Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

TARI SIGEH PENGUNTEN


Dosen pengampu
Baiti Tiara Sela,S.Pd.

Di susun oleh :
Novi Andriani

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) AL ISLAM
TUNAS BANGSA BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................ii

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................4

BAB 11 PEMBAHASAN.................................................................................................5

2.1 Sejarah Tari Sembah....................................................................................................5

2.2 Fungsi dan Makna Tari Sembah..................................................................................6

2.3 Pola Lantai...................................................................................................................6

2.4 Gerakan………………………………………………………………………………8

2.5 Alat MusikPengiring…………………………………………………………...……24

2.6 Busana dan Properti…………………………………………………………...…….25

BAB 111 PENUTUP.......................................................................................................26

3.1 Kesimpulan................................................................................................................26

3.2 Saran..........................................................................................................................26
BAB II
PEMBAHASAN

1.Sejarah Tari Sembah

Sumber: indonesiakaya.com
Sejarah Tari Sembah berawal dari sebuah perundingan antara dua adat yang ada
di Lampung, Saibatin dan Papadun. Dulu, Saibatin dan Pepadun memiliki tarian
adat masing-masing, yaitu Tari Melinting dan Tari Sembah. Pemerintah Provinsi
Lampung kemudian berinisiatif menjadikan salah satu diantara tari tersebut
sebagai jati diri (identitas) budaya Lampung.
Maka diadakanlah sebuah perundingan yang diadakan di Gedung Dharma
Wanita kota Bandar Lampung dan dihadiri oleh kedua para ketua adat,
perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Lampung serta para ahli seni dari daerah dan pusat.

Pada bulan Mei tahun 1989, Tari Sigeh Penguten (Tari Sembah) didaulat sebagai
ikon budaya Provinsi Lampung. Gerakan, busana, properti, iringan musik dan pola
lantainya kemudian diseragamkan.

Fungsi Dan Makna Tari Sembah


Makna Tari Sembah berangkat dari falsafah hidup yang dipegang masyarakat
Lampung yaitu nemui nyimah dan nengah nyappur. Nemui nyimah berarti
menjaga silaturahmi dan ramah dalam menerima tamu, sedangkan nengah
nyappur berarti mudah bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Tari Sembah berfungsi sebagai pembuka acara pada kegiatan ritual adat, hari
besar Islam, hajatan, upacara adat pernikahan, pengangkatan pesirah dan
kunjungan dari tokoh masyarakat. Tari tradisional klasik ini berfungsi sebagai
tarian penyambut tamu kehormatan, baik itu para raja ataupun para tamu agung
dengan mempersembahkan kapur sirih sebagai simbol kekeluargaan.

Pola Lantai
Sumber: flickr.com
Pola lantai pada Tari Sembah berbentuk lingkaran (simbol kekeluargaan), segitiga,
anak panah dan garis vertikal/deret (simbol keberanian). Tari ini tergolong tari
kelompok yang diperagakan oleh para penari wanita, dengan jumlah penari ganjil
(3,5,7,9), paling sedikit dibawakan oleh 3 orang dan paling banyak 9 orang. Penari
yang berada di urutan paling depan akan membawa kotak berisi sekapur sirih
yang bernama Tepak dan diakhir tarian isi tepak tersebut akan dibagikan kepada
tamu kehormatan.

Sumber: instagram.com/ @fepidwynti


Gerakan
Pada tari sembah ini terdapat 12 gerakan dengan 8 gerakan pada posisi berdiri
dan 4 gerakan pada posisi duduk.

A. Posisi Berdiri

Pada posisi berdiri terdapat gerakan Belah Huwi, Gubuh Gakhang, Kenui
Melayang, Lapah Tebeng, Lipetto, Samber Melayang, Seluang Mudik dan Tolak
Tebeng.

1. Belah Huwi

Sumber: elib.unikom.ac.id
Belah Hui dikenal juga sebagai gerakan membelah bambu. Kedua tangan
diluruskan dengan posisi menyilang, pergelangan tangan kanan berada di bawah
tangan kiri. Kemudian tangan dibuka ke samping kiri dan kanan, lalu diangkat ke
arah depan seraya meluruskan tangan ke atas dada. Gerakan ini melambangkan
sikap pantang menyerah dan pekerja keras.

2. Gubuh Gakhang

Sumber: elib.unikom.ac.id
Gubuh Gakhang adalah gerakan dengan mengayunkan tangan ke arah depan
dan belakang dengan kedua kaki melangkah secara bergantian (gerakan untuk
berpindah tempat). Gerakan ini melambangkan sifat berani dan bertanggung
jawab.
3. Kenui Melayang

Sumber:
elib.unikom.ac.id
Gerakan Kenui Melayang (Sabung melayang) adalah gerak dengan kedua tangan
dirapatkan dengan posisi kaki menyilang.

Kemudian tangan diayunkan seperti burung yang sedang terbang melayang.


4. Lapah Tebeng

Sumber: elib.unikom.ac.id
Lapah tebeng merupakan gerakan pembuka dan penutup pada tari sembah
(gerakan ketika masuk dan meninggalkan panggung). Gerakan ini berupa
berjalan ke arah depan dengan kaki kanan dilangkahkan terlebih dahulu. Lapah
Tebeng berasal dari kata ‘Lapah’ yang memiliki arti jalan dan kata ‘Tebeng’ yang
memiliki arti lurus. Dapat disimpulkan bahwa Lapah Tebeng adalah gerakan
berjalan dengan lurus atau berjalan tanpa beban. Gerakan ini melambangkan
sikap percaya diri.

5. Lipetto

Sumber:
elib.unikom.ac.id
Lipetto adalah gerakan tangan yang menekuk ke arah dalam sebatas dada
kemudian posisi kaki menyilang seraya berputar ditempat. Gerakan Lipetto
melambang sifat penuh kesabaran.

6. Samber Melayang

Sumber:
elib.unikom.ac.id
Samber Melayang adalah gerakan penghubung dari gerakan satu ke gerakan
yang lainnya.

7. Seluang Mudik

Sumber: elib.unikom.ac.id
Seluang mudik adalah gerakan perpindahan dari posisi berdiri menuju posisi
duduk (Jong Simppuh). Gerakan Seluang Mudik dibagi menjadi dua yaitu seluang
mudik turun dan seluang mudik naik. Seluang Mudik berasal dari kata ‘Seluang’
yang memiliki arti ikan kecil yang tinggal di sungai dan kata ‘Mudik’ yang
memiliki arti pulang (kembali).

8. Tolak Tebeng

Sumber:
elib.unikom.ac.id
Tolak Tebeng adalah gerakan sebelah tangan menekuk ke dada dan tangan
sebelahnya lagi lurus ke arah samping seraya kedua kaki nge-kengser (srisig).
Gerakan Tolak Tebeng melambangkan sikap berani dalam menolak hal yang
bersifat buruk.

B. Posisi Duduk

Pada posisi duduk terdapat empat gerakan yaitu Jong Ippek, Jong Sembah, Jong
Silo Ratu dan Jong Simppuh.

1. Jong Ippek

Sumber: elib.unikom.ac.id
Jong Ippek adalah gerakan perpindahan dari gerak Jong Simpuh ke gerakan Jong
Silo Ratu. Gerakan memindahkan titik tumpuan dengan duduk dan pantat
menjadi titik tumpu, kemudian kaki menyilang ke arah depan hingga menjejak ke
lantai.

2. Jong Sembah

Sumber: elib.unikom.ac.id
Jong Sembah adalah gerakan menyembah dengan posisi duduk, kaki menyilang
ke depan, postur badan tegak, serta posisi kedua telapak tangan bertemu dan
sejajar dengan hidung. Gerakan ini melambangkan sikap sopan dan hormat.

3. Jong Silo Ratu

Sumber: elib.unikom.ac.id
Jong Silo Ratu atau Mejong Silo Khatu adalah gerakan duduk dengan kaki kiri
menyilang ke arah depan dan kaki kanan diluruskan ke arah depan, sedangkan
posisi kedua telapak tangan menyilang berada di atas lutut. Gerakan ini
melambangkan sikap sopan santun dan kerapian.

4. Jong Simppuh

Sumber:
elib.unikom.ac.id
Jong Simmpuh adalah gerakan duduk dengan kaki bersimpuh dan posisi badan
tegap hendak merunduk (bersimpuh). Gerakan ini melambangkan penghormatan
kepada tamu agung.

Alat Musik Pengiring

Sum
ber: rebana.net
Alat musik pengiring dari Tari Sembah adalah alat musik tabuh seperti Tallo
Ballak dan Tallo Lunik, Canang, Gendang, Gujih Gung, Kulintang. Tallo Balak
adalah gong atau kempul besar. Tallo Lunik adalah gong atau kempul kecil.
Tempo yang digunakan dalam memainkan alat musik ini ada yang cepat (gupek)
dan yang lambat (tarei). Tallo balak instrumennya berjumlah 19 buah, dimana
para penayakan (penabuh) berjumlah 12 orang.

 (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Busana Dan Properti

Sumber: elib.unikom.ac.id
Busana dan properti yang digunakan pada Tari Sembah memiliki makna berupa
kesucian, keanggunan dan lemah lembut perangai wanita Lampung. Berikut
penjelasan detailnya:

A. Bagian Kepala

Pada bagian kepala terdapat aksesoris dan properti seperti gaharu kembang
goyang, ikat kepala, sanggul belatung tebak, siger dan subang giwir.

1. Gaharu Kembang Goyang

Sumber: elib.unikom.ac.id
Gaharu kembang goyang merupakan aksesoris yang dibuat dengan
menggunakan bahan dari kuningan yang dipasang pada sanggul.

2. Ikat Kepala
Sumber: elib.unikom.ac.id
Ikat kepala berfungsi sebagai penekan kepala yang terbuat dari kain berwarna
merah dengan hiasan bunga dan pada bagian bawahnya terdapat ornamen daun
dengan warna keemasan dari kuningan.

3. Sanggul Belatung Tebak


Sumber: elib.unikom.ac.id
Pada tari sembah, Sanggul belatung tebak digunakan beserta dengan hiasan
rangkaian kembang bunga melati (bunga melur).

4. Siger
Sumber: elib.unikom.ac.id
Siger adalah mahkota khas adat Lampung yang dikenakan oleh pengantin
wanita, namun juga dikenakan oleh para penari tari sembah. Mahkota ini
berbentuk segitiga dengan tujuh ataupun sembilan lekukan berwarna keemasan
yang dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan dan pada puncak
lekukan terdapat ornamen bunga.

5. Subang Giwir
Sumber: elib.unikom.ac.id
Subang Giwir atau giwang atau lebih dikenal dengan sebutan anting-anting
adalah aksesoris yang dikenakan pada telinga penari. Sepasang anting tersebut
dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan menyerupai bentuk mahkota
siger minimalis.

B. Bagian Badan
Pada bagian badan menggunakan 2 busana utama (tapis pucuk rebung dan
sesapur), 7 aksesoris (selendang tapis, bebe usus ayam, bulu seratte, buah
jukum, papan jajar, 4 jenis gelang dan tanggai) dan 1 properti (tapak).

1. Tapis Pucuk Rebung

Sumber: id.wikipedia.org
Tapis Pucuk Rebung adalah kain tenun tradisional berbahan dasar katun dengan
sulaman dari benang emas dengan motif pucuk rebung (tumpal) dan kain ini
digunakan sebagai busana bagian bawah para penari. Bagi masyarakat Lampung,
kain tapis adalah kain ibu, dimana kain tersebut melukiskan perangai lemah
lembut dan lambang dari hati dari seorang ibu yang suci.
2. Sesapur

Sumber: elib.unikom.ac.id
Sesapur adalah baju kurung berwarna putih berlengan pendek (ada pula
berlengan panjang) namun tidak berangkai pada setiap sisinya yang digunakan
sebagai baju atasan. Pada bagian bawah baju ini terdapat ornamen berupa
rumbai dengan gantungan koin berwarna emas (rumbai ringgit).

3. Selendang Tapis
Sumber: tokopedia.com
Selendang Tapis terbuat dari kain tenunan dengan sulaman benang kuning
keemasan dengan warna yang paling dominan digunakan seperti hitam dan
merah.

4. Bebe Usus Ayam


Sumber: elib.unikom.ac.id
Bebe Usus Ayam adalah penutup dada berwarna putih yang terbuat dari sulaman
usus dari kain satin dengan motif menyerupai bunga teratai.

5. Bulu Seratte
Sumber: elib.unikom.ac.id
Bulu Seratte atau sering disebut sebagai pending (bebadang) merupakan sabuk
(ikat pinggang) dari kain beludru yang dilapisi kain merah dengan hiasan bunga
yang terbuat dari bahan kuningan.

6. Buah Jukum
Sumber: tokopedia.com
Kalung buah jukum termasuk kalung yang cukup panjang, dikenakan dengan
cara melingkarkan kalung tersebut dari bagian bahu, perut dan hingga ke bagian
belakang. Bentuk kalung ini menyerupai buah jukum yang terbuat dari biji-biji
kecil dan bergerigi dari bahan kuningan, yang dirangkai dengan potongan kain
kecil menggunakan benang.
7. Papan Jajar

Sumber: pinterest.com
Papan jajar atau Mulan  Tamanggal adalah ornamen yang digunakan pada leher,
seperti kalung namun panjangnya menutupi dada, berbentuk seperti perahu
yang dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan. Papan Jajar dapat
disebut sebagai kalung adat Lampung, bisa digunakan untuk pria dan wanita.

8. Gelang
Sumber: indonesiakaya.com
Pada Tari Sembah menggunakan empat gelang yaitu gelang burung, gelang
kano, gelang khui dan gelang pipih. Gelang burung dikenakan pada kedua
lengan (di bawah bahu, pada lengan kanan dan kiri). Seperti namanya, gelang
burung bentuknya mirip burung lengkap dengan sayap dan ekornya yang dibuat
dengan menggunakan bahan dari kuningan. Bagian atasnya direkatkan kain
bertekstur halus dengan lubang-lubang kecil (bebe), kain tersebut digunakan
untuk mengikat gelang burung pada lengan.
Sumber: pinterest.com
Gelang kano dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan yang telah
diukir dan dikenakan pada kedua pergelangan tangan.

Sumber: elib.unikom.ac.id
Pada gelang pipih dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan yang telah
diukir dengan bentuk pipih disertai rantai kecil dan dikenakan pada kedua
pergelangan tangan.
Sumber: elib.unikom.ac.id
Sedangkan gelang khui dibuat dengan menggunakan bahan dari kuningan
dengan bentuk duri dan dikenakan pada kedua pergelangan tangan. Pada
penggunaan gelangnya, susunannya diawali oleh gelang pipih, kemudian gelang
khui pada posisi tengah dan terakhir gelang kano.
9. Tanggai

Sumber: elib.unikom.ac.id
Tanggai merupakan ornamen yang digunakan pada jari yang berbentuk seperti
kuku imitasi dengan warna emas yang terbuat dari bahan kuningan.
10. Tepak

Sumber: elib.unikom.ac.id
Tepak adalah wadah berbentuk kotak dari bahan kuningan guna menempatkan
sekapur sirih dan perlengkapan menginang. Tepak beserta isinya diyakini dapat
menangkal hal-hal negatif yang dapat mengganggu kelancaran acara yang
sedang digelar (penolak bala).

Seiring dengan perkembangan zaman, tepak kini dihias agar hingga tampak
menarik dan isinya pun tak hanya sekapur sirih dan perkinangan tetapi ada juga
yang berisi coklat, permen atau barang lainnya, tergantung acara apa yang
sedang digelar.

Indonesia dikenal dengan kekayaan ragam budayanya, sudah sepantasnya kita


ikut serta dalam mentradisikan budaya di daerah tempat kita bernaung.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Tari Sembah merupakan tari penyambutan pihak besan laki-laki pada upacara
pernikahan yang mulai muncul di Desa Lubuk Empelas Kabupaten Muara Enim
Sumatera Selatan pada tahun 1956 oleh M. Natar.Ketika tahun 1989 tari Sembah
berubah fungsi sebagai tari penyambutan tamu agung.

2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Sran untuk penulisan selanjutnya adalah lebih
banyak lagi menggunakan referensi dari jurnal atau textbook dan juga kelengkapan
makalah lebih ditekankan lagi.

Anda mungkin juga menyukai