Anda di halaman 1dari 5

NAMA : HILMAN RUHIAT

NIM : 042154668
JURUSAN : S1 HUKUM

Tugas.1
Kasus Peristiwa.

- Wartawan korban penganiayaan oknum TNI Angkatan Udara Medan saat


unjuk rasa warga Sarirejo, Senin (15/8/2016), menuturkan bahwa oknum itu
menganiayanya secara membabi buta.

Salah satu wartawan yang dianiaya, Array Argus dari Tribun Medan,
mengatakan, kejadian itu berlangsung ketika ia sedang mewawancarai seorang
ibu yang anaknya disekap oleh oknum TNIAU.

"Sekitar pukul 4 sore tadi (kemarin), aku lagi wawancara dengan ibu-ibu
warga Jalan Pipa Dua. Anaknya Yogi umur 12 tahun disekap. Tiba-tiba
kutengok ada 3 truk TNI masuk, mereka bawa tameng, pentungan dan besi-
besi," ujar Array seperti dikutip dari Tribunnews, Selasa (16/8/2016).

Menurut Array, oknum TNI AU itu langsung turun dari truk dan memukuli
rumah warga di kawasan Simpang Teratai. Oknum itu kemudian
mendatanginya dan bertanya.

Array mengingat tiga nama TNI AU yang menganiayanya. Ada tentara lain yang
melakukan kekerasan serupa, tetapi ia tidak hapal nama mereka.

Tak lama kemudian, datanglah Teddy rekan sesama wartawan menghampiri


Array. Teddy meminta agar Array dilepaskan.

Setelah itu, Teddy memboncengkan Array dan mereka berusaha keluar dari
lokasi dengan menggunakan sepeda motor.

"Tapi di tengah jalan, ada pos penjagaan lagi. Kami dihalau-halau, ada yang
narik lagi, mau dipukuli lagi. Tapi Teddy langsung tancap gas," ujarnya.

Setelah itu Array dan Teddy sampai ke lokasi yang lebih aman di sekitar CBD
Polonia. Di situlah beberapa wartawan berkumpul.

Selain Array, Andri Safrin wartawan MNC TV juga menjadi korban kebrutalan
oknum TNI AU. Hingga saat ini Safrin masih menjalani perawatan di RS Mitra
Sejati.
Andri menuturkan, saat ia dipukuli, anggota TNI AU juga mengambil telepon
seluler dan dompetnya. Kamera yang dibawanya pun dihancurkan.

"Pas lagi meliput, aku dicekik, langsung dipukuli pakai pentungan dan kayu.
Handphone dan kamera aku pun direbut dirusak. Bahkan dompet aku
direbut, diambil sama mereka," katanya.

Andri juga diseret dipukul dengan kayu. Ia sudah mengaku sebagai wartawan,
tetapi pengeroyoknya tidak peduli.

Secara terpisah, Kepala Penerangan TNU AU Lanud Suwondo Mayor Jhoni


Tarigan mengatakan tidak menduga kasus penganiayaan ini bisa terjadi.

"Sebenarnya tadi pagi saya juga sudah jumpa Array dan Teddy, makanya saya
enggak menduga kalau yang jadi korban itu Array," ujarnya.

Selain menganiaya wartawan, oknum TNI AU juga memukuli warga, baik ibu-
ibu maupun anak-anak.

Kekerasan terjadi setelah warga yang melakukan unjuk rasa membakar ban.
Anggota TNI AU terlihat mulai bringas dan belasan anggota TNI AU menyerbu
warga yang tengah nongkrong di sekitar lokasi.

"Semua dihajar. Anak-anak pun yang ada di lokasi dimaki-maki, ada juga
yang ditokok (dijitak) kepalanya," kata Andi.

Selain warga pendemo, masyarakat yang melintas juga tidak lepas dari
amukan anggota TNI AU tersebut. Warga yang hendak melintas diusir, bahkan
ada yang helmnya dipukul dengan tongkat.

http://regional.kompas.com/read/2016/08/16/13511131/
kronologi.kekerasan.oknum.tni.au.terhadap.wartawan.dan.warga.di.medan?
page=all

Disclaimer: Penggunaan kasus peristiwa di atas sebagai bahan soal


penugasan kajian adalah dimaksudkan hanya semata-mata untuk maksud
pendidikan dalam kelas Tuton ini.

Anda diminta untuk menganalisa kasus di atas dengan mengacu pada


pertanyaan berikut:

1. Dalam Kasus tersebut, oknum militer akan dikenakan dasar hukum


yang mana sebutkan dan jelaskan?
JAWABAN :
Dalam ketentuan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
(“UU TNI”), tidak dibatasi apakah anggota TNI tersebut sedang menjalankan
tugas atau tidak, sedang menggunakan seragam atau tidak, sehingga dapat
diartikan bahwa sekalipun anggota TNI tersebut tidak dalam menjalankan
tugas ataupun tidak menggunakan seragam, tetap wajib untuk mematuhi
ketentuan mengenai TNI.

Terlebih apabila sikap anggota TNI bertentangan dengan tugas pokok TNI
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU TNI yang menyatakan bahwa :
“Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.”

Kemudian, mengenai tindakan pemukulan yang dilakukan terhadap warga


yang dilakukan oleh anggota TNI, terhadap hal ini masih menjadi
perbincangan di kalangan umum apakah akan diproses di peradilan umum
atau peradilan militer, terkait dengan kemampuan dan independensi kedua
peradilan tersebut dalam menangani perkara ketika anggota TNI menjadi
tersangka atas suatu tindak pidana. Namun demikian, pada dasarnya hal ini
telah ditentukan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU No. 31 Tahun
1997 tentang Peradilan Militer sebagai berikut :

“Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer berwenang:

1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada


waktu melakukan tindak pidana adalah:

a. Prajurit;
b. yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan Prajurit;
c. anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang
dipersamakan atau dianggap sebagai Prajurit berdasarkan undang-
undang;
d. seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, huruf b, dan
huruf c tetapi atas keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri
Kehakiman harus diadili oleh suatu Pengadilan dalam lingkungan
peradilan militer.”

Pasal 1 angka (13) UU TNI menyatakan bahwa prajurit adalah anggota TNI.
Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di atas, setiap anggota TNI yang sedang bertugas atau tidak, yang melakukan
tindak pidana diadili di pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.
Secara khusus, aturan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota TNI
tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM).
Namun demikian, pada praktiknya ketentuan yang digunakan bagi anggota
TNI yang melakukan tindak pidana selama dikategorikan sebagai tindak
pidana umum, tetap menggunakan aturan yang terdapat dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (“KUHP”) akan tetapi tetap diadili di Pengadilan Militer.
Dalam hal ini, anggota TNI yang melakukan pemukulan terhadap warga dapat
dikenakan Pasal 351 ayat (1), ayat (2), atau ayat (3) KUHP yang menyatakan
sebagai berikut :

a. Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua


tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima
ratus rupiah.
b. Jika perbuatan itu berakibat luka berat, yang bersalah dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya lima tahun.
c. Jika perbuatan tersebut menyebabkan matinya orang, maka yang
bersalah dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.”

Jika unsur-unsur dalam tindak pidana mengenai penganiayaan ataupun


tindak pidana lainnya yang dilakukan oleh anggota TNI, diharapkan didapati
putusan pengadilan militer maupun peradilan umum yang memenuhi keadilan
dan kepastian hukum bagi pelaku, korban, ataupun bagi penegakan hukum
itu sendiri.

Dasar Hukum:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht,


Staatsblad 1915 No. 73)
2. Undang-Undang No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer
3. Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

2. Apabila ditinjau dari ilmu perundang-undangan, posisi dasar hukum


tersebut masuk dalam ketentuan khusus atau umum?

JAWABAN :

Khusus dan Umum

Secara khusus, aturan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota TNI
tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM).
Namun demikian, pada praktiknya ketentuan yang digunakan bagi anggota
TNI yang melakukan tindak pidana selama dikategorikan sebagai tindak
pidana umum, tetap menggunakan aturan yang terdapat dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (“KUHP”) akan tetapi tetap diadili di Pengadilan Militer.
Dalam hal ini, anggota TNI yang melakukan pemukulan terhadap warga dapat
dikenakan Pasal 351 ayat (1), ayat (2), atau ayat (3) KUHP yang menyatakan
sebagai berikut :

1. Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua


tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima
ratus rupiah.
2. Jika perbuatan itu berakibat luka berat, yang bersalah dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya lima tahun.
3. Jika perbuatan tersebut menyebabkan matinya orang, maka yang
bersalah dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.”

Jika unsur-unsur dalam tindak pidana mengenai penganiayaan ataupun


tindak pidana lainnya yang dilakukan oleh anggota TNI, diharapkan didapati
putusan pengadilan militer maupun peradilan umum yang memenuhi keadilan
dan kepastian hukum bagi pelaku, korban, ataupun bagi penegakan hukum
itu sendiri.

3. Apabila ditinjau dari ilmu perundang-undangan, posisi dasar


hukumnya menggunakan asas ilmu perundang-undangan yang
mana?
JAWABAN :

Dasar Hukum:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht,


Staatsblad 1915 No. 73)
2. Undang-Undang No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer
3. Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai