasien diabetes yang proporsi setelah proses ini minimal dipenuhi oleh
mencapai target HbA1C pengampuan dibandingkan 100% RS paripurna,
kondisi baseline 70% RS utama dan 30%
RS madya dalam
Proporsi baseline : jejaring pengampuan
Jumlah pasien yang mencapai DM
HbA1C 6,5-7,5 pada 6 bulan
pertama layanan diabetes
center di RS tersebut dibagi
dengan seluruh pasien
diabetes center yang diperiksa
HbA1C pada 6 bulan pertama
layanan diabetes center
Proporsi setelah
pengampuan:
Jumlah pasien yang mencapai
HbA1C 6,5-7,5 setelah
program pengampuan dibagi
dengan seluruh pasien DM
yang berobat di diabetes
center selama program
pengampuan dan diperiksa
HbA1C
Peningkatan 20% proporsi Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
pasien yang mencapai proporsi setelah proses ini minimal dipenuhi oleh
target kolesterol-LDL pengampuan dibandingkan 100% RS paripurna,
sebesar 20% kondisi baseline 70% RS utama dan 30%
RS madya dalam
Proporsi baseline: jejaring pengampuan
Jumlah pasien yang mencapai DM
kolesterol-LDL di bawah 100
mg/dl pada pada 6 bulan
pertama layanan diabetes
center di RS tersebut dibagi
dengan seluruh pasien
diabetes center yang diperiksa
kolesterol LDL pada 6 bulan
pertama layanan diabetes
center
Proporsi setelah
pengampuan: Jumlah pasien
yang mencapai mencapai
target tekanan darah sistolik <
130 dan tekanan darah
diastolik <80 mmHg setelah
program pengampuan dibagi
dengan seluruh pasien DM
yang berobat di diabetes
center selama program
pengampuan
Proporsi 20% pasien Adalah proporsi pasien DM tipe Target capaian outcome
diabetes dengan 2 dewasa yang mencapai ini minimal dipenuhi oleh
overweight/obesitas yang target penurunan berat badan 100% RS paripurna,
mencapai target penurunan sebesar 5-10% selama 70% RS utama dan 30%
berat badan pengampuan 2 tahun RS madya dalam
jejaring pengampuan
Perbandingan proporsi adalah DM
proporsi setelah proses
pengampuan dibandingkan
kondisi baseline
Proporsi baseline:
Jumlah pasien yang mencapai
target penurunan berat badan
pada pada 6 bulan pertama
layanan diabetes center di RS
tersebut dibagi dengan seluruh
pasien diabetes center pada 6
bulan pertama layanan
diabetes center
Peningkatan 20% proporsi Diantara pasien yang sudah Target HbA1C adalah
diabetesi anak dan remaja terdiagnosis diabetes, proporsi <7,5%
yang mencapai target pasien anak dan remaja yang
mencapai target HbA1C dalam
HbA1C
6 bulan setelah memulai terapi
Peningkatan 40% proporsi Diantara pasien yang sudah Materi yang perlu
pasien diabetes anak dan terdiagnosis diabetes, proporsi dipahami meliputi 5 pilar
remaja yang mendapatkan pasien yang mendapatkan tata laksana DM pada
edukasi diabetes anak, yaitu terapi insulin,
edukasi diabetes
pengaturan makan
(kebutuhan kalori harian
dan carbohydrate
counting), aktivitas fisik,
edukasi dan
pemantauan gula darah
secara berkala.
Peningkatan 20% proporsi Pasien diabetes anak khusus Pasien harus diberikan
diabetes anak yang diabetes tipe-1 perlu glukometer dan stik
melakukan pemeriksaan melakukan pemantauan gula glukosa darah dengan
darah mandiri minimal jumlah yang cukup
pemantauan glukosa darah
sebanyak 4 kali di rumah secara rutin.
mandiri
untuk mencapai kontrol
glikemik yang baik.
Proporsi kejadian Jumlah kasus anak dan remaja Target proporsi kurang
ketoasidosis diabetikum dengan DM tipe-1 yang dari 20%
pada anak dan remaja mengalami ketoasidosis
diabetikum dalam 1 tahun
kurang dari 20%
terakhir dibagi dengan Jumlah
total keseluruhan pasien anak
dan remaja dengan DM tipe-1
yang sudah terdiagnosis > 5
tahun
Mortalitas ketoasidosis Jumlah kasus meninggal pada Target anak dan remaja
diabetikum anak dan anak dan remaja dengan yang mengalami KAD
remaja 0% ketoasidosis diabetikum dibagi tidak mengalami
dengan Jumlah total kematian
keseluruhan pasien anak dan
remaja yang dirawat dengan
ketoasidosis diabetikum
● 2 dokter umum;
● 2 perawat;
● 1 ahli gizi
2. Metode pengampuan:
● Evaluasi
Laporan pengelolaan DM tahunan berupa jumlah skrining DM, jumlah
pasien baru, jumlah skrining komplikasi DM, jumlah intervensi edukasi,
nutrisi medis dan intervensi weight reduction, data capaian HbA1C,
kolesterol-LDL, tekanan darah dan berat badan pasien
D. Pelatihan Khusus
1. Pelatihan perawatan kaki lanjut (kaki DM dengan PAD)
Sasaran: Dokter dan Perawat kaki
Metode:
Demikian juknis Program Pengampuan Layanan Diabetes ini disusun agar dapat menjadi
acuan bagi semua pihak dalam menjalankan program ini baik dalam komponen
pengampuan, pendidikan maupun pelatihan. Harapannya, program ini dapat berjalan
lancar dan mencapai tujuan transformasi layanan Diabetes di Indonesia. Akhir kata,
semoga juknis ini bisa menjadi titik awal dalam usaha untuk memperkuat pelayanan,
melakukan pemerataan layanan serta meningkatkan kemutakhiran teknologi diagnosis
dan terapi kasus Diabetes di Indonesia.
LAMPIRAN I
RS Umum Daerah
Langsa
RS Umum Daerah
Meuraxa
RS Umum Daerah
Tanjung Pura
RS Umum Daerah
Rantau Prapat
RS Umum Daerah
Tarutung
RS Umum Daerah
Pariaman
RS Umum Daerah
Sekayu
RS Umum Daerah
Kabupaten Tangerang
RS Umum Daerah
Cibinong
RS Umum Daerah
Kab.Bekasi
RS Umum Daerah
Sayang
RS Umum Daerah R.
Syamsudin, SH
RS Umum Daerah
Gunung Jati
RS Umum Daerah
Majalaya
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi
RS Umum Daerah
Bandung Kiwari
RS Umum Daerah
Soekardjo
RS Umum Daerah
Sumedang
RS Umum Daerah
Cibabat
RS Umum Daerah
Cilacap
RS Umum Daerah R. A.
Kartini
RS Umum Daerah
Brebes
RS Umum Daerah
Kardinah
RS Umum Daerah
Pandan Arang Boyolali
RS Umum Daerah
Wonosari
RS Umum Daerah
Sidoarjo
RS Umum Daerah
Blambangan
RS Umum Daerah
Kanjuruhan Kepanjen
Kab. Malang
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi
RS Umum Daerah
Waluyo Jati Kraksaan
RS Umum Daerah
Nganjuk
RS Daerah Mangusada
RS Umum Daerah
Sanjiwani Gianyar
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi
RS Umum Daerah
Tabanan
RS Umum Daerah
Brigjed H. Hasan Basry
Kandangan
RS Umum Daerah
Kudungga
RS Umum Anutapura
Palu
RS Umum Daerah
Kabupaten Banggai
RS Umum Daerah
Tenriawaru Bone
RS Umum Daerah
Sawerigading
RS Umum Papua
Jayapura
Nama RS :
Strata Target :
Tanggal Penilaian :
(Lembar self assesment ini diisi oleh RS yang diampu secara bertanggung jawab, kemudian
dilakukan konfirmasi oleh RS pengampu ketika proses visitasi)
1. Aspek Manajemen
1.2. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Diabetes (bisa dipilih > 1, total nilai menjumlahkan nilai jawaban yang
dipilih)
PPK DM tipe 2 rawat jalan Ada +5
Tidak ada 0
Tidak ada 0
PPK DM TB Ada +5
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
PPK Komplikasi Akut Diabetes Ada +5
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Pengelolaan Komplikasi DM Ada +5
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
2. Aspek Layanan
Ada, tidak +3
mencukupi
Tidak ada 0
Ada, tidak +3
mencukupi
Tidak ada 0
Poli perawatan kaki Ada, +5
mencukupi
Ada, tidak +3
mencukupi
Tidak ada 0
Ada, tidak +3
mencukupi
Tidak ada 0
Ya, namun +3
tidak
adekuat
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Ada, tidak +3
mencukupi
Tidak ada 0
Ada, tidak +3
mencukupi
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Ada +5
Pemeriksaan neuropati DM Tidak ada 0
menggunakan monofilamen
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Ada data +5
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Jumlah pasien dislipidemia per tahun
Diagnosis dislipidemia berdasarkan hasil pemeriksaan profil
lipid (kolesterol total > 200 mg/dL, kolesterol-LDL > 100 mg/dL,
kolesterol-HDL < 40 mg/dL, atau trigliserida > 150 mg/dL) atau
pasien yang telah didiagnosis dislipidemia dan mendapatkan
terapi statin/fibrat).
Ada data +5
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Jumlah pasien diabetes dengan komplikasi neuropati
diabetes per tahun
Diagnosis neuropati diabetes berdasarkan data hilangnya
sensasi protektif pada pemeriksaan monofilamen 10 g dan atau
hilangnya/berkurangnya sensasi vibrasi pada pemeriksaan
garpu tala 128 Hz, riwayat neuropati DM, atau diagnosis
neuropati DM pada rekam medik
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Tidak ada 0
data
Ada data +5
Tidak ada 0
data
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
2.8. Proporsi pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang mendapatkan edukasi
DM
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
2.9. Proporsi pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang mendapatkan edukasi
pengaturan makan
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
2.10 Proporsi pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang menjalani pemeriksaan
. glukosa darah mandiri
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
2.15 Proporsi pasien DM yang menjalani pemeriksaan ACR urin sewaktu dan
eGFR
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
2.18 Proporsi pasien DM tipe 2 yang mencapai target tekanan darah sistolik
. <140 mmHg dan diastolik <80 mmHg
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
2.20 Proporsi pasien DM tipe 2 yang mencapai target kolesterol LDL <100 mg/dl
.
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
2.21 Proporsi pasien DM pada anak yang menjalani pemeriksaan C-peptide dan
HbA1C
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
2.22 Proporsi pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang mencapai target HbA1C
Tidak ada 0
data
< 25% 2
25 - 50% 3
50 - 75% 4
>75% 5
< 25% 5
25 - 50% 4
50 - 75% 3
>75% 2
1 2
2 3
>2 5
1 2
2 3
>2 5
1 2
2 3
>2 5
1 2
2 3
>2 5
2 3
>2 5
1 2
2 3
>2 5
1 2
2 3
>2 5
1 2
2 3
>2 5
1 2
2 3
>2 5
1 2
2 3
>2 5
1 2
>=2 5
Tidak ada 0
Tidak ada 0
Ada +5
Spesialis Radiologi (SpRad) - Tidak ada 0
Purnawaktu
Tidak ada 0
Orthotist Ada +5
Tidak ada 0
Spesialis Bedah Konsultan Ada +5
Bedah Vaskular (SpB(K)BV) -
Tidak ada 0
Purnawaktu
Tidak ada 0
Tidak ada 0
4.11 Glukometer
.
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.13 Ketersediaan Sarana lain terkait layanan Diabetes (bisa dipilih > 1, total
. nilai menjumlahkan nilai jawaban yang dipilih)
Bioelectrical impedance analysis (BIA)
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Treadmill test
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
CT-scan
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
CT-scan angiografi
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
USG Doppler
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Transcranial Doppler Ultrasound
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Perawatan kaki modern dressing
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Negative pressure wound treatment (NPWT)
Usulan Perbaikan:
LAMPIRAN IV. LEMBAR PENGISIAN DATA DASAR (BASELINE DATA)
INDIKATOR LAYANAN DIABETES TERPADU
2 Proporsi diagnosis
prediabetes/diabetes pada
populasi berisiko
N Kriteria Checklist
o
1 Dokter Umum
0
1 Perawat medis
1
1 Perawat gizi
2
1 Edukator DM
4
1 Psikolog
5
1 Food model
7
1 Glukometer POCT
9
2 HbA1C POCT
0
2 Handheld doppler
1
2 Palu refleks
4
2 Funduskopi
5
3 EKG
1
3 Hemodialisis
5
3 Echokardiografi
6
3 Treadmill test
7
3 CT scan
8
4 CT Angiografi
1
4 USG Doppler
2
5 Farmakoterapi obesitas
3
6 Obat antiplatelet
0
6 Obat-obat jantung
1
6 Obat-obat stroke
2
6 Obat-obat retinopati DM
3
6 Albumin
6
1 Personal Trainer
1
1 Perawat medis
7
1 Perawat gizi
8
2 Edukator DM
0
2 Ortotist
1
2 Food model
3
2 Handheld doppler
6
2 Palu refleks
9
3 Funduskopi
0
3 EKG
6
3 Sistem registri DM terpadu
7
3 Radiologi
8
4 Hemodialisis
1
4 Echokardiografi
2
4 Treadmill test
3
4 CT scan
4
4 CT Angiografi
7
4 USG Doppler
8
4 Transcranial Doppler Ultrasound
9
5 Ruang OK
4
5 Advanced PD dan HD
5
6 Obat antiplatelet
7
6 Obat-obat jantung
8
6 Obat-obat stroke
9
7 Obat-obat retinopati DM
0
7 Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol
1
7 Albumin
3
N Kriteria Checklist
o
1 Personal Trainer
1
1 Dokter Umum
6
2 Perawat medis
3
2 Perawat gizi
5
2 Edukator DM
7
2 Ortotist
8
3 Food model
0
3 Glukometer POCT
2
3 Handheld doppler
3
3 Palu refleks
6
3 Funduskopi
7
4 EKG
3
4 Hemodialisis
8
4 Echokardiografi
9
5 Treadmill test
0
5 CT scan
1
5 CT Angiografi
4
5 USG Doppler
5
6 Ruang OK
1
6 Advanced PD dan HD
2
6 Insulin pump
3
6 Biotensiometer
5
6 Toe-brachial index
6
6 Fibroscan
7
8 Obat antiplatelet
7
8 Obat-obat jantung
8
8 Obat-obat stroke
9
9 Obat-obat retinopati DM
0
Kegiatan Waktu