Anda di halaman 1dari 4

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Validitas
Validitas penelitian adalah derajat kesesuaian hasil penelitian dengan keadaan
sebenarnya, atau sejauh mana hasil penelitian menggambarkan keadaan yang
sebenarnya. Adapun rumus uji validitas yaitu :

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
n = jumlah responden uji coba
X = skor tiap item
Y = skor seluruh item responden uji coba
Selanjutnya, untuk menguji signifikan hasil korelasi, maka gunakan uji-t. Adapun
kriteria untuk menentukan signifikan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-tabel.
Jika t-hitung > t-tabel, maka dapat kita simpulkan bahwa butir item tersebut valid. Pada
umumnya, rumus untuk mencari t-hitung yaitu :

Adapun langkah-langkah uji validitas menggunakan Microsoft excel yaitu :


 Input data hasil angket instrumen dalam worksheet (lembar kerja)
 Pada kolom paling kanan, jumlahkan skor setiap responden dengan
menggunakan fungsi yang ada diexcel, menggunakan syntax/perintah
[=sum(range cell)].
 Range cell diisi dengan rentang sel mulai dari item soal pertama sampai
dengan item soal terakhir instrumen angket.
 Pada baris paling bawah, untuk setiap kolom item butir soal kita hitung nilai
korelasi pearson dengan fungsi excel yang memiliki syntax [=pearson(array
cell1; array cell2)].
 Array cell1 berisikan rentang sel item soal yang akan dihitung dan array cell2
berisikan rentang sel jumlah skor sebagaimana yang telah dihitung
sebelumnya.
 Pada baris setelah korelasi pearson, cari nilai t-hitung dengan mendefinisikan
sebuah fungsi di excel hasil interpretasi terhadap rumus t, syntax-nya dapat
dituliskan sebagai [=SQRT(n-2)*rxy/SQRT(1-rxy^2)].
 nilai n diisi dengan jumlah responden instrumen angket dan nilai rxy diisi
dengan nilai korelasi yang telah dihitung pada baris sebelumnya.
 Nilai t-tabel dapat kita hitung menggunakan fungsi excel dengan menuliskan
syntax[=tinv(probability;degree of freedom)].
 Probability diisi dengan taraf signifikansi yang kita inginkan, misalnya jika
kita menggunakan alpha=0,05 dengan dua arah, dan degree of freedom diisi
dengan derajat kebebasan yang nilainya =n-2.
 Penentuan signifikansi validitas dapat menggunakan perintah yang kita tulis
pada baris dibawah perhitungan t-hitung yaitu [=IF(p>q;”valid”;”tdk
valid”)].p berisikan nilai t-hitung dan q nilai t-tabel.
 Sebagai pelengkap jika kita ingin menghitung berapa jumlah item yang valid,
kita gunakan rumus dengan perintah [=COUNTIF(range cell3;”valid”)].
 Range cell3 diisi dengan rentang cell yang berisikan hasil penentuan
signifikansi validitas yang dihitung pada baris sebelumnya.

B. Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah untuk melihat apakah suatu rangkaian kuesioner dapat
dipercaya sebagai alat ukur variabel yang ingin diukur oleh peneliti. Kuesioner yang
reliabel tidak bias, dalam arti jika dipergunakan untuk mengukur suatu subjek yang lain
akan memberikan hasil yang kurang lebih sama atau konsisten. Salah satu metode yang
terkenal yaitu uji reliabilitas dengan Cronbach Alpha. Adapun dasar pengambilan
keputusan dalam uji Reliabilitas adalah sebagai berikut : Jika Nilai Cronbach's Alpha >
0.60 maka kuesioner atau angket dinyatakan Reliabel atau Konsisten. Jika
Nilai Cronbach's Alpha < 0.60 maka kuesioner atau angket dinyatakan tidak Reliabel
atau Konsisten. Berikut rumus Cronbach Alpha :

C. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pintar
(berkemampuan rendah). Dalam kegiatan analisis kualitas tes dan butir soal terdapat
manfaat daya pembeda butir soal sebagaimana dikutip berdasarkan pendapat Karjono
Natar berikut ini.
1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan
indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik,
direvisi, atau ditolak.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan
kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami
materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan
kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai
“kemungkinannya” seperti berikut ini: (a) kunci jawaban butir soal itu tidak tepat;
(b) butir soal itu memiliki 2 (dua) atau lebih kunci jawaban yang benar; (c)
kompetensi yang diukur tidak jelas; (d) pengecoh tidak berfungsi; (e) materi yang
ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang menebak; (f) sebagian besar
siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi
dalam butir soalnya. Butir soal tes yang baik juga harus dapat menunjukan daya
pembedanya.

Rumus mencari Daya Beda


   
D = BA - BB / JA - JB
   
Keterangan :  
D : Indeks diskriminasi (Daya Beda)  
JA : Banyaknya peserta kelompok atas  
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah  
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB : Banyajnya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar

D. Distraktor (Pengecoh)
Pola jawaban soal adalah distribusi testee (responden yang sedang mengerjakan
tes) dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola
jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan
jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam
istilah evaluasi disebut Omit (tidak menjawab), disingkat . Menganalisis fungsi
pengecoh (distractor) dikenal dengan istilah menganalisis pola penyebaran jawaban
butir soal pada soal bentuk pilihan ganda.Dari pola penyebaran jawaban butir soal
dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi dengan baik atau tidak. Suatu pengecoh
dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut
tes. Beberapa pertimbangan terhadap analisis pengecoh:
1) diterima, karena sudah baik;
2) ditolak, karena tidak baik;
3) ditulis kembali, karena kurang baik;
4) Sebuah pengecoh dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5%
pengikut tes
E. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempuyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Adapun bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal
disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal
dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Dalam istilah evaluasi, indeks
kesukaran ini diberi simbol (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Dengan
demikian maka soal dengan = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan = 0,20.
Sebaliknya soal dengan = 0,30 lebih sukar daripada soal dengan P = 0,80.
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) soal dengan = kurang dari 0,30 adalah soal terlalu sukar;
2) soal dengan = 0,30 s/d 0,70 adalah soal cukup (sedang);
3) soal dengan = lebih dari 0,70 adalah soal terlalu mudah.
Adapun rumus untuk mencari (proporsi) adalah:

Anda mungkin juga menyukai