NIM : 042154668
JURUSAN : S1 HUKUM
Tugas.1
Kasus Peristiwa.
Salah satu wartawan yang dianiaya, Array Argus dari Tribun Medan,
mengatakan, kejadian itu berlangsung ketika ia sedang mewawancarai seorang
ibu yang anaknya disekap oleh oknum TNIAU.
"Sekitar pukul 4 sore tadi (kemarin), aku lagi wawancara dengan ibu-ibu
warga Jalan Pipa Dua. Anaknya Yogi umur 12 tahun disekap. Tiba-tiba
kutengok ada 3 truk TNI masuk, mereka bawa tameng, pentungan dan besi-
besi," ujar Array seperti dikutip dari Tribunnews, Selasa (16/8/2016).
Menurut Array, oknum TNI AU itu langsung turun dari truk dan memukuli
rumah warga di kawasan Simpang Teratai. Oknum itu kemudian
mendatanginya dan bertanya.
Array mengingat tiga nama TNI AU yang menganiayanya. Ada tentara lain yang
melakukan kekerasan serupa, tetapi ia tidak hapal nama mereka.
Setelah itu, Teddy memboncengkan Array dan mereka berusaha keluar dari
lokasi dengan menggunakan sepeda motor.
"Tapi di tengah jalan, ada pos penjagaan lagi. Kami dihalau-halau, ada yang
narik lagi, mau dipukuli lagi. Tapi Teddy langsung tancap gas," ujarnya.
Setelah itu Array dan Teddy sampai ke lokasi yang lebih aman di sekitar CBD
Polonia. Di situlah beberapa wartawan berkumpul.
Selain Array, Andri Safrin wartawan MNC TV juga menjadi korban kebrutalan
oknum TNI AU. Hingga saat ini Safrin masih menjalani perawatan di RS Mitra
Sejati.
Andri menuturkan, saat ia dipukuli, anggota TNI AU juga mengambil telepon
seluler dan dompetnya. Kamera yang dibawanya pun dihancurkan.
"Pas lagi meliput, aku dicekik, langsung dipukuli pakai pentungan dan kayu.
Handphone dan kamera aku pun direbut dirusak. Bahkan dompet aku
direbut, diambil sama mereka," katanya.
Andri juga diseret dipukul dengan kayu. Ia sudah mengaku sebagai wartawan,
tetapi pengeroyoknya tidak peduli.
"Sebenarnya tadi pagi saya juga sudah jumpa Array dan Teddy, makanya saya
enggak menduga kalau yang jadi korban itu Array," ujarnya.
Selain menganiaya wartawan, oknum TNI AU juga memukuli warga, baik ibu-
ibu maupun anak-anak.
Kekerasan terjadi setelah warga yang melakukan unjuk rasa membakar ban.
Anggota TNI AU terlihat mulai bringas dan belasan anggota TNI AU menyerbu
warga yang tengah nongkrong di sekitar lokasi.
"Semua dihajar. Anak-anak pun yang ada di lokasi dimaki-maki, ada juga
yang ditokok (dijitak) kepalanya," kata Andi.
Selain warga pendemo, masyarakat yang melintas juga tidak lepas dari
amukan anggota TNI AU tersebut. Warga yang hendak melintas diusir, bahkan
ada yang helmnya dipukul dengan tongkat.
http://regional.kompas.com/read/2016/08/16/13511131/
kronologi.kekerasan.oknum.tni.au.terhadap.wartawan.dan.warga.di.medan?
page=all
Terlebih apabila sikap anggota TNI bertentangan dengan tugas pokok TNI
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU TNI yang menyatakan bahwa :
“Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.”
a. Prajurit;
b. yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan Prajurit;
c. anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang
dipersamakan atau dianggap sebagai Prajurit berdasarkan undang-
undang;
d. seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, huruf b, dan
huruf c tetapi atas keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri
Kehakiman harus diadili oleh suatu Pengadilan dalam lingkungan
peradilan militer.”
Pasal 1 angka (13) UU TNI menyatakan bahwa prajurit adalah anggota TNI.
Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di atas, setiap anggota TNI yang sedang bertugas atau tidak, yang melakukan
tindak pidana diadili di pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.
Secara khusus, aturan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota TNI
tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM).
Namun demikian, pada praktiknya ketentuan yang digunakan bagi anggota
TNI yang melakukan tindak pidana selama dikategorikan sebagai tindak
pidana umum, tetap menggunakan aturan yang terdapat dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (“KUHP”) akan tetapi tetap diadili di Pengadilan Militer.
Dalam hal ini, anggota TNI yang melakukan pemukulan terhadap warga dapat
dikenakan Pasal 351 ayat (1), ayat (2), atau ayat (3) KUHP yang menyatakan
sebagai berikut :
Dasar Hukum:
JAWABAN :
Secara khusus, aturan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota TNI
tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM).
Namun demikian, pada praktiknya ketentuan yang digunakan bagi anggota
TNI yang melakukan tindak pidana selama dikategorikan sebagai tindak
pidana umum, tetap menggunakan aturan yang terdapat dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (“KUHP”) akan tetapi tetap diadili di Pengadilan Militer.
Dalam hal ini, anggota TNI yang melakukan pemukulan terhadap warga dapat
dikenakan Pasal 351 ayat (1), ayat (2), atau ayat (3) KUHP yang menyatakan
sebagai berikut :
Dasar Hukum: