Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai mahluk sosial, manusia memerlukan sarana

untuk berkomunikasi. Bahasa adalah sarana yang

memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Tanpa

adanya bahasa untuk komunikasi, seseorang dalam

kehidupan bermasyarakat tidak akan dapat mengerti satu

sama lain, maupun menyampaikan ide atau gagasannya

kepada orang lain.

Pada hakikatnya dalam berkomunikasi terdapat

norma-norma yang harus dipahami dan dipatuhi, salah

satunya adalah norma berbahasa. Dalam berbahasa,

diharuskan untuk selalu memperhatikan situasi serta

kondisi dimana seseorang itu berada. Sebuah tuturan

dianggap baik ataupun tidak bergantung pada pemilihan

atau penggunaan kata itu sendiri. Kesalahan penggunaan

bahasa yang sering kali tidak tepat menyebabkan

kesalahpahaman yang memicu konflik di dalam masyarakat.

Oleh sebab itu, ketika berkomunikasi dan berinteraksi,

hendaknya seseorang memperhatikan norma berbahasa agar

bias mengendalikan diri dalam menggunakan kata-kata

yang sesuai.

1
Bahasa atau kata-kata yang tidak sesuai dengan

norma ataupun ketentuan di dalam masyarakat disebut

dengan istilah taboo atau bahasa tabu. Secara

etimologi, tabu mengacu pada sesuatu yang ‘dilarang’

atau ‘tidak diperbolehkan’ karena hal tersebut dianggap

tidak benar dan dipandang sebagai hal yang buruk,

kasar, menghina, tidak sopan, dan bahkan menyakitkan.

Menurut Wardaugh (1986: 229-230), tabu berkaitan

dengan makna budaya yang dinyatakan dalam bahasa. Kata

tabu adalah suatu cara yang digunakan oleh masyarakat

untuk mengungkapkan suatu tindakan atau kebiasaan yang

dipercaya dapat membahayakan mereka, yang disebabkan

oleh kelakuan atau sikap yang tidak mematuhi aturan

moral. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa digunakan

untuk menghindari mengatakan sesuatu yang dianggap

tidak bermoral dan tidak layak untuk diucapkan dalam

hal-hal tertentu.

Kata tabu yang kerap kali muncul tidak hanya

disebabkan oleh para penutur namun juga dikarenakan

adanya interaksi sosial di masyarakat. Hal tersebut

juga dipengaruhi oleh salah satu atau lebih komponen

tutur, seperti: partisipan atau penutur (siapa yang

berbicara dan kepada siapa penutur berbicara), latar

kejadian atau tempat berlangsungnya (dimana lokasi

mereka berbicara), topik (hal yang sedang mereka

2
bicarakan), serta fungsi (kenapa penutur dan lawan

tutur membicarakan hal itu) (Holmes, 2008: 235).

Beberapa tindakan maupun kebiasaan bersifat tabu

dan dilarang. Namun pada saat ini hal tersebut mulai

hilang karena masyarakat menganggap kata-kata tabu

sebagai bentuk ekspresi dalam berkomunikasi. Hal ini

membuktikan bahwa apa yang ditabukan dahulu, saat ini

menjadi tidak tabu. Penggunaan kata-kata tabu sekarang

sangat sering digunakan dalam percakapan sehari-hari

maupun dalam dialog film.

Tokoh dalam film juga menjadikan kata tabu sebagai

media untuk berkomunikasi dan sebagai bentuk ekspresi

ketika berbicara dengan lawan bicaranya. Dalam dialog

antar tokoh pada sebuah film dapat dilihat penggunaan

kata tabu yang berbeda-beda dalam setiap situasinya.

Salah satu film yang merealisasikan penggunaan kata

tabu yang didukung oleh komponen-komponen tutur adalah

film animasi berjudul Sausage Party.

Film Sausage Party yang dirilis tahun 2016

merupakan film animasi dewasa yang menceritakan tentang

tokoh yang berwujud sosis bernama Frank yang ingin

menemukan kebenaran mengenai tujuan utama dari

keberadaan mereka yang digunakan sebagai makanan. Pada

akhirnya Frank memiliki sebuah misi untuk mengungkap

kebenaran tersebut untuk menghindari kenyataan buruk.

3
Dalam melakukan misinya, Frank tidak luput dari

rintangan-rintangan. Namun, hal-hal tersebut dapat

dilewati karena Frank dibantu oleh teman-temannya dan

juga pacarnya yang bernama Brenda.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik mengkaji

penggunaan kata-kata tabu dan mengkaitkannya dengan

komponen tutur yang digunakan oleh tokoh Frank dan

Douche. Dipilihnya film Sausage Party karena terdapat

banyak kata-kata tabu dan hal-hal yang bersifat vulgar,

sehingga secara tidak langsung memberikan pengaruh dan

memiliki daya tarik tersendiri khususnya bagi sebuah

film animasi yang biasanya diperuntukan bagi anak-anak,

namun justru sama sekali tidak diperkenankan ditonton

oleh anak-anak.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah

dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Jenis kata tabu apa yang terdapat dalam film

Sausage Party?

2. Apa fungsi kata-kata tabu yang terdapat dalam

film Sausage Party?

3. Komponen peristiwa tutur apa saja yang menjadi

faktor pendukung penggunaan kata tabu dalam film

Sausage Party?

1.3 Batasan Masalah

Suatu penelitian dibatasi agar terarah dan tujuan

penelitian dapat tercapai. Penelitian ini dibatasi pada

film Sausage Party yang dirilis pada tanggal 12 Agustus

tahun 2016. Terdapat dua hal yang dianalisis dalam

penelitian ini yaitu dari sisi jenis kata-kata tabu dan

komponen tutur sebagai faktor pendukung terjadinya

bahasa tabu yang digunakan oleh tokoh Frank dan Douche.

Dipilihnya tokoh Frank dan Douche karena mereka adalah

tokoh yang berperan penting dalam film ini. Frank,

sebagai tokoh protagonist yang sekaligus menjadi tokoh

5
utama dan Douche, sebagai tokoh antagonist yang watak

karakternya berlawanan dengan Frank.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran yang

jelas tentang analisis kata tabu pada film Sausage

Party yaitu:

1. untuk menunjukkan jenis kata tabu yang digunakan

tokoh Frank dan Douche dalam film Sausage Party,

dan

2. menunjukkan komponen peristiwa tutur yang

digunakan tokoh Frank dan Douche dalam film

Sausage Party.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi diperlukan dalam melakukan sebuah

penelitian agar penelitian dapat terarah dengan baik.

Berikut adalah komponen-komponen yang termasuk ke dalam

metodologi penelitian yang dibagi menjadi beberapa sub

bab.

1.5.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

6
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang

diamati (Bogdan dan Taylor, 1992: 21-22). Dapat

disimpulkan penelitian ini cenderung menggunakan

analisis dengan pendekatan induktif dan proses makna

lebih ditonjolkan. Data yang dikumpulkan berupa data

verbal yaitu ucapan ataupun perilaku yang memiliki

lebih banyak arti daripada angka ataupun frekuensi.

Dalam penelitian ini tokoh yang diamati dalam film

Sausage Party adalah Frank dan Douche.

1.5.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian

ini adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis

deskriptif menurut Sugiyono (2008: 4) adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsi atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

1.5.3 Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan

yang diucapkan oleh tokoh Frank dan Douche dalam film

animasi dewasa yang berjudul Sausage Party yang dirilis

bulan Agustus pada tahun 2016 yang disutradai oleh Greg

Tiernan dan Conrad Vernon.

7
1.5.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Penulis menggunakan teknik catat dalam melakukan

analisis data. Teknik catat adalah teknik menjaring

data dengan mencatat hasil penyimakan (Kesuma, 2007:

45). Pencatatan dilakukan terhadap kata-kata tabu yang

diucapkan oleh tokoh Frank dan Douche dalam film

Sausage Party.

1.5.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari dokumentasi

dengan cara mengamati dan memilah data. Data diambil dan

dikelompokkan kemudian dikaji secara mendalam

menggunakan teori jenis-jenis tabu oleh Jay (1996) untuk

menjawab rumusan masalah pertama dan dikaitkan dengan

komponen tutur menurut Holmes (2008) untuk menjawab

rumusan masalah kedua.

1.5.6 Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data yang digunakan adalah

mengklasifikasikan kata-kata tabu yang dibuat berupa

diagram yang terdiri atas jenis kata tabu. Lalu

mendeskripsikan jenis kata-kata tabu berupa penjabaran

sesuai konteks yang terdapat pada film. Terakhir

8
mendeskripsikan komponen tutur sebagai faktor

terjadinya kata tabu yang digunakan oleh para tokoh

berupa penjabaran.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik

secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam mengembangkan ilmu sosiolinguistik terutama

mengenai taboo words atau kata tabu. Penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya

mahasiswa Sastra Inggris dalam pemahaman mengenai jenis

tabu dan komponen tutur. Secara praktis, penelitian ini

diharapkan dapat berkontribusi dalam memberi inspirasi

bagi peneliti dalam bidang bahasa, khususnya yang

hendak meneliti di bidang linguistik.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, metodologi

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan. Pada metodologi penelitian dibagi

berdasarkan beberapa subbab yaitu jenis

penelitian, metode penelitian, data dan sumber

9
data, teknik pengumpulan dan pengolahan data,

analisis data, dan teknik penyajian data.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai

teori Jay (1996) yang berhubungan dengan masalah

yang akan dibahas.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan analisis data sesuai dengan

masalah yang diangkat.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan pembahasan terakhir yang

berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil

analisis pada bab III.

SYNOPSIS

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

LAMPIRAN

10

Anda mungkin juga menyukai