Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH

(PROBLEM BASED INSTRUCTION )


PADA MATA KULIAH TEORI EKONOMI MIKRO
(PERMINTAAN DAN PENAWARAN )

Sulastri Rini Rindrayani


Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Abstrak
Salah satu pengajaran yang bersifat inovatip adalah Model Pengajaran berdasarkan
masalah (Problem Based Instruction).Ciri pengajaran berdasarkan masalah yang
membedakan dengan model pengajaran lain adalah adanya pemberian masalah yang
autentik kepada peserta didik, yaitu masalah yang dialami peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari dan penyelesaian masalah secara kolaborasi/bekerjasama. Hasil dari pemecahan
masalah dapat berupa produk, hasil karya, portopolio dan lain-lain yang nantinya akan
dipamerkan untuk dievaluasi.
Materi permintaan dan penawaran merupakan materi ekonomi pada mata kuliah Teori
Ekonomi Mikro. Isi materi tersebut banyak membahasan masalah permintaan dan
penawaran yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh mahasiswa. Agar
mahasiswa dapat memahami konsep dan mampu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-
hari, maka pengajaran materi ini menggunakan pengajaran berdasarkan masalah Penerapan
pengajaran berdasarkan masalah harus direncanakan matang oleh dosen antara laian
(1)Tahap perencanaan meliputi : menetapkan tujuan pembelajaran, merancang situasi
masalah, dan mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia/sarana prasaran, (2) Tahap
pelaksanaan: menerapkan langkah-langkah pengajaran berdasarkan masalah dimana peran
dosen sebagai pembimbing , memotivasi dan mefasilitasi jalannya diskusi. Dosen harus
bisa menciptakan suasana dimana siswa aktif secara langsusng dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan akhir tahap ini memamerkan hasil karya berupa grafik permintaan
dan penawaran.(3) Tahap akhir melakukan evaluasi: yaitu evaluasi proses pembelajaran
dengan menggunakan penilaian proses dan evaluasi hasil pemecahan masalah dengan
menggunakan penilian hasil karya.
Dengan penerapan pengajaran berdasakan masalah ini (1) dapat mengembangkan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi, (2) mengembangkan ketrampilan memecah masalah
yang ada di masyarakat seperti seorang peneliti, (3)secara berangsur-angsur peserta didik
akan terlatih untuk menjadi pelajar yang mandiri, (4) Mengembangkan sikap bekerjasama,
saling menghargai dan menghormati antar sesama teman dan guru/dosen.

Kata Kunci. Model Pengajaran Berdasarkan masalah, Permintaan dan Penawaran

A. Pendahuluan mahasiswa dengan kontek keseharian


Dalam pengelolaan proses mahasiswa. Dengan mengkaitkan
belajar mengajar Dosen mempunyai masalah yang dibahas dengan
peranan yang strategis. Dosen harus permasalahan yang terdapat dalam
dapat menciptakan pembelajaran yang kehidupan sehari-hari akan
mampu mengkaitan apa yang dipelajari memudahkan mahasiswa untuk

JuPEKO 37
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
memahami konsep (tidak menghafal penawaran, terjadinya harga pasar,
konsep) dan menerapkannya dalam cara mencapai keuntungan maksimum
mayarakat. Hal ini seperti yang pada pasar persaingan sempurna, pasar
diungkapkan oleh Ibrahim (2005 ; 1),” monopoli, pasar ologipoli dan
Belajar merupakan proses aktif sebagainya. Pemahan konsep-konsep
merangkai pengalaman, menggunakan itu akan menjadi jelas apabila
masalah-masalah nyata yang terdapat mahasiswa terbiasa memahami
dalam lingkungannya untuk berlatih masalah dengan mengkaitkan masalah-
ketrampilan-ketrampilan yang bersifat masalah yang ada di sekitarnya,
lebih spesifik. Dengan demikian sehingga dapat memecahkan masalah
belajar tidaklah bersifat pasif. Proses tersebut yang nantinya dapat
belajar harus berpusat pada siswa diterapkan dalam kehidupan sehari-
melalui berbagai aktivitas fisik (hand- hari.
on) dan aktivitas mental (minds-on)”. “Model pembelajaran berdasarkan
Mata kuliah Teori Ekonomi masalah merupakan suatu model
Mikro yang biasanya diberikan pada pengajaran yang didasarkan kepada
mahasiswa Pendidikan Ekonomi pada banyaknya permasalahan yang
semester pertama. Teori ekonomi membutuhkan penyelidikan autentik,
mikro adalah teori ekonomi yang yakni penyelidikan yang membutuhkan
memusatka perhatian pada kegiatan penyelesaian nyata dari permasalahan
ekonomi individual atau kelompok yang nyata” (Trianto, 2007, 67).
individu tertentu, (rumah tangga Penerapan pembelajaran berbasis
konsumsi dan rumah tangga Produksi) masalah (PBI) diharapkan
dengan mengabaikan hubungan a) Harus berpusat pada siswa, karena
pada hakekatnya siswalah yang
keterkaitan antar pasar &
belajar dan proses belajar itu
mengasumsikan bahwa hal-hal lain adalah proses aktif,
b) Pembelajaran bersifat top-dow,
yang terjadi di luar pasar tidak
dimulai dengan masalah autentik.
berubah. Kalau kita lihat isi materi c) Pembelajaran harus dilakukan
secara terintegrasi, multidispliner.
ekonomi mikro banyak sekali konsep-
Siswa harus dapat melihat kaitan
konsep tentang kegiatan ekonomi yang apa yang sedang dipelajari dengan
disipllin Ilmu lain .
harus diterapkan dalam kehidupan
d) Pembelajaran juga harus dikem-
sehari – hari misalnya permintaan, bangkan sedemikian rupa sehing-

JuPEKO 38
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
ga relevan dengan kebutuhan menerapkan konsep tadi dalam
masyarakat.
kehidupan sehari-hari.(c) Pemahaman
e) Pembelajaran merupakan alterna-
tive pengalaman belajar yang siswa akan bersifat terintegrasi, karena
dapat dipilih oleh siswa yang
dalam pemecahan mengkaitkan materi
belajar, namun demikian tetap di
rancang secara sistematik dan yang dibahan dengan materi lain, (d)
berkelanjutan.(muslimin Ibrahim,
hasil pemecahan masalah relevan
2005:2)
dengan permasalahan yang terjadi di
Dari penjelasan di atas dapat
masyarakat, karena pemecahan
dipahami bahwa model pembelajara
masalah berdasar masalah yang
berdasarkan masalah suatu model yang
autentik, (e) adanya pemberian
bercirikan (1) bersifat berpusat pada
kesempatan pada siswa untuk
siswa, yaitu siswa aktif dalam proses
melakukan eksplorasi pengetahuan
pembelajaran, (2) Dengan pemecahan
yang dimiliki oleh siswa dalam
masalah, ada dua hal yang dapat
memecahkan masalah tersebut.
dikuasai oleh siswa, yaitu siswa
Untuk penerapan pembelajaran
menemukan jawaban masalahnya dan
berbasis masalah pada matakuliah teori
yang kedua siswa tahu bagaimana
ekonomi, penulis akan mengambil satu
proses/cara memecahakan masalah
bahasan dalam teori ekonomi mikro
tersebut. Dengan demikian siswa
yaitu, permitaan dan penwaran.
sekaligus menguasai dua hal yaitu,
Denngan penerapan pembelajaran ini
proses (ketrampilan proses) dan
(1) mahasiswa akan paham konsep
konten( isi) pelajarannya). Dengan
permintaan dan penawaran, (2)
sarana masalah, siswa belajar berbagai
permasalah yang terjadi dalam
ketrampilan, Pada saat yang sama
permintaan dan penawaran (3)
dengan ketrampilan yang dipelajarinya
ketrampilan memecahkan masalah
siswa belajar memecahkan masalah.
yang terdapat dalam permintaan dan
Jadi pembelajaran ini mengembangkan
penawaran. (4) ketrampilan membuat
aspek kognitif, yaitu pemahaman
grafik permintaan dan penawaran.
konsep-konsep untuk memecahkan
masalah, aspek psikomotorik, yaitu B. Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
bagaimana cara memecahkan masalah
dan aspek afektif, bagaimana

JuPEKO 39
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
“Belajar berdasarkan masalah bermakna yang akan memberi
adalah interaksi antara situmulus dan kemudahan kepada para siswa untuk
respon, lingkungan member masukan melakukan penyelidikan dan inkuiri.
kepada siswa berupa bantuan dan Model ini juga mempunyai beberapa
masalah, sedangkan system syaraf otak cirri khusus yaitu adanya pengajuan
berfungsi menafsirkan batuan itu pertanyaan atau masalah, berfokus
secara efektif sehingga masalah yang pada keterkaitan antar desiplin ilmu,
dihadapi dapat diselidiki, dinilai, penyelidikan autentik, menghasilkan
dianalisis serta dicari pemecahannya produk/karya memerkan produk
dengan baik.Pengalaman siswa yang tersebut serta adanya kerjasama.”.
diperoleh dari lingkungan akan Pendapat yang sama menjelaskan,”
menjadikan kepadanya bahan dan secara garis besar PBI terdiri dari
materi guna memperoleh pengertian kegiatan menyajikan kepada siswa
serta bisa dijadikan pedoman dan situasi masalah yang autentik dan
tujuan belajarnya”.( Trianto, 2007 : 68) bermakna dapat memberikan
“Pembelajaran berdasarkan atau kemudahan kepada mereka untuk
berbasis masalah (problem based melakukan penyelidikan dan inkuiri”
Learning) adalah suatu model (Muslimin Ibrahim, 2005 :4)
pembelajaran yang menggunakan Lebih lengkap lagi yang
masalah dunia nyata sebagai suatu dikemukakan Arend (1997),
kontek bagi siswa untuk belajar cara ”Pengajaran berdasarkan masalah
berpikir kritis dan ketrampilan merupakan pendekatan pembelajaran
pemecahan masalah, serta untuk di mana siswa mengerjakan
memperoleh pengetahuan dan konsep permasalahan yang otentik dengan
yang esensial dari materi maksud untuk menyusun pengetahuan
pembelajaran” (Nurhadi dan Senduk, mereka sendiri, mengembangkan
2003 : 55) inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat
Sementara Suryanti,dkk ( 2008 lebih tinggi, mengembangkan
:19) menjelaskan,” Model pengajaran kemandirian dan percaya diri. Model
berdasarkan masalah mempunyai cirri pembelajaran ini juga mengacu pada
umum yaitu menyajikan kepada siswa model pembelajaran lain, seperti
tentang masalah yang autentik dan pembelajaran berdasarkan proyek

JuPEKO 40
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
(project-based instruction), seberapa jauh mereka aktif
pembelajaran berdasarkan pengalaman memanipulasi dan berinteraksi dengan
(experience- baced instruction), belajar lingkungannya. Sedangkan
otentik (authentic learning ) dan perkembangan kognitif itu sendiri
pembelajaran bermakna ( ancbored merupakan proses berkesinambungan
instruction) tentang keadaan ketidak seimbangan
Dari beberapa pengertian di (Poedjiadi, 1999:61) dalam
atas dapat dipahami pengajaran Amri,Sofan & Ahmadi, Lif Khoiru (
berdasarkan masalah adalah 2010: 145)
pembelajaran yang direncanakan Berkaitan dengan anak dan
secara sistimatis dengan menyajikan lingkungan belajarnya menurut
kepada siswa masalah - masalah yang pandangan konstruktivisme, Driver dan
bersifat autentik dan bermakna yang Bell (dalam, Susan, Marilyn dan Tony,
penyelesaiannya memerlukan cara 1995 :222) mengajukan karakteristik
berpikir tinggi, dilakukan cecara sebagai berikut: (1) Siswa tidak
interdesipliner (keterkaitan dengan dipandang sebagai suatu yang pasif
berbagai ilmu) dengan bekerjasama melainkan memiliki tujuan, (2) belajar
(melalui diskusi), menghasilkan mempertimbangkan seoptimal
produk/karya dan memerkan produk/ mungkin proses keterlibatan siswa, (3)
karya tersebut pengetahuan bukan sesuatu yang
C. Landasan Teoritik dan Emperik datang dari luar melainkan
Pembelajaran Berdasarkan dikonstruksi secara personal, (4)
Masalah pembelajaran bukanlah transmisi
Landasan teori yang digunakan pengetahuan, melainkan melibatkan
pengajaran berdasarkan masalah situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah
adalah teori belajar konstruktivisme. sekedar dipelajari, melainkan
Jean Pieget yang dikenal sebagai seperangkat pembelajaran, materi dan
konstruktivis yang pertama, sumber. (Amri,Sofan & Ahmadi, Lif
pengetahuan tidak diperoleh secara Khoiru , 2010: 145)
pasif oleh seorang melainkan melalui John Dewey terkenal dengan kelas
tindakan. Bahkan perkembangan demokrasi , mengemukakan pandangan
kognitif anak bergantung pada bahwa sekolah seharusnya

JuPEKO 41
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
mencerminkan masyarakat yang lebih 3) Peserta didik diharapkan selalu aktif
besar dan kelas merupakan dan dapat menemukan cara belajar
laboratorium untuk pemecahan yang sesuai dengan dirinya . Guru
masalah yang ada dalam kehidupan hanyalah berfungsi sebagai
nyata (masalah autentik). Deway mediator, fasilitator dan teman yang
menganjurkan agar guru memberi membuat situasi yang kondusif
dorongan kepada siswanya terlibat untuk terjadinya konstruksi
dalam projek atau tugas-tugas pengetahuan pada diri peserta didik.
berorientasi masalah dan membantu Dari penjelas di atas dapat
mereka menyelidiki masalahnya. dipahami teori konstruktivis sebagai
(Muslimin Ibrahim, 2005 :7) landasan teori pengajaran
Adapun implikasi dari teori belajar berdasarkan masalah menekankan
konstruktivisme dalam pendidikan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
anak (Poedjiadi,1999: 63) dalam yang berlangsung secara interktif
Amri,Sofan & Ahmadi, Lif Khoiru ( antara faktor intern pada diri pelajar
2010: 147) adalah sebagai berikut: dengan faktor ekstern atau
1) Tujuan pendidikan menurut teori lingkungan, sehingga melahirkan
belajar konstruktivisme adalah perubahan tingkah laku. Pada
menghasilkan individu atau anak dasarnya anak adalah aktif dan
yang memiliki kemampuan berpikir mempunyai kemampuan untuk
untuk menyelesaikan setiap melakukan belajar secara mandiri,
persoalan yang di hadapi. mempunyai kemampuan untuk
2) Kurikulum dirancang sedemikian memecahkan masalah dengan
rupa sehingga menjadi situasi yang sendiri. Seberapa jauh kemampuan
memungkinkan pengetahuan dan kognitif anak tergantung seberapa
ketrampilan dikonstruksi oleh jauh mereka aktif memanipulasi
peserta didik. Selain itu latihan dan berinterksi dengan
memecahkan masalah sering kali lingkungannya.
dilakukan melalui belajar kelompok
D. Ciri-Ciri Khusus Pengajaran
dengan menganalisis masalah dalam
Berdasarkan Masalah.
kehidupan sehari-hari.

JuPEKO 42
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
Menurut Arends (2008:42) Situasi masalah menurut Arends dalam
beberapa pengembangan pembelajaran Ibrahim dan Nur (2000), memiliki
berdasarkan masalah telah kreteria sebagai berikut :
mendeskripsikan karakteristik model a. Masalah harus autentik, jadi masalah
pembelajaran tersebut sebagai berikut,” harus terdapat di dunia nyata, di
(1) mengajukan pertanyaan atau dalam kehidupan anak sehari-hari.
masalah, (2) berfokus pada keterkaitan b. Masalah seharusnya tidak
antara disiplin, (3) penyelidikan terdifinisikan dengan ketat dan
autentik, (4) menghasilkan produk dan terdapat makna mesteri atau teka-teki,
memamerkannya, (5) kolaborasi. mencegah munculnya jawaban
Adapun ciri-ciri khusus pengajaran sederhana dan menghendaki
berdasarkan masalah adalah sebagai alternative pemecahan.
berikut : c. Masalah harus bernakna bagi siswa
1. Mengorientasikan siswa pada dan sesuai dengan tingkat
masalah autentik perkembangannya.
Model pembelajaran PBI ditandai pada d. Masalah seharusnya cukup luas untuk
suatu kegiantan mengorientasikan memungkinkan guru mengelola
siswa kepada masalah autentik pelajaran, serta sesuai dengan sarana
(masalah nyata dalam kehidupan dan prasarana yang tersedia, serta
sehari-hari). Pada tahap ini membuat konsisten dengan kurikulum yang
pertanyaan yang benar-benar nyata di berlaku.
lingkungan siswa dan dapat diselidiki e. Masalah juga harus memberikan
siswa untuk menemukan jawaban. kesempatan bekerja dalam kelompok.
Beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh guru agar masalah menarik dan
2. Berfokus keterkaitan antar
dapat membuat konflik kognitif di
disiplin
dalam benak siswa. Bisa dilakukan
Meskipun PBI berpusat pada mata
dengan (a) demonsttrasi, (b) bercerita,
kuliah tertentu, tetapi dalam
(c) menyajikan fenomena, (d)
penyelesaian masalah yang di bahasan
melakukan eksperemen tertentu.
harus bersifat interdisipliner, artinya
penyelesaian masalah dengan

JuPEKO 43
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
mengkaitkan materi lain yang relevan transkrip debat seperti pada
dengan masalah tersebut. Untuk itu pelajaran “root and wing”. Produk
guru/dosen dalam memilih masalah itu dapat juga berupa laporan ,
harus benar-benar nyata, sehingga model fisik, video, maupun program
siswa bisa menjawabnya. computer.(Triato, 2007: 70). Jadi
3. Penyelidikan Autentik produk yang dihasilkan sesuai
Mengharuskan siswa melakukan dengan permasalahan yang harus
penyelidikan autentik untuk mencari diselesaikan.
penyelesaian nyata terhadap 5. Kolaborasi
masalah nyata.Menyusun hipotesis, Pembelajaran berdasarkan masalah
mengumpulkan dan menganalisis dicirikan oleh siswa yang
informasi/data, melakukan bekerjasama satu dengan yang
percobaan, membuat inferensi, dan lainnya, Paling sering secara
merumuskan simpulan. berpasangan atau dalam kelompok
(Ibrahim,Muslimin, 2005:12). kecil. Bekerja sama memberikan
Tentunya metode penyelidikan yang motivasi secara berkelanjutan
digunakan, tergantung pada masalah terlibat dalam tugas-tugas komplek
yang dipelajari.Dengan PBI akan dan memperbanyak peluang untuk
memberikan peluang kepada siswa berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
untuk belajar bagaimana mengembangkan ketrampilan sosial
memecahkan masalah dalam dan ketrampilan berpikir. (
kehidupan sehari-hari. Trianto, 2007 : 70).
4. Menghasilkan produk/karya dan Jadi dalam pelaksanaan
memamerkannya. pembelajaraan berdasarkan masalah,
Pembelajaran berdasarkan masalah pemecahan masalah dilakukan dengan
menuntut siswa untuk diskusi baik secara berpasangan (dua
menghasilkan produk tertentu dalam orang) atau kelompok (3-5 orang).
bentuk karya nyata atau artefak dan Dengan diskusi ini akan melatih
peragaan yang menjelaskan atau mahasiswa untuk menerapan
yang mewakili bentuk penyelesaian ketrampilan sosial berinteraksi dengan
masalah yang mereka temukan. teman lainnya , selain itu mahasiswa
Produk tersebut dapat berupa

JuPEKO 44
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
juga menerapkan ketrampilan berpikir Peran guru sangat menentukan
seperti peneliti. kekompakkan kerjasama masing-
E. Sintak Pengajaran Berdasarkan masing kelompok dalam
Masalah menyelesaikan masalah.
Sintak pembelajaran berdasarkan
masalah ada lima langkah, yaitu:

Tabel :1
Sintak Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic
Orientasi siswa kepada yang dibutuhkan,mengajukan fenomina atau demonstrasi atau
masalah cerita untuk memunculkan masalah, motivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2 Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasi tugas
Mengorganisasi siswa belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
untuk belajar
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
Membimbing penyelidikan, sesuai, melaksanakan eksperemen, untuk mendapatkan
individual atau kelompok penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap – 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
Mengembangkan dan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan
menyajikan hasil karya membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
Menganalisis dan terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
mengevaluasi proses gunakan.
pemecahan masalah
Sumber:Muslimin Ibrahim,Seri Pembelajaran Inovatif Pembelajaran Berdasarkan
Masalah , 2005:17)
F. Hasil Penelitian Sebelumnya
Sintak tersebut merupakan
1. Penelitian Fachrurozi ( Portal Jurnal
langkah-langkah yang dilakukan
Universitas Indonesia, 22-06-2011)
guru/dosen dalam menerapkan
dengan judul “Penerapan
pembelajaran berbasis masalah. Kalau
Pembelajaran Berbasis Masalah
kita lihat dalam langkah-langkat
Untuk Meningkatkan Kemampuan
tersebut guru berfungsi sebagai
Berpikir Kritis dan Komonikasi
motivator dan fasilitator dalam
Matematis Siswa Sekolah
membantu siswa untuk menyelesaikan
Dasar”.Hasil dari penelitian
masalah.
menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan

JuPEKO 45
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
berpikir kritis dan kemampuan yaitu mewujudkan perubahan dan
komunikasi matematis antara siswa peningkatan pada kinerja guru,
yang belajar matematika kinerja siswa, dan iklim sosial
menggunakan model pembelajaran pembelajaran IPS SD.
berbasis masalah dengan siswa yang 3. Penelitian Tatang Herman dalam
memperoleh pembelajaran Jurnal Educationist (N0 1, VOL 1
konvensional ditinjau dari faktor Januari 2007) dengan judul
pembelajaran dan level sekolah. “Pembelajaran Berbasis Masalah
2. Penelitian Darmawan dalam Jurnal Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Universitas Indonesia ,Vol 11 No 2 MatematisTingkat Tinggi Siswa
Oktober 2010, dengan judul Sekolah Menengah Pertama” . Hasil
“Penggunaan Pembelajaran Berbasis penelitian Menunjukkan
Masalah dalam meningkatkan Pembelajaran Berbasis masalah
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa terbuka dan terstruktur berkontribusi
Pada Pembelajaran IPDi MI di terhadap pembentukan disposisi
Darusaadah Pandeglang. Hasil positif siswa terhadap matematik,
penelitian menunjukkan bahwa kedua pendekatan ini dapat
penggunaan pembelajaran berbasis digunakan untuk meningkatkan
masalah dalam meningkatkan kompetensi afektif siswa, bukan saja
kemampuan berpikir kritis siswa pada sikap positip namun juga
pembelajaran IPS di kelas V menjadi kecenderungan berbuat berpikir dan
sangat relevan dan argumentatif . berbuat pada hal yang positip
Selain itu penelitian yang dilakukan Dari beberapa hasil penelitian
juga berhasil menemukan berbagai yang meneliti penerapan pengajaran
dimensi pembelajaran IPS, kinerja berdasarkan masalah dalan pengajaran
guru dan siswa yang dapat membuktikan bahwa (1) penerapan
meningkatkan iklim sosial pengajaran berdasarkan masalah dapat
pembelajaran IPS SD dan mengembangkan kemampuan anak
memberikan rekomendasi yang berpikir kritis dan berkomonikati
diperlukan, baik yang bersifat terhadap materi yang dibahas. (2)
konseptual tentang pembelajaran IPS Dapat peningkatan kinerja guru,
SD maupun yang bersifat praktis, kinerja siswa, dan iklim sosial

JuPEKO 46
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
pembelajaran . (3) Dapat pembelajaran. Keberhasilan dari
meningkatkan kompetensi afektif pembelahjaran di ukur dengan tujuan
siswa, bukan saja sikap positip namun yang telah di tetapkan. Sehingga tujua
juga kecenderungan berbuat berpikir akan menentukan materi, model,
dan berbuat pada hal yang positip. Jadi strategi belajar dan alat evaluasi yang
dapat mengembangkan kompetensi digunakan untuk mengetahui tingkat
afektif, kognitif dan psikomotor siswa. keberhasilan pembelajaran.
Pengajaran berdasarkan
G. Penerapam Pembelajaran masalah bertujuan membantu siswa
Berbasis Masalah Pada
mempunyai kemampuan ketrampilan
Pembahasan Permintaan dan
Penawaran berpir tingkat tinggi, ketrampilan
meneliti, menjadi orang dewasa,
1. Tahap Perencanaan
menjadikan siswa yang otonom dalam
Pembelajaran yang baik pasti
belajarnya. Artinya tidak semua tujuan
didahului oleh perencanaan yang baik
pembelajaran bisa diterapkan dalam
dan cermat.Strutur pengajaran
pengajaran dengan menggunakan
berdasarkan masalah yang bersifat
model pengajaran berdasarkan
top-down , organisasi kelas yang
masalah.
bersifat tidak ketat, masalah yang
Tujuan pembelajaran dengan
belum terdifinisi dengan baik pasti
menggunakan model pengajaran
perlu perencanaan yang lebih baik.
berdasar masalah pada pembahasan
Pada perencanaan ini ada tiga tugas
Permintaan,dan Penawaran
utama yang harus dipersiapkan, yaitu
(1) Dengan menggunakan diskusi siswa
(a) penetapan tujuan, (b) merancang
dapat menjelaskan konsep
situasi masalah yang sesuai, (c)
permintaan dengan benar
organisasi sumber daya dan logistic (
(2) Dengan menggunakan diskusi siswa
Ibrahim, Muslimin . 2005: 26)
dapat menjelaskan konsep
a. Menetapkan Tujuan
penawaran dengan benar
Tujuan memiliki posisi yang
(3) Dengan menggunakan diskusi
strategis di dalam pelaksanaan
Siswa mempunyai ketampilan
pembelajaraan. Tujuan merupakan
dalam membuat grafik permintaan
kemampuan yang harus di capai dalam
dengan benar

JuPEKO 47
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
(4) Dengan menggunakan diskusi siswa apakah masalah itu layak dan relevan
mempunyai ketrampilan membuat dengan kurikulum.
grafik perubahan permintaan Pada pembelajaran berdasarkan
dengan benar. masalah ini, masalah sudah ditentukan
(5) Dengan menggunakan diskusi oleh dosen. Dosen membuat LKS
Siswa mempunyai ketampilan yang berisikan soal-soal/masalah yang
dalam membuat grafik penawaran digunakan untuk diskusi, yaitu masalah
dengan benar permintaan dan penawaran:
(6) Dengan menggunakan diskusi siswa (1) Masalah permintaan
mempunyai ketrampilan membuat (a) Jelaskan konsep permintaan
grafik perubahan penawaran dengan dengan menggunakan grafik
benar. permintaan
(b) Buatlah tabel permintaan dan
b. Merancang situasi masalah. gambarlah grafiknya (terhadap
Masalah yang di bahas dalam barang/jasa sesuai kebutuhan
diskusi bersifat autentik, mudah saudara)
dipahami siswa dan bisa dijawab (c) Buatlah grafik permintaan yang
siswa. masalah yang diangkat bisa mengalami perubahan yang
dipilih oleh siswa sendiri atau disebabkan oleh faktor harga dan
ditentukan oleh dosen. Pertimbangan faktor bukan harga.
yang perlu diperhatikan dalam (2) Masalah penawaran
menciptakan situasi masalah masalah (a) Jelaskan konsep penawaran dengan
antara lain ( Ibrahim, Muslimin ,2005 : menggunakan grafik permintaan
27) : (1) pastikan apakah situasi (b) Buatlah tabel penawaran dan
masalah itu menarik, Agar menarik gambarlah grafiknya ( pada produk
harus terdapat aspek teka-teki atau barang mewah)
terjadinya konflik kognitif. (2) pastikan (c) Buatlah grafik permintaan yang
apakah situasi masalah itu dapat mengalami perubahan yang disebabkan
dipersentasikan dengan mudah dan oleh faktor harga dan faktor buka
jelas,sehingga siswa dapat Permasalah permintaan dan
menangkapnya (3) pertimbangan penawaran di atas merupakan
permasalahan yang autentik karena bisa

JuPEKO 48
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari kaaitanya pelaksanaan pembelajaran
dan dialami oleh mahasiswa. Masalah ini dilakukan di kelas, dosen hanya
tadi merupakan masalah nyata yang mempersiapkan materi dan LKS untuk
diselesaikan secara nyata. diskusi.
c. Organisasi sumberdaya dan rencana 2. Tahap Pelaksanaan
logistik Peda tahap pelaksanaan ini,
Dalam pengajaran berdasarkan dosen melakukan implementasi
masalah mahasiswa dimungkinkan langkah-langkah (sintak) pengajaran
bekerja dengan beragam material dan berdasarkan masalah seperti yang telah
peralatan, atau laboraterium, bahkan di sebutkan di atas, terdiri dalam lima
dapat dilakukan di luar sekolah. Dalam tahap kegiatan.
Tabel : 2
Pelaksanaan PBI dalam Pembahasan Permintaan, Penawaran, dan harga Pasar

Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


Tahap -1  Guru memotivasi siswa dengan  Mahasiswa
KEGIATAN memberikan pertanyaan yang terkait memperhatikan guru dan
AWAL dengan materi yang di bahas. mencatat hal-hal penting
Orientasi siswa  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
kepada masalah  Guru mejelaskan langkah-langkah
(waktu 10 menit) kegiatan yang akan dilakukan (diskusi
untuk memecahkan masalah
permintaan, penawaran)
Tahap -2  Menjelaskan tentang cara membuat  Mendengarkan penjelasan
(waktu 15 menit) table dan cara menggambar grafik guru dan mencatat hal-
KEGIATAN sebagai dasar pemahaman pembuatan hal yang penting
INTI grafik permintaan dan penawaran
Mengorganisasi  Guru membentuk kelompok yang  Mahasiswa membentuk
siswa untuk hetorogin, beranggotakan masing- kelompok
belajar masing 6 orang
 Guru membagikan LKS pada masing-  mas ing-masing
masing kelompok kelompok menerima
 LKS
 Guru memotivasi dan mahasiswa  Mahasiswa membagi
untuk menyelesaikan masalah ntugas pada anggota
Tahap-3  Guru melakukan pengamatan terhadap kelompoknya
(40 menit) kegiatan mahasiswa pada saat proses  Anggota mengerjakan
Pembimbingam diskusi kelompok tugasnya masing-masing
 Guru membimbing menyelesaikan  Anggota
hasil yang mau dipamerkan menginformasikan tugas
 Guru membimbing memerkan hasil yang dikerjakan kepada
grafik permintaan dan penawaran kelompoknya (diskusi
kelompok)
 Guru membimbing mahasiswa untuk  Presentasi setiap

JuPEKO 49
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
kegiatan diskusi kelas kelompok secara
 Guru sebagai moderator memberikan bergiliran dengan
Tahap 4 kesempatan pada mahasiswa untuk menunjukkan hasil
(70 menit) bertanya, menyanggah dari kelompok kelompoknya ..
(waktu yang presentasi  Mahasiswa
Mengembangkan  Guru memberikan evaluasi terhadap mendengarkan kelompok
dan menyajikan jawaban dari kelompok yang yang presesntasi,
hasil karya presesntasi bertanya, menyangga, dan
 Guru menyimpulkan dan menjelaskan mejelaskan pendapatan
jawaban yang benar yang berbeda
 Mahasiswa medengaran
penjelasan guru
 Mahasiswa mencatat
penjelasan guru
Tahap-5  Refleksi  Mahasiswa
KEGIATAN  Guru bersama mahasiswa menyimpulkan hasil
PENUTUP menyimpulkan hasil diskusi diskusi
(15) menit)
Menganalisis  Guru memberikan kesempatan
dan evaluasi kepada mahasiswa untuk bertanya ,
proses terhadap masalah yang dibahas
pemecahan
masalah
Sumber : Penulis
siswa yang pandai bisa membatu pada
Pelaksanaan diskusi
siswa yang berkemampuan relative
Dalam pelaksanaan rendah.
pembelajaran Teori Ekonomi Mikro Masing - masing kelompok
mempunyai 5 sks dengan alokasi diberi soal yang sama. Setiap
waktu ( 50 menit X 5) pada materi kelompok mempunyai tugas
permintaan dan penawaran . Alokasi mengerjakan enam soal. Masing-
waktu yang digunakan diskusi saat itu masing anggota kelompok
(3x50 menit). Proses pengajaran mempunyai tanggung jawab untuk
dengan menggunakan diskusi yang mengerjakan satu soal yang berbeda
terbagi menjadi 5 kelompok yang dengan teman dalam satu kelompok.
masing-masing anggota kelompok 6 Hal ini dimaksudkan anggota
orang . Kelompok diskusi bersifat kelompok mempunyai tanggung
hetorogin baik dalam tingkat jawab individu terhadap tugas yang
kemampuan maupun jenis kelamin. diberikan dan tanggung jawab
Dengan pembentukan kelompok yang terhap kelompoknya.
bersifat hitorogin ini diharapkan

JuPEKO 50
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
Pada awal diskusi ketua kelompok dosen maju ke depan memaerkan hasil
membagikan soal kepada anggota, karyanya dan menerangkan hasilnya,
masing-masing mengerjakan satu soal sedangkan kelompok lain menjadi
(enam soal) untuk enam anggota audien, bertugas mendengarkan,
kelompok. Selesai mengerjakan mengevaluasi, bertanya, menyanggah
tugasnya masing-masing, setiap atau mempunyai pendapat lain.Pada
anggota kelompok menginformasikan saat ini dosen berperan memotivasi
jawabannya kepada teman dalam kepada mahasiswa agar pelaksanaan
kelompoknya, sehingga masing- diskusi bisa hidup.. Pada akhir
masing anggota akan mengetahui saoal pameran hasil diskusi dosen akan
dan jawabannya. Pada saat pemberian mengevaluasi kebenaran dan
informasi anggota kelompok kepada menerangkan masalah yang dibahas.
anggota kelompok dalam kelompok Pelaksanaan diskusi kelas kurang lebih
yang sama ini terjadi saling memberi 70 menit
informasi dan bertukar ide. Pada saat Selesai diskusi tahap berikutnya
pelaksanaan diskusi kelompok dosen melakukan refleksi, untuk
berperan mengamati dan memberikan menyimpulkan hasil diskusi.Dosen dan
bimbingan apabila terjadi kesulitan mahasiswa membuat kesimpulan.
mengerjakan soal yang dibahas. Kesimpulan yang dapat diperoleh
Pelaksanaan diskusi kelompok selama antara lain, bagaimana konsep
30 menit. permintaan dan penawaran, bagaimana
Selesai diskusi kelompok, tahap langkah-langkah dalam membuat
berikutnya melakukan diskusi kelas. grafik permintaan dan penawaran,
Pada saat diskusi kelas dosen sebagai bagaimana penerapan permintaan dan
moderator dan membimbing jalanya penawaran dalam kehidupan sehari-
diskusi. Masing-masing kelompok hari.
diharapkan mempunyai kesempatan Yang perlu diperhatikan oleh
untuk memamerkan hasil karyanya, dosen adalah selama pembelajaran
yaitu berupa grafik permintaan, grafik dengan mengimplementasikan
perubahan permintaan, grafik pengajaran berdasarkan masalah, peran
penawaran, dan grafik perubahan dosen antara lain (a) mengajukan
penawaran. Kelompok yang ditunjuk masalah atau mengorientasikan

JuPEKO 51
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
siswa/mahasiswa kepada masalah melibatkan ketampilan berpikir tinggi
autentik, (b) memfasilitasi/membim- serta koordinasi tentang pengetahuan
bing penyelidikan (pengamatan/ yang luas. Lebih lanjut Grant (1990)
eksperemen), (c) memfasilitasi dan dalam Suryono,dkk. (2011: 9), suatu
memotivasi dialog terbuka. (d) asesmen dikatakan autentik jika
mendukung belajar siswa. (Muslimin asesmen itu memeriksa atau menguji
Ibrahim, 2005: 20) secara langsung perbuatan atau
prestasi peserta didik berkaitan
3. Kegiatan Akhir dengan tugas intelektual yang layak.
Pada kegiatan akhir adalah Dalam hal ini asesmen autentik
melakukan evaluasi. Sesuai dengan menuntut peserta didik untuk menjadi
metode yang digunakan yaitu model pelaku (orang) yang efektif memiliki
pengajaran berdasarkan masah maka pengalaman yang di butuhkan.
ada dua hal yang dapat di nilai yaitu a. Penilaian Proses
(1) proses pelaksaan diskusi dengan Penilaian proses dilakukan untuk
menggunakan penilaian proses dan (2) mengetahui sikap yang dilakukan
hasil karya berupa grafik dpada saat diskusi baik diskusi
menggunakan penilaian hasil karya. kelompok maupun diskusi kelas.
Penilaian seperti ini disebut penilaian Format pengamatan untuk menilai
autentik atau asesmen autentik. Suatu sikap dalam diskusi kelompok dan
asesmen dinyatakan autentik bilamana diskusi kelas dapat dilihat pada
asesmen itu melibatkan peserta didik tabel di bawah ini.
pada tugas-tugas yang bermanfaat, (1) Format pengamatan diskusi
kelompok dan pedoman
penting, serta bermakna (Hart, 1994),
penskoran
.Asesmen seperti itu terlihat sebagai
aktivitas pembelajaran, yang
Tabel : 3
Format Pengamatan Pada Diskusi Kelompok

Aspek yang diamati Jml nilai


skor
Saling Tanggung Saling Bekerja Tanggung
No Nama member/ jawab meng- sama jawab
komuniksi individu hargai kelompok
1 Rina

JuPEKO 52
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
2 Ita
3 Andi
dst dst
Sumber : penulis
(2) Pedoman penskoran sikap dalam diskusi kelompok
Table : 4
Pedoman Pskoran Sikap Diskusi Kelompok

No Aspek yang SKOR


dinilai 4 3 2 1
1 Saling Sering Cukup sering Kadang- diam
memberi/kumuni berkomunikasi berkomunikasi kadang
-kasi berkomunikasi
2 Tanggung jawab Mengerjakan Mengerjakan Mengerjakan Tidak
individu tugas dgn dgn jawaban tugas dengan mengerjakan
jawaban yang cukup lengkap jawaban tugas
lengkap (separo kurang lengkap
dikerjakan (1/4
dikerjakan)
3 Saling Menghargai Cukup Kurang Tidak
menghargai pendapat teman menghargai menghargai menghargai
pendapat pendapat pendapat
teman teman teman
4 Bekerja sama Sering Cukup Kadang- Tidak
bekerjasama bekerjasama kadang pernah
dgn teman dgn teman bekerjasama beker sama
kelompok kelompok dgn teman dgn teman
kelompok kelompok
5 Tanggung Tanggung jawab Tanggung Tanggung Tidak mau
jawab terhadap jawab jawab bertanggun
kelompok kelompok tinggi terhadap terhadap g jawab
kelompok kelompok terhadap
cukup tinggi rendah kelompok
Sumber : penulis

Jumlah skor
Nilai = Jumlah skor maksima X 100

(3) Format pengamatan pada diskusi kelas

Table : 5
Format Pengamatan Pada Diskusi Kelas

Aspek yang dinilai Jml Nilai


no Nama Kelomp 1 2 3 4 5 6 Skor
1
2

JuPEKO 53
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
3
dst
Sumber : penulis

Keterangan : Aspek yang dinilai 3. Keterbukaan dalam menerima


1. Kejelasan penyampaian masukan
2. Kebenaran ide yang disampaikan 4. Penguasaan konsep
5. Keruntutan dalam menjelaskan

(4) Pedoman penskoran diskusi kelas


Tabel : 6
Pedoman Penskoran Diskusi Kelas
No Aspek yang SKOR
dinilai 4 3 2 1
1 Kejelasan jelas dalam Cukup jelas Kurang jelas Tidak jelas
Penyampaian menerangkan dalam dalam dalam
grafik menerangkan menerangkan menerangkan
grafif grafik grafik
2 Kebenaran ide Ide yang Ide yang Ide yang benar Ide yang
yg disampaikan dikemukakan dikemukakan tidak mampu dikemukakan
benar dan mampu benar kurang menjelaskan tidak benar
menjelaskan mampu
menjelaskan
3 Keterbukaan Bersifat terbuka Cukup terbuka Kadang-kadang Tidak mau
dalam menerima menerima menerima menerima menerima
masukan masukan dari masukan dr masukan masukan
kelompok lain kelompok lain kelompok lain kelompok lain
4 Penguasaan Penguasaan Penguasaan Penguasaan Penguasaan
konsep konsep baik dan konsep cukup konsep kurang konsep tidak
benar baik baik baik dan salah

5 Keruntutan Dalam Dalam Dalam men Dalam


dalam menjelaskan menjelaskan jelaskan kurang menjelaskan
menjelaskan runtut cukup runtut runtut tidak runtut

Jumlah Benar
Nilai = X 100
Jumlah skor maksimal
b. Penilain Hasil Karya perubahan grafik permintaan, grafik
Hasil dari pemecahan masalah penawaran dan perubahan grafik
dengan menggunakan diskusi penawaran. Hasil karya ini akan
berwujud hasil karya, yaitu dipamerkan dan dijelaskan oleh
menggmbar grafik permintaan, masing–masing kelompok.

JuPEKO 54
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
Penilaian hasil karya ini ini format pengamatan untuk
menggunakan format pengamatan menilai hasil karya dan pedoman
yang berikan aspek yang digunakan penskorannya.
untuk menilai hasil karya. Di bawah

(1) Format pengamatan menilai hasil karya dan pedoman penskoran


Tabel : 7
Format Pengamatan Menilai Hasil karya

Aspek yang dinilai Jumlah nilai


skor
Kelengkapan Kebenaran Kerapian Kejelasan
No Nama grafik grafik gambar
1 Rina
2 Ita
3 Andi
4 Budi
5 Ani
dst dst
Sumber : penulis

(2) Pedoman penskoran hasil karya


Tabel : 8
Pedoman Penskoran Hasil Karya
No Aspek yang SKOR
dinilai 4 3 2 1
1 Kelengkapan Lengkap Cukup lengkap Kurang lengkap Tidak lengkap
grafik semua kurang satu kurang dua kurang tiga
komponen ada komponen komponen komponen
2 Kebenaran Gambar Grafik Gambar Grafik Grafik ada Grambar
grafik benar sesuai ada kesalah satu kesalah dua grafik ada
ketentuan kesalah tiga
3 Kerapian Gambar grafik Gambar grafik Gambar grafik Gambar grafik
rapi cukup rapi kurang rapi tidak rapi
4 Kejelasan Gambar Gambar grafik Gambar grafik Gambar grafik
gambar grafik jelas cukup jelas kurang jelas tidak jelas
Sumber : penulis
Yang perlu diperhatikan bahwa alat
evaluasi yang digunakan untuk menilai
Cara penilaian :
tergantung dengan kegiatan yang
Jumlah benar
dilakukan pada saat penggunaan
Nilai = X 100
Jumlah skor maksimal pengajaran berdasarkan masalah. Jadi
tidak harus seperti penulis contohkan.

JuPEKO 55
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
Karena banyak sekali alat penilaian Dosen dalam menerapkan
model ini misalnya menggunakan pengajaran berdasarkan masalah perlu
penilaian produk, penelian portopolio, dilakukan persiapan secara matang
penilaian sikap, penilaian kinerja , dengan mempertimbangkan (1) tujuan
penilaian hasil karya dan lain –lain. pemembelajaran, (2) sarana prasarana,
(3) tingkat kemampuan siswa. Selain
H. Penutup itu perlu perencanaan (1) perencanaan
Mengajaran berdasarkan masalah materi yang dapat dijadikan sebagai
cocok digunakan pada materi yang masalah autentik, (2) Perencanaan
membahas masalah dalam kehidupan proses yang digunakan dalam
sehari – hari dan dialami oleh peserta pengajaran berdasarkan masalah (3)
didik (masalah autentik). Salah satu Perencanaan Evaluasi yang sesui
contohnya materi ekonomi permintaan dengan metode.
dan penawaran. Dengan pengajaran
berdasarkan masalah ini (1) dapat DAFTAR RUJUKAN
mengembangkan ketrampilan berpikir
Amri, Sofan & Ahmadi,Lif Khoiru
tingkat tinggi (2) dapat (2010) . Konstruksi Pengembangan
Pembelajaran. Pengaruhnya
mengembangkan ketrampilan
Terhadap Mekanisme dan Praktik
memecahkan masalah seperti peneliti Kurikulum. Jakarta : Prestasi
Pustaka
(3) Peserta didik bisa berperan seperti
orang dewasa, (4) secara berangsur- Arends,Richard I (.2008) Learning to
Teach. Belajar untuk Mengajar.
angsur peserta didik dilatih untuk
Buku Dua(terjemahan : Helly
menjadi pelajar yang mandiri, yaitu (a) Prayitno Soetjipto dan SriMulyatini
Soejipto) Yogyakarta : Pustaka
mampu secara cermat mendiagnosis
Pelajar.
masalah yang sedang dihadapi, (b)
----------------, (1997).Classroom
mampu memilih strategi belajar
Instruction and Management. New
tertentu untuk menyelesaikan masalah York. The Mc Graw-Hill Company.
belajarnya, (c) memonitoring
Ibrahim, Muslimin (2005) Seri
keefektifan strategi belajar yang Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran Berdasarkan
digunakan, (d) termotivasi berusaha
Masalah, Latar belakang, Konsep
terlibat dalam situasi belajar. Dasar, dan Contoh

JuPEKO 56
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung
Implementasinya.Surabaya : Unesa Tatang Herman .Jurnal Educationist
University Press. (N0 1, VOL 1 Januari 2007), ISSN:
1907.8838 “Pembelajaran Berbasis
Ibrahim, Muslimin dan Nur, Masalah Meningkatkan
Muhammad (2000) . Pembelajaran Kemampuan Berpikir
Berdasarkan Masalah . Surabaya MatematisTingkat Tinggi Siswa
Pusat Sain dan Matematika Sekolah Sekolah Menengah Pertama
Universitas Negeri Surabaya.
Suryanti (2008) Model-Model
Darmawan ,Jurnal Universitas Pembelajaran Inovatif. Surabaya :
Indonesia Vol.11 .No.2 Oktober Unesa University Press.
2010. Penggunaan Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Suryono,dkk. (2011) Modul Assesmen
meningkatkan Kemampuan Berpikir Autentik.Kementrian Pendidikan
Kritis Siswa Pada Pembelajaran Nasional Universitas Nusantara
IPDi MI di Darusaadah PGRI Kediri. Panitia Sertifikasi
Pandeglang, http// jurnal guru (PSG) Rayon 143.
upi.edu/penelitian pendidikan.

Fachurozi , Portal Jurnal Universitas


Indonesia ,22-06-2011, Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Komonikasi
Matematis Siswa Sekolah Dasar.
.http// jurnal upi.edu/penelitian
pendidikan.

Hart,Diane (1994).authentic assesmen.


A Handbook For Educators.
Addison-Wesley. Publising
Company.

Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad.


(2003). Pembelajaran Kontektual
dan Penerapannya dalam KBK.
Malang : Penerbit Universitas
Malang.

Trianto (2007). Model-Model


Pembelajaran Inovatif Beroreintasi
Konstruktivistik. Konsep, Landasan
Teoritis-Praktis dan
Implementasinya. Surabaya
:Prestasi Pustaka.

JuPEKO 57
Sulastri Rini Rindrayani Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Anda mungkin juga menyukai