Anda di halaman 1dari 147

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM

PENGAMPUAN LAYANAN DIABETES


DI INDONESIA
KATA SAMBUTAN
(MENTERI KESEHATAN / DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN)

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, Petunjuk Teknis Program Pengampuan Layanan Diabetes di Indonesia
dapat diselesaikan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Petunjuk
Teknis (Juknis) Pengampuan Penyelenggaraan Pelatihan Bidang Kesehatan
disampaikan ucapan terima kasih, semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan
rahmat hidayah-Nya kepada kita semua.
KATA PENGANTAR

Dalam rangka mencegah, mengendalikan, menurunkan mortalitas dan morbiditas


akibat penyakit prioritas di Indonesia diperlukan pemerataan akses dan penyamaan
mutu layanan prioritas yang dapat menjangkau seluruh rakyat Indonesia. Salah satu
penyakit prioritas yang menjadi fokus pengembangan layanannya saat ini di Indonesia
adalah layanan diabetes karena tingginya angka pasien diabetes dan besarnya biaya
yang dikeluarkan dalam menyediakan layanan diabetes. Program Pengampuan
Layanan Diabetes diharapkan dapat menjadi tonggak awal usaha transformasi layanan
diabetes di Indonesia dengan meningkatkan akses dan mutu layanan primer, sekunder
dan tersier. Diharapkan dengan adanya program ini, dapat terjadi peningkatan layanan
diabetes dari hulu hingga hilir secara holistik dan komprehensif dan dapat menjangkau
sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia.
Program pengampuan ini akan dilaksanakan dengan strategi yang telah disusun
untuk pengembangan secara jangka pendek dan jangka panjang. Selain pemenuhan
sarana prasarana pada RS dan Puskesmas untuk dapat memberikan layanan diabetes
yang sesuai standar, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM juga menjadi isu yang
perlu diperhatikan dan terus ditingkatkan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Diharapkan buku petunjuk teknis ini dapat menjadi
panduan dalam melaksanakan Program Pengampuan Layanan Diabetes.
Kepada segenap tim penyusun, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
atas jerih payah dan kesungguhannya dalam menyelesaikan petunjuk teknis ini.
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Landasan Hukum

BAB II STANDAR LAYANAN DIABETES


A. Model Layanan Diabetes Nasional
B. Stratifikasi Rumah Sakit Jejaring Layanan Diabetes
C. Standar Minimal dan Standar Ideal Layanan Diabetes

BAB III PETUNJUK TEKNIS PENGAMPUAN DAN PENDIDIKAN/PELATIHAN DALAM


PROGRAM PENGAMPUAN LAYANAN DIABETES
A. Petunjuk Teknis Pengampuan
1. Kriteria Rumah Sakit Pengampu dan Rumah Sakit yang Diampu
2. Tugas Rumah Sakit Pengampu dan Rumah Sakit yang Diampu
3. Daerah Pengampuan
4. Kegiatan Pengampuan
5. Alur dan Tata Cara Pengampuan
6. Dukungan Administrasi
7. Pembiayaan
8. Indikator Keberhasilan Pengampuan
B. Petunjuk Khusus Pengampuan Pembentukan Tim Terpadu Diabetes dan
Edukator Diabetes
C. Petunjuk Khusus Pengampuan Pelatihan Tim Terpadu Diabetes, yaitu pelatihan
untuk dokter umum, spesialis penyakit dalam, dan edukator diabetes dewasa
D. Petunjuk Khusus Pengampuan Pelatihan Tim Terpadu Diabetes, yaitu pelatihan
untuk dokter umum, spesialis anak, dan edukator diabetes anak
- Pelatihan diabetes tipe 1
a. Pelatihan terapi insulin
b. Pelatihan kegawatdaruratan Diabetes (contoh: KAD, hipoglikemia)
c. Pelatihan monitoring glukosa darah mandiri
d. Pelatihan carbohydrate counting
e. Pengaturan diet dan exercise
f. Tumbuh kembang dan pubertas
g. Autoimun

E. Pelatihan Khusus
- Pelatihan manajerial layanan DM komprehensif
- Pelatihan pengisian registri DM nasional
- Pelatihan dietisien dewasa lanjutan
- Pelatihan dietisien anak lanjutan
- Pelatihan perawatan kaki diabetes
- Pelatihan pembuatan sepatu diabetes
- Pelatihan klinik pump insulin
- Pelatihan klinik exercise
- Transisi diabetes anak ke dewasa

BAB IV PENUTUP

LAMPIRAN
Lampiran I. Regionalisasi Pengampu Layanan Diabetes
Lampiran II. Instrumen Penilaian (Assessment)
Lampiran III. Laporan Hasil Penilaian (Assessment) Awal
Lampiran IV. Lembar Pengisian Data Dasar (Baseline Data)
Lampiran V. Kriteria RS Pengampu Program Pengampuan Layanan Diabetes
DAFTAR SINGKATAN

ABI : Ankle Brachial Index

ACR : Albumin Creatinin Ratio


Ace-i : Angiotensin-converting enzyme inhibitors
ADA : American Diabetes Association
ARB : Angiotensin II Receptor Blockers
BB : Berat Badan
BTKV : Bedah Thoraks Kardiovaskular
CCB : Calcium Channel Blocker
CSR : Coorporate Social Responsibility
DM : Diabetes Melitus
DTO : Digital Transformation Office
Dirjen Yankes : Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan
Ddirjen Farmalkes : Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan
DPP4i : Dipeptidyl Peptidase IV
EKG : Elektrokardiograf
FT4 : Free Thyroxine
FGD : Focus Group Discussion
GDPT : Gula Darah Puasa Tertanggu
GDP : Gula Darah Puasa
GLP1RA : Glucagon-like peptide-1 receptor agonists
HD : Hemodialisa
HDL : High Density Lipoprotein
HT : Hipertensi
HHS : Hyperglycemic Hyperosmolar State
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IKADAR : Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja
IMT : Indeks Massa Tubuh
Juknis : Petunjuk Teknis
KAD : Ketoasidosis Diabetikum
KEMD : Konsultan Endokrinologi, Metabolic dan Diabetes
KGH : Konsultan Ginjal dan Hipertensi
KGEH : Konsultan Gastroentero Hepatologi
LDL : Low Density Lipoprotein
LMS : Learning Management System
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
NAFLD : Non Alcoholic Fatty Liver Disease
OAD : Obat Anti Diabetes
PERSADIA : Persatuan Diabetes Indonesia
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PJK : Penyakit Jantung Koroner
PAD : Peripheral Artery Disease
Prolanis : Program Pengelolaan Penyakit Kronis
PTM : Penyakit Tidak Menular
POCT : Point of Care Testing
PDE-5 : Phosphodiesterase 5
PD : Peritoneal Dialysis
PKS : Perjanjian Kerja Sama
PNPK : Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
PPK : Panduan Praktik Kedokteran
RS : Rumah Sakit
SDM : Sumber Daya Manusia
SK : Surat Keputusan
SOP : Standar Operasional Prosedur
Sp.A : Spesialis Anak
Sp.PD-KKV : Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiovaskular
Sp.JP : Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
SU : Sulfonilurea
SMBG : Self Monitoring Blood Glucose
SGLT2 : Sodium-Glucose Cotransporter 2
TB : Tinggi Badan
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
TZD : Thiazolidinedione
TSH : Thyroid Stimulating Hormone
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) termasuk kedalam 10 besar penyakit penyebab kematian
terbanyak dalam kelompok penyakit tidak menular setelah penyakit kardiovaskular,
kanker dan penyakit sistem pernapasan. Menurut data International Diabetes Federation
pada tahun 2021, sebanyak 537 juta penduduk dunia hidup dengan DM. Jumlah ini
diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan menjadi 783 juta pada
2045 mendatang. DM sendiri telah lama dianggap sebagai salah satu penyebab
mortalitas dan morbiditas terbanyak di dunia. Satu pasien dengan DM di dunia meninggal
setiap 5 detiknya. Selain itu, prevalensi DM pada anak meningkat, baik diabetes tipe-1
maupun tipe-2. Sebagian besar kasus DM tipe-1 terdiagnosis awal sebagai ketoasidosis
diabetikum (KAD). Mortalitas pada KAD berhubungan dengan edema serebri yang
umumnya terjadi 60-90% dari seluruh kematian akibat KAD. DM tipe-1 memerlukan
pengobatan dengan insulin seumur hidup dan berdampak penting pada pertumbuhan
dan perkembangan anak. Selain itu, peningkatan kejadian obesitas pada anak di dunia
juga meningkatkan risiko DM tipe 2 dan sindrom metabolik.
Di Indonesia sendiri, sebanyak 10,6% penduduk Indonesia hidup dengan DM.
Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 11,3% pada 2030 dan menjadi 11,7%
pada 2045—mengantarkan Indonesia sebagai salah satu dari 10 negara dengan jumlah
penyandang diabetes terbanyak di dunia. Hal ini tentunya juga akan meningkatkan angka
komplikasi kronis diabetes. Padahal, penelitian Hidayat (2022) menunjukkan bahwa
pasien diabetes dengan komplikasi membutuhkan biaya 2 kali lipat lebih tinggi daripada
pasien diabetes tanpa komplikasi. Berdasarkan data registri Ikatan Dokter Anak
Indonesia, terdapat 1368 anak dan remaja dengan DM tipe-1. Jika dibandingkan dengan
rerata prevalensi DM tipe-1 di dunia, maka jumlah tersebut masih rendah. Hal ini dapat
disebabkan karena banyak kasus yang tidak terdeteksi atau kurangnya kewaspadaan
terhadap komplikasi KAD.
Fokus manajemen DM adalah identifikasi sedini mungkin serta pencegahan
progresivitas penyakit menjadi DM dengan komplikasi yang akan meningkatkan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas. Karena itu, skrining, diagnosis dini dan tatalaksana
pada stadium awal faktor risiko dirasa sangat penting untuk pencegahan progresivitas
diabetes. Diperlukan suatu pendekatan pasien diabetes yang lebih komprehensif di
berbagai pusat layanan kesehatan, mulai dari tingkat layanan primer, sekunder, dan
tersier. Pengelolaan diabetes komprehensif perlu dilakukan oleh tim terpadu diabetes
yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lainnya. Layanan terpadu diabetes
memberikan layanan yang bersifat komprehensif dan terpadu multi disiplin, meliputi
skrining dan deteksi dini penyakit hingga pengelolaan komplikasi penyakit. Layanan ini
diharapkan dapat menurunkan biaya pelayanan kesehatan terkait diabetes
komplikasinya serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Diperlukan sistem rujukan
kesehatan yang baik di bidang diabetes, sehingga dapat menatalaksana diabetes secara
paripurna.

Dengan adanya masalah-masalah diatas, dibutuhkan transformasi layanan diabetes di


Indonesia. Transformasi ini dilakukan dengan melaksanakan program pengampuan
layanan Diabetes di Indonesia yang bertujuan memperkuat pelayanan, melakukan
pemerataan layanan serta meningkatkan kemutakhiran teknologi pencegahan, diagnosis
dan terapi kasus Diabetes di Indonesia.

2. Tujuan
Petunjuk teknis (juknis) ini disusun dengan tujuan menjadi acuan dalam pelaksanaan
pengampuan layanan Diabetes di Indonesia.

3. Sasaran
1. Rumah sakit pengampu dan diampu, dan fasilitas kesehatan primer yang
termasuk dalam jejaring pengampuan layanan Diabetes
2. Organisasi profesi dan kolegium
3. Fakultas kedokteran/ universitas tempat pendidikan spesialis dan subspesialis
4. Kementerian Dalam Negeri
5. Direktorat Jendral Farmasi dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes) Kementerian
Kesehatan
6. Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota
7. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
8. Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
9. Organisasi perkumpulan pasien (contoh: PERSADIA, IKADAR)

4. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
5. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
6. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
7. Peraturan Pemerintah Nomor 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaga Negara
Republik Indonesia tahun 2010 nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5178)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052 tahun 2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
11. SK RS jejaring 9 program pelayanan prioritas
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 tahun 2013 tentang Program Bantuan
Pendidikan Dokter Spesialis/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
13. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana Diabetes
Melitus Tipe 2 Dewasa tahun 2019
14. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Diabetes Melitus pada
Anak tahun 2020
15. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan
Remaja tahun 2015
16. PPK IDAI Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak
dan Remaja tahun 2017
17. PPK IDAI Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serebri pada Diabetes Melitus
Tipe-1 tahun 2017
18. PPK IDAI Diagnosis dan Tata Laksana pada Sindrom Metabolik pada Anak
dan Remaja tahun 2014
19. PPK IDAI Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-2 pada Anak
tahun 2018
20. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 pada
Dewasa di Indonesia 2021
21. Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus 2021
22. Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia 2021
23. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperglikemia pada Kehamilan
2021
24. Pedoman Pengelolaan Prediabetes tahun 2019
BAB II
STANDAR LAYANAN DIABETES

A. Model Layanan Diabetes Nasional


Dalam memberikan layanan Diabetes yang holistik dan komprehensif untuk
menurunkan kejadian diabetes dengan komplikasi, maka diperlukan layanan dari hulu ke
hilir yang meliputi skrining dan deteksi dini komorbid, tatalaksana dini yang adekuat, serta
penanganan dengan berbagai modalitas. Model layanan diabetes tipe 2 di Indonesia
tertuang dalam gambar di bawah ini.

Gambar 1. Model Layanan Diabetes Melitus Tipe 2 Secara Berkelanjutan

Layanan diabetes sudah dimulai sejak dari komunitas berupa penjaringan individu
yang berisiko memiliki resistensi insulin. Berdasarkan Pedoman PERKENI
2021mengenai pengelolaan DM tipe 2, populasi yang berisiko adalah individu dengan:

● Berat badan lebih (IMT ≥23 kg/m2)


● Usia > 40 tahun
● Riwayat keluarga dengan DM tipe 2
● Diet tak sehat
● Kurang aktivitas fisik
● Hipertensi (>140/90 mmHg)
● Dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan/atau trigliserida >250 mg/dl)
● Sindrom metabolik yang memiliki riwayat TGT atau GDPT sebelumnya
● Riwayat kardiovaskuler, seperti stroke, PJK, atau PAD
● Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional
● Ras/etnik tertentu
● Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg)
Identifikasi dan pemeriksaan penyaring kelompok risiko tinggi DM tipe 2 sangatlah
penting. Pencegahan primer DM tipe 2 dapat dilakukan dengan tindakan penyuluhan dan
pengelolaan terutama melalui perubahan gaya hidup. Hal ini melibatkan peran Pos
Binaan Terpadu (POSBINDU) di tingkat komunitas untuk melakukan promosi kesehatan
dan skrining individu berisiko. Kegiatan skrining ini perlu dilakukan baik pada komunitas
warga masyarakat yang terdiagnosis prediabetes maupun diabetes melalui pemeriksaan
skrining tersebut, pengelolaan dilanjutkan pada fasilitas kesehatan (faskes). Selain di
tingkat komunitas, skrining diabetes juga perlu dilakukan di faskes pada pasien-pasien
yang berobat di faskes, bila pasien tersebut termasuk ke dalam populasi berisiko diabetes
Individu dengan pre-diabetes yang terjaring melalui kegiatan skrining memerlukan
pengelolaan lebih lanjut berupa intervensi perubahan gaya hidup secara intensif
(intensive lifestyle intervention) untuk mencegah perburukan progresivitas kondisi
metabolik agar pasien tidak jatuh ke kondisi diabetes.
Fasilitas kesehatan (faskes) meliputi primer, sekunder dan tersier mengelola pasien
diabetes secara komprehensif dan berkesinambungan sesuai level strata layanan. Di
tingkat faskes primer, pelayanan diabetes diutamakan terhadap pasien diabetes tanpa
komplikasi. Pengelolaan diberikan oleh dokter dan tim nya yaitu perawat, ahli gizi,
edukator diabetes, dan lainnya. Pada pasien-pasien tersebut, diberikan layanan diabetes
standar secara komprehensif yang meliputi edukasi, terapi nutrisi medis, latihan fisik,
terapi farmakologi serta monitoring gula darah secara berkala. Tujuannya adalah
mencapai perubahan gaya hidup pasien sesuai dengan panduan gaya hidup sehat pada
pasien diabetes. Hal ini dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan edukasi dan support
secara berkesinambungan, sesuai dengan prinsip diabetes self-management education
and support (DSME/S) yang diperlukan oleh seorang pasien diabetes. Terkait terapi
farmakologi, obat yang diberikan tidak hanya obat anti diabetes, namun juga obat anti
hipertensi, obat lipid, obat antiplatelet bila diperlukan, serta obat-obat lain sesuai indikasi.
Pengelolaan diabetes tersebut memiliki target capaian kendali metabolik yang terdiri dari
kendali glikemik, berat badan, tekanan darah dan profil lipid. Selain itu, pasien menjalani
skrining komplikasi diabetes secara berkala, baik komplikasi makrovaskular maupun
mikrovaskular seperti komplikasi penyakit jantung koroner, retinopati diabetes, nefropati
diabetes, penyakit arteri perifer, dan neuropati. Pada pasien diabetes yang belum
mencapai kendali glikemik selama pengobatan di faskes primer, atau mengalami
komplikasi akut maupun kronik, perlu dirujuk ke faskes sekunder atau tersier.
Pengelolaan diabetes di faskes sekunder atau tersier bertujuan untuk mengelola
komplikasi diabetes serta mengoptimalkan capaian kendali metabolik pada pasien
diabetes yang belum mencapai target selama pengelolaan di faskes di bawahnya.
Pengelolaan diabetes sesuai standar tetap menjadi prinsip utama layanan, namun
disertai tambahan sesuai dengan kompleksitas kasus dan sumber daya yang ada pada
rumah sakit. Stratifikasi layanan diabetes ditentukan berdasarkan kapasitas sumber daya
manusia (SDM), sarana prasarana, alat kesehatan serta obat-obatan. RS dengan strata
yang lebih tinggi mampu memberikan semua layanan RS dengan strata lebih rendah dan
layanan tambahan yang lebih kompleks. Terkait SDM, peningkatan strata layanan
memerlukan peningkatan kuantitas serta kualifikasi dokter spesialis dan subspesialis
multidisiplin yang terlibat di dalamnya. Di tingkat RS, pengelolaan DM dilakukan dalam
suatu tim terpadu diabetes yang terdiri dari dokter spesialis/subspesialis, perawat, ahli
gizi, edukator, serta serta tenaga ahli lainnya sesuai ketentuan. Semakin meningkatnya
strata rumah sakit, maka RS tersebut ditargetkan dapat memberikan pengelolaan tingkat
lanjut pada penyakit diabetes dengan komplikasi dan komorbid yang lebih kompleks.
Gambar 2. Layanan Diabetes Melitus Tipe 1 Pada Anak dan Remaja

Pengelolaan diabetes untuk anak dan remaja memerlukan dukungan dan peran dari
masing-masing fasilitas kesehatan (faskes) yang meliputi primer, sekunder dan tersier.
Di tingkat faskes primer, pelayanan diabetes diutamakan terkait dengan identifikasi
pasien diabetes pada anak dan remaja dan terhadap pasien diabetes tanpa komplikasi.
Pengelolaan diberikan oleh dokter dan tim terkait yaitu perawat, ahli gizi, edukator
diabetes, dan lainnya. Pada pasien-pasien tersebut, diberikan layanan diabetes standar
secara komprehensif yang meliputi terapi insulin untuk penyandang diabetes tipe-1,
pengaturan makan, aktivitas fisik, serta pemantauan gula darah secara berkala. Selain
itu, perlu ada kewaspadaan terkait tanda dan gejala diabetes yang mungkin muncul pada
anak. Tujuannya adalah deteksi dini diabetes serta mencapai kontrol glikemik yang baik
pada anak dan remaja dengan diabetes. Hal ini dapat dicapai melalui kegiatan edukasi
dan dukungan secara berkesinambungan baik dari pemberi layanan kesehatan maupun
dari peer-groupnya. Beberapa jenis insulin baik yang kerja cepat, kerja pendek, kerja
menengah, kerja panjang, dan campuran harus tersedia dan dapat diakses oleh pasien
diabetes khususnya diabetes tipe-1 tanpa melihat kadar HbA1c. Pada pasien diabetes
yang belum mencapai kendali glikemik yang baik maupun yang disertai oleh komorbiditas
lain atau mengalami komplikasi kronik maupun akut seperti ketoasidosis diabetikum,
perlu dirujuk ke faskes sekunder atau tersier.

Pengelolaan diabetes di faskes sekunder atau tersier bertujuan untuk mengelola diabetes
pada anak dan remaja yang lebih kompleks atau yang disertai oleh komplikasi. Selain
pengelolaan diabetes yang sesuai dengan standar utama pelayanan medis, terdapat
beberapa layanan tambahan yang mendukung pengelolaan kasus yang lebih kompleks,
seperti layanan klinik transisi dan klinik insulin pump. Fasilitas kesehatan dengan strata
lebih tinggi memiliki kapasitas SDM, sarana prasarana, alat kesehatan, serta obat-obatan
yang lebih mendukung, diantaranya tim multidisiplin, kualifikasi dan kompetensi dokter
spesialis dan subspesialis, serta layanan pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap dan
komprehensif.

B. Stratifikasi Rumah Sakit Jejaring Layanan Diabetes


Pelayanan Diabetes dalam Program Pengampuan Diabetes di Indonesia dibagi atas lima
strata sebagai berikut:
Kriteria Faskes Primer RS Strata Dasar RS Strata Madya RS Strata Utama RS Strata Paripurna

Tingkat Kecamatan Kecamatan Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Propinsi RS Rujukan RSCM


atau (RS Kelas C) (RS Kelas B) (RS Kelas A) Nasional selain
Kabupaten/Kot RSCM
a (RS Kelas A)
(RS Kelas D)
Layana Memberikan Pelayanan Memberikan Pelayanan strata dasar Memberikan pelayanan Pelayanan strata Pelayanan strata
n pelayanan DM pada strata dasar pelayanan DM dan ditambah dengan: DM secara komprehensif utama dan paripurna dan
dewasa secara namun tidak secara ● Pasien yang di tingkat layanan tersier: ditambah dengan: ditambah dengan:
komprehensif di termasuk komprehensif belum mencapai ● Pasien yang belum ● Pump clinic ● Layanan genetika
tingkat layanan pelayanan sebagaimana pada kendali metabolik mencapai kendali ● Klinik ● Laboratorium
primer Hemodialisa layanan primer, di strata dasar metabolik di layanan transisi advanced
•Konsultasi medis dengan tambahan ● Layanan sekunder ● Metabolic ● Stem cell
•Tatalaksana sebagai berikut di diagnostik dan ● Layanan diagnostik endoscopic ● Hemodialisis
pengaturan tingkat layanan intervensi lanjutan PAD dan surgery anak
makanan terencana sekunder: kardiovaskular ● Layanan intervensi ● Layanan
•Tatalaksana ● Pasien yang ● Layanan bedah jantung dan diagnostik
aktivitas jasmani belum mencapai diagnostik dan bedah saraf pada NAFLD
terencana kendali glikemik tindakan bedah komplikasi kardiak menggunak
•Layanan edukasi dengan OAD vaskular dan dan saraf pasein DM an fibroscan
diabetes tunggal/kombinasi endovaskular ● Transplantasi ginjal dan biopsi
•Layanan farmasi ● Pasien DM ● Layanan ● Layanan terapi DM hati
diabetes dengan komplikasi diagnostik dan level lanjut pada ● Layanan
•Layanan kronik DM tindakan anak oleh konsultan rehabilitasi
monitoring glukosa ● Pasien DM neurovaskular medik
darah dan HbA1c dengan ● Layanan klinik Memberikan pelayanan DM lanjutan
•Layanan komorbiditas obesitas anak dan remaja dengan untuk kaki
pemeriksaan seperti hipertensi, (behavior therapy, tambahan sebagai DM seperti
deteksi dini kelainan dislipidemia, TB exercise, berikut: laser,
kaki diabetes dan paru, anemia yang farmakoterapi) ● Pasien yang belum elektrostimul
perawatan kaki non belum terkontrol ● Layanan mencapai kendali asi, diatermi
ulkus ● Pasien DM pembuatan metabolik di strata ● Layanan
•Deteksi dini dengan komplikasi sepatu kaki DM sebelumnya disfungsi
komplikasi akut DM seperti • Pasien DM dengan ereksi
retinopati DM KAD, HHS atau Memberikan pelayanan komorbiditas seperti lanjutan
menggunakan hipoglikemia DM anak dan remaja kelainan tiroid,
funduskopi ● Pasien DM hamil dengan tambahan dislipidemia,
•Deteksi dini ● Perawatan kaki sebagai berikut: depresi, gangguan
komplikasi PJK ulkus ● Konsultasi medis psikososial
menggunakan EKG ● Layanan ● Tata laksana • Layanan diagnostik
•Deteksi dini hemodialisa kegawatdaruratan ekokardiografi
komplikasi nefropati ● Layanan DM anak dan • Tata laksana
DM menggunakan diagnostik remaja seperti perioperatif pada
ACR urin echocardiografi KAD, HHS, DM tipe 1 dengan
•Deteksi dini dan treadmill test hipoglikemia, kendali metabolik
komplikasi PAD untuk penyakit disertai dengan yang buruk
menggunakan jantung komplikasi
pemeriksaan ankle ● Layanan ● Pasien yang
brachial index diagnostik CT belum mencapai
•Deteksi dini scan untuk stroke kendali metabolik
komplikasi ● Pengelolaan di strata sekunder
neuropati retinopati diabetik • Pasien DM
menggunakan tes ● Pengelolaan dengan
monofilament dan komplikasi DM komplikasi kronik
garpu tala dengan DM
•Layanan DM farmakoterapi • Pengelolaan
gestasional yang ● Tata laksana retinopati diabetik
belum perioperatif pada • Pengelolaan
membutuhkan DM tipe 1 dengan komplikasi DM
farmakoterapi kendali metabolik dengan
yang bagus farmakoterapi
Memberikan • Tata laksana
pelayanan DM anak Memberikan perioperatif pada
dan remaja di pelayanan DM anak DM tipe 1 dengan
tingkat layanan dan remaja dengan kendali metabolik
primer tambahan sebagai yang baik
•Konsultasi medis berikut di tingkat
•Deteksi awal gejala layanan sekunder:
DM pada anak dan ● Konsultasi medis
remaja ● Tata laksana DM
•Deteksi awal anak dan remaja
komplikasi akut ● Pasien DM
pada DM anak dengan komplikasi
remaja (KAD, akut DM seperti
hipoglikemia) KAD, HHS atau
hipoglikemia
SDM Tim Tim terpadu Tim terpadu diabetes Tim terpadu diabetes Tim terpadu diabetes yang Tim terpadu Tim terpadu diabetes
PROLANIS/PTM Diabetes yang yang terdiri dari: yang terdiri dari: terdiri dari: diabetes yang terdiri yang terdiri dari:
yang terdiri dari: terdiri dari : ● Dokter ● Dokter spesialis ● Dokter spesialis dari: ● Dokter spesialis
● Dokter ● Dokter spesialis penyakit dalam penyakit dalam ● Dokter penyakit dalam
● Perawat spesiali penyakit yang telah KEMD spesialis KEMD
medis s dalam mengikuti ● Dokter spesialis penyakit ● Dokter spesialis
● Perawat gizi penyak ● Dokter pelatihan DM penyakit dalam KGH dalam penyakit dalam
● Petugas it spesialis terstruktur dari ● Dokter spesialis KEMD KGH
rehabilitasi dalam penyakit Perkeni penyakit dalam KKV ● Dokter ● Dokter spesialis
medik ● Dokter dalam mahir ● Dokter spesialis atau dokter spesialis spesialis penyakit dalam
● Edukator spesiali dialisis penyakit dalam jantung pembuluh penyakit KKV atau dokter
DM s anak Dokter KGH ● Dokter spesialis dalam KGH spesialis jantung
● Perawa SpPD-KKV ● Dokter spesialis penyakit dalam ● Dokter pembuluh
t medis atau SpJP penyakit dalam mahir dialisis spesialis ● Dokter spesialis
● Perawa ● Dokter KKV atau dokter ● Dokter Spesialis penyakit penyakit dalam
t gizi Spesialis spesialis jantung Bedah Konsultan dalam KKV mahir dialisis
● Petuga Saraf pembuluh Bedah Vaskular atau dokter ● Dokter Spesialis
s ● Dokter ● Dokter spesialis ● Dokter Anestesi spesialis Bedah Konsultan
rehabili Spesialis penyakit dalam Konsultan Kardiak jantung Bedah Vaskular
tasi Mata mahir dialisis ● Dokter Spesialis pembuluh ● Dokter Spesialis
medik ● Dokter ● Dokter Spesialis Saraf Konsultan ● Dokter Saraf Konsultan
● Edukat spesialis Bedah Konsultan intervensi spesialis intervensi
or DM anak Bedah Vaskular neurovaskular penyakit neurovaskular
● Dokter ● Dokter Spesialis ● Dokter Spesialis dalam mahir ● Dokter Spesialis
● Perawat Saraf Konsultan Mata dialisis Mata
medis intervensi ● Dokter Spesialis Gizi ● Dokter ● Dokter Spesialis
● Perawat gizi neurovaskular Klinik Spesialis Gizi Klinik
● Petugas ● Dokter Spesialis ● Dokter Spesialis Bedah ● Dokter Spesialis
rehabilitasi Mata Kedokteran Konsultan Kedokteran
medik ● Dokter Spesialis Olahraga Bedah Olahraga
● Edukator DM Gizi Klinik ● Personal Trainer Vaskular ● Personal Trainer
● Dokter Spesialis ● Dokter Kedokteran ● Dokter ● Dokter
Kedokteran Fisik dan Spesialis Kedokteran Fisik
Olahraga atau Rehabilitasi Saraf dan Rehabilitasi
Personal Trainer ● Dokter Spesialis Konsultan ● Dokter Spesialis
atau Dokter anak fellowship atau intervensi anak Konsultan
Kedokteran Fisik Konsultan neurovaskul Endokrinologi
dan Rehabilitasi Endokrinologi ar ● Dokter Spesialis
● Dokter Spesialis ● Dokter Spesialis ● Dokter Anak Konsultan
anak Urologi Spesialis ERIA
● Dokter spesialis ● Dokter Spesialis Mata ● Dokter Spesialis
anak fellowship BTKV (Bedah ● Dokter Anak Konsultan
diabetes Jantung) Spesialis Nefrologi
● Dokter ● Dokter Spesialis Gizi Klinik ● Dokter Spesialis
● Perawat medis Bedah Saraf ● Dokter Anak Konsultan
● Perawat gizi ● Dokter Spesialis Kardiologi
● Petugas ● Perawat medis Kedokteran ● Dokter Spesialis
rehabilitasi medik ● Perawat gizi Olahraga Urologi
● Edukator DM ● Petugas rehabilitasi ● Personal ● Dokter Spesialis
medik Trainer BTKV
● Edukator DM ● Dokter ● Dokter Spesialis
● Ortotist Kedokteran Bedah Digestif
Fisik dan ● Dokter Spesialis
Rehabilitasi Penyakit Dalam
● Dokter KGEH
Spesialis ● Dokter Psikiatri
anak Remaja
Konsultan ● Dokter
Endokrinolo ● Perawat medis
gi ● Perawat medis
● Dokter dengan
Spesialis keterampilan
Anak pump insulin
Konsultan ● Perawat gizi
ERIA ● Petugas
● Dokter rehabilitasi medik
Spesialis ● Edukator DM
Anak ● Ortotist
Konsultan ● Tim Klinik
Nefrologi Genetika DM
● Dokter ● Tim Klinik Stem
Spesialis Cell DM
Anak
Konsultan
Kardiologi
● Dokter
Spesialis
Urologi
● Dokter
Spesialis
BTKV
● Dokter
Spesialis
Bedah
Digestif
● Dokter
Spesialis
Penyakit
Dalam
KGEH
● Dokter
Psikiatri
Anak dan
Remaja
● Dokter
● Perawat
medis
● Perawat
medis
dengan
keterampilan
pump insulin
● Perawat gizi
● Petugas
rehabilitasi
medik
● Edukator
DM
● Ortotist
Sarana • Perlengkapa ● Perlengkapa Sarpras sama dengan Sarpras sama dengan RS Sarpras sama
Prasara n edukasi n edukasi DM RS strata Dasar strata Madya ditambah dengan RS strata
na DM dan dan edukasi ditambah dengan: dengan: Utama ditambah
edukasi kaki kaki ● Pemeriksaan lab: ● Ruang OK dengan:
• Food model ● Food model C-peptide dan ● Advanced PD dan ● Insulin pump
• Set ● Set TSH, fT4 HD ● Continous
pemeriksaan pemeriksaan ● CT Angiografi glucose
antropometri antropometri ● USG Doppler monitoring
(BB, TB, (BB, TB, ● Transcranial system
Lingkar Lingkar Doppler ● Biotensiome
pinggang) pinggang) Ultrasound ter
• Glukometer ● Glukometer ● Cath lab dan ● Toe-brachial
POCT POCT perlengkapan index
• Handheld ● Handheld diagnostik dan ● Fibroscan
doppler doppler intervensi ● Perlengkapa
• Monofilamen ● Monofilamen kardiovaskular, n untuk
Semmes Semmes endovaskular, biopsi hati
Weinstein Weinstein 10 neurovaskular ● Scope
10 g g ● Treadmill, sepeda metabolic
• Garpu tala ● Garpu tala statis dan endoscopy
frekuensi frekuensi 128 resistance ● Natashon
128 Hz Hz training set untuk Retractor
• Palu refleks ● Palu refleks klinik exercise Laparoscopy
• Funduskopi ● Funduskopi ● Perawatan kaki ● Transplanta
• Form ● Form DM: tambah si Ginjal
pemeriksaan pemeriksaan NPWT (Negative Donor Hidup
kaki DM kaki DM Pressure Wound ● Pemeriksaa
• Set ● Set Treatment) n lanjutan
perawatan perawatan disfungsi
kaki DM non kaki DM non seksual
ulkus ulkus
• Pemeriksaa ● Pemeriksaan
n GDP, GDP, TTGO,
TTGO, HbA1C
HbA1C ● Pemeriksaan
• Pemeriksaa ACR urin
n ACR urin sewaktu
sewaktu ● Pemeriksaan
• Pemeriksaa profil lipid
n profil lipid ● EKG
• EKG ● Sistem
• Sistem registri DM
registri DM terpadu
terpadu ● Radiologi
● Laboratorium
dengan
kapasitas
lebih lengkap
termasuk
hematologi
lengkap,
fungsi hati,
fungsi ginjal,
gene Xpert,
kultur
jaringan luka,
● Set
perawatan
ulkus DM
● Hemodialisis
● Echokardiogr
afi
● Treadmill test
● CT scan
● Perlengkapa
n
fotokoagulasi
retina
● Perawatan
kaki DM :
modern
dressing
Obat- ● OAD: • Obat ● Obat insulin Sama dengan RS strata Sama dengan RS strata Sama dengan RS Sama dengan RS strata
obatan Metformin, insulin basal dasar ditambah dengan : Madya ditambah dengan : strata Utama paripurna dengan
SU, basal ● Obat insulin ● Tambahan OAD : ● Tambahan OAD : ● Insulin pump ketersediaan obat
Acarbose, • Obat prandial DPP4i, OAD SGLT2i ● Obat lengkap dan adekuat
DPP4i, TZD insulin ● Obat insulin kombinasi baru ● Insulin: Co disfungsi
● Obat insulin prandial premix ● Insulin: Co formulation, FRC seksual :
basal • Obat ● Syringe formulation, Fixed ● Farmakoterapi terapi
● Obat insulin insulin pump untuk Ratio obesitas: GLP1RA hormonal
prandial premix drip insulin Combination ● Farmakoterapi testosteron,
(sebagai • Syringe ● OAD : ● Farmakoterapi disfungsi seksual PDE-5
obat PRB) – pump Metformin, obesitas : Orlistat pada DM inhibitor obat
di kota kota untuk SU, ● Farmakoterapi ● Oba-obatan lainnya
besar drip Acarbose, disfungsi seksual transplantasi ginjal (vacuum
● Basal bolus insulin DPP4i, TZD pada DM : PDE-5 device)
insulin pada • OAD : ● Obat lipid : inhibitor
pasien DM Metformi Simvastatin,
tipe 1 n, SU, Atorvastatin,
● Obat lipid: Acarbos Fibrat
Simvastatin e, ● Obat HT
● Obat HT: DPP4i, ACE-i/ARB,
ACE-i/ARB, TZD CCB,
CCB • Obat Diuretik, alfa
lipid : blocker, beta
Simvasta blocker,
tin, ● Obat
Atorvast neuropati DM
atin, : Gabapentin,
Fibrat pregabalin
• Obat HT ● Obat
: ACE- antikoagulan
i/ARB, injeksi
CCB, ● Obat
Diuretik, antiplatelet
alfa ● Obat-obat
blocker jantung:
• Obat ● Obat-obat
neuropat stroke:
i DM : ● Obat-obat
Gabapen retinopati
tin DM:
• Obat ● Obat-obat
antiplatel PAD : aspilet,
et cilostazol
• Obat ● Antibiotik
antikoag untuk ulkus
ulan kaki DM
injeksi ● Albumin bila
• Antibiotik diperlukan
oral dan
intravena
spektrum
luas
untuk
ulkus
kaki DM
Target ● Deteksi dini
diabetes
pada pasien
dengan
faktor risiko
● Pengelolaan
awal pasien
DM
komprehensi
f tanpa
komplikasi di
level
layanan
primer
● Deteksi
komplikasi
diabetes

C. Standar Minimal dan Standar Ideal Layanan Diabetes


Berikut ini adalah penjelasan standar minimal dan standar ideal layanan diabetes sesuai
strata.
C.1. Layanan

Strata Layanan Standar Minimal Standar Ideal


Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di
Puskesmas tingkat layanan primer tingkat layanan primer
• Konsultasi medis • Konsultasi medis
• Tatalaksana pengaturan makanan terencana • Tatalaksana pengaturan makanan terencana
• Tatalaksana aktivitas jasmani terencana • Tatalaksana aktivitas jasmani terencana
• Layanan edukasi diabetes • Layanan edukasi diabetes
• Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki • Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki
diabetes dan perawatan kaki non ulkus diabetes dan perawatan kaki non ulkus
• Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG • Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan
• Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan funduskopi
pemeriksaan ankle brachial index • Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG
• Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes • Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan
monofilament dan garpu tala ACR urin
• Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan
pemeriksaan ankle brachial index
• Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes
monofilament dan garpu tala
Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di
RS Strata Dasar tingkat layanan sekunder, meliputi: tingkat layanan sekunder, meliputi:
• Konsultasi medis • Konsultasi medis
• Tatalaksana pengaturan makanan terencana • Tatalaksana pengaturan makanan terencana
• Tatalaksana aktivitas jasmani terencana • Tatalaksana aktivitas jasmani terencana
• Layanan edukasi diabetes • Layanan edukasi diabetes
• Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki • Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki
diabetes dan perawatan kaki non ulkus diabetes dan perawatan kaki non ulkus
• Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan • Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan
funduskopi funduskopi
• Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG • Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG
• Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan • Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan
ACR urin ACR urin
• Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan • Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan
pemeriksaan ankle brachial index pemeriksaan ankle brachial index
• Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes • Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes
monofilament dan garpu tala monofilament dan garpu tala
• Perawatan kaki ulkus • Perawatan kaki ulkus
• Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi • Layanan hemodialisa
• Layanan diagnostik echocardiografi dan treadmill
test untuk penyakit jantung
• Layanan diagnostik CT scan untuk stroke
• Pengelolaan retinopati diabetik
• Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi

Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di


RS Strata Madya tingkat layanan sekunder, meliputi: tingkat layanan sekunder, meliputi:
• Konsultasi medis • Konsultasi medis
• Tatalaksana pengaturan makanan terencana • Tatalaksana pengaturan makanan terencana
• Tatalaksana aktivitas jasmani terencana • Tatalaksana aktivitas jasmani terencana
• Layanan edukasi diabetes • Layanan edukasi diabetes
• Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki • Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki
diabetes dan perawatan kaki ulkus dan non ulkus diabetes dan perawatan kaki ulkus dan non ulkus
• Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan • Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan
funduskopi funduskopi
• Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG • Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG
• Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan • Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan
ACR urin ACR urin
• Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan • Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan
pemeriksaan ankle brachial index pemeriksaan ankle brachial index
• Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes • Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes
monofilament dan garpu tala monofilament dan garpu tala
• Perawatan kaki ulkus • Perawatan kaki ulkus
• Layanan hemodialisa • Layanan hemodialisa
• Layanan diagnostik echocardiografi dan treadmill • Layanan diagnostik echocardiografi dan treadmill
test untuk penyakit jantung test untuk penyakit jantung
• Layanan diagnostik CT scan untuk stroke • Layanan diagnostik CT scan untuk stroke
• Pengelolaan retinopati diabetik • Pengelolaan retinopati diabetik
• Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi • Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi
• Layanan diagnostik dan intervensi kardiovaskular
Memberikan pelayanan DM anak dan remaja dengan ● Layanan diagnostik dan tindakan bedah vaskular
tambahan sebagai berikut: dan endovaskular
● Konsultasi medis ● Layanan klinik obesitas (behavior therapy, exercise,
● Tata laksana kegawatdaruratan DM anak dan remaja farmakoterapi)
seperti KAD, HHS, hipoglikemia, disertai dengan ● Layanan pembuatan sepatu kaki DM
komplikasi ● Pelayanan menggunakan rekam medik elektronik
● Pasien yang belum mencapai kendali metabolik di
strata sekunder Memberikan pelayanan DM anak dan remaja dengan
• Pengelolaan retinopati diabetik tambahan sebagai berikut:
• Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi ● Konsultasi medis
● Tata laksana kegawatdaruratan DM anak dan remaja
seperti KAD, HHS, hipoglikemia, disertai dengan
komplikasi
● Pasien yang belum mencapai kendali metabolik di
strata sekunder
• Pasien DM dengan komplikasi kronik DM
• Pengelolaan retinopati diabetik
• Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi
• Tata laksana perioperatif pada DM tipe 1 dengan
kendali metabolik yang baik
Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di
RS Strata Utama tingkat layanan tersier: tingkat layanan tersier:
• Konsultasi medis • Konsultasi medis
• Tatalaksana pengaturan makanan terencana • Tatalaksana pengaturan makanan terencana
• Tatalaksana aktivitas jasmani terencana • Tatalaksana aktivitas jasmani terencana
• Layanan edukasi diabetes • Layanan edukasi diabetes
• Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki • Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki
diabetes dan perawatan kaki non ulkus diabetes dan perawatan kaki non ulkus
• Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan • Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan
funduskopi funduskopi
• Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG • Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG
• Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan • Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan
ACR urin ACR urin
• Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan • Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan
pemeriksaan ankle brachial index pemeriksaan ankle brachial index
• Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes • Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes
monofilament dan garpu tala monofilament dan garpu tala
• Perawatan kaki ulkus • Perawatan kaki ulkus
• Layanan hemodialisa • Layanan hemodialisa
• Layanan diagnostik echocardiografi dan treadmill • Layanan diagnostik echocardiografi dan treadmill
test untuk penyakit jantung test untuk penyakit jantung
• Layanan diagnostik CT scan untuk stroke • Layanan diagnostik CT scan untuk stroke
• Pengelolaan retinopati diabetik lanjutan • Pengelolaan retinopati diabetik lanjutan
• Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi • Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi
• Layanan diagnostik dan intervensi kardiovaskular • Layanan diagnostik dan intervensi kardiovaskular
● Layanan diagnostik dan tindakan bedah vaskular ● Layanan diagnostik dan tindakan bedah vaskular
dan endovaskular dan endovaskular
● Layanan diagnostik dan tindakan neurovaskular ● Layanan diagnostik dan tindakan neurovaskular
● Layanan klinik obesitas (behavior therapy, exercise, ● Layanan klinik obesitas (behavior therapy, exercise,
farmakoterapi) farmakoterapi)
● Layanan pembuatan sepatu kaki DM ● Layanan pembuatan sepatu kaki DM
● Layanan diagnostik lanjutan PAD ● Layanan diagnostik lanjutan PAD
● Layanan terapi DM level lanjut pada anak oleh ● Layanan intervensi bedah jantung dan bedah saraf
konsultan pada komplikasi kardiak dan saraf pasien DM
● Pelayanan menggunakan rekam medik elektronik ● Layanan terapi DM level lanjut pada anak oleh
konsultan
Memberikan pelayanan DM anak dan remaja level lanjut ● Pelayanan menggunakan rekam medik elektronik
dengan tambahan sebagai berikut:
● Pasien yang belum mencapai kendali metabolik di Memberikan pelayanan DM anak dan remaja level lanjut
strata sebelumnya dengan tambahan sebagai berikut:
• Pasien DM dengan komorbiditas seperti kelainan ● Pasien yang belum mencapai kendali metabolik di
tiroid, dislipidemia, depresi, gangguan psikososial strata sebelumnya
• Tata laksana perioperatif pada DM tipe 1 dengan • Pasien DM dengan komorbiditas seperti kelainan
kendali metabolik yang buruk tiroid, dislipidemia, depresi, gangguan psikososial
• Layanan diagnostik ekokardiografi anak
• Tata laksana perioperatif pada DM tipe 1 dengan
kendali metabolik yang buruk
Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di Memberikan pelayanan DM secara komprehensif di
RS Strata Paripurna tingkat layanan tersier: tingkat layanan tersier:
• Konsultasi medis • Konsultasi medis
• Tatalaksana pengaturan makanan terencana • Tatalaksana pengaturan makanan terencana
• Tatalaksana aktivitas jasmani terencana • Tatalaksana aktivitas jasmani terencana
• Layanan edukasi diabetes • Layanan edukasi diabetes
• Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki • Layanan pemeriksaan deteksi dini kelainan kaki
diabetes dan perawatan kaki non ulkus diabetes dan perawatan kaki non ulkus
• Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan • Deteksi dini komplikasi retinopati DM menggunakan
funduskopi funduskopi
• Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG • Deteksi dini komplikasi PJK menggunakan EKG
• Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan • Deteksi dini komplikasi nefropati DM menggunakan
ACR urin ACR urin
• Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan • Deteksi dini komplikasi PAD menggunakan
pemeriksaan ankle brachial index pemeriksaan ankle brachial index
• Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes • Deteksi dini komplikasi neuropati menggunakan tes
monofilament dan garpu tala monofilament dan garpu tala
• Perawatan kaki ulkus • Perawatan kaki ulkus
• Layanan hemodialisa • Layanan hemodialisa
• Layanan diagnostik echocardiografi dan treadmill • Layanan diagnostik echocardiografi dan treadmill
test untuk penyakit jantung test untuk penyakit jantung
• Layanan diagnostik CT scan untuk stroke • Layanan diagnostik CT scan untuk stroke
• Pengelolaan retinopati diabetik lanjutan • Pengelolaan retinopati diabetik lanjutan
• Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi • Pengelolaan komplikasi DM dengan farmakoterapi
• Layanan diagnostik dan intervensi kardiovaskular • Layanan diagnostik dan intervensi kardiovaskular
● Layanan diagnostik dan tindakan bedah vaskular ● Layanan diagnostik dan tindakan bedah vaskular
dan endovaskular dan endovaskular
● Layanan diagnostik dan tindakan neurovaskular ● Layanan diagnostik dan tindakan neurovaskular
● Layanan klinik obesitas (behavior therapy, exercise, ● Layanan klinik obesitas (behavior therapy, exercise,
farmakoterapi) farmakoterapi)
● Layanan pembuatan sepatu kaki DM ● Layanan pembuatan sepatu kaki DM
● Layanan diagnostik lanjutan PAD ● Layanan diagnostik lanjutan PAD
● Layanan intervensi bedah jantung dan bedah saraf ● Layanan intervensi bedah jantung dan bedah saraf
pada komplikasi kardiak dan saraf pasein DM pada komplikasi kardiak dan saraf pasein DM
● Transplantasi ginjal ● Transplantasi ginjal
● Layanan terapi DM level lanjut pada anak oleh ● Layanan terapi DM level lanjut pada anak oleh
konsultan konsultan
● Pump clinic ● Pump clinic
● Klinik transisi ● Klinik transisi
● Metabolic endoscopic dan surgery ● Metabolic endoscopic dan surgery
● Layanan diagnostik NAFLD menggunakan fibroscan ● Layanan diagnostik NAFLD menggunakan fibroscan
dan biopsi hati dan biopsi hati
● Layanan disfungsi ereksi lanjutan ● Layanan rehabilitasi medik lanjutan untuk kaki DM
● Pelayanan menggunakan rekam medik elektronik seperti laser, elektrostimulasi, diatermi
● Layanan disfungsi ereksi lanjutan
● Pelayanan menggunakan rekam medik elektronik

C.2. Sumber daya manusia

Strata Layanan Standar Minimal Standar Ideal


Tim PROLANIS/PTM yang terdiri dari: Tim PROLANIS/PTM yang terdiri dari:
Puskesmas ● Dokter ● Dokter
● Perawat medis ● Perawat medis
● Perawat gizi ● Perawat gizi
● Petugas rehabilitasi medik ● Petugas rehabilitasi medik
● Edukator DM ● Edukator DM
Tim Terpadu Diabetes yang terdiri dari: Tim Terpadu Diabetes yang terdiri dari:
RS Strata Dasar ● Dokter spesialis penyakit dalam ● Dokter spesialis penyakit dalam
● Dokter Spesialis Saraf ● Dokter SpPD-KKV atau SpJP
● Dokter Spesialis Mata ● Dokter Spesialis Saraf
● Dokter spesialis anak ● Dokter Spesialis Mata
● Dokter ● Dokter spesialis anak
● Perawat medis ● Dokter
● Perawat gizi ● Perawat medis
● Edukator DM ● Perawat gizi
● Petugas rehabilitasi medik
● Edukator DM

Tim terpadu diabetes yang terdiri dari: Tim terpadu diabetes yang terdiri dari:
RS Strata Madya ● Dokter spesialis penyakit dalam yang telah mengikuti ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD
pelatihan DM terstruktur dari Perkeni ● Dokter spesialis penyakit dalam KGH
● Dokter spesialis penyakit dalam KGH ● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter
● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter spesialis jantung pembuluh
spesialis jantung pembuluh ● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis
● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis ● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular
● Dokter Spesialis Mata ● Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi
● Dokter Spesialis Gizi Klinik neurovaskular
● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi atau ● Dokter Spesialis Mata
Personal Trainer ● Dokter Spesialis Gizi Klinik
● Dokter Spesialis anak ● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga
● Dokter ● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
● Perawat medis ● Personal Trainer
● Perawat gizi ● Dokter Spesialis anak
● Petugas rehabilitasi medik ● Dokter spesialis anak fellowship diabetes
● Edukator DM ● Dokter
● Perawat medis
● Perawat gizi
● Petugas rehabilitasi medik
● Edukator DM

Tim terpadu diabetes yang terdiri dari: Tim terpadu diabetes yang terdiri dari:
RS Strata Utama ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD
● Dokter spesialis penyakit dalam KGH ● Dokter spesialis penyakit dalam KGH
● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter ● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter
spesialis jantung pembuluh spesialis jantung pembuluh
● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis ● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis
● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular ● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular
● Dokter Spesialis Mata ● Dokter Anestesi Konsultan Kardiak
● Dokter Spesialis Gizi Klinik ● Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi
● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga neurovaskular
● Personal Trainer ● Dokter Spesialis Mata
● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi ● Dokter Spesialis Gizi Klinik
● Dokter Spesialis anak Konsultan Endokrin ● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga
● Dokter Spesialis Urologi ● Personal Trainer
● Dokter Spesialis BTKV (Bedah Jantung) ● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
● Dokter Spesialis Bedah Saraf ● Dokter Spesialis anak Konsultan Endokrin
● Dokter ● Dokter Spesialis Urologi
● Perawat medis ● Dokter Spesialis BTKV (Bedah Jantung)
● Perawat gizi ● Dokter Spesialis Bedah Saraf
● Petugas rehabilitasi medik ● Dokter
● Edukator DM ● Perawat medis
● Perawat gizi
● Petugas rehabilitasi medik
● Edukator DM
● Ortotist
Tim terpadu diabetes yang terdiri dari: Tim terpadu diabetes yang terdiri dari:
RS Strata Paripurna ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD ● Dokter spesialis penyakit dalam KEMD
● Dokter spesialis penyakit dalam KGH ● Dokter spesialis penyakit dalam KGH
● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter ● Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau dokter
spesialis jantung pembuluh spesialis jantung pembuluh
● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis ● Dokter spesialis penyakit dalam mahir dialisis
● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular ● Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Vaskular
● Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi ● Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi
neurovaskular neurovaskular
● Dokter Spesialis Mata ● Dokter Spesialis Mata
● Dokter Spesialis Gizi Klinik ● Dokter Spesialis Gizi Klinik
● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga ● Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga
● Personal Trainer ● Personal Trainer
● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi ● Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
● Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi ● Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi
● Dokter Spesialis Urologi ● Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi
● Dokter Spesialis BTKV ● Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi
● Dokter Spesialis Bedah Digestif ● Dokter Spesialis Anak Konsultan Emergensi dan
● Dokter Spesialis Penyakit Dalam KGEH Rawat Intensif Anak
● Dokter Psikiatri Remaja ● Dokter Spesialis Urologi
● Dokter ● Dokter Spesialis BTKV
● Perawat medis ● Dokter Spesialis Bedah Digestif
● Perawat medis dengan keterampilan pump insulin ● Dokter Spesialis Penyakit Dalam KGEH
● Perawat gizi ● Dokter Psikiatri Remaja
● Petugas rehabilitasi medik ● Dokter
● Edukator DM ● Perawat medis
● Ortotist ● Perawat medis dengan keterampilan pump insulin
● Perawat gizi
● Petugas rehabilitasi medik
● Edukator DM
● Ortotist
Tambahan untuk RSCM:
● Tim Klinik Genetika DM
● Tim Klinik Stem Cell DM
● TIm Hemodialisis Anak

C.3. Sarana Prasarana

Strata Layanan Standar Minimal Standar Ideal


• Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki • Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki
Puskesmas • Food model • Food model
• Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar • Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar
pinggang) pinggang)
• Glukometer POCT • Glukometer POCT
• Handheld doppler • Handheld doppler
• Monofilamen Semmes Weinstein 10 g • Monofilamen Semmes Weinstein 10 g
• Garpu tala frekuensi 128 Hz • Garpu tala frekuensi 128 Hz
• Palu refleks • Palu refleks
• Form pemeriksaan kaki DM • Funduskopi
• Set perawatan kaki DM non ulkus • Form pemeriksaan kaki DM
• Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C • Set perawatan kaki DM non ulkus
• Pemeriksaan ACR urin sewaktu • Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C
• Pemeriksaan profil lipid • Pemeriksaan ACR urin sewaktu
• EKG • Pemeriksaan profil lipid
• EKG
● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki ● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki
RS Strata Dasar ● Food model ● Food model
● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar ● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar
pinggang) pinggang)
● Glukometer POCT ● Glukometer POCT
● Handheld doppler ● Handheld doppler
● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g ● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g
● Garpu tala frekuensi 128 Hz ● Garpu tala frekuensi 128 Hz
● Palu refleks ● Palu refleks
● Funduskopi ● Funduskopi
● Form pemeriksaan kaki DM ● Form pemeriksaan kaki DM
● Set perawatan kaki DM non ulkus ● Set perawatan kaki DM non ulkus
● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C ● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C
● Pemeriksaan ACR urin sewaktu ● Pemeriksaan ACR urin sewaktu
● Pemeriksaan profil lipid ● Pemeriksaan profil lipid
● EKG ● EKG
● Radiologi ● Radiologi
● Laboratorium ● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap
● Set perawatan ulkus DM termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka,
● Set perawatan ulkus DM
● Hemodialisis
● Perawatan kaki DM : modern dressing

● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki ● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki
RS Strata Madya ● Food model ● Food model
● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar ● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar
pinggang) pinggang)
● Glukometer POCT ● Glukometer POCT
● Handheld doppler ● Handheld doppler
● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g ● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g
● Garpu tala frekuensi 128 Hz ● Garpu tala frekuensi 128 Hz
● Palu refleks ● Palu refleks
● Funduskopi ● Funduskopi
● Form pemeriksaan kaki DM ● Form pemeriksaan kaki DM
● Set perawatan kaki DM non ulkus ● Set perawatan kaki DM non ulkus
● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C ● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C
● Pemeriksaan ACR urin sewaktu ● Pemeriksaan ACR urin sewaktu
● Pemeriksaan profil lipid ● Pemeriksaan profil lipid
● EKG ● EKG
● Radiologi ● Sistem registri DM terpadu
● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap ● Radiologi
termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi ● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap
ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka, termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi
● Set perawatan ulkus DM ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka,
● Hemodialisis ● Set perawatan ulkus DM
● Echokardiografi ● Hemodialisis
● CT scan ● Hemodialisis anak
● Perawatan kaki DM : modern dressing ● Echokardiografi
● Treadmill test
● CT scan
● Perlengkapan fotokoagulasi retina
● Perawatan kaki DM : modern dressing
● CT Angiografi
● USG Doppler
● Transcranial Doppler Ultrasound
● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi
kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular
● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set
untuk klinik exercise
● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative
Pressure Wound Treatment)
● Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH FT4
● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki ● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki
RS Strata Utama ● Food model ● Food model
● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar ● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar
pinggang) pinggang)
● Glukometer POCT ● Glukometer POCT
● Handheld doppler ● Handheld doppler
● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g ● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g
● Garpu tala frekuensi 128 Hz ● Garpu tala frekuensi 128 Hz
● Palu refleks ● Palu refleks
● Funduskopi ● Funduskopi
● Form pemeriksaan kaki DM ● Form pemeriksaan kaki DM
● Set perawatan kaki DM non ulkus ● Set perawatan kaki DM non ulkus
● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C ● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C
● Pemeriksaan ACR urin sewaktu ● Pemeriksaan ACR urin sewaktu
● Pemeriksaan profil lipid ● Pemeriksaan profil lipid
● EKG ● EKG
● Sistem registri DM terpadu ● Sistem registri DM terpadu
● Radiologi ● Radiologi
● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap ● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap
termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka, ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka,
● Set perawatan ulkus DM ● Set perawatan ulkus DM
● Hemodialisis ● Hemodialisis
● Echokardiografi ● Echokardiografi
● Treadmill test ● Treadmill test
● CT scan ● CT scan
● Perlengkapan fotokoagulasi retina ● Perlengkapan fotokoagulasi retina
● Perawatan kaki DM : modern dressing ● Perawatan kaki DM : modern dressing
● CT Angiografi ● CT Angiografi
● USG Doppler ● USG Doppler
● Transcranial Doppler Ultrasound ● Transcranial Doppler Ultrasound
● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi ● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi
kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular
● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set ● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set
untuk klinik exercise untuk klinik exercise
● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative ● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative
Pressure Wound Treatment) Pressure Wound Treatment)
● Ruang OK ● Tambahan lab: Pemeriksaan hormon testosteron, C
peptide, TSH FT4
● Ruang OK
● Advanced PD dan HD
● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki ● Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki
RS Strata Paripurna ● Food model ● Food model
● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar ● Set pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar
pinggang) pinggang)
● Glukometer POCT ● Glukometer POCT
● Handheld doppler ● Handheld doppler
● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g ● Monofilamen Semmes Weinstein 10 g
● Garpu tala frekuensi 128 Hz ● Garpu tala frekuensi 128 Hz
● Palu refleks ● Palu refleks
● Funduskopi ● Funduskopi
● Form pemeriksaan kaki DM ● Form pemeriksaan kaki DM
● Set perawatan kaki DM non ulkus ● Set perawatan kaki DM non ulkus
● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C ● Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C
● Pemeriksaan ACR urin sewaktu ● Pemeriksaan ACR urin sewaktu
● Pemeriksaan profil lipid ● Pemeriksaan profil lipid
● EKG ● EKG
● Sistem registri DM terpadu ● Sistem registri DM terpadu
● Radiologi ● Radiologi
● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap ● Laboratorium dengan kapasitas lebih lengkap
termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi termasuk hematologi lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka, ginjal, gene Xpert, kultur jaringan luka,
● Set perawatan ulkus DM ● Set perawatan ulkus DM
● Hemodialisis ● Hemodialisis
● Echokardiografi ● Echokardiografi
● Treadmill test ● Treadmill test
● CT scan ● CT scan
● Perlengkapan fotokoagulasi retina ● Perlengkapan fotokoagulasi retina
● Perawatan kaki DM : modern dressing ● Perawatan kaki DM : modern dressing
● CT Angiografi ● CT Angiografi
● USG Doppler ● USG Doppler
● Transcranial Doppler Ultrasound ● Transcranial Doppler Ultrasound
● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi ● Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan intervensi
kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular kardiovaskular, endovaskular, neurovaskular
● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set ● Treadmill, sepeda statis dan resistance training set
untuk klinik exercise untuk klinik exercise
● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative ● Perawatan kaki DM: tambah NPWT (Negative
Pressure Wound Treatment) Pressure Wound Treatment)
● Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH FT4 ● Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH FT4
● Ruang OK ● Ruang OK
● Advanced PD dan HD ● Advanced PD dan HD
● Insulin pump ● Insulin pump
RSCM:
● Perlengkapan klinik stem cell
● Perlengkapan klinik genomic
● Perlengkapan pemeriksaan lab advance

C.4. Obat-obatan

Strata Layanan Standar Minimal Standar Ideal


● OAD: Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD ● OAD: Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD
Puskesmas ● Obat insulin basal ● Obat insulin basal
● Obat insulin prandial ● Obat insulin prandial
● Obat lipid: Simvastatin ● Obat lipid: Simvastatin
Obat HT: ACE-i/ARB, CCB ● Obat HT: ACE-i/ARB, CCB
● Obat insulin basal ● Obat insulin basal
RS Strata Dasar ● Obat insulin prandial ● Obat insulin prandial
● Syringe pump untuk drip insulin ● Obat insulin premix
● OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD ● Syringe pump untuk drip insulin
● Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat ● OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD
● Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa blocker, ● Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat
beta blocker ● Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa blocker,
● Obat neuropati DM : Gabapentin, pregabalin beta blocker,
● Obat antikoagulan injeksi ● Obat neuropati DM : Gabapentin, pregabalin
● Obat antiplatelet ● Obat antikoagulan injeksi
● Obat-obat jantung: ● Obat antiplatelet
● Obat-obat stroke: ● Obat-obat jantung:
● Obat-obat retinopati DM: ● Obat-obat stroke:
● Antibiotik untuk ulkus kaki DM ● Obat-obat retinopati DM:
● Albumin bila diperlukan ● Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol
● Obat antiplatelet ● Antibiotik untuk ulkus kaki DM
● Obat antikoagulan injeksi ● Albumin bila diperlukan
● Antibiotik oral dan intravena spektrum luas untuk ● Obat antiplatelet
ulkus kaki DM ● Obat antikoagulan injeksi
● Antibiotik oral dan intravena spektrum luas untuk
ulkus kaki DM

● Obat insulin basal ● Obat insulin basal


RS Strata Madya ● Obat insulin prandial ● Obat insulin prandial
● Obat insulin premix ● Obat insulin premix
● Insulin: Co formulation, Fixed Ratio Combination ● Insulin: Co formulation, Fixed Ratio Combination
● Syringe pump untuk drip insulin ● Syringe pump untuk drip insulin
● OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD, OAD ● OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD, OAD
kombinasi baru kombinasi baru
● Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat ● Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat
● Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa blocker, ● Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa blocker,
beta blocker, beta blocker,
● Obat neuropati DM : Gabapentin, pregabalin ● Obat neuropati DM : Gabapentin, pregabalin
● Obat antikoagulan injeksi ● Obat antikoagulan injeksi
● Obat antiplatelet ● Obat antiplatelet
● Obat-obat jantung: ● Obat-obat jantung:
● Obat-obat stroke: ● Obat-obat stroke:
● Obat-obat retinopati DM: ● Obat-obat retinopati DM:
● Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol ● Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol
● Antibiotik untuk ulkus kaki DM ● Antibiotik untuk ulkus kaki DM
● Albumin bila diperlukan ● Albumin bila diperlukan
● Obat antiplatelet ● Obat antiplatelet
● Obat antikoagulan injeksi ● Obat antikoagulan injeksi
● Antibiotik oral dan intravena spektrum luas untuk ● Antibiotik oral dan intravena spektrum luas untuk
ulkus kaki DM ulkus kaki DM
● Farmakoterapi obesitas : Orlistat
● Farmakoterapi disfungsi seksual pada DM : PDE-5
inhibitor
● Obat insulin basal ● Obat insulin basal
RS Strata Utama ● Obat insulin prandial ● Obat insulin prandial
● Obat insulin premix ● Obat insulin premix
● Insulin: Co formulation, Fixed Ratio Combination ● Insulin: Co formulation, Fixed Ratio Combination
● Syringe pump untuk drip insulin ● Syringe pump untuk drip insulin
● OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD, OAD ● OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD, OAD
kombinasi baru, SGLT2 inhibitor kombinasi baru, SGLT2 inhibitor
● Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat ● Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat
● Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa blocker, ● Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa blocker,
beta blocker, beta blocker,
● Obat neuropati DM : Gabapentin, pregabalin ● Obat neuropati DM : Gabapentin, pregabalin
● Obat antikoagulan injeksi ● Obat antikoagulan injeksi
● Obat antiplatelet ● Obat antiplatelet
● Obat-obat jantung: ● Obat-obat jantung:
● Obat-obat stroke: ● Obat-obat stroke:
● Obat-obat retinopati DM: ● Obat-obat retinopati DM:
● Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol ● Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol
● Antibiotik untuk ulkus kaki DM ● Antibiotik untuk ulkus kaki DM
● Albumin bila diperlukan ● Albumin bila diperlukan
● Obat antiplatelet ● Obat antiplatelet
● Obat antikoagulan injeksi ● Obat antikoagulan injeksi
● Antibiotik oral dan intravena spektrum luas untuk ● Antibiotik oral dan intravena spektrum luas untuk
ulkus kaki DM ulkus kaki DM
● Farmakoterapi obesitas : Orlistat, GLP1RA ● Farmakoterapi obesitas : Orlistat, GLP1RA
● Farmakoterapi disfungsi seksual pada DM : PDE-5 ● Farmakoterapi disfungsi seksual pada DM : PDE-5
inhibitor inhibitor

● Obat insulin basal ● Obat insulin basal


RS Strata Paripurna ● Obat insulin prandial ● Obat insulin prandial
● Obat insulin premix ● Obat insulin premix
● Insulin: Co formulation, Fixed Ratio Combination ● Insulin: Co formulation, Fixed Ratio Combination
● Syringe pump untuk drip insulin ● Syringe pump untuk drip insulin
● OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD, OAD ● OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i, TZD, OAD
kombinasi baru, SGLT2 inhibitor kombinasi baru, SGLT2 inhibitor
● Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat ● Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat
● Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa blocker, ● Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa blocker,
beta blocker, beta blocker,
● Obat neuropati DM : Gabapentin, pregabalin ● Obat neuropati DM : Gabapentin, pregabalin
● Obat antikoagulan injeksi ● Obat antikoagulan injeksi
● Obat antiplatelet ● Obat antiplatelet
● Obat-obat jantung: ● Obat-obat jantung:
● Obat-obat stroke: ● Obat-obat stroke:
● Obat-obat retinopati DM: ● Obat-obat retinopati DM:
● Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol ● Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol
● Antibiotik untuk ulkus kaki DM ● Antibiotik untuk ulkus kaki DM
● Albumin bila diperlukan ● Albumin bila diperlukan
● Obat antiplatelet ● Obat antiplatelet
● Obat antikoagulan injeksi ● Obat antikoagulan injeksi
● Antibiotik oral dan intravena spektrum luas untuk ● Antibiotik oral dan intravena spektrum luas untuk
ulkus kaki DM ulkus kaki DM
● Farmakoterapi obesitas : Orlistat, GLP1RA ● Farmakoterapi obesitas : Orlistat, GLP1RA
● Farmakoterapi disfungsi seksual pada DM : PDE-5 ● Farmakoterapi disfungsi seksual pada DM : PDE-5
inhibitor inhibitor
● Obat-obatan transplantasi ginjal ● Obat-obatan transplantasi ginjal
● Obat disfungsi seksual : terapi hormonal testosteron, ● Obat disfungsi seksual : terapi hormonal testosteron,
PDE-5 inhibitor obat lainnya (vacuum device) PDE-5 inhibitor obat lainnya (vacuum device)
BAB III
PETUNJUK TEKNIS PENGAMPUAN DAN PENDIDIKAN/PELATIHAN DALAM
PROGRAM PENGAMPUAN LAYANAN DIABETES

A. Petunjuk Teknis Pengampuan


Pola pengampuan pada program Diabetes dapat dilihat melalui skema pada gambar
dibawah ini.

Gambar 2. Skema Pengampuan Diabetes Melitus

1. Kriteria RS Pengampu dan RS yang Diampu


Definisi operasional RS pengampu dan RS yang diampu adalah sebagai berikut.
RS Pengampu
Adalah RS yang memiliki kompetensi baik dari kriteria maupun standar
pelayanan dalam pemenuhan sebagai jejaring rujukan. RS pengampu dapat
merupakan RS yang saat ini memenuhi strata paripurna atau utama. Tim
pengampu DM nasional terdiri dari RS pengampu nasional (koordinator
pengampuan) dan RS pengampu regional.
RS pengampu nasional
Adalah RS kelas A dengan strata paripurna, merupakan RS pendidikan, dan
memiliki pelayanan spesialistik dan subspesialistik di lingkup yang diampu. Rs
pengampu nasional pada Program Pengampuan Layanan Diabetes adalah
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo.

RS pengampu regional
Adalah RS milik pemerintah pusat atau daerah dengan strata minimal utama,
merupakan RS pendidikan, dan memiliki pelayanan spesialistik dan atau
subspesialistik di lingkup yang diampu. RS pengampu regional ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan atas rekomendasi dari RS Pengampu Nasional dan
didukung oleh Pemerintah Daerah. RS pengampu regional pada Program
Pengampuan Layanan Diabetes adalah RSUD Dr. Zainoel Abidin, RSUP H.
Adam Malik, RSUP Dr. M. Djamil, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang,
RSUP Fatmawati, RSUP Dr. Hasan Sadikin, RSUP Dr. Kariadi, RSUP Dr.
Sardjito, RSUD Moewardi, RSUD Dr. Soetomo, RSUD Dr. Saiful Anwar, RSUP
Prof. Dr. I. G. N.G. Ngoerah, RSUP Prof. Dr. Kandou, RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo

Untuk melakukan kegiatan pengampuan, Rumah Sakit Pengampu dan Rumah


Sakit Diampu harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) RS Pengampu
a) RS Pengampu Nasional

● Memiliki kompetensi baik dari kriteria maupun standar pelayanan


dalam pemenuhan sebagai jejaring rujukan

● Dapat mengampu RS pengampu regional

● Memiliki dukungan alokasi anggaran dari Kementerian Kesehatan


guna meningkatkan kapasitas Rumah Sakit dan menjalankan
program pengampuan
● Memiliki tim khusus layanan Diabetes yaitu “Tim Diabetes Terpadu”
yang dibentuk dengan SK Direksi RS. Program kerja tim tersebut
adalah merencanakan, mengelola dan secara berkesinambungan
mengembangkan layanan Diabetes terpadu (Diabetes Center) di
RS pengampu nasional serta menjalankan program pengampuan
terhadap RS pengampu regional.

● Tim diabetes terpadu di RS pengampu nasional tersebut memiliki


SDM sesuai strata minimal layanan yang siap dan berkomitmen
untuk menjalankan program peningkatan kompetensi SDM

● RS pengampu nasional memiliki sarana prasarana dan alat


kesehatan minimal untuk dikembangkan dalam peningkatan
pelayanan

● RS pengampu nasional memiliki persediaan obat dan logistik


farmasi dan alat kesehatan yang sesuai untuk mendukung
pelaksanaan layanan Diabetes yang dikembangkan dalam program
pengampuan

● RS pengampu nasional sanggup membuat program peningkatan


kompetensi manajerial RS dan kompetensi klinis tim dalam
pelayanan Diabetes untuk mencapai target stratifikasi RS
b) RS Pengampu Regional

▪ Memiliki kompetensi baik dari kriteria maupun standar pelayanan


dalam pemenuhan sebagai jejaring rujukan

▪ Dapat diampu oleh RS Pengampu Nasional atau Pengampu


Regional lainnya yang memiliki strata lebih tinggi

▪ Dapat mengampu RS yang diampu

▪ Memiliki dukungan alokasi anggaran dari Kementerian Kesehatan


dan Pemerintah Daerah guna meningkatkan kapasitas Rumah
Sakit. Penyusunan alokasi anggaran dituangkan dalam suatu
Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian
Kesehatan, Pemerintah Daerah, RSCM dan RS pengampu regional
tersebut.

▪ Memiliki tim khusus layanan Diabetes yaitu “Tim Diabetes Terpadu”


yang dibentuk dengan SK Direksi RS pengampu regional. Program
kerja tim tersebut adalah merencanakan, mengelola dan secara
berkesinambungan mengembangkan layanan Diabetes terpadu
(Diabetes Center) di RS pengampu regional di RS tersebut serta
menjalankan program pengampuan terhadap RS yang diampu.

▪ Tim diabetes terpadu di RS pengampu regional menerima transfer


of knowledge dari RSCM sebagai RS pengampu nasional.

▪ Tim diabetes terpadu di RS pengampu regional memiliki SDM


sesuai strata minimal layanan yang siap dan berkomitmen untuk
menjalani program peningkatan kompetensi SDM

▪ RS pengampu regional memiliki sarana prasarana dan alat


kesehatan minimal untuk dikembangkan dalam peningkatan
pelayanan

▪ RS pengampu regional memiliki persediaan obat dan logistik


farmasi dan alat kesehatan yang sesuai untuk mendukung
pelaksanaan layanan Diabetes yang dikembangkan dalam program
pengampuan

▪ RS pengampu regional sanggup membuat program peningkatan


kompetensi manajerial dan kompetensi klinis RS dalam pelayanan
Diabetes untuk mencapai target stratifikasi RS
2) RS yang Diampu

▪ Ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan atas rekomendasi RS


Pengampu Nasional yang berkoordinasi dengan RS Pengampu
Regional

▪ Belum sesuai target strata RS dalam pelayanan prioritas dalam


hal
✔ Standar pelayanan

✔ Sumber daya manusia

✔ Sarana prasarana/alat kesehatan

✔ Obat-obatan

▪ Memiliki dukungan alokasi anggaran dari Pemerintah Daerah


guna meningkatkan kapasitas Rumah Sakit yang Diampu.

▪ Memiliki tim khusus layanan Diabetes yaitu “Tim Diabetes


Terpadu” yang dibentuk dengan SK Direksi RS. Program kerja tim
tersebut adalah merencanakan, mengelola dan secara
berkesinambungan mengembangkan layanan Diabetes terpadu
(Diabetes Center) di RS yang Diampu. Tim diabetes terpadu
tersebut menerima transfer of knowledge dari RS Pengampu

▪ Tim diabetes terpadu di RS tersebut memiliki SDM sesuai strata


minimal layanan yang siap dan berkomitmen untuk menjalani
program peningkatan kompetensi SDM

▪ RS yang diampu memiliki sarana prasarana dan alat kesehatan


minimal untuk dikembangkan dalam peningkatan pelayanan

▪ RS yang diampu memiliki persediaan obat dan logistik farmasi


dan alat kesehatan yang sesuai untuk mendukung pelaksanaan
layanan Diabetes yang dikembangkan dalam program
pengampuan

▪ RS yang diampu sanggup membuat program peningkatan


kompetensi manajerial dan kompetensi klinis RS dalam
pelayanan Diabetes untuk mencapai target stratifikasi RS
tersebut
2. Tugas Rumah Sakit Pengampu dan Rumah Sakit yang Diampu
Setelah ditunjuk sebagai RS Pengampu Nasional dan RS Pengampu Regional,
maupun Rumah Sakit yang diampu, masing-masing RS memiliki tugas sebagai
berikut:
1. RS Pengampu
a) RS Pengampu Nasional

▪ membentuk kelompok kerja/tim penanggung jawab kegiatan


pengampuan, melakukan pengampuan terhadap rumah sakit
jejaring pengampuan, serta menentukan stratifikasi dan pemetaan
jejaring pengampuan nasional terhadap kapasitas/kemampuan
rumah sakit jejaring pengampuan;

▪ menyusun rencana strategis standar prosedur operasional terkait


dengan pengampuan rumah sakit, sehingga rencana strategis ini
dapat dipakai secara nasional untuk kebutuhan perencanaan
kebutuhan anggaran infrastruktur dan alat kesehatan layanan
prioritas sesuai stratifikasinya.

▪ menentukan indikator proses dalam pelayanan dan menyusun


indikator keluaran klinis (clinical outcome) sesuai capaian indikator
dari program layanan prioritas yang terintegrasi, sehingga indikator
ini dapat dipakai secara nasional;

▪ menyusun Petunjuk Teknis Pengampuan, Panduan Praktik Klinis


(PPK) dan SPO tatalaksana penyakit dalam bidang Diabetes

▪ berkoordinasi dengan institusi pendidikan, pemerintah daerah dan


rumah sakit pendidikan untuk penyediaan dan meningkatkan
kompetensi tenaga kesehatan.

▪ sebagai koordinator pengampuan dalam pelaksanaan tugas


pembentukan jejaring pengampuan;
▪ memberi pengampuan pada rumah sakit jejaring pengampuan
dalam mendukung bidang pelayanan yang diampu serta
meningkatkan kualitas pelayanan dalam bidang diabetes;

▪ membuat rekomendasi dan berkoordinasi kepada Pemerintah dan


atau Pemerintah Daerah dalam upaya pemenuhan sumber daya
yang dibutuhkan;

▪ melaksanakan semua ketentuan tugas Rumah Sakit Pengampu


sesuai dengan yang tertuang di dalam Perjanjian Kerja Sama
(PKS) antara Rumah Sakit Pengampu dan Rumah Sakit Diampu
yang diketahui oleh pemerintah daerah;

▪ merekomendasikan pemenuhan bangunan, prasarana, dan


peralatan kesehatan sesuai kebutuhan pada Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan;

▪ menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan atau institusi


lain dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya untuk penguatan
koordinasi pelayanan;

▪ menyampaikan pelaporan terhadap pelaksanaan pengampuan


secara nasional kepada Menteri Kesehatan melalui Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan;

▪ melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian Program


Pengampuan Diabetes yang menjadi tujuan layanan pengampuan.

▪ Berkoordinasi dengan DTO Kementerian Kesehatan untuk


membangun dan mengembangkan sistem informasi monitoring

▪ bersama jejaring rumah sakit pengampuan menganalisis data


beban pelayanan penyakit dalam bidang Diabetes yang menjadi
kebutuhan penguatan pelayanan penyakit prioritas untuk
rekomendasi kebijakan;
▪ melakukan pengembangan kemitraan dan usaha dengan pihak
ketiga baik nasional maupun internasional dalam upaya
memperkuat jejaring pengampuan.

b) RS Pengampu Regional

▪ mengembangkan dan melaksanakan pelayanan dalam bidang


Diabetes dibawah pengampuan RS Pengampu Nasional atau RS
Pengampu Regional dengan strata yang lebih tinggi;

▪ menyusun rencana operasional dan rencana strategis bisnis


dalam pengembangan pelayanan;

▪ melakukan analisis dan evaluasi pelayanan untuk rekomendasi


kebijakan;

▪ membantu dalam penyusunan dan implementasi PPK dalam


bidang Diabetes bersama RS pengampu nasional

▪ mengembangkan dan melakukan pengampuan pelayanan dalam


bidang Diabetes kepada RS yang Diampu

▪ melakukan upaya dalam proses pembentukan jejaring


pengampuan meliputi:

✔ melakukan identifikasi terhadap kompetensi SDM, sarana


prasarana dan alat kesehatan RS yang Diampu untuk
menetapkan target pengampuan dan upaya mencapai target;

✔ membentuk kelompok kerja/tim penanggung jawab kegiatan


pengembangan layanan Diabetes dan pengampuan;

✔ meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesehatan


untuk pelayanan penyakit prioritas yang dilaksanakan melalui
pendidikan dan pelatihan, konsultasi secara langsung atau
melalui telekonsultasi, pendampingan oleh tim pengampu
layanan penyakit prioritas, dan kegiatan lain sesuai kebutuhan
✔ melakukan pembagian tugas pengampuan pada rumah sakit
yang telah ditentukan;

✔ melakukan monitoring evaluasi sesuai target pengampuan dan


membangun sistem komunikasi;

✔ bersama dinas kesehatan, melakukan evaluasi capaian


program kesehatan yang menjadi tujuan layanan pengampuan
berdasarkan data sekunder pelayanan penyakit prioritas; dan

✔ melakukan advokasi kepada sektor terkait dalam upaya


peningkatan pelayanan penyakit prioritas pada Rumah Sakit
Diampu;

✔ menyampaikan pelaporan terhadap pelaksanaan pengampuan


baik terkait dengan kemajuan pengembangan pelayanan di
internal RS Pengampu Regional maupun perkembangan
pengampuan di RS yang Diampu secara berkala setiap 6
(enam) bulan untuk disampaikan kepada Pengampu Nasional,
Kementerian Kesehatan dan pihak lain yang terlibat.

✔ menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan dalam


penguatan koordinasi layanan Diabetes; bersama jejaring
rumah sakit pengampuan menganalisis data beban pelayanan
penyakit dalam bidang Diabetes yang menjadi kebutuhan
penguatan pelayanan penyakit prioritas untuk rekomendasi
kebijakan

2. RS yang Diampu

▪ Membentuk tim tim terpadu diabetes di RS tersebut

▪ Bila RS yang diampu juga merupakan RS pengampu, maka RS


tersebut juga bertugas membentuk tim pengampuan diabetes
untuk mengampu RS yang diampunya
▪ Rs yang diampu mengembangkan pelayanan sesuai dengan
ketersediaan bangunan, prasarana dan alat kesehatan serta
sumber daya manusia untuk mencapai strata target yang telah
ditetapkan;

▪ Rs yang diampu menyusun rencana operasional serta memetakan


keperluan sumber daya manusia rumah sakit dan rencana
strategis dalam pengembangan pelayanan;

▪ Rs yang diampu melaksanakan pelayanan terpadu dan diagnostik


serta terapi sesuai dengan PNPK dan PPK

▪ Rs yang diampu melaksanakan proses penganggaran di daerah


untuk pengalokasian anggaran kegiatan pengampuan dalam
rangka pengembangan pelayanan kesehatan;

▪ RS yang diampu meningkatkan mutu pelayanan;

▪ RS yang diampu menjalin kerja sama dengan pemangku


kepentingan dalam penguatan koordinasi pelayanan;

▪ RS yang diampu menerima pengampuan pelayanan dengan


melaksanakan hal berikut:

✔ Membuat pernyataan komitmen/kesediaan untuk diampu dari


pimpinan rumah sakit;

✔ Menyusun kebutuhan bangunan, prasarana dan peralatan


kesehatan rumah sakit;

✔ menyusun kebutuhan sumber daya manusia kesehatan di


bidang pelayanan diabetes;

✔ menyusun rencana operasional dan rencana strategis bisnis


dalam kegiatan pengampuan pengembangan pelayanan;

✔ menyediakan alokasi anggaran dari RS yang diampu guna


meningkatkan stratifikasi pelayanan;

✔ menetapkan target pengampuan serta upaya mencapai target


tersebut bersama RS pengamput;
✔ membentuk kelompok kerja/tim penanggung jawab kegiatan
pengampuan diabetes;

✔ meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesehatan di


bidang pelayanan yang dilaksanakan melalui pendidikan dan
pelatihan, konsultasi secara langsung atau melalui
telekonsultasi, pendampingan oleh tim RS pengampu, dan
kegiatan lain sesuai kebutuhan;

✔ mengembangkan sistem rujukan terintegrasi dalam pelayanan;

✔ bersama dinas kesehatan, melakukan evaluasi capaian


program kesehatan yang menjadi tujuan layanan pengampuan
berdasarkan data beban pelayanan.

▪ RS mengupayakan pemenuhan kebutuhan bangunan, prasarana,


dan peralatan kesehatan yang mendukung penyelenggaraan dan
pengembangan pelayanan;

▪ RS menyediakan data beban pelayanan yang menjadi kebutuhan


dan analisis pelayanan untuk rekomendasi kebijakan sistem
pelaporan; dan

▪ RS melaksanakan semua ketentuan tugas dari RS pengampu


sesuai dengan yang tertuang di dalam Perjanjian Kerja Sama
(PKS) antara Rumah Sakit Pengampu dan Rumah Sakit Diampu.

3. Daerah Pengampuan
Daerah pengampuan dibuat berdasarkan regionalisasi. Regionalisasi dapat dilihat dalam
Lampiran I.

4. Kegiatan Pengampuan
Kegiatan dalam Program Pengampuan Layanan Diabetes di Indonesia meliputi:
a. Membangun jejaring kemitraan dan pengampuan
b. Transfer of Knowledge (mengisi kebutuhan SDM kesehatan sesuai
kompetensi dan clinical privilege) melalui
▪ Pelatihan DM bagi dokter umum, dokter spesialis, dan edukator

▪ Pelatihan khusus seperti pelatihan kaki DM, pembuatan sepatu


kaki DM, pelatihan insulin pump, pelatihan gizi lanjutan, dan
lainnya

▪ Proctorship

▪ Diskusi kasus bersama baik luring, daring atau hybrid

▪ Joint procedure luring, daring, atau hybrid. Contohnya adalah


untuk prosedur perawatan kaki DM.

▪ Kuliah dalam bentuk seminar atau webinar

▪ Workshop

▪ Learning Management System (LMS)

▪ Focus Group Discussion (FGD)


c. Penugasan dokter spesialis baru untuk mendukung pelayanan
spesialisasi di RS yang Diampu
d. Pengembangan manajemen rumah sakit dan pelayanan klinis untuk
penyakit dalam bidang Diabetes di RS yang Diampu
e. Pendidikan dokter spesialis konsultan baik dokter spesialis penyakit
dalam konsultan endokrin metabolik diabetes maupun dokter spesialis
anak konsultan endokrin
5. Alur dan Tata Cara Pengampuan
Alur dan tata cara pengampuan dalam bidang Diabetes terdiri atas:
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
1) Pembentukan tim pengembangan dan tim pengampuan layanan Diabetes
Terpadu di dalam RS Pengampu, serta tim pengembangan layanan
Diabetes Terpadu di dalam RS yang Diampu. Dibutuhkan SK Direktur RS
untuk mengukuhkan tim-tim tersebut di atas. Tim pengampuan minimal
harus terdiri atas: dokter spesialis penyakit dalam KEMD dan atau dokter
spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak konsultan endokrin dan atau
dokter spesialis anak, dokter umum, perawat, dietisien, serta tim lain yang
terkait (sesuai kebutuhan strata RS yang Diampu) untuk seluruh RS
Pengampu.
2) Penilaian (assessment) awal yang dilakukan oleh RS Pengampu kepada
RS yang diampu. Kegiatan penilaian (assessment) awal ini
direkomendasikan untuk dilakukan secara luring. Kegiatan penilaian
(assessment) awal ini paling tidak dihadiri oleh beberapa pihak dari RS
pengampu dan yang diampu sebagai berikut:
a) Manajemen RS pengampu dan yang diampu
b) Tim pengampuan RS pengampu dan yang diampu
c) Dinas Kesehatan setempat sesuai lokasi RS yang Diampu
Instrumen penilaian (assessment) awal dapat dilihat pada Lampiran 2. RS
Pengampu membuat laporan hasil penilaian (assessment) awal serta
masukan-masukan yang perlu dilakukan oleh RS yang Diampu. Laporan
hasil penilaian (assessment) awal dapat dilihat pada Lampiran 3.

3) RS yang diampu membuat dan melaporkan data dasar (baseline data)


sesuai indikator hasil (outcome) dari Program Pengampuan Layanan
Diabetes. Lembar pengisian data dasar (baseline data) dapat dilihat pada
Lampiran 4.

4) Penyusunan rencana operasional dan strategi pengembangan layanan


Diabetes oleh RS yang diampu, baik dari sisi pengembangan SDM Tim
Diabetes Terpadu, klinik Diabetes Terpadu, peralatan kesehatan, sarana
dan prasarana, alur pelayanan, SOP kerja, serta sistem manajemen RS
dengan supervisi dari RS Pengampu.

5) Persiapan konsep dan bentuk supervisi, monitoring dan evaluasi.

6) Penyusunan perjanjian kerja sama (PKS) antara RS yang mengampu dan


RS yang diampu
b. Pelaksanaan
Kegiatan pengampuan dilaksanakan selama kurun waktu tertentu yang telah
ditentukan yaitu periode 1 pada tahun 2022-2024, dilanjutkan periode 2 pada
tahun 2025-2027. Fokus kegiatan pengampuan adalah mengembangkan
pelayanan diabetes terpadu di RS sesuai strata layanan yang dilakukan
melalui program peningkatan kapasitas sumber daya manusia, sistem
layanan, obat-obatan dan alat kesehatan/sarana prasarana.
Berikut adalah timeline kegiatan pengampuan:
1. Tahun 2022
a. Penyusunan Juknis pengampuan, PPK diabetes serta
keperluan administratif lainnya
b. Penyusunan assessment awal oleh RS pengampu
c. Penyusunanan laporan hasil assessment awal oleh RS
diampu
d. Penyusunan data dasar dan indikator luaran program
pengampuan oleh RS diampu
e. Penyusunan rencana operasional dan strategi
pengembangan layanan diabetes oleh RS diampu dengan
supervisi RS pengampu
f. Pengajuan pemenuhan alat kesehatan/sarana prasarana di
RS dimpu kepada Kementerian Kesehatan dan atau
Pemerintah Daerah
2. Tahun 2023
a. Pelatihan/workshop tim terpadu diabetes tingkat dasar yang
terdiri dari pelatihan dokter umum, pelatihan dokter spesialis,
dan edukator DM
b. Penyusunan alur dan SOP layanan klinik diabetes terpadu di
RS diampu
c. Pembentukan klinik diabetes terpadu/diabetes center
(minimal ruang konsultasi, ruang edukasi, ruang pelayanan
kaki DM) di RS yang diampu
d. Supervisi pelayanan diabetes terpadu di RS yang diampu
dengan menggunakan metode diskusi kasus, diskusi alur
layanan, video pelayanan, dll
3. Tahun 2024
a. Pelatihan/workshop tim terpadu diabetes tingkat lanjut
b. Supervisi pelayanan diabetes di RS diampu
c. Pendidikan dokter spesialis konsultan

c. Monitoring dan Pelaporan


1) Monitoring dilakukan setiap 3-6 bulan sekali oleh RS pengampu
kepada RS yang diampu. Monitoring dapat dilakukan secara luring
dan atau daring.
2) Penyusunan laporan hasil monitoring setiap 6 bulan sekali
3) Penilaian pelaksanaan kegiatan dan pencapaian program
pengampuan untuk kegiatan jangka pendek dan jangka panjang.
4) Identifikasi perbaikan yang perlu dilakukan.
5) Advokasi pelaksanaan perbaikan

d. Evaluasi
1) Bersama semua pemangku kepentingan melakukan pengukuran
evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif terhadap parameter input,
proses, output dan outcome dari kegiatan jejaring pengampuan setiap
minimal 1 tahun sekali
2) Diseminasi hasil kegiatan jejaring pengampuan dalam bidang
Diabetes.

6. Dukungan Administrasi
a. Perjanjian Kerja Sama (PKS)
1. Perjanjian kerja sama adalah penandatangan pakta komitmen
antara RS pengampu, RS diampu dan pemerintah daerah setempat
terkait kegiatan pengampuan layanan diabetes.
2. Seluruh rumah sakit yang sudah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan dalam jejaring pengampuan wajib mengikuti kegiatan
program pengampuan.
3. Pengampuan RS hanya dapat dilakukan jika telah terdapat PKS
antara kedua rumah sakit dan Pemerintah (Pusat/Daerah).
4. Substansi PKS mencakup ruang lingkup utama yaitu:
a.Jenis pengampuan yang diberikan, terutama terdiri dari
pemenuhan kriteria untuk menjadi rumah sakit yang minimal
sesuai dengan strata yang telah ditetapkan;
b.Hak dan kewajiban RS pengampu dan RS yang diampu;
c.Sumber pembiayaan;
d.Jangka waktu pelaksanaan;
e.Monitoring dan evaluasi;
5. PKS harus diketahui oleh pemerintah (Kementerian Kesehatan) dan
pemerintah daerah (pemerintah provinsi dan Dinas Kesehatan). PKS
juga perlu diinformasikan kepada BPJS cabang setempat
6. Langkah-langkah membentuk PKS sebagai berikut:
a. Tahap Awal

▪ RS yang diampu melalui Dinas Kesehatan Provinsi


mengirimkan surat pengampuan (surat permohonan
kerjasama ke Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan) yang berisi permohonan
untuk menjalin kerjasama disertai jenis kerjasama
yang diharapkan dengan tembusan ke RS Pengampu
Nasional, RS Pengampu Regional, dan Pemerintah
daerah setempat.
▪ RS yang diampu bersama Dinas Kesehatan Provinsi
mempersiapkan kedatangan Tim RS pengampu untuk
dijadikan sebagai gambaran awal untuk kerjasama.

▪ RS pengampu melakukan identifikasi melalui


pengisian lembar penilaian (assessment) terhadap
permohonan kerja sama RS yang diampu melalui
kunjungan lapangan ke RS yang diampu.

▪ RS pengampu memberikan laporan atas hasil


penilaian (assessment) awal saat kunjungan lapangan
kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan dan ditembuskan ke
Pemerintah Daerah dan RS yang diampu, serta RS
Pengampu Nasional dan RS Pengampu Regional di
atasnya jika ada.

▪ Apabila telah mendapatkan persetujuan, maka


program pengampuan dapat dijalankan. Kemudian
akan dilakukan pertemuan antara RS Pengampu dan
RS yang diampu untuk menyusun perencanaan
kegiatan pengampuan.

▪ Apabila dari hasil penilaian (assessment) Rumah Sakit


Pengampu terdapat kendala dalam pengampuan,
maka diperlukan pembahasan lanjutan dengan
melibatkan pihak terkait

▪ Pembuatan rencana program.

▪ Pembuatan rencana anggaran program.

▪ Penandatanganan PKS.
b. Tahap Pelaksanaan

▪ Bagi RS yang diampu:


● Menyiapkan TOR dan rencana anggaran RS
yang diampu
● Menyiapkan sumber daya manusia, sarana,
prasarana dan alat kesehatan

▪ Bagi RS Pengampu:
● Membuat TOR dan rencana anggaran tim RS
Pengampu
● Membuat Surat Tugas untuk staf/tenaga
medis yang akan dikirim ke Rumah Sakit
diampu
● Melaksanakan kegiatan secara berkala sesuai
dengan rencana program yang sudah disusun
c. Tahap Akhir
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

●Monitoring dan evaluasi bersama antara RS Pengampu


dengan RS yang diampu;

●Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi;

●Menyusun rencana tindak lanjut jangka pendek dan jangka


panjang dalam pelaksanaan program.

7. Pembiayaan
Pengaturan pembiayaan pada petunjuk teknis ini terdiri dari komponen biaya dan sumber
biaya. Pembiayaan utama program pengampuan berasal dari Kementerian Kesehatan
dan Pemerintah Daerah RS yang Diampu. Ketentuan tentang pembiayaan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, termasuk pemberlakuan SBM (Standar Biaya Masukan)
Kementerian Keuangan.
1. Komponen biaya terdiri dari:
a) Honor bagi tim RS Pengampu;
b) Honor narasumber;
c) Biaya transportasi dan akomodasi tim RS Pengampu;
d) Biaya pelatihan DM bagi dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam dan
dokter spesialis anak, serta edukator DM.
e) Biaya pemenuhan dalam pembangunan atau renovasi ruangan klinik diabetes
terpadu, serta pengadaan sarana prasarana dan alat kesehatan yang
diperlukan untuk pelayanan klinik diabetes terpadu di RS yang Diampu;
f) Biaya penyelenggaraan kegiatan pengampuan lainnya (seperti proctoring,
workshop, pelatihan, supervisi, webinar/daring dan sebagainya) untuk Rumah
Sakit yang Diampu;
g) Pendukung pelaksanaan pengampuan di Rumah Sakit yang Diampu (misalnya
biaya pengembangan website klinik diabetes RS setempat, teleconference,
supervisi, asuransi, dan sebagainya);
h) Biaya monitoring dan evaluasi.

2. Pembiayaan program pengampuan dapat berasal dari:


a) Kementerian Kesehatan;
b) APBN/D;
c) Anggaran Rumah Sakit Diampu; atau
d) Sumber pembiayaan lainnya (Donor, LSM, CSR) yang dapat
dipertanggungjawabkan.

8. Indikator Keberhasilan Pengampuan


Terdapat 4 indikator yang digunakan dalam Program Pengampuan Layanan Diabetes,
yaitu: indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran (output) dan indikator
hasil (outcome).
a. Indikator Masukan (input)
1) Tersedianya dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi
pada 100% RS Pengampu Regional
2) Tersedianya dokter spesialis anak konsultan endokrin atau fellow
endokrin pada 100% RS Pengampu Regional
3) Tersedianya dokter spesialis penyakit dalam KEMD, atau spesialis
penyakit dalam yang telah atau akan mengikuti pelatihan diabetes pada
100% RS strata utama
4) Tersedianya dokter spesialis penyakit dalam yang telah atau akan
mengikuti pelatihan diabetes pada 100% RS strata madya
5) Tersedianya dokter spesialis anak konsultan endokrin, fellow endokrin,
atau spesialis anak yang telah mengikuti pelatihan diabetes pada 100%
RS strata utama
6) Tersedianya dokter spesialis anak fellow endokrin, atau spesialis anak
yang telah mengikuti pelatihan diabetes pada 100% RS strata madya
7) Tersedianya dokter umum yang telah mengikuti pelatihan diabetes
pada 100% RS strata paripurna, utama dan madya
8) Tersedianya tim edukator yang telah mengikuti pelatihan edukator DM
pada 100% RS strata paripurna, utama dan madya. Tim edukator
adalah tim yang terdiri dari dokter umum, perawat, dan ahli gizi
9) Tersedianya sarana prasarana dan alat kesehatan yang diperlukan
untuk menjalankan klinik diabetes terpadu sesuai standar minimal
layanan setiap strata RS
10) Tersedianya sarana dan prasarana untuk melaksanakan proses
edukasi dan aktivitas fisik pasien DM serta peer support dalam bentuk
perkumpulan pasien diabetes di setiap RS
11) Terdapatnya PPK dan SOP DM nasional serta algoritme layanan DM
yang disusun oleh tim pengampu DM nasional dan dapat digunakan
oleh RS

b. Indikator Proses
1) Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) dan
Direktorat Jendral Farmasi dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes)
bersama RS pengampu nasional, RS pengampu regional dan BPJS
Kesehatan mengurangi atau menghilangkan restriksi dan fragmentasi
layanan diabetes yang meliputi restriksi rujukan, restriksi kunjungan,
restriksi pemeriksaan, dan restriksi obat termasuk insulin, agar terjadi
keselarasan antara teori dan pelaksanaan
2) Program layanan diabetes terpadu dalam diabetes center dimasukkan
dalam salah satu kriteria penilaian pada saat akreditasi rumah sakit
contohnya adalah penilaian akreditasi oleh KARS (Komite Akreditasi
Rumah Sakit) dan atau di dalam akreditasi RS pendidikan
3) Terbentuknya MoU antara
4) Terbentuknya tim pengembangan dan pengampuan layanan Diabetes
Terpadu (Diabetes Center) yang disahkan oleh SK direktur RS pada
seluruh RS Regional/Pengampu. Tim pengembangan dan
pengampuan layanan diabetes terpadu adalah tim yang merancang
dan melaksanakan layanan diabetes terpadu di RS tersebut, dan
merancang program pengampuan di RS yang diampu
5) Terbentuknya tim pengembangan layanan Diabetes Terpadu yang
disahkan oleh SK direktur RS pada seluruh RS Diampu. Tim
pengembangan layanan diabetes terpadu adalah tim yang merancang
dan melaksanakan layanan diabetes terpadu di RS tersebut
6) Terbentuknya klinik diabetes terpadu di RS
7) RS pengampu telah melakukan penilaian (assessment) awal terhadap
RS yang diampu sebelum dilakukan program pengampuan
8) Terbentuknya PKS antara RS Pengampu dan RS yang diampu hingga
tahun 2024 yang antara lain meliputi roadmap program pengampuan
9) Terlaksananya program peningkatan kapasitas SDM Tim Diabetes
Terpadu RS Pengampu dan Diampu yaitu pelatihan DM untuk dokter
umum, dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis anak,
edukator DM, pelatihan manajerial layanan DM komprehensif,
pelatihan pengisian registri DM nasional
10) Terkumpulnya 100% laporan monitoring oleh RS Pengampu terhadap
RS yang Diampu setiap 6 bulan sekali
11) Kementerian Kesehatan, RS Pengampu Nasional, dan RS Pengampu
Regional melakukan monitoring dan evaluasi formil setiap 6 bulan
sekali pada tahun pertama dan dilanjutkan setiap 12 bulan sekali.
Diantara period tersebut dimungkinkan untuk dilakukan aktivitas
monitoring dan evaluasi sesuai keperluan

c. Indikator Keluaran (output)


1) Pada akhir tahun 2024, telah terbentuk Tim Diabetes Terpadu di
seluruh RS yang termasuk dalam jejaring layanan diabetes di
Indonesia sebagai berikut:
a) 15 RS dengan layanan diabetes strata paripurna
b) 35 RS dengan layanan diabetes strata utama
c) 128 RS dengan layanan diabetes strata madya
d) Terlaksananya satu kali survei epidemiologi diabetes di seluruh
strata layanan dalam jejaring pengampuan diabetes pada periode
sebelum akhir 2024
2) Layanan DM di RS menggunakan PPK dan SOP terkait layanan
Diabetes Terpadu yang sudah disusun oleh tim pengampu DM
nasional oleh.
3) Layanan DM di RS menggunakan algoritme skrining komplikasi kronik
diabetes yang sudah disusun oleh tim pengampu DM nasional di
setiap RS yang terlibat dalam jejaring pengampuan
4) Layanan DM menggunakan sistem informasi pengumpulan data
registri yang sudah dibuat oleh DTO Kementerian Kesehatan bekerja
sama dengan tim pengampu DM nasional untuk diabetes yang bersifat
nasional di seluruh RS pengampu dan diampu
5) Tersedianya obat-obatan yang diperlukan untuk pengelolaan DM
sesuai strata layanan RS
6) Diberikannya glukometer dan sejumlah stik glukosa darah yang
memadai untuk melakukan evaluasi sesuai petunjuk dokter yang
merawat, pada seluruh pasien diabetes yang mendapatkan terapi
insulin dengan komponen basal dan atau prandial
d. Indikator Hasil (outcome) pada 2024
1) Peningkatan 20% proporsi pemeriksaan HbA1C dan glukosa darah
puasa pada pasien yang memiliki faktor risiko
2) Peningkatan 20% diagnosis prediabetes/diabetes pada populasi
berisiko
3) Peningkatan 20% proporsi pasien diabetes yang menjalani
pemeriksaan skrining komplikasi diabetes
4) Peningkatan 40% proporsi pasien diabetes yang mendapatkan
edukasi diabetes
5) Peningkatan 40% proporsi pasien diabetes yang mendapatkan
intervensi nutrisi medis
6) Peningkatan 20% pasien diabetes dengan overweight/obesitas yang
mendapatkan intervensi weight reduction
7) Peningkatan 20% proporsi pasien diabetes yang mencapai target
HbA1C
8) Peningkatan 20% proporsi pasien diabetes yang mencapai target
kolesterol LDL
9) Peningkatan 20% proporsi pasien diabetes yang mencapai target
tekanan darah
10) Peningkatan 20% proporsi pasien diabetes yang mencapai target
penurunan berat badan
11) Peningkatan 20% proporsi pemeriksaan skrining berkala komplikasi
diabetes anak dan remaja
12) Pemeriksaan C-peptide dan HbA1c dilakukan pada 100% pasien DM
pada anak saat terdiagnosis
13) Peningkatan 20% proporsi pasien diabetes anak dan remaja yang
mencapai target HbA1C
14) Peningkatan 40% proporsi pasien diabetes anak dan remaja yang
mendapatkan edukasi diabetes
15) Peningkatan 20% proporsi pasien diabetes anak yang melakukan
pemeriksaan pemantauan gula darah mandiri
16) Proporsi kejadian ketoasidosis diabetikum pada anak dan remaja
sebesar 20%
17) Mortalitas ketoasidosis diabetikum anak dan remaja 0%

Indikator Capaian Definisi Operasional Keterangan


Peningkatan 20% proporsi Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
pemeriksaan HbA1C dan setelah proses pengampuan ini minimal dipenuhi oleh
glukosa darah puasa pada dibandingkan sebelum proses 100% RS paripurna,
pasien yang memiliki faktor pengampuan (6 bulan 70% RS utama dan 30%
risiko terakhir). RS madya dalam
jejaring pengampuan
Definisi parameter DM
pemeriksaan:
- Pemeriksaan HbA1C
adalah tes hemoglobin
terglikosilasi, merupakan
cara yang digunakan untuk
menilai efek perubahan
terapi 8-12 minggu
sebelumnya menggunakan
NGSP. Sampel
menggunakan darah vena.
- Pemeriksaan glukosa
darah puasa adalah
pemeriksaan glukosa
plasma dalam keadaan
tidak ada asupan kalori
minimal 8 jam

Definisi pasien yang memiliki


risiko berdasarkan Panduan
Perkeni 2021 adalah yang
berisiko adalah individu
dengan:
● Berat badan lebih (IMT
≥23 kg/m2)
● Usia > 40 tahun
● Riwayat keluarga
dengan DM tipe 2
● Diet tak sehat
● Kurang aktivitas fisik
● Hipertensi (>140/90
mmHg)
● Dislipidemia (HDL <35
mg/dl dan/atau
trigliserida >250 mg/dl)
● Sindrom metabolik yang
memiliki riwayat TGT
atau GDPT sebelumnya
● Riwayat kardiovaskuler,
seperti stroke, PJK, atau
PAD
● Riwayat melahirkan bayi
dengan BB lahir bayi
>4000 gram atau
riwayat pernah
menderita DM
gestasional
● Ras/etnik tertentu
● Riwayat lahir dengan
berat badan rendah
(<2,5 kg)
Peningkatan 20% Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
diagnosis setelah proses pengampuan ini minimal dipenuhi oleh
prediabetes/diabetes pada dibandingkan sebelum proses 100% RS paripurna,
populasi berisiko pengampuan 70% RS utama dan 30%
RS madya dalam
Definisi parameter pemeriksaan: jejaring pengampuan
Diagnosis diabetes melitus DM
ditegakkan bila terpenuhinya sala
satu dari kriteria berikut ini:
1. Pemeriksaan glukosa
plasma puasa ≥ 126
mg/dL. Puasa adalah
kondisi tidak ada asupan
kalori minimal 8 jam
atau
2. Pemeriksaan glukosa
plasma ≥ 200 mg/dL 2-jam
setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO)
dengan beban glukosa 75
gram
atau
3. Pemeriksaan glukosa
plasma sewaktu ≥ 200
mg/dL dengan keluhan
klasik atau krisis
hiperglikemia.
atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥
6,5% dengan
menggunakan metode
yang terstandarisasi oleh
National
Glycohaemoglobin
Standarization Program
(NGSP) dan Diabetes
Control and Complications
Trial assay (DCCT)
Diagnosis prediabetes ditegakkan
bila hasil pemeriksaan tersebut
tidak memenuhi kriteria normal
ataupun kriteria DM. Prediabetes
meliputi toleransi glukosa
terganggu (TGT) dan glukosa
darah puasa terganggu (GDPT).

● Glukosa Darah Puasa


Terganggu (GDPT): Hasil
pemeriksaan glukosa
plasma puasa antara 100
– 125 mg/dL dan
pemeriksaan TTGO
glukosa plasma 2-jam <
140 mg/dL;

● Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT): Hasil
pemeriksaan glukosa
plasma 2-jam setelah
TTGO antara 140 – 199
mg/dL dan glukosa
plasma puasa < 100
mg/dL.
Peningkatan 20% proporsi Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
pasien diabetes yang setelah proses pengampuan ini minimal dipenuhi oleh
menjalani pemeriksaan dibandingkan sebelum proses 100% RS paripurna,
skrining komplikasi diabetes pengampuan. 70% RS utama dan 30%
RS madya dalam
Pemeriksaan komplikasi jejaring pengampuan
diabetes meliputi pemeriksaan DM
ankle brachial index (ABI), tes
monofilamen, EKG,
funduskopi, dan albumin
creatinine ratio urin sewaktu.

Pemeriksaan minimal
dilakukan satu kali dalam satu
tahun.
Peningkatan 40% pasien Edukasi diabetes adalah upaya Target capaian outcome
diabetes yang memberikan edukasi ini minimal dipenuhi oleh
mendapatkan edukasi mengenai DM oleh edukator di 100% RS paripurna dan
diabetes RS kepada pasien. utama, serta 50% RS
Materi edukasi DM terdiri dari 6 madya dalam jejaring
materi wajib yaitu pengertian pengampuan DM
DM, terapi nutrisi medis,
latihan fisik, obat-obatan,
monitoring glukosa darah dan
komplikasi hipoglikemia. Materi
edukasi diabetes tambahan
yang dapat diberikan meliputi
komplikasi DM, pengelolaan
DM saat puasa, perawatan
kaki DM, dan lainnya sesuai
keperluan

Peningkatan 40% proporsi Intervensi nutrisi medis adalah Target capaian outcome
pasien diabetes yang intervensi pengaturan nutrisi ini minimal dipenuhi oleh
mendapatkan intervensi pasien diabetes yang diberikan 100% RS paripurna dan
nutrisi medis oleh edukator (dokter atau utama, serta 50% RS
dietisen) berdasarkan madya dalam jejaring
kebutuhan kalori pasien. pengampuan DM
Peningkatan 20% proporsi Intervensi weight reduction Target capaian outcome
pasien diabetes yang adalah intervensi berupa ini minimal dipenuhi oleh
mendapatkan intervensi pengaturan nutrisi medis, 100% RS paripurna dan
weight reduction latihan fisik, dan atau 50% RS utama
farmakoterapi untuk
menurunkan berat badan untuk
mencapai target penurunan
berat badan
Peningkatan 20% proporsi Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
pasien diabetes yang proporsi setelah proses ini minimal dipenuhi oleh
mencapai target HbA1C pengampuan dibandingkan 100% RS paripurna,
kondisi baseline 70% RS utama dan 30%
RS madya dalam
Proporsi baseline : jejaring pengampuan
Jumlah pasien yang mencapai DM
HbA1C 6,5-7,5 pada 6 bulan
pertama layanan diabetes
center di RS tersebut dibagi
dengan seluruh pasien
diabetes center yang diperiksa
HbA1C pada 6 bulan pertama
layanan diabetes center

Proporsi setelah
pengampuan:
Jumlah pasien yang mencapai
HbA1C 6,5-7,5 setelah
program pengampuan dibagi
dengan seluruh pasien DM
yang berobat di diabetes
center selama program
pengampuan dan diperiksa
HbA1C
Peningkatan 20% proporsi Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
pasien yang mencapai proporsi setelah proses ini minimal dipenuhi oleh
target kolesterol-LDL pengampuan dibandingkan 100% RS paripurna,
sebesar 20% kondisi baseline 70% RS utama dan 30%
RS madya dalam
Proporsi baseline: jejaring pengampuan
Jumlah pasien yang mencapai DM
kolesterol-LDL di bawah 100
mg/dl pada pada 6 bulan
pertama layanan diabetes
center di RS tersebut dibagi
dengan seluruh pasien
diabetes center yang diperiksa
kolesterol LDL pada 6 bulan
pertama layanan diabetes
center

Proporsi setelah pengampuan:


Jumlah pasien yang mencapai
mencapai kolesterol-LDL di
bawah 100 mg/dl setelah
program pengampuan dibagi
dengan seluruh pasien DM
yang berobat di diabetes
center selama program
pengampuan dan diperiksa
kolesterol LDL
Peningkatan 20% proporsi Perbandingan proporsi adalah Target capaian outcome
pasien yang mencapai proporsi setelah proses ini minimal dipenuhi oleh
target tekanan darah pengampuan dibandingkan 100% RS paripurna,
kondisi baseline 70% RS utama dan 30%
RS madya dalam
Proporsi baseline: jejaring pengampuan
Jumlah pasien yang mencapai DM
target tekanan darah sistolik <
130 dan tekanan darah
diastolik <80 mmHg pada pada
6 bulan pertama layanan
diabetes center di RS tersebut
dibagi dengan seluruh pasien
diabetes center pada 6 bulan
pertama layanan diabetes
center

Proporsi setelah
pengampuan: Jumlah pasien
yang mencapai mencapai
target tekanan darah sistolik <
130 dan tekanan darah
diastolik <80 mmHg setelah
program pengampuan dibagi
dengan seluruh pasien DM
yang berobat di diabetes
center selama program
pengampuan
Proporsi 20% pasien Adalah proporsi pasien DM tipe Target capaian outcome
diabetes dengan 2 dewasa yang mencapai ini minimal dipenuhi oleh
overweight/obesitas yang target penurunan berat badan 100% RS paripurna,
mencapai target penurunan sebesar 5-10% selama 70% RS utama dan 30%
berat badan pengampuan 2 tahun RS madya dalam
jejaring pengampuan
Perbandingan proporsi adalah DM
proporsi setelah proses
pengampuan dibandingkan
kondisi baseline

Proporsi baseline:
Jumlah pasien yang mencapai
target penurunan berat badan
pada pada 6 bulan pertama
layanan diabetes center di RS
tersebut dibagi dengan seluruh
pasien diabetes center pada 6
bulan pertama layanan
diabetes center

Proporsi setelah pengampuan:


Jumlah pasien yang mencapai
target penurunan berat badan
setelah program pengampuan
dibagi dengan seluruh pasien
DM yang berobat di diabetes
center selama program
pengampuan
Indikator diabetes anak

Peningkatan 20% proporsi Follow up komplikasi pasien Pemeriksaan tekanan


pemeriksaan skrining DM pada anak dilakukan setiap darah, funduskopi, dan
berkala komplikasi diabetes 1-2 tahun dengan pemeriksaan rasio albumin kreatinin
tekanan darah, profil lipid, urin sewaktu setiap
anak dan remaja
funduskopi dan rasio albumin tahun dan pemeriksaan
kreatinin urin sewaktu profil lipid setiap 2
dilakukan pada anak dan
remaja mulai usia 11
tahun atau yang sudah
terdiagnosis diabetes 2-
5 tahun.

Pemeriksaan C-peptide dan Pemeriksaan HbA1c dilakukan Pemeriksaan C-peptide


HbA1C dilakukan pada pada awal terdiagnosis. bisa dibekukan (-20oC)
100% pasien DM anak saat Pemeriksaan C-peptida dapat dan dikirim ke satu
membedakan tipe diabetes center lab
terdiagnosis
pada anak pada beberapa
tahun setelah diagnosis awal.

Peningkatan 20% proporsi Diantara pasien yang sudah Target HbA1C adalah
diabetesi anak dan remaja terdiagnosis diabetes, proporsi <7,5%
yang mencapai target pasien anak dan remaja yang
mencapai target HbA1C dalam
HbA1C
6 bulan setelah memulai terapi
Peningkatan 40% proporsi Diantara pasien yang sudah Materi yang perlu
pasien diabetes anak dan terdiagnosis diabetes, proporsi dipahami meliputi 5 pilar
remaja yang mendapatkan pasien yang mendapatkan tata laksana DM pada
edukasi diabetes anak, yaitu terapi insulin,
edukasi diabetes
pengaturan makan
(kebutuhan kalori harian
dan carbohydrate
counting), aktivitas fisik,
edukasi dan
pemantauan gula darah
secara berkala.

Peningkatan 20% proporsi Pasien diabetes anak khusus Pasien harus diberikan
diabetes anak yang diabetes tipe-1 perlu glukometer dan stik
melakukan pemeriksaan melakukan pemantauan gula glukosa darah dengan
darah mandiri minimal jumlah yang cukup
pemantauan glukosa darah
sebanyak 4 kali di rumah secara rutin.
mandiri
untuk mencapai kontrol
glikemik yang baik.

Proporsi kejadian Jumlah kasus anak dan remaja Target proporsi kurang
ketoasidosis diabetikum dengan DM tipe-1 yang dari 20%
pada anak dan remaja mengalami ketoasidosis
diabetikum dalam 1 tahun
kurang dari 20%
terakhir dibagi dengan Jumlah
total keseluruhan pasien anak
dan remaja dengan DM tipe-1
yang sudah terdiagnosis > 5
tahun
Mortalitas ketoasidosis Jumlah kasus meninggal pada Target anak dan remaja
diabetikum anak dan anak dan remaja dengan yang mengalami KAD
remaja 0% ketoasidosis diabetikum dibagi tidak mengalami
dengan Jumlah total kematian
keseluruhan pasien anak dan
remaja yang dirawat dengan
ketoasidosis diabetikum

B. Petunjuk Khusus Pengampuan Pembentukan Tim Terpadu Diabetes dan


Edukator Diabetes
Sasaran: Tim terpadu diabetes di RS diampu
Metode:
1. Masing-masing RS menyusun 1 tim terpadu diabetes, yang terdiri dari :

● 1 dokter SpPD KEMD dan atau SpPD yang sudah mengikuti


pelatihan diabetes dari Perkeni

● 1 dokter spesialis anak konsultan endokrinologi atau SpA


fellowship atau SpA yang telah mengikuti pelatihan diabetes

● 2 dokter umum;

● 2 perawat;

● 1 ahli gizi
2. Metode pengampuan:

● Kuliah dalam bentuk seminar, webinar, atau LMS (Learning Management


System). Kuliah dilakukan secara synchronous baik daring atau luring yang
berisi mengenai pengelolaan terpadu diabetes di rumah sakit

● Workshop atau proctorship. Workshop atau proctorship dilakukan oleh RS


pengampu untuk melatih pengelolaan DM di RS diampu

● Evaluasi
Laporan pengelolaan DM tahunan berupa jumlah skrining DM, jumlah
pasien baru, jumlah skrining komplikasi DM, jumlah intervensi edukasi,
nutrisi medis dan intervensi weight reduction, data capaian HbA1C,
kolesterol-LDL, tekanan darah dan berat badan pasien

C. Petunjuk Khusus Pelatihan Tim Terpadu Diabetes

1. Pelatihan Edukator DM bagi Tim Terpadu Diabetes


Pelatihan dasar pelayanan diabetes bagi Tim Terpadu Diabetes terdiri dari 1
kali pertemuan (3 hari) dengan konsep pemberian materi dan workshop
hands-on untuk membekali keilmuan terkait diabetes dewasa dan anak dan
praktik edukasi sebagai seorang edukator. Topik yang akan dibahas meliputi:
(1) Dasar-dasar diabetes, (2) Terapi nutrisi medis, (3) Aktivitas fisik dan
olahraga, (4) Obat-obatan dan insulin pada diabetes, (5) Pemantauan gula
darah mandiri, (6) Komplikasi akut diabetes, (7) Komplikasi kronis diabetes,
(8) Kaki diabetes, (9) Peran edukator diabetes, dan (10) Teknik komunikasi
kepada pasien dan keluarga. Target pelatihan ini adalah agar setiap anggota
Tim Terpadu Diabetes mampu menjadi seorang edukator diabetes.

2. Pelatihan Dokter Umum


3. Pelatihan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
4. Pelatihan Dokter Spesialis Anak

2. Pelatihan Lanjutan Pelayanan Diabetes bagi Tim Terpadu Diabetes


Pelatihan lanjutan pelayanan diabetes bagi Tim Terpadu Diabetes terdiri dari
1 kali pertemuan (2 hari). Topik yang akan dibahas meliputi: (1) Memulai
layanan komprehensif diabetes di RS, (2) Penyusunan PPK, SOP dan alur
layanan pasien diabetes di RS, dan (3) Pengisian registri DM. Target pelatihan
ini adalah agar Tim Terpadu Diabetes dan manajemen RS sehingga tim dapat
mengaplikasikan model layanan terpadu diabetes di RS masing-masing.
3. Mentoring Tim Terpadu Diabetes
Mentoring Tim Terpadu Diabetes adalah kegiatan supervisi pelaksanaan
pelayanaan diabetes secara komprehensif. Program ini akan berlangsung
selama 3 bulan. Setiap Tim Terpadu Diabetes diminta untuk melakukan
pelayanan komprehensif diabetes terhadap pasien yang kemudian dilaporkan
dan disupervisi secara hybrid (gabungan metode daring dan luring) sesuai
dengan jadwal yang disepakati oleh pihak Pengampu dan Diampu minimal
dilakukan 3 bulan sekali. Laporan akan disusun dalam bentuk buku log dan
video. Buku log meliputi: (1) Data dasar pasien, yaitu anamnesis, pemeriksaan
fisik, penunjang, diagnosis, dan tatalaksana, (2) Perkembangan/monitoring
gula darah pasien, (3) Evaluasi komplikasi pasien, dan (4) Kendala yang
dihadapi dan rencana tindak lanjut. Video meliputi: (1) Video edukasi pasien
oleh edukator, (2) Video pertemuan pasien dengan Tim Terpadu Diabetes
yang menggambarkan model layanan terpadu diabetes pada pasien
(melibatkan dokter, perawat, ahli gizi), dan (3) Video pemeriksaan kaki dan
pengisian form kaki diabetes. Pengambilan video pada saat awal dan akhir
pengampuan, disertai informed consent dan tidak tampak wajah pasien.

D. Pelatihan Khusus
1. Pelatihan perawatan kaki lanjut (kaki DM dengan PAD)
Sasaran: Dokter dan Perawat kaki
Metode:

▪ Kuliah mengenai pengelolaan kaki DM dengan PAD

▪ Workshop perawatan luka diabetes

▪ Supervisi perawatan luka diabetes secara hybrid

▪ Evaluasi capaian kompetensi pengelolaan kaki DM


2. Pelatihan klinik pump insulin
3. Pelatihan edukator lanjut
4. Pelatihan edukator gizi anak
5. Pelatihan pembuatan sepatu diabetes
6. Pelatihan gizi lanjut
7. Pelatihan klinik exercise
8. Pelatihan pengembangan klinik multidisiplin
9. Pelatihan pengisian registry diabetes nasional (dewasa dan anak)
10. Pelatihan diabetes tipe 1
11. Pelatihan terapi insulin
a. Pelatihan deteksi dini dan kegawatdaruratan diabetes pada anak dan
remaja (contoh: KAD, hipoglikemia)
b. Pengaturan diet dan exercise
c. Tumbuh kembang dan pubertas
d. Autoimun
12. Pelatihan transisi diabetes anak ke dewasa
BAB IV
PENUTUP

Demikian juknis Program Pengampuan Layanan Diabetes ini disusun agar dapat menjadi
acuan bagi semua pihak dalam menjalankan program ini baik dalam komponen
pengampuan, pendidikan maupun pelatihan. Harapannya, program ini dapat berjalan
lancar dan mencapai tujuan transformasi layanan Diabetes di Indonesia. Akhir kata,
semoga juknis ini bisa menjadi titik awal dalam usaha untuk memperkuat pelayanan,
melakukan pemerataan layanan serta meningkatkan kemutakhiran teknologi diagnosis
dan terapi kasus Diabetes di Indonesia.
LAMPIRAN I

REGIONALISASI RS PENGAMPU LAYANAN DIABETES


Tabel 1.

Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum RS Umum Daerah RS Umum Daerah Cut Aceh


Pusat dr. Cipto Dr. Zainoel Abidin Meutia Kab. Aceh Utara
Mangunkusum
o

RS Umum Daerah TGK


Chik Ditiro Sigli

RS Umum Daerah Dr. H.


Yulidin Away

RS Umum Daerah
Langsa

RS Umum Daerah Dr.


Fauziah Bireun

RS Umum Daerah
Meuraxa

RS Umum Daerah Datu


Beru Takengon

RS Umum Daerah Cut


Nyak Dhien

RSUP H. RS Umum Haji RS Umum Daerah Drs. Sumatera


Adam Malik Medan H. Amri Tambunan Utara

RS Umum Daerah
Tanjung Pura

RS Umum Daerah
Rantau Prapat

RS Umum Daerah Dr.


Pirngadi
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum Daerah
Tarutung

RSUP Dr. M. RS Umum Daerah RS Umum Daerah Sumatera


Djamil Dr. Achmad Mohammad Natsir Barat
Mochtar

RS Umum Daerah
Pariaman

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Riau


Arifin Achmad Bengkalis

RS Umum Daerah Kota


Dumai

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Kepulauan


Raja Ahmad Tabib Embung Fatimah Kota Riau
Batam

RS Umum Daerah RS Umum Daerah H. Jambi


Raden Mattaher Hanafie
Jambi

RSUP Dr. RS Umum Daerah RS Umum Daerah Sumatera


Mohammad Siti Fatimah Palembang Bari Selatan
Hoesin Provinsi Sumatera
Palembang Selatan

RS Umum Daerah
Sekayu

RS Umum Daerah dr. H.


M. Rabain Muara Enim

RS Umum Daerah Bengkulu


Dr. M. Yunus
Bengkulu

RS Umum Daerah Kepulauan


Dr. (HC) Ir. Bangka
Soekarno Belitung

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Lampung


Dr H Abdul Moeloek Menggala Tulang Bawang
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Banten


Banten Berkah Pandeglang

RS Umum Daerah
Kabupaten Tangerang

RS Umum Daerah dr.


Drajat Prawiranegara

RS Umum RS Umum Daerah RS Umum Daerah DKI


Pusat Tarakan Cengkareng Jakarta
Fatmawati

RS Umum Pusat RS Umum Daerah Pasar


Persahabatan Rebo

RSUP Dr. RS Umum Daerah RS Umum Daerah Jawa Barat


Hasan Al Ihsan Provinsi Karawang
Sadikin Jawa Barat

RS Umum Daerah
Cibinong

RS Umum Daerah
Kab.Bekasi

RS Umum Daerah dr.


Chasbullah Abdulmadjid

RS Umum Daerah dr.


Slamet Garut

RS Umum Daerah
Sayang

RS Umum Daerah Kab.


Indramayu

RS Umum Daerah R.
Syamsudin, SH

RS Umum Daerah
Gunung Jati

RS Umum Daerah
Majalaya
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum Daerah
Bandung Kiwari

RS Umum Daerah
Soekardjo

RS Umum Daerah
Sumedang

RS Umum Daerah
Cibabat

RS Umum Daerah Kota


Bogor

RS Umum RS Umum Daerah RS Umum Daerah dr. Jawa


Pusar Dr. Dr. Moewardi Soeselo Slawi Kabupaten Tengah
Kariadi Surakarta Tegal

RS Umum RS Umum Daerah


Pusat Dr. Tugurejo Semarang
Soeradji
Tirtonegoro

RS Umum Daerah KRMT


Wongsonegoro

RS Umum Daerah
Cilacap

RS Umum Daerah Prof


Dr. Margono Soekarjo

RS Umum Daerah R. A.
Kartini

RS Umum Daerah RAA


Soewondo

RS Umum Daerah
Brebes

RS Umum Daerah Dr.


R.Soedjati Soemodiardjo

RS Umum Daerah Dr. H.


Soewondo Kendal
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum Daerah Kraton


Kab. Pekalongan

RS Umum Daerah Dr.


Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri

RS Umum Daerah Tidar

RS Umum Daerah
Kardinah

RS Umum Daerah
Pandan Arang Boyolali

RS Umum RS Umum Daerah RS Umum Daerah DI


Pusat Dr. Kota Yogyakarta Panembahan Senopati Yogyakarta
Sardjito

RS Umum Daerah
Wonosari

RS Umum Daerah Wates

RS Umum RS Umum Haji Surabaya Jawa Timur


Daerah Dr.
Soetomo

RS Umum RS Umum Daerah


Daerah Dr. Kabupaten Kediri
Saiful Anwar

RS Umum Daerah Dr. R.


Koesma Tuban

RS Umum Daerah Dr.


Soebandi

RS Umum Daerah
Sidoarjo

RS Umum Daerah
Blambangan

RS Umum Daerah
Kanjuruhan Kepanjen
Kab. Malang
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum Daerah Ibnu


Sina Kab. Gresik

RS Umum Daerah Kab.


Jombang

RS Umum Daerah Dr.


Soegiri Lamongan

RS Umum Daerah Bangil

RS Umum Daerah
Waluyo Jati Kraksaan

RS Umum Daerah Ngudi


Waluyo Wlingi

RS Umum Daerah Prof.


Dr. Soekandar

RS Umum Daerah
Nganjuk

RS Umum Daerah Dr.


Iskak Tulungagung

RS Daerah Dr. Haryoto


Kabupaten Lumajang

RS Umum Daerah Dr. H.


Slamet Martodirdjo
Pamekasan

RS Umum Daerah Dr.


Soedono Madiun

RSUP Prof. RS Umum Daerah RS Umum Daerah Bali


Dr. I.G.N.G Bali Mandara Wangaya
Ngoerah Provinsi Bali

RS Daerah Mangusada

RS Umum Daerah Kab.


Buleleng

RS Umum Daerah
Sanjiwani Gianyar
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum Daerah
Tabanan

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Dr. R. NTB


NTB Soedjono Selong

RS Umum Daerah Kota


Mataram

RS Umum Prof. Dr. NTT


WZ Johanes

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Dr. Kalimantan


Dr. Soedarso Abdul Aziz Singkawang Barat
Pontianak

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Ratu Kalimantan


Ulin Banjarmasin Zalecha Selatan

RS Umum Daerah
Brigjed H. Hasan Basry
Kandangan

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Dr Kalimantan


Dr. Doris Sylvanus Murjani Sampit Tengah
Palangka Raya

RS Umum Daerah Sultan


Imanuddin

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Aji Kalimantan


Abdul Wahab Muhammad Parikesit Timur
Sjahranie

RS Umum Daerah Dr.


Kanujoso Djatiwibowo

RS Umum Daerah
Kudungga

RS Umum Daerah Kalimantan


Tarakan (dr. H. Utara
Jusuf SK)

RSUP Prof. RS Umum Daerah Sulawesi


Dr. R. D. Provinsi Sulawesi Utara
Kandou Utara
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum Daerah RS Umum Daerah dr. M. Gorontalo


Prof Dr. H. Aloei Mohammad Dunda
Saboe

RS Umum Daerah RS Umum Daerah Sulawesi


Undata Palu Anuntaloko Parigi Tengah

RS Umum Anutapura
Palu

RS Umum Daerah
Kabupaten Banggai

RS Umum Daerah Sulawesi


Provinsi Sulawesi Barat
Barat

RS Umum RS Umum Daerah RS Umum Daerah Daya Sulawesi


Pusat Dr. Labuang Baji Kota Makassar Selatan
Wahidin
Sudirohusod
o

RS Dr. Tajjudin RS Umum Daerah Syehk


Chalid, MPH Yusuf Gowa

RS Umum Daerah
Tenriawaru Bone

RS Umum Daerah H.A.


Sulthan Daeng Radja

RS Umum Daerah
Sawerigading

RS Umum Daerah Sulawesi


Bahteramas Tenggara
Provinsi Sultra

RS Umum Dr. M. RSUP Dr. J. Leimena Maluku


Haulussy Ambon

RS Umum Daerah Maluku


Dr. H. Chasan Utara
Boesoirie Ternate
Koordinator Paripurna Utama Madya Provinsi

RS Umum Papua
Jayapura

RS Umum Daerah Papua


Provinsi Papua Barat
Barat
LAMPIRAN II. LEMBAR PENILAIAN MANDIRI (SELF-ASSESSMENT)
PROGRAM PENGAMPUAN DIABETES

Nama RS :
Strata Target :
Tanggal Penilaian :

(Lembar self assesment ini diisi oleh RS yang diampu secara bertanggung jawab, kemudian
dilakukan konfirmasi oleh RS pengampu ketika proses visitasi)

No Parameter Skoring Hasil Uraian /


Keterangan /
Kendala

1. Aspek Manajemen

1.1 SK direksi RS mengenai Tim Diabetes Terpadu


(Tim diabetes terpadu terdiri dari dokter umum, dokter spesialis penyakit
dalam, dokter spesialis anak, edukator, perawat, dietisien, dan SDM
lainnya sesuai kebutuhan)

SK Tim Pengembangan Layanan Ada +5


Diabetes Terpadu (Bagi seluruh
Tidak ada 0
RS dalam jejaring pengampuan)

SK Tim Pengampuan Layanan Ada +5


Diabetes Terpadu (Bagi RS
Tidak ada 0
pengampu saja)

1.2. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Diabetes (bisa dipilih > 1, total nilai menjumlahkan nilai jawaban yang
dipilih)
PPK DM tipe 2 rawat jalan Ada +5

Tidak ada 0

PPK DM tipe 2 rawat inap non- Ada +5


critically ill
Tidak ada 0

PPK DM tipe 2 rawat inap Ada +5


critically ill
Tidak ada 0

PPK DM tipe 1 pada anak dan Ada +5


remaja
Tidak ada 0

PPK DM tipe 2 pada anak dan Ada +5


remaja
Tidak ada 0

PPK Ketoasidosis diabetikum Ada +5


pada anak dan remaja
Tidak ada 0

PPK Kaki Diabetes Ada +5

Tidak ada 0

PPK DM TB Ada +5

Tidak ada 0

PPK Hiperglikemia pada Ada +5


Kehamilan
Tidak ada 0

PPK Obesitas Ada +5

Tidak ada 0

PPK Dislipidemia Ada +5

Tidak ada 0
PPK Komplikasi Akut Diabetes Ada +5

Tidak ada 0

PPK Komplikasi Kronik Diabetes Ada +5

Tidak ada 0

SPO edukasi DM tipe 2 Ada +5

Tidak ada 0

SPO edukasi DM tipe 1 pada Ada +5


anak dan remaja
Tidak ada 0

SPO edukasi pengaturan nutrisi Ada +5


pada DM tipe 2
Tidak ada 0

SPO edukasi pengaturan nutrisi Ada +5


pada DM tipe 1 anak dan remaja
Tidak ada 0

SPO latihan fisik di klinik exercise Ada +5


pada DM
Tidak ada 0

SPO pemantauan / monitoring Ada +5


glukosa darah
Tidak ada 0

SPO pemeriksaan ankle brachial Ada +5


index
Tidak ada 0

SPO pemeriksaan tes Ada +5


monofilamen
Tidak ada 0

SPO pemeriksaan tes garpu tala Ada +5


Tidak ada 0

SPO pemeriksaan Ada +5


elektrokardiografi (EKG)
Tidak ada 0

SPO pemeriksaan funduskopi Ada +5

Tidak ada 0

SPO pemeriksaan kaki pada DM Ada +5

Tidak ada 0

SPO perawatan kaki DM non Ada +5


ulkus
Tidak ada 0

SPO perawatan kaki DM ulkus Ada +5

Tidak ada 0

SPO injeksi insulin Ada +5

Tidak ada 0

SPO penggunaan insulin pump Ada +5

Tidak ada 0

SPO metabolic endoscopy Ada +5

Tidak ada 0

SPO metabolic surgery Ada +5

Tidak ada 0

1.3 Multidisciplinary Meeting

Pengelolaan Kaki DM Ada +5

Tidak ada 0
Pengelolaan Komplikasi DM Ada +5

Tidak ada 0

Pengelolaan Obesitas Ada +5

Tidak ada 0

Layanan Transisi Ada +5

Tidak ada 0

1.4. Tersedianya wadah Ada +5


perkumpulan pasien diabetes
Tidak ada 0

2. Aspek Layanan

2.1 Ketersediaan klinik diabetes terpadu


(bisa dipilih > 1, total nilai menjumlahkan nilai jawaban yang dipilih)

Poli konsultasi Ada, +5


mencukupi

Ada, tidak +3
mencukupi

Tidak ada 0

Poli edukasi (perorangan dan Ada, +5


kelompok) mencukupi

Ada, tidak +3
mencukupi

Tidak ada 0
Poli perawatan kaki Ada, +5
mencukupi

Ada, tidak +3
mencukupi

Tidak ada 0

Klinik exercise Ada, +5


mencukupi

Ada, tidak +3
mencukupi

Tidak ada 0

Ruangan yang dapat digunakan Ada, +5


untuk skrining komplikasi mencukupi
diabetes secara adekuat
Ada, tidak +3
(funduskopi, EKG, ABI,
mencukupi
monofilamen/garputala)
Tidak ada 0

Dapat dilakukannya pemeriksaan Ya, dapat +5


laboratorium secara berkala dilakukan
sesuai kebutuhan secara
adekuat

Ya, namun +3
tidak
adekuat

Tidak ada 0

Ketersediaan obat-obatan oral Ada,


dalam jumlah cukup mencukupi
Ada, tidak +3
mencukupi

Tidak ada 0

Ketersediaan obat diabetes Ada, +5


injeksi dalam jumlah cukup mencukupi

Ada, tidak +3
mencukupi

Tidak ada 0

Ketersediaan glukometer dalam Ada, +5


jumlah cukup mencukupi

Ada, tidak +3
mencukupi

Tidak ada 0

2.2 Ketersediaan pemeriksaan laboratorium RS setempat dan penunjang


lainnya (bisa dipilih > 1, total nilai menjumlahkan nilai jawaban yang
dipilih)
Pemeriksaan glukosa darah Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan tes toleransi Ada +5


glukosa oral (TTGO)
Tidak ada 0

Pemeriksaan HbA1C Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan profil lipid Ada +5


Tidak ada 0

Pemeriksaan SGOT, SGPT dan Ada +5


fungsi hati lainnya
Tidak ada 0

Pemeriksaan kreatinin darah dan Ada +5


eGFR
Tidak ada 0

Pemeriksaan T4 bebas dan TSH Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan albumin creatinine Ada +5


ratio (ACR) urin sewaktu
Tidak ada 0

Pemeriksaan kultur jaringan dan Ada +5


resistensi pada kaki DM
Tidak ada 0

Pemeriksaan testosteron Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan C-peptide Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan Ankle Brachial Ada +5


Index
Tidak ada 0

Ada +5
Pemeriksaan neuropati DM Tidak ada 0
menggunakan monofilamen

Pemeriksaan neuropati DM Ada +5


menggunakan garpu tala
Tidak ada 0
frekuensi 128 Hz

Pemeriksaan EKG Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan treadmill test Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan echocardiografi Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan funduskopi Ada +5

Tidak ada 0

Pemeriksaan USG doppler Ada +5


(vaskular ekstremitas, karotis,
Tidak ada 0
dan lainnya)

2.3. Ketersediaan data pasien diabetes, komorbiditas serta komplikasinya

Data jumlah pasien diabetes per tahun

Ada data +5

Bila ada, sebutkan jumlah pasien diabetes per


tahun (sertakan deskripsi jumlah pasien
dewasa dan anak)
Tidak ada 0
data

Data jumlah pasien dengan overweight / obesitas per


tahun
(overweight : IMT 23-25 kg/m2
Obesitas : IMT  25 kg/m2)

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien


overweight/obesitas per tahun (sertakan
deskripsi jumlah pasien dewasa dan anak)

Tidak ada 0
data

Jumlah pasien hipertensi per tahun


(Diagnosis hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah
> 140/90 mmHg pada minimal dua kali pemeriksaan atau
pasien sudah didiagnosis hipertensi sebelumnya dan
mendapatkan terapi anti hipertensi atau tekanan darah lebih
dari persentil 95 pada pasien anak)

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien


hipertensi per tahun (sertakan deskripsi jumlah
pasien dewasa dan anak)

Tidak ada 0
data
Jumlah pasien dislipidemia per tahun
Diagnosis dislipidemia berdasarkan hasil pemeriksaan profil
lipid (kolesterol total > 200 mg/dL, kolesterol-LDL > 100 mg/dL,
kolesterol-HDL < 40 mg/dL, atau trigliserida > 150 mg/dL) atau
pasien yang telah didiagnosis dislipidemia dan mendapatkan
terapi statin/fibrat).

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien


dislipidemia per tahun (sebutkan nominalnya
dan sertakan deskripsi jumlah pasien dewasa
dan anak)

Tidak ada data 0

Jumlah pasien diabetes dengan komplikasi stroke per


tahun
(Diagnosis stroke berdasarkan riwayat stroke atau diagnosis di
rekam medik)

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien stroke


per tahun (sebutkan nominalnya)

Tidak ada 0
data

Jumlah pasien diabetes dengan komplikasi


penyakit jantung koroner per tahun
(Diagnosis penyakit jantung koroner berdasarkan
data di rekam medik, hasil pemeriksaan EKG atau
treadmill test, riwayat infark miokard akut, tindakan
kateterisasi jantung perkutan atau coronary artery
bypass)

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien penyakit


jantung koroner per tahun (sebutkan
nominalnya)

Tidak ada 0
data

Jumlah pasien diabetes dengan komplikasi penyakit


gagal jantung per tahun
(Diagnosis gagal jantung berdasarkan penilaian klinis dokter
dan atau hasil echocardiografi.)

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien penyakit


jantung koroner per tahun (sebutkan
nominalnya)

Tidak ada 0
data

Jumlah pasien diabetes dengan komplikasi peripheral


arterial disease (PAD) per tahun
Diagnosis PAD berdasarkan hasil pemeriksaan ankle brachial
index (ABI) < 0.9, riwayat PAD, adanya stenosis arteri dari
pemeriksaan USG doppler ekstremitas, atau terdapat diagnosis
PAD dari rekam medik

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien


peripheral arterial disease per tahun

Tidak ada 0
data

Jumlah pasien diabetes dengan komplikasi Diabetic


kidney disease (DKD) per tahun
Diagnosis Diabetic kidney disease (DKD) berdasarkan ACR > 30
mg/g dan atau eGFR < 60 ml/min (tanpa mempertimbangkan data
pemeriksaan selama tiga bulan), riwayat DKD, atau data di rekam
medik

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien DKD per


tahun (sertakan deskripsi jumlah pasien
dewasa dan anak)

Tidak ada 0
data
Jumlah pasien diabetes dengan komplikasi neuropati
diabetes per tahun
Diagnosis neuropati diabetes berdasarkan data hilangnya
sensasi protektif pada pemeriksaan monofilamen 10 g dan atau
hilangnya/berkurangnya sensasi vibrasi pada pemeriksaan
garpu tala 128 Hz, riwayat neuropati DM, atau diagnosis
neuropati DM pada rekam medik

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien


neuropati diabetes per tahun (sebutkan
nominalnya dan sertakan deskripsi jumlah
pasien dewasa dan anak)

Tidak ada 0
data

Jumlah pasien diabetes dengan komplikasi retinopati


diabetes per tahun
Diagnosis retinopati diabetes berdasarkan pemeriksaan
funduskopi dan atau diagnosis di rekam medis oleh dokter
spesialis mata

Ada data +5

Jumlah pasien retinopati diabetes per tahun


(sebutkan nominalnya dan sertakan deskripsi
jumlah pasien dewasa dan anak)

Tidak ada 0
data

Jumlah pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang


mengalami komplikasi ketoasidosis diabetes setiap
tahunnya
Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien retinopati


diabetes per tahun

Tidak ada 0
data

Jumlah pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang


mengalami mortalitas akibat komplikasi ketoasidosis
diabetes setiap tahunnya

Ada data +5

Bila ada data, sebutkan jumlah pasien DM tipe


1 anak remaja yang mengalami mortalitas
akibat KAD per tahun

Tidak ada 0
data

2.4 Proporsi pemeriksaan HbA1c dan glukosa darah


puasa pada populasi berisiko atau pasien berusia
diatas 40 tahun dengan faktor risiko

Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.5 Proporsi pasien DM tipe 2 yang mendapatkan edukasi diabetes


Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.6 Proporsi pasien DM tipe 2 yang mendapatkan intervensi nutrisi medis


Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.7 Proporsi pasien DM tipe 2 dan overweight/obesitas yang mendapatkan


intervensi weight reduction
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.8. Proporsi pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang mendapatkan edukasi
DM
Tidak ada 0
data
< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.9. Proporsi pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang mendapatkan edukasi
pengaturan makan
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.10 Proporsi pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang menjalani pemeriksaan
. glukosa darah mandiri
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.11 Proporsi pasien DM yang menjalani pemeriksaan ABI


.
Tidak ada 0
data

< 25% 2
25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.12 Proporsi pasien DM yang menjalani pemeriksaan monofilamen 10 g dan


garputala 128 Hz
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.13 Proporsi pasien DM yang menjalani pemeriksaan EKG

Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.14 Proporsi pasien DM yang menjalani pemeriksaan ekokardiografi


.
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3
50 - 75% 4

>75% 5

2.15 Proporsi pasien DM yang menjalani pemeriksaan ACR urin sewaktu dan
eGFR

Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.16 Proporsi pasien DM yang menjalani pemeriksaan funduskopi


.
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.17 Proporsi pasien DM tipe 2 yang mencapai target HbA1c 6,5-7,5


.
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3
50 - 75% 4

>75% 5

2.18 Proporsi pasien DM tipe 2 yang mencapai target tekanan darah sistolik
. <140 mmHg dan diastolik <80 mmHg
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.19 Proporsi pasien DM tipe 2 dengan overweight/obesitas yang mencapai


. target penurunan berat badan 5-10% dalam 6-12 bulan
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.20 Proporsi pasien DM tipe 2 yang mencapai target kolesterol LDL <100 mg/dl
.
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4
>75% 5

2.21 Proporsi pasien DM pada anak yang menjalani pemeriksaan C-peptide dan
HbA1C
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.22 Proporsi pasien DM tipe 1 anak dan remaja yang mencapai target HbA1C
Tidak ada 0
data

< 25% 2

25 - 50% 3

50 - 75% 4

>75% 5

2.23 Proporsi kejadian ketoasidosis diabetikum pada anak dan remaja


Tidak ada 0
data

< 25% 5

25 - 50% 4

50 - 75% 3

>75% 2

3. Aspek Ketersediaan Sumber Daya Manusia


3.1. Spesialis Penyakit Dalam - Purnawaktu
Tidak ada 0

1 2

2 3

>2 5

3.2. Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin


Metabolik Diabetes – Purnawaktu
Tidak ada 0

1 2

2 3

>2 5

3.3. Jumlah Spesialis Anak - Purnawaktu


Tidak ada 0

1 2

2 3

>2 5

3.4. Jumlah Spesialis Anak Subspesialis Endokrin -


Purnawaktu
Tidak ada 0

1 2

2 3

>2 5

3.5. Jumlah Dokter Umum - Purnawaktu


Tidak ada 0
1 2

2 3

>2 5

3.6. Perawat yang sudah mengikuti pelatihan edukator


DM pada dewasa - purnawaktu
Tidak ada 0

1 2

2 3

>2 5

3.7. Perawat yang sudah mengikuti pelatihan edukator


DM pada anak - purnawaktu
Tidak ada 0

1 2

2 3

>2 5

3.8. Perawat yang sudah mengikuti pelatihan perawatan


kaki - purnawaktu
Tidak ada 0

1 2

2 3

>2 5

3.9. Dietisen yang telah mengikuti pelatihan edukator -


Purnawaktu
Tidak ada 0

1 2
2 3

>2 5

3.10 Dietisen yang telah mengikuti pelatihan edukator DM


. pada anak- Purnawaktu
Tidak ada 0

1 2

2 3

>2 5

3.11 Ahli Farmasi - Purnawaktu


.
Tidak ada 0

1 2

>=2 5

3.12 Ketersediaan SDM lain terkait layanan Diabetes (bisa


. dipilih > 1, total nilai menjumlahkan nilai jawaban
yang dipilih)
Spesialis Mata (SpM) Ada +5

Tidak ada 0

Spesialis Neurologi (SpN) Ada +5

Tidak ada 0

Spesialis Jantung dan Pembuluh Ada +5


Darah (SpJP) atau Spesialis
Tidak ada 0
Penyakit Dalam Konsultan
Kardiovaskular (SpPD, K-KV)

Ada +5
Spesialis Radiologi (SpRad) - Tidak ada 0
Purnawaktu

Spesialis Patologi Klinik (SpPK) - Ada +5


Purnawaktu
Tidak ada 0

Spesialis Penyakit Dalam Ada +5


Konsultan Ginjal Hipertensi
Tidak ada 0
(SpPD, K-GH)

Spesialis Penyakit Dalam Ada +5


Konsultan
Tidak ada 0
Gastroenterohepatologi (SpPD,
K-GEH)

Spesialis Anak Konsultan Ada +5


Nefrologi
Tidak ada 0

Spesialis Anak Konsultan Ada +5


Kardiologi
Tidak ada 0

Spesialis Anak Konsultan Ada +5


Emergensi dan Rawat Intensif
Tidak ada 0
Anak

Spesialis Gizi Klinik (SpGK) Ada +5

Tidak ada 0

Spesialis Kedokteran Fisik dan Ada +5


Rehabilitasi (SpKFR)
Tidak ada 0

Orthotist Ada +5

Tidak ada 0
Spesialis Bedah Konsultan Ada +5
Bedah Vaskular (SpB(K)BV) -
Tidak ada 0
Purnawaktu

Spesialis Kedokteran Olahraga Ada +5


(SpKO)
Tidak ada 0

Spesialis Urologi (SpU) Ada +5

Tidak ada 0

Spesialis Bedah Konsultan Ada +5


Bedah Digestif (SpB(K)BD)
Tidak ada 0

Spesialis Kesehatan Jiwa Ada +5

Tidak ada 0

4. Aspek Sarana Prasarana, Alat Kesehatan dan Obat-obatan


4.1. Funduskopi

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.2. EKG

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.3. Handheld USG Doppler

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.4. Monofilamen 10 g Semmes Weinstein

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.5. Garputala 128 Hz

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.6. Echocardiografi
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.7. USG
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.8. Set Edukasi Diabetes

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.9. Set Edukasi Nutrisi

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.10 Set Perawatan Kaki
.
(Kebutuhan alat bedah dasar)

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0

4.11 Glukometer
.
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0

4.12 Set antropometri


.

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0

4.13 Ketersediaan Sarana lain terkait layanan Diabetes (bisa dipilih > 1, total
. nilai menjumlahkan nilai jawaban yang dipilih)
Bioelectrical impedance analysis (BIA)
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Treadmill test
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
CT-scan
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
CT-scan angiografi
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
USG Doppler
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Transcranial Doppler Ultrasound
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Perawatan kaki modern dressing
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Negative pressure wound treatment (NPWT)

Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5


Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Sepeda statis
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Set exercise
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Insulin pump
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
Laser treatment untuk retinopati diabetik
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.14 Terdapatnya rekam medik elektronik untuk
pelayanan
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
4.15 Terdapatnya registri pasien DM berbasis
elektronik
Tersedia, dapat digunakan dengan baik 5
Tersedia, tidak dapat digunakan dengan baik 3
Tidak tersedia 0
LAMPIRAN III. LAPORAN HASIL PENILAIAN (ASSESSMENT) AWAL

Nama Rumah Sakit :


Strata Target RS :
Tanggal Assessment :

REKAPITULASI NILAI LEMBAR PENILAIAN (ASSESSMENT) AWAL

No Aspek Penilaian Nilai Nilai


Maksimal

1 Aspek Umum / Manajemen 190

2 Aspek Layanan 305

3 Aspek Sumber Daya Manusia 145

4 Aspek Sarana, Prasarana, Alat 130


Kesehatan, dan Obat-Obatan

Total Nilai 770


(Persentase)
Hasil Self-Assesment dan Visitasi:

Simpulan Hasil Visitasi: Data yang Diperlukan


a. Sangat kurang (Persentase <40%)
b. Kurang (Persentase 41-60%)
c. Cukup (Persentase 61-70%)
d. Baik (Persentase 71-90%)
e. Sangat baik (Persentase >90%)

Usulan Perbaikan:
LAMPIRAN IV. LEMBAR PENGISIAN DATA DASAR (BASELINE DATA)
INDIKATOR LAYANAN DIABETES TERPADU

No Data Jawaban Keterangan

1 Proporsi pemeriksaan HbA1C dan


glukosa darah puasa pada pasien
yang memiliki faktor risiko

2 Proporsi diagnosis
prediabetes/diabetes pada
populasi berisiko

3 Proporsi pemeriksaan skrining


komplikasi diabetes

4 Proporsi pasien diabetes yang


mendapatkan edukasi diabetes

5 Proporsi pasien diabetes yang


mendapatkan intervensi nutrisi
medis

6 Proporsi intervensi weight reduction


pada pasien diabetes dan
overweight/obesitas

7 Proporsi peningkatan pasien yang


mencapai target HbA1C sebesar
20%

8 Proporsi pasien yang mencapai


target kolesterol-LDL
9 Proporsi pasien yang mencapai
target tekanan darah

10 Proporsi pasien yang mencapai


target penurunan berat badan

11 Proporsi pemeriksaan skrining


berkala komplikasi diabetes anak
dan remaja

12 Proporsi pemeriksaan C-peptide


dan HbA1C pada pasien DM anak
saat terdiagnosis

13 Proporsi diabetesi anak dan remaja


yang mencapai target HbA1C

14 Proporsi pasien diabetes anak dan


remaja yang mendapatkan edukasi
diabetes

15 Proporsi diabetes anak yang


melakukan pemeriksaan
pemantauan glukosa darah mandiri

16 Proporsi kejadian ketoasidosis


diabetikum pada anak dan remaja

17 Proporsi mortalitas ketoasidosis


diabetikum anak dan remaja
LAMPIRAN V. KRITERIA RS PENGAMPU
PROGRAM LAYANAN DIABETES TERPADU

1. Kriteria Pengampu RS Proyeksi Strata Madya

N Kriteria Checklist
o

1 Dokter spesialis penyakit dalam KEMD atau


internis yang telah/akan mengikuti pelatihan
DM terstruktur dari Perkeni

2 Dokter spesialis penyakit dalam KGH ata


dokter spesialis penyakit dalam mahir
dialisis

3 Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau


dokter spesialis jantung pembuluh yang
mempunyai kompetensi intervensi vaskular
perifer

4 Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah


Vaskular

5 Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi


neurovaskular

6 Dokter Spesialis Mata

7 Dokter Spesialis Gizi Klinik

8 Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga atau


Personal Trainer atau Dokter Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi
9 Dokter Spesialis anak yang sudah
mengikuti pelatihan DM atau fellowship
endokrin

1 Dokter Umum
0

1 Perawat medis
1

1 Perawat gizi
2

1 Petugas rehabilitasi medik


3

1 Edukator DM
4

1 Psikolog
5

1 Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki


6

1 Food model
7

1 Set pemeriksaan antropometri (BB, TB,


8 Lingkar pinggang)

1 Glukometer POCT
9

2 HbA1C POCT
0
2 Handheld doppler
1

2 Monofilamen Semmes Weinstein 10 g


2

2 Garpu tala frekuensi 128 Hz


3

2 Palu refleks
4

2 Funduskopi
5

2 Form pemeriksaan kaki DM


6

2 Set perawatan kaki DM ulkus dan non ulkus


7

2 Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C


8

2 Pemeriksaan ACR urin sewaktu


9

3 Pemeriksaan profil lipid


0

3 EKG
1

3 Sistem registri DM terpadu


2
3 Radiologi
3

3 Laboratorium dengan kapasitas lebih


4 lengkap termasuk hematologi lengkap,
fungsi hati, fungsi ginjal, gene Xpert, kultur
resistensi jaringan luka

3 Hemodialisis
5

3 Echokardiografi
6

3 Treadmill test
7

3 CT scan
8

3 Perlengkapan fotokoagulasi retina


9

4 Perawatan kaki DM : modern dressing


0

4 CT Angiografi
1

4 USG Doppler
2

4 Transcranial Doppler Ultrasound


3
4 Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan
4 intervensi kardiovaskular, endovaskular,
neurovaskular

4 Treadmill, sepeda statis dan resistance


5 training set untuk klinik exercise

4 Perawatan kaki DM: tambah NPWT


6 (Negative Pressure Wound Treatment)

4 Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH


7 FT4

4 Obat insulin basal


8

4 Obat insulin prandial


9

5 Obat insulin premix


0

5 Syringe pump untuk drip insulin


1

5 Insulin: Co formulation, Fixed Ratio


2 Combination

5 Farmakoterapi obesitas
3

5 Farmakoterapi disfungsi seksual pada DM :


4 PDE-5 inhibitor

5 OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i,


5 TZD, OAD kombinasi tetap
5 Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat
6

5 Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa


7 blocker, beta blocker

5 Obat neuropati DM : Gabapentin,


8 pregabalin

5 Obat antikoagulan injeksi


9

6 Obat antiplatelet
0

6 Obat-obat jantung
1

6 Obat-obat stroke
2

6 Obat-obat retinopati DM
3

6 Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol


4

6 Antibiotik oral dan injeksi untuk ulkus kaki


5 DM

6 Albumin
6

2. Kriteria Pengampu RS Proyeksi Strata Utama


N Kriteria Checklist
o

1 Dokter spesialis penyakit dalam KEMD

2 Dokter spesialis penyakit dalam KGH atau


dokter spesialis penyakit dalam mahir
dialisis

3 Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau


dokter spesialis jantung pembuluh

4 Dokter Anestesi Konsultan Kardiak

5 Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah


Vaskular

6 Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi


neurovaskular

7 Dokter Spesialis Mata

8 Dokter Spesialis Gizi Klinik

9 Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga atau


Personal Trainer

1 Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi


0

1 Personal Trainer
1

1 Dokter Spesialis Anak Konsultan


2 Endokrinologi
1 Dokter Umum
3

1 Dokter Spesialis Urologi


4

1 Dokter Spesialis BTKV (Bedah Jantung)


5

1 Dokter Spesialis Bedah Saraf


6

1 Perawat medis
7

1 Perawat gizi
8

1 Petugas rehabilitasi medik


9

2 Edukator DM
0

2 Ortotist
1

2 Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki


2

2 Food model
3

2 Set pemeriksaan antropometri (BB, TB,


4 Lingkar pinggang)
2 Glukometer POCT
5

2 Handheld doppler
6

2 Mnofilamen Semmes Weinstein 10 g


7

2 Garpu tala frekuensi 128 Hz


8

2 Palu refleks
9

3 Funduskopi
0

3 Form pemeriksaan kaki DM


1

3 Set perawatan kaki DM non ulkus


2

3 Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C


3

3 Pemeriksaan ACR urin sewaktu


4

3 Pemeriksaan profil lipid 2


5

3 EKG
6
3 Sistem registri DM terpadu
7

3 Radiologi
8

3 Laboratorium dengan kapasitas lebih


9 lengkap termasuk hematologi lengkap,
fungsi hati, fungsi ginjal, gene Xpert, kultur
jaringan luka

4 Set perawatan ulkus DM


0

4 Hemodialisis
1

4 Echokardiografi
2

4 Treadmill test
3

4 CT scan
4

4 Perlengkapan fotokoagulasi retina


5

4 Perawatan kaki DM : modern dressing


6

4 CT Angiografi
7

4 USG Doppler
8
4 Transcranial Doppler Ultrasound
9

5 Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan


0 intervensi kardiovaskular, endovaskular,
neurovaskular

5 Treadmill, sepeda statis dan resistance


1 training set untuk klinik exercise

5 Perawatan kaki DM: tambah NPWT


2 (Negative Pressure Wound Treatment)

5 Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH


3 FT4

5 Ruang OK
4

5 Advanced PD dan HD
5

5 Obat insulin basal


6

5 Obat insulin prandial


7

5 Obat insulin premix


8

5 Insulin: Co formulation, FRC


9

6 Farmakoterapi obesitas: Orlistat, GLP1RA


0
6 Farmakoterapi disfungsi seksual pada DM :
1 PDE-5 inhibitor

6 Obat-obatan transplantasi ginjal


2

6 Syringe pump untuk drip insulin


3

6 OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i,


4 TZD, SGLT2i

6 Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat


5

6 Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa


6 blocker, beta blocker

6 Obat neuropati DM : Gabapentin,


7 pregabalin

6 Obat antikoagulan injeksi


6

6 Obat antiplatelet
7

6 Obat-obat jantung
8

6 Obat-obat stroke
9

7 Obat-obat retinopati DM
0
7 Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol
1

7 Antibiotik untuk ulkus kaki DM


2

7 Albumin
3

3. Kriteria Pengampu RS Proyeksi Strata Paripurna

N Kriteria Checklist
o

1 Dokter spesialis penyakit dalam KEMD

2 Dokter spesialis penyakit dalam KGH atau


dokter spesialis penyakit dalam mahir
dialisis

3 Dokter spesialis penyakit dalam KKV atau


dokter spesialis jantung pembuluh

4 Dokter Anestesi Konsultan Kardiak

5 Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah


Vaskular

6 Dokter Spesialis Saraf Konsultan intervensi


neurovaskular

7 Dokter Spesialis Mata


8 Dokter Spesialis Gizi Klinik

9 Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga atau


Personal Trainer

1 Dokter Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi


0

1 Personal Trainer
1

1 Dokter Spesialis Anak Konsultan


2 Endokrinologi

1 Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi


3

1 Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi


4

1 Dokter Spesialis Anak Konsultan Emergensi


5 dan Rawat Intensif Anak (ERIA

1 Dokter Umum
6

1 Dokter Spesialis Urologi


7

1 Dokter Spesialis BTKV (Bedah Jantung)


8

1 Dokter Spesialis Bedah Saraf


9

2 Dokter Spesialis Bedah Digestif


0
2 Dokter Spesialis Penyakit Dalam KGEH
1

2 Dokter Psikiatri Remaja


2

2 Perawat medis
3

2 Perawat medis dengan keteramilan pump


4 insulin

2 Perawat gizi
5

2 Petugas rehabilitasi medik


6

2 Edukator DM
7

2 Ortotist
8

2 Perlengkapan edukasi DM dan edukasi kaki


9

3 Food model
0

3 Set pemeriksaan antropometri (BB, TB,


1 Lingkar pinggang)

3 Glukometer POCT
2
3 Handheld doppler
3

3 Mnofilamen Semmes Weinstein 10 g


4

3 Garpu tala frekuensi 128 Hz


5

3 Palu refleks
6

3 Funduskopi
7

3 Form pemeriksaan kaki DM


8

3 Set perawatan kaki DM non ulkus


9

4 Pemeriksaan GDP, TTGO, HbA1C


0

4 Pemeriksaan ACR urin sewaktu


1

4 Pemeriksaan profil lipid 2


2

4 EKG
3

4 Sistem registri DM terpadu


4
4 Radiologi
5

4 Laboratorium dengan kapasitas lebih


6 lengkap termasuk hematologi lengkap,
fungsi hati, fungsi ginjal, gene Xpert, kultur
jaringan luka

4 Set perawatan ulkus DM


7

4 Hemodialisis
8

4 Echokardiografi
9

5 Treadmill test
0

5 CT scan
1

5 Perlengkapan fotokoagulasi retina


2

5 Perawatan kaki DM : modern dressing


3

5 CT Angiografi
4

5 USG Doppler
5

5 Transcranial Doppler Ultrasound


6
5 Cath lab dan perlengkapan diagnostik dan
7 intervensi kardiovaskular, endovaskular,
neurovaskular

5 Treadmill, sepeda statis dan resistance


8 training set untuk klinik exercise

5 Perawatan kaki DM: tambah NPWT


9 (Negative Pressure Wound Treatment)

6 Tambahan lab: Pemeriksaan hormon TSH


0 FT4

6 Ruang OK
1

6 Advanced PD dan HD
2

6 Insulin pump
3

6 Continous glucose monitoring system


4

6 Biotensiometer
5

6 Toe-brachial index
6

6 Fibroscan
7

6 Perlengkapan untuk biopsi hati


8
6 Scope metabolic endoscopy
9

7 Natashon Retractor Laparoscopy


0

7 Transplantasi Ginjal Donor Hidup


1

7 Pemeriksaan lanjutan disfungsi seksual


2

7 Obat insulin basal


3

7 Obat insulin prandial


4

7 Obat insulin premix


5

7 Insulin: Co formulation, FRC


6

7 Farmakoterapi obesitas: Orlistat, GLP1RA


7

7 Farmakoterapi disfungsi seksual pada DM :


8 PDE-5 inhibitor, hormon testosteron

7 Terapi disfungsi seksual: vacuum device


9

8 Obat-obatan transplantasi ginjal


0
8 Syringe pump untuk drip insulin
1

8 OAD : Metformin, SU, Acarbose, DPP4i,


2 TZD, SGLT2i

8 Obat lipid : Simvastatin, Atorvastatin, Fibrat


3

8 Obat HT ACE-i/ARB, CCB, Diuretik, alfa


4 blocker, beta blocker

8 Obat neuropati DM : Gabapentin,


5 pregabalin

8 Obat antikoagulan injeksi


6

8 Obat antiplatelet
7

8 Obat-obat jantung
8

8 Obat-obat stroke
9

9 Obat-obat retinopati DM
0

9 Obat-obat PAD : aspilet, cilostazol


1

9 Antibiotik untuk ulkus kaki DM


2
9 Albumin
3

Jadwal Kegiatan Persiapan Pengampuan Diabetes

Kegiatan Waktu

Oktober November Desember Januari

Penyusunan Pekan 4 Pekan 1


Juknis final dan
agenda
pengampuan
Koordinasi Pekan 1-2
Kemkes dan RS
pengampu
Regional
Visitasi RS Pekan 2-4 Pekan 1-2
pengampu
Regiona
TOT Juknis Pekan 3
Pengampuan
Kick OFF Pekan 4
Program DC
Sosialisasi juknis
pengampuan ke
RS diampu
Asesmen RS Pekan 1-4
diampu

Anda mungkin juga menyukai