Anda di halaman 1dari 6

Bab V

Kesimpulan, Saran, Refleksi Teologi dan Rekomendasi bagi Penelitian

Selanjutnya

Berdasar pada hasil penelitian, tinjauan ekoteologis dan analisa yang dilakukan

terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes tentang Pengaruh Revolusi Hijau

dalam Bertani, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

5.1.1. Kesadaran Ekologi

Masuknya gerakan revolusi hijau dalam kehidupan masyarakat tani di desa

Kotabes mempengaruhi pola bertani masyarakat dari pola tradisional menjadi

lebih modern. Tidak salah ketika masyarakat mau berubah dan mengikuti

perkembangan zaman, namun harus mempertimbangkan untung dan ruginya,

bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk alam atau sebaliknya hanya untuk

dirinya sendiri. Masyarakat desa Kotabes tidak sadar bahwa pola dan perilaku

bertani yang dilakukan ternyata mendatangkan kerugian dan kerusakan bagi

dirinya dan terkhusus lingkungan. Paham antroposentris yang masih

memusatkan diri dan pikiran pada manusia, menjadi satu dari sebagian besar akar

dari krisis lingkungan. Sebaliknya pemusatan pada ekosentris mulai lebih

dikembangkan dengan dasar pikiran bahwa semua yang ada di dalam lingkungan

baik itu benda mati maupun hidup mendapatkan hak yang sama. Perubahan pola

pikir dan perilaku, sebaiknya diikuti juga dengan pengetahuan yang baik dan

benar, sebab tanpa itu semua maka manusia dapat bertindak tanpa

145
mempertimbangkan pengaruh yang terjadi. Sejak dulu masyarakat tradisional

adalah masyarakat yang ramah dengan lingkungan namun karena faktor

kebutuhan yang sudah sangat banyak sehingga membuat masyarakat harus

beralih menjadi masyarakat yang tidak ramah lingkungan. Pertanian organik

adalah salah satu cara untuk mengembalikan kegiatan bertani yang ramah akan

lingkungan, hal ini didasarkan pada empat prinsip dasar yang terdapat di dalam

pertanian organik.

Tinjauan ekoteologis bukanlah satu-satunya jalan terakhir dalam menangani

masalah krisis ekologi khususnya dalam bidang pertanian, namun tinjauan

ekoteologi sekiranya mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang

dapat membantu, memunculkan dialektika ataupun diskusi bersama. Program

revolusi hijau nampaknya bertentangan dengan nilai-nilai teologi tentang

bagaimana manusia memperlakukan alam sebagaimana mestinya. Manusia

sebagai makhluk yang bekerja seharusnya tidak saja memfokuskan diri pada

pemenuhan kebutuhan hidup ataupun pencarian keuntungan semata, tetapi juga

mempertimbangkan kegiatan bekerjanya yang mengasihi dan memelihara

lingkungan. Kesadaran ekologi nampaknya harus lebih ditingkatkan oleh

masyarakat desa Kotabes agar ketika masyarakat bertindak harus sesuai dengan

aturan yang ada. Alam semesta, tanah, air, dan udara memang diciptakan untuk

manusia akan tetapi setiap ciptaan memiliki nilai pada dirinya sendiri yang tidak

dapat diganggu gugat oleh ciptaan yang lain dengan tidak bertanggungjawab.

146
Teknologi dan ilmu pengetahuan diciptakan agar dapat membantu manusia

dalam keberlangsungan hidupnya di dunia, namun teknologi dan pengetahuan harus

didasarkan pada nilai-nilai moral dan etika ketika dipergunakan oleh manusia.

Dengan cara seperti itu, maka kehidupan setiap ciptaan baik makhluk biotik dan

abiotik dapat tetap terjaga.

5.1.2. Pandangan Antroposentris

Sebagian masyarakat desa Kotabes masih menganut paham atau pandangan

antroposentris terhadap lingkungan. Hal inilah yang mengakibatkan masyarakat

memperlakukan lingkungan pertanian tidak ramah lingkungan. Sadar tidak sadar

inilah yang terjadi, selain pengetahuan yang kurang, pola pikir dan perilaku yang

berubah karena bertambahnya kebutuhan hidup dan masuknya kehidupan

modern dalam kehidupan masyarakat. Seperti yang telah penulis sebutkan di atas

tentang kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ramah ekologi, perlu

adanya kerja sama antara banyak pihak selain gereja, tetapi juga pemerintah dan

masyarakat itu sendiri.

5.2 Saran

5.2.1. Bagi Masyarakat Tani Desa Kotabes. Kesadaran akan ekologi perlu

ditingkatkan, selain itu mulailah kembali percaya pada kearifan lokal yang

ada, tentang obat kampung yang dapat menyembuhkan penyakit tanaman,

tentang bagaimana bertani yang ramah lingkungan dan lebih mengutamakan

keadilan bagi semua ciptaan. Pengetahuan dan teknologi tidak salah namun

menjadi salah ketika tidak diikuti dengan pemahaman yang baik dari

147
masyarakat, belajar untuk tetap mempertahankan kearifan lokal akan jauh

lebih baik.

5.2.2. Bagi Pemerintah. Pemerintah sebagai bagian integral dari masyarakat

seharusnya memberikan pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat tani

yang berkaitan dengan pertanian ramah lingkungan, pengurangan penggunaan

pupuk kimia, bibit unggul dan pestisida pembasmi hama tanaman. Ikut

mendukung kegiatan yang telah dikeluarkan oleh bupati kupang, tetapi tetap

juga mengevaluasi tujuan dari diberlakukannya program tersebut. Pemerintah

dan masyarakat harus melakukan budidaya bibit-bibit lokal serta lebih

mendukung kearifan-kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Sosialisasi

perlu dilakukan sehingga masyarakat yang kurang memahami akan bahaya

dari penggunaan pupuk kimia, mulai memikirkan cara lain atau paling tidak

mengurangi penggunaan pupuk kimia.

5.2.3. Bagi Gereja. Gereja sebagai perpanjangan tangan Allah sudah

seharusnya hadir dan menjadi garam dan terang dunia dalam kehidupan

masyarakat. Kepedulian terhadap gereja sudah nampak, yakni salah satunya

dengan mengeluarkan program mengenai pendeta suka tani, sebagai bentuk

kepedulian gereja terhadap lingkungan. Namun demikian, hal ini belum

nampak dalam masyarakat desa Kotabes. Pembangunan gereja yang masih

dilakukan membuat program pendeta suka tani belum dapat dijalankan. Selain

itu, bulan-bulan lingkungan hidup seharusnya tidak hanya diperingati dalam

bentuk ibadah maupun pemberitaan Firman Tuhan, tetapi bagaimana aksi

nyata sebagai respon terhadap Firman Tuhan itu dipraktikkan. Gereja harus

148
melihat kearifan lokal yang dimiliki masyarakat tentang hubungannya dengan

alam serta kepercayaan masyarakat lokal tentang alam yang keramat dan

memiliki kekuatan, melihat celah yang ada demi mengembangkan teologi

tentang hubungan manusia dan alam yang lebih baik dan lebih

bertanggungjawab.

5.2.4 Aksi Pastoral. Kesadaran akan pentingnya lingkungan, pada dasarnya

harus dimulai dari diri sendiri. Gerakan-gerakan kecil yang mampu menjadi

contoh harus dimulai dari diri sendri sehingga menjadi contoh bagi orang lain.

Melalui tulisan dan penelitian ini saya berupaya untuk melakukan beberapa

hal sebagai respon nyata melalui tindakan seperti: pertama, mulai bertanam

dari lingkungan rumah, kedua, mulai mengurangi penggunaan pupuk toko dan

pestisida, ketiga, bekerja sama dengan komunitas peduli lingkungan untuk

memberikan sosialisasi dan pendampingan terkait dengan kegiatan bertani

yang ramah lingkungan, dan keempat, membuat bahan refleksi PA terkait

dengan hubungan manusia dan alam sebagai aksi nyata berteologi bagi

jemaat.

5.3 Refleksi Teologi

Melalui tulisan ini, penulis berefleksi bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri di

dalam dunia, hidup saling mengasihi antara semua ciptaan adalah satu-satunya jalan

agar bumi tetap “awet muda.” Allah menciptakan alam semesta ini baik adanya

sebagai respon terhadap kebaikan Allah maka sudah seharusnya manusia hidup

ramah dengan segala ciptaan yang ada.

149
5.4 Rekomendasi

Setiap penelitian tentu saja memiliki kekurangan dikarenakan keterbatasan

waktu, lokasi, informan, dan faktor lainnya. Direkomendasikan untuk penelitian

selanjutnya agar mengembangkan penelitian ini, tidak saja ditinjau dari ekoteologi,

tetapi juga dari perspektif ekofeminisme sehingga memperkaya penelitian

selanjutnya. Selain menggunakan tinjauan ekofeminis, penulis juga berharap agar

penelitian ini semakin disempurnakan dengan kajian-kajian yang membangun

masyarakat seperti ekonomi dan juga pembangunan masyarakat. Penulis juga

berharap bahwa penelitian dapat membantu tidak saja bagi masyarakat tani, tetapi

bagi pemerintah dan gereja.

150

Anda mungkin juga menyukai