Anda di halaman 1dari 50

KAJIAN PELAYANAN

INSTALASI FARMASI
JANUARI-SEPTEMBER 2022

RSUD PASAR REBO


Jl. TB Simatupang No. 30 PasarRebo—Jakarta Timur
2021
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 2


BAB I. LAPORAN SISTEM PELAYANAN FARMASI DAN PENGGUNAAN OBAT ......... 3
A. Supply Chain Management ........................................................................................................... 3
1. Pemilihan ..................................................................................................................................... 3
2. Perencanaan Kebutuhan............................................................................................................... 6
3. Pengadaan ................................................................................................................................. 12
4. Penerimaan ................................................................................................................................ 12
5. Penyimpanan ............................................................................................................................. 13
6. Pendistribusian........................................................................................................................... 15
7. Pemusnahan dan Penarikan ....................................................................................................... 27
B. FARMASI KLINIK.......................................................................................................................... 27
1. Pengkajian dan pelayanan resep................................................................................................. 28
2. Penelusuran riwayat penggunaan Obat dan rekonsiliasi obat ..................................................... 30
3. Pelayanan Informasi Obat........................................................................................................... 31
4. Konseling Obat ........................................................................................................................... 33
5. Visite .......................................................................................................................................... 35
6. Pemantuan Terapi Obat (PTO) .................................................................................................... 35
7. Evaluasi penggunaan obat (epo) ................................................................................................. 37
8. Dispensing Sediaan Steril ............................................................................................................ 38
C. MEDICATION SAFETY .................................................................................................................. 39
1. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) ...................................................................................... 39
2. MEDICATION ERROR ................................................................................................................... 40
D. CAPAIAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN FARMASI ..................................................................... 44
BAB II KESIMPULAN .................................................................................................................. 46
BAB III SARAN ............................................................................................................................. 48
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................ 50

2
BAB I. LAPORAN SISTEM PELAYANAN FARMASI DAN
PENGGUNAAN OBAT

A. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

1. PEMILIHAN

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan


Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi;

b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai yang telah ditetapkan;

c. Pola penyakit;

d. Efektifitas dan keamanan;

e. Pengobatan berbasis bukti;

f. Mutu;

g. Harga; dan

h. Ketersediaan di pasaran.

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium


Nasional dikombinasikan dengan daftar obat yang ada di system E-
Katalog dan kebutuhan obat lain yang diperlukan untuk penunjang
pelayananan kesehatan di rumah sakit. Penyusunan dan revisi
Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan
terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan

3
Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
a. Mengutamakan penggunaan Obat generik;

b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling


menguntungkan penderita;

c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;

d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;

e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;

f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh


pasien;

g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi


berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan

h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.

Formularium Rumah Sakit dilakukan evaluasi terhadap secara


berkala baik dari sisi penggunaan dan persediaan obat. .Selama kurun
waktu di tahun 2022 terdapat penambahan obat baru sebanyak 61
item obat dan yang sudah terealisasi dari sisi pengadaaan sejumlah 8
item obat (13.11%). Dari sejumlah obat baru yang ada di formularium
2022 dilakukan evaluasi terkait penggunaan obat baru 2022 baik dari
sisi jumlah penggunaananya maupun dari sisi monitoring efek
samping obat nya.

4
Bentuk Apr
No Nama Obat Jan Feb Mar
Sediaan

1 Norphagen Injeksi 20 20 33 6

Hyoscinox Inj 0
2 Injeksi 0 0 0
20mg/mL
Velthrom 330
3 Tablet 0 60 240
Tab 5mg
Velthrom Tab 1.995
4 Tablet 0 570 1.650
10mg
Peinlos 1
5 Infus 0 4 2
400mg/4mL

6 Nelandoz Injeksi 0 0 0 0

7 Tiopol Vial 0
0 0 0

8 Orlivell 120 mg Kapsul 0


0 0 0

Bentuk Sept
No Nama Obat Mei Juni Jul Agus
Sediaan

1 Norphagen Injeksi 6 32 66 34 28

Hyoscinox Inj 72
2 Injeksi 2 18 53 61
20mg/mL
Velthrom 548
3 Tablet 210 465 420 630
Tab 5mg
Velthrom Tab
4 Tablet 2.680 2.644 2.640 2.840 3.215
10mg
Peinlos 152
5 Infus 19 18 30 53
400mg/4mL

5
Bentuk Sept
No Nama Obat Mei Juni Jul Agus
Sediaan

6 Nelandoz Injeksi 0 0 0 0 28

7 Tiopol Vial 12
10 4 9 13

8 Orlivell 120 mg Kapsul 320


0 30 150 210

Selama kurun waktu penggunaan obat baru di tahun 2022 tidak


ada pelaporan terjadinya efek samping obat. Sehingga penggunaan
obat baru tersebut dapat dilanjutkan dalam pelayanan farmasi di
RSUD Pasar Rebo.

2. PERENCANAAN KEBUTUHAN

1) Dasar dari perencanaan sediaan obat adalah Formularium Rumah


Sakit dan Formularium Nasional serta daftar yang ada di E-Katalog
Nasional.
2) Metode perencanaan yang digunakan menggunakan metode
konsumsi Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi
sediaan farmasi. menggunakan data dari konsumsi periode
sebelumnya dengan penyesuaian yang dibutuhkan. Perhitungan
dengan metode konsumsi didasarkan atas analisa data konsumsi
sediaan farmasi periode sebelumnya ditambah stok penyangga
(buffer stock), stok waktu tunggu (lead time) dan memperhatikan
sisa stok.
3) Perencanaan obat dan perbekalan farmasi dilakukan untuk 1 tahun
dalam bentuk Rencana Belanja Anggaran (RBA) yang direalisasikan
pada perencanaan setiap bulannya. Pembiayaan dalam pembelian
obat bersumber dari anggaran subsidi APBD dan anggaran BLUD
RSUD Pasar Rebo

6
4) Perencanaan obat dan perbekalan farmasi juga mempertimbangkan
terkait rencana pengembangan dari rumah sakit.
Perencanaan Anggaran Belanja Perbekalan Farmasi Tahun 2022

NO SUMBER KELOMPOK BELANJA JUMLAH Rp


PENGADAAN
1 APBD Bahan Obat Rp. 11.201.651.375

Bahan Medis Habis Pakai Rp. 8.101.921.480

TOTAL APBD Rp. 19.303.572.855

2. BLUD Bahan Obat Rp. 21.891.815.469

Bahan Medis Habis Pakai Rp. 21.548.326.885

Alat Kesehatan Rp. 2.885.289.257

TOTAL BLUD Rp. 46.325.431.611

Evaluasi terkait perencanaan sediaan farmasi dilakukan dengan analisa


Pareto ABC dikaitkan dengan data penggunaan sediaan farmasi dan
persediaan sediaan farmasi. Dari perhitungan persentase sediaan
farmasi yang ada dapat dikelompokan dalam kelompok ABC (Jumlah
Pemakaian dan persediaan).

1) Kelompok A merupakan kelompok yang memiliki Jumlah


pemakaian dan persediaaan kumulatif sebesar 70% dari total
sediaan farmasi yang ada,
2) Kelompok B merupakan kelompok yang memiliki jumlah pemakaian
dan persediaan kumulatif sebesar 20% dari total sediaan farmasi
yang ada,

7
3) kelompok C merupakan kelompok sediaan farmasi yang memiliki
jumlah pemakaian dan persediaan sebesar 10% dari total sediaan
farmasi yang ada.

Evaluasi Pareto ABC terhadap Sediaan Obat

Hasil Pareto ABC sediaan farmasi obat dari sisi jumlah penggunaan
dibandingkan dengan jumlah persediaan sediaan farmasi obat diperoleh
hasil berbanding lurus.

Kategori Jumlah Penggunaan obat Jumlah Persediaan obat


Pareto Jan-Sep Thn 2022 Jan-Sep Thn 2022
Jumlah % Jumlah Jumlah % Jumlah
penggunaan Penggunaan persediaan persediaan
obat obat obat obat

A 6,884,450 70.47% 2,710,736 70.40%


B 1,959,090 20.05% 770,506 20.01%
C 925,957 9.48% 369,178 9.59%
Total 9,769,497 100.00% 3,850,420 100.00%

Kategori Jumlah Penggunaan Jumlah Persediaan obat Jan-


Pareto obat Jan-Sep Thn 2022 Sep Thn 2022

Jumlah item % Jumlah item % Jumlah


obat Jumlah obat item obat
item
obat
A 60 6.34% 42 5.45%
B 91 9.61% 81 10.51%
C 796 84.05% 648 84.05%
Total 947 100.00% 771 100.00%

8
Dari data di atas dapat di simpulkan
a) Kelompok pareto A (Fast moving) merupakan kelompok yang
memiliki Jumlah pemakaian dan persediaaan kumulatif sebesar
±70% dari total sediaan obat yang ada. Dari data diatas diperoleh
data berbanding lurus antara data jumlah pemakaian dan jumlah
persediaan obat di tahun 2022. Jumlah item obat yang masuk
dalam kategori kelompok pareto A (fast moving) hanya sedikit yaitu
kurang dari 7% dari total item obat yang dikelola oleh instalasi
farmasi. Untuk item obat yang masuk dalam kelompok pareto A
(fast moving) perlu dikelola secara maksimal agar tidak terjadi
kekosongan obat dan dicari alternatf sumber pengadaan yang lebih
efisien agar pengelolaan anggaran belanja farmasi nya dapat lebih
efisien.
b) Untuk jenis sediaan farmasi obat yang masuk dalam kategori pareto
A baik dari sisi jumlah persediaan dan jumlah pemakaian ± 90%
mayoritas merupakan sediaan farmasi yang sesuai dengan
Formularium nasional.

Keterangan Jumlah item % Jumlah Jenis % Jumlah Jumlah %


Jenis obat Jumlah Obat Fornas Jenis Obat Jenis Jumlah
Kelompok item Fornas Obat Jenis
Pareto A obat Non Obat
Fornas Fornas
Jumlah 60 6.34% 54 90.00% 6 10.00%
Penggunaan
Jumlah
Persediaan 42 5.45% 40 95.24% 2 4.76%

c) Kelompok pareto C (slow moving) merupakan kelompok yang


memilki jumlah pemakaian dan persediaan kumulatif ± 10% dari
total sediaan obat yang ada. Dari data diperoleh hasil berbanding

9
lurus antara data jumlah pemakaian dan jumlah persediaan obat di
tahun 2022.
d) Jumlah item obat pada kelompok pareto C (slow moving) lebih dari
setengah dari total item obat yang dikelola oleh insalasi famasi yaitu
± 84% dari total item obat yang ada. Ini dapat di simpulkan
sebagian besar item obat yang di kelola merupakan kelompok pareto
C (slow moving) sehingga memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk
menghindari kerugian akibat sediaan farmasi yang kadaluarsa
ataupun rusak dengan cara melakukan monitoring ketat agar
pengadaan yang dilakukan tidak berlebihan dan pengurangan item
sediaan obat yang masuk dalam kategori pareto C (slow moving).
e) Langkah pengurangan item obat yang masuk dalam kelompok pareto
C (slow moving) dilakukan berkoordinasi dengan Panitia Farmasi
Terapi.

Evaluasi Pareto ABC terhadap Sediaan Bahan Medis Habis Pakai

Hasil Pareto ABC sediaan farmasi obat dari sisi jumlah penggunaan
dibandingkan dengan jumlah persediaan sediaan farmasi obat diperoleh
hasil berbanding lurus.

Kategori Jumlah Penggunaan BMHP Jumlah Persediaan BMHP


Pareto Jan-Sep Thn 2022 Jan-Sep Thn 2022

Jumlah % Jumlah Jumlah % Jumlah


penggunaan Penggunaan persediaan persediaan
BMHP BMHP BMHP BMHP
A 1,173,119 70.32% 398,418 69.85%
B 336,055 20.14% 117,234 20.55%
C 159,143 9.54% 54,737 9.60%
Total 1,668,317 100.00% 570,389 100.00%

10
Kategori Jumlah Penggunaan Jumlah Persediaan BMHP
Pareto BMHP Jan-Sep Thn 2022 Jan-Sep Thn 2022

Jumlah item % Jumlah Jumlah % Jumlah


BMHP item BMHP item BMHP item BMHP
A 12 1.59% 9 1.14%
B 25 3.32% 17 2.15%
C 716 95.09% 765 96.71%
Total 753 100.00% 791 100.00%

Dari data di atas dapat di simpulkan


a) Kelompok pareto A (Fast moving) merupakan kelompok yang
memiliki Jumlah pemakaian dan persediaaan kumulatif sebesar
±70% dari total BMHP yang ada. Dari data diatas diperoleh data
berbanding lurus antara data jumlah pemakaian dan jumlah
persediaan BMHP di tahun 2022. Jumlah item BMHP yang masuk
dalam kategori kelompok pareto A (fast moving) hanya sedikit yaitu
kurang dari 2% dari total item BMHP yang dikelola oleh instalasi
farmasi. Untuk item BMHP yang masuk dalam kelompok pareto A
(fast moving) perlu dikelola secara maksimal agar tidak terjadi
kekosongan dan dicari alternatf sumber pengadaan yang lebih efisien
agar pengelolaan anggaran belanja farmasi nya dapat lebih efisien.
b) Kelompok pareto C (slow moving) merupakan kelompok yang
memilki jumlah pemakaian dan persediaan kumulatif ± 10% dari
total sediaan BMHP yang ada. Dari data diperoleh hasil berbanding
lurus antara data jumlah pemakaian dan jumlah persediaan BMHP
di tahun 2022.
c) Jumlah item BMHP pada kelompok pareto C (slow moving) lebih
dari setengah dari total item obat yang dikelola oleh insalasi famasi
yaitu ± 95% dari total item BMHP yang ada. Ini dapat di simpulkan

11
sebagian besar item BMHP yang di kelola merupakan kelompok
pareto C (slow moving) sehingga memerlukan evaluasi lebih lanjut
untuk menghindari kerugian akibat sediaan farmasi yang
kadaluarsa ataupun rusak dengan cara melakukan monitoring
ketat agar pengadaan yang dilakukan tidak berlebihan dan
pengurangan item sediaan BMHP yang masuk dalam kelompok C
dapat dilakukan dengan melakukan penggantian sediaan farmasi
yang sejenis.

3. PENGADAAN

1) Proses pengadaan yang dilakukan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang dapat menjamin pengadaan yang aman,
bermutu, bermanfaat dan berkhasiat. Dapat dilakukan dengan cara
pembeliaan langsung, lelang, melalui obat program pemerintah dan
hibah, dilakukan oleh unit pengadaan di rumah sakit.
2) Proses pengadaan yang dilakukan harus perdasarkan e-purchasing
untuk obat e-katalog, sedangkan untuk obat non e-katalog dapat
dilakukan dengan pembelian langsung atau lelang kepada
pemasok/pedangan besar farmasi berdasarkan perjanjian kerja
sama.
2) Sistem pengadaan untuk mengatasi kekosongan stok karena
keterlambatan pengiriman dari distributor ataupun kekosongan stok
di distributor dengan cara kerjasama dengan RSUD/SKPD lain di
bawah Pemda DKI.

4. PENERIMAAN

Dilakukan oleh tim penerima barang RSUD Pasar Rebo dengan


memperhatikan kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, cara
pengiriman (untuk obat yang termolabil seperti vaksin dan lainnya

12
menggunakan coolbox dengan pemantauan suhu selama
transportasi) dan harga yang tertera di kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Sesuai dengan peraturan
perundangan.

REALISASI PENYERAPAN RBA BLUD JANUARI-SEPTEMBER 2022


BERDASARKAN DATA PENERIMAAN BARANG
NO NAMA JUMLAH ANGGARAN JUMLAH %
ANGGARAN RBA (Rp) PENERIMAAN
BARANG (Rp)
1 Bahan Obat Rp. 21.891.815.469 Rp. 14.599.641.573 66.69%

2 Bahan Medis Rp. 21.548.326.885 Rp. 12.548.326.885 56.46%


Habis Pakai

3 Alat Rp. 2.885.289.257 Rp. 219.746.542 7.62%


Kesehatan

TOTAL Rp. 46.325.431.611 Rp. 26.984.669.054 58.25%

Berdasarkan data rekapitulasi penerimaan sediaan farmasi obat


dan bahan medis habis pakai selama anggaran Januari-September
tahun 2022 diperoleh penyerapan anggaran sebanyak 58.25% dari
total anggaran yang ada di tahun 2022.

5. PENYIMPANAN

1) Pengelolaan dan tempat penyimpanan sediaan farmasi, alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai di supervisi secara berkala
oleh Apoteker untuk memastikan pengelolaan penyimpanan sediaan
farmasi sesuai dengan peraturan perundang undangan.

13
2) Permasalahan yang ditemukan pada penyimpan perbekalan farmasi
antara lain kapasitas gudang yang kecil mempertimbangkan jumlah
inventori yang disimpan cukup besar. Tempat penyimpanan sediaan
farmasi yang ada tersebar di beberapa tempat sehingga memerlukan
pengelolaan pemantauan lebih ekstra.
3) Penyimpanan untuk sediaan farmasi yang memerlukan penanganan
khusus antara lain penyimpanan B3 perlu dilakukan di ruang
terpisah dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan
berbahaya dan terpisah dengan ruang penyimpanan obat lain serta
dilengkapi dengan APK. Saat ini yang berjalan penyimpanan B3
belum dalam ruang tahan api, tetapi sudah di pisahkan dari
penyimpanan perbekalan farmasi yang lain dan dilengkapi dengan
APK, Spil kit, dan Eye wash
4) Penyimpanan Gas medis memerlukan ruangan yang terpisah dari
penyimpanan sediaan farmasi yang lain dan diberikan penandaan
khusus. Penyimpanan gas medis disimpan dengan posisi berdiri,
terikat dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan
pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Saat ini
belum tersedia ruangan penyimpanan gas medis khusus.
5) Penyimpanan sediaan farmasi narkotika dan psikotropika
memerlukan fasilitas penyimpanan yang sesuai standar antara lain
tempat penyimpanan yang berbahan material kuat, double door dan
tertanam di dinding agar keamanannya terjamin. Penyimpanan
yang ada saat ini masih belum memenuhi persyaratan yang ada
sehingga memerlukan perbaikan dari sisi sarana penyimpanan yang
ada.

Hasil stok opname persediaan di akhir bulan September tahun 2022


sebesar Rp. 15.716.744.336

14
6. PENDISTRIBUSIAN

1) System distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk


dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektifitas sumber daya yang ada, sistem distribusi di RSUD Pasar
Rebo berdasarkan floor stock, resep perorangan, daily dose dan
sistem kombinasi.
2) Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai untuk kebutuhan ruang layanan dan depo farmasi mengikuti
jadwal permintaan dan alur permintaan yang sudah ditetapkan
sesuai dengan SPO yang berlaku.
Jumlah Lembar resep pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap Januari-
September Tahun 2022

Lembar Resep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept

Rawat Jalan 15,406 13,613 15,297 14,231 14,608 16,181 16,548 17,792 18,093

Rawat Jalan 12,434 10,559 12,871 11,496 12,249 13,434 13,012 13,535 14,555

Data Jumlah Resep Rawat Jalan Januari – September Tahun 2022

Jumlah Resep Rawat Jalan


Jumlah Resep Rawat Jalan

17,792 18,093
15,406 15,927 16,181 16,548
13,613 14,231 14,608

15
Data Jumlah Resep Rawat Inap Januari-September 2022

Jumlah Resep Rawat Inap


Jumlah Resep Rawat Inap

14,555
12,871 13,434 13,012 13,535
12,434 12,249
11,496
10,559

Penulisan Obat sesuai dengan Formularium Nasional


Target Pencapaian 80%

87.00% 86.30%
85.90% 85.90%
86.00%
85.00% 84.40%
84.00%
84.00%
82.68%
83.00% 82.00%
82.00% 81.40% 81.54%
81.00%
80.00%
79.00%
78.00%

% kesesuaian penggunaan obat sesuai dengan formularium nasional

16
Daftar Penggunaan Obat Non Formularium Rumah Sakit Thn 2022

No Nama Obat Sediaan Indikasi


1 ACETRAM TABLET CAP/TAB Analgesik
2 ACETYLCISTEINE INFUS 200MG/ML AMP/VIAL Mukolitik
3 ACYCLOVIR CREAM 5 GR TOPIKAL-TUBE Antivirus Topikal
4 AMBROXOL 30MG CAP/TAB Mukolitik
5 AMBROXOL SYR SIRUP-FLASK Mukolitik
6 AMINORAL* CAP/TAB Multivitamin
7 ANALTRAM TAB CAP/TAB Analgesik
8 ANBACIM INJ AMP/VIAL Antimikroba
9 ANGIOTEN 50 MG TAB CAP/TAB Antihipertensi
10 ANTALGIN TAB 500 MG CAP/TAB Analgesik
11 ANTIHEMOROID SUPP,AS SUPP-PCS Antihemoroid
12 APIALYST DROP DROP/FLAS Multivitamin
13 APIALYST SYR FLASK Multivitamin
14 ARCOXIA 90MG TAB CAP/TAB Analgesik
15 ARDIUM 500 CAP/TAB Antihemoroid
16 ASTHIN BOND SOFT CAPSUL CAP/TAB Multivitamin
17 ASTHIN FORCE 6 CAP/TAB Multivitamin
18 ATAROC SYRUP SIRUP-FLASK Antiasma
19 AVIGAN 200MG TAB CAP/TAB Obat Covid
20 BIOPLACENTON JELLY TOPIKAL-TUBE Luka Bakar
21 BISOLVON DROP SIRUP-FLASK Mukolitik
22 BNS SPRAY DROP/FLAS Cuci Hidung
23 BOOSTRIX 0.5ML PFS BOX Vaksin difteri, tetanus
dan pertusis
24 BRAXIDIN TAB CAP/TAB Antispasmodik
25 CAL-95 TAB CAP/TAB Multivitamin
26 CATAFLAM 25 MG TAB CAP/TAB Analgesik

17
No Nama Obat Sediaan Indikasi
27 CATAFLAM 50 MG TAB CAP/TAB Analgesik
28 CATAFLAM FAST 50 MG ORAL SACHET Analgesik
29 CAVIT D3 TAB # CAP/TAB Multivitamin
30 CELEBREX 100 MG CAP/TAB Analgesik
31 CELEBREX 200 MG CAP/TAB Analgesik
32 CENDO CATARLENT 15 ML TOPIKAL-TUBE Mata Katarak
33 CENDO CENFRESH ED AMP/VIAL Mata Kering
34 CENDO LYTEERS *** TOPIKAL-PCS Mata Kering
35 CENDO XITROL SALEP MATA TOPIKAL-PCS Antimikroba
36 CENDO XITROL TETES MATA TOPIKAL-PCS Antimikroba
37 CENFRESH MD ( ISI 5 ) TOPIKAL-STRIP Mata Kering
38 CETIRIZINE DROP DROP/FLAS Antialergi
39 CIPRALEX 10MG TAB CAP/TAB Antidepresan
40 CITICOLINE INJ 500MG/4ML AMP/VIAL Suplemen
41 CITICOLINE INJ 125MG/ ML AMP/VIAL Suplemen
42 CITICOLINE TAB 500MG CAP/TAB Suplemen
43 CLANEKSI 500MG CAP CAP/TAB Antimikroba
44 CLANEKSI DRY SYR** SIRUP-FLASK Antimikroba
45 CLANEKSI FORTE SYR** FLASK Antimikroba
46 CO AMOXYCLAV 625 MG TAB Antimikroba
47 CODIPRON CUM EXP CAP CAP/TAB Analgesik
(TUNAI)****
48 CODIPRON CUM EXP SYR**** SIRUP-FLASK Mukolitik
49 COMTUSI 100ML SYRUP (TUNAI) SIRUP-FLASK Mukolitik
50 CROME 50MG INJ AMP/VIAL Hemostatik
51 CURCUMA 200 MG TAB CAP/TAB Multivitamin
52 CURVIT CL SYR 175ML SIRUP-FLASK Multivitamin
53 DERMACOID CREAM TOPIKAL-TUBE Antiinflamasi,
Antialergi
54 DESOLEX CREAM 0,05 % TOPIKAL-TUBE Antiinflamasi,

18
No Nama Obat Sediaan Indikasi
Antipruritik
55 DEXKETOPROFEN INJ AMP/VIAL Analgesik
56 DEXKETOPROFEN TAB CAP/TAB Analgesik
57 DIBEKASIN 100 MG INJ AMP/VIAL Antimikroba
58 DOLGESIK 50 MG CAP/TAB Analgesik
59 DUMIN RECTAL TUBE 125MG OTC-TUBE Antipiretik
60 DUMIN RECTAL TUBE 250 MG OTC-TUBE Antipiretik
61 DUVADILAN TAB CAP/TAB Vasodilator
62 ENGERIX B ADULT DOSE VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Difteri, Tetanus,
Pertusis
63 EPERISON HCL 50MG TAB CAP/TAB Relaksan Otot
64 ERICAF 1 MG-TSP CAP/TAB Antimigrain
65 ESILGAN 1 MG TAB CAP/TAB Antiansietas,
Antiinsomnia
66 ETAMBUTOL TAB 500 MG ASK CAP/TAB AntiTBC
67 ETORIX 90 CAP/TAB Analgesik
68 FERRIZ DROP 15ML DROP/FLAS Suplemen Besi
69 FERRIZ SYR 100ML SIRUP-FLASK Suplemen Besi
70 FERRO SULFAT TAB 300 MG CAP/TAB Suplemen Besi
71 FG TROCHES TAB CAP/TAB Antimikroba
72 FIT D3 1000 IU CAP/TAB Vitamin D
73 FITBON PLUS CAP/TAB Multivitamin
74 FITBON TAB CAP/TAB Multivitamin
75 FLEET ENEMA SIRUP-FLASK Laksatif untuk tindakan
Kolonoskopi
76 FLOXA MINIDOSE 0.6 ML TOPIKAL-STRIP Antimikroba
77 FLUNARIZINE 5MG CAP/TAB Antimigrain
78 FOLAMIL GENIO SOFT CAP CAP/TAB Multivitamin
79 FORRES 50 MG TAB CAP/TAB Relaksan Otot
80 FREGO 5 MG CAP CAP/TAB Antimigrain

19
No Nama Obat Sediaan Indikasi
81 FRIGOUT TAB CAP/TAB Antipirai
82 GASTRUL TAB CAP/TAB Tukak Lambung
83 GENTAMYCIN 0,1% SALEP KULIT 5 GR TUBE Antimikroba
84 GENTASOLON CR 5 GR TOPIKAL-TUBE Antimikroba
85 GG 100 MG TAB CAP/TAB Mukolitik
86 GLYCOPHOS 20ML AMP/VIAL Larutan fosfat
87 HAVRIX JUNIOR VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Hepatitis A
88 IMBOOST FORCE SYR 60 ML SIRUP-FLASK Multivitamin
89 IMBOOST FORCE TAB CAP/TAB Multivitamin
90 IMIPENEM + CILASTATIN INJ AMP/VIAL Antimikroba
91 IMOJEV VACCIN 0.5ML VIAL Vaksin Radang Otak
92 IMUNOS SYR DROP/FLAS Multivitamin
93 IMUNOS TAB CAP/TAB Multivitamin
94 INFANRIX HEXA VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Difteri, Tetanus,
Pertusis, Hepatits B,
Poliomielitis
95 INH 300 CAP/TAB AntiTBC
96 ISOPRINOSINE SYR SIRUP-FLASK Antivirus
97 ISOPRINOSINE TAB CAP/TAB Antivirus
98 KALIPAR CAP/TAB Suplemen kalsium
99 KALIUM DIKLOFENAK 50MG** CAP/TAB Analgesik
100 KALMECO 500 UG CAP CAP/TAB Neuropati
101 KALNEX 250 MG CAP-KALB CAP/TAB Antikoagulasi
102 KETOMED SS BOTOL Antijamur Topikal
103 KETOSTERIL CAP CAP/TAB Gangguan gagal Ginjal
104 KETRICIN TAB CAP/TAB Antialergi
105 LAPISIV SYR SIRUP-FLASK Mukolitik
106 LARCE 1000MG INJ VIT C AMP/VIAL Vitamin C
107 LARCE 200MG INJ AMP/VIAL Vitamin C
108 LASAL 100ML EXP SIRUP-FLASK Mukolitik

20
No Nama Obat Sediaan Indikasi
109 L-BIO SACHET SACH Probiotik
110 LEVICA 5MG/ML AMP/VIAL Antianestetik Lokal
111 LEVOFLOXACIN 750MG TAB CAP/TAB Antimikroba
112 LIPROLAC ORAL SACHET Probiotik
113 LIVALO 4MG TAB TAB Antihiperlipidemia
114 LIXIANA 30MG TAB CAP/TAB Antiagregasi Platelet
115 LIXIANA 60MG TAB CAP/TAB Antiagregasi Platelet
116 MALTOFER FOL** CAP/TAB Suplemen Besi
117 MECOBALAMIN 500 MCG CAPS/ CAP/TAB Multivitamin
OXICOBAL
118 MECOBALAMIN INJ 500MG** AMP/VIAL Multivitamin
119 MEIACT 200MG**** CAP/TAB Antimikroba
120 MELOXICAM 15MG TAB CAP/TAB Analgesik
121 MEPTIN MINI TAB 0,025 MG CAP/TAB Antiasma
122 MERSIBION 5000 INJ AMP/VIAL Multivitamin
123 MERSIBION 5000 TAB CAP/TAB Multivitamin
124 MICROGEST 200MG CAP/TAB Kontrasepsi dan
Hormon
125 MICROLAX 5 ML/LAXAREC TOPIKAL-TUBE Laksatif
126 MISOPROSTOL 200 MCG CAP/TAB Tukak Lambung
TAB/GASTRUL
127 MMR II VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Campak,
Gondongan, Rubela
128 MUCOPECT TAB CAP/TAB Mukolitik
129 NATAVIT CAP CAP/TAB Multivitamin
130 NEBACETIN OINT TOPIKAL-TUBE Antimikroba
131 NEUROBION INJ 5000 AMP/VIAL Multivitamin
132 NEVODIO 5MG TAB CAP/TAB Antihipertensi
133 NIPE DROP DROP/FLAS Obat Flu
134 NOROID CREAM 80 ML TOPIKAL-TUBE Pelembab

21
No Nama Obat Sediaan Indikasi
135 NOROID DERMA RASH CR 60 ML TUBE Pelembab
136 NOROID LOTION TOPIKAL-TUBE Pelembab
137 NORPHAGEN INJ AMP Hati Kronis
138 NTG AMP/VIAL Antiangina
139 OBH 100 ML SIRUP-FLASK Mukolitik
140 OCUSON TAB CAP/TAB antiinflamasi,
antialergi, dan
antihistamin
141 ONDANSENTRON INJ 8MG/4ML AMP/VIAL Mukolitik
142 OPTIMAX FOR G CAP CAP/TAB Multivitamin
143 OPTIMAX O3 CAP CAP/TAB Multivitamin
144 OSELTAMIVIR 75MG CAP/TAB Obat Covid
145 OSSOPAN 800 MG CAP/TAB Suplemen kalsium
146 OSSORAL 800MG CAP/TAB Suplemen kalsium
147 OTOPAIN EAR DROP DROP/FLAS Antimikroba
148 PANTOPRAZOLE INJ AMP/VIAL Proton Pump Inhibitor
149 PELASTIN INJ BOTOL-INJ Antimikroba
150 PIRACETAM INJ 3GR AMP/VIAL Analgesik
151 PIRAZINAMIDE 500MG TAB ASK CAP/TAB AntiTBC
152 POLIDEMISIN ED*** TOPIKAL-PCS Antimikroba
153 POLYDEX MINI DOSE EYE DROP TOPIKAL-STRIP Antimikroba
154 PREVENAR PFS 0.5 ML VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Pneumoni
155 PROBIOKID SACH ORAL SACHET Probiotik
156 PROPYRETIC SUPP 160 SUPP-PCS Antipiretik
157 PROPYRETIC SUPP 240 SUPP-PCS Antipiretik
158 PROPYRETIC SUPPO 80MG SUPP-PCS Antipiretik
159 PROTAGENTA MD (EYE DROP) STRIP TOPIKAL-STRIP Air Mata Buatan
160 PROVE D3 DROP CAP/TAB Vitamin D
161 PROVE D3 TAB CAP/TAB Vitamin D
162 RANIVEL SYR SIRUP-FLASK Tukak Lambung

22
No Nama Obat Sediaan Indikasi
163 REBAMIPIDE 100 MG CAP/TAB Tukak Lambung
164 REMCOR INJ AMP/VIAL Obat Covid
165 REMDAC INJ AMP/VIAL Obat Covid
166 RESFAR INF 200MG/ML AMP/VIAL Obat Covid
167 RG CHOLINE TAB CAP/TAB Suplemen
168 RHINOFED SYR SIRUP-FLASK Obat Flu
169 RHINOFED TAB CAP/TAB Obat Flu
170 RHINOS SR CAP/TAB Obat Flu
171 RHINOS JUNIOR SYR 60ML SIRUP-FLASK Obat Flu
172 RIFAMTIBI 600 MG CAP CAP/TAB AntiTBC
173 ROSWIN 20MG TAB TAB Antihiperlipidemia
174 ROTARIX INJ VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Rotavirus
175 SELOXY AA CAP/TAB Multivitamin
176 SURBEX Z CAP/TAB Multivitamin
177 SYNFLORIX VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Pneumoni
178 THECORT CR TOPIKAL-TUBE Antijamur Topikal
179 TIRONEM/ DORIPENEM 500 INJ VIAL Antimikroba
180 TRAMADOL 50MG CAP/TAB Analgesik
CAP/MEDCOTRAM
181 TRAMADOL INJ 50 MG/ML ,2ML** AMP/VIAL Analgesik
182 TRANSPULMIN BB 10 GR TUBE Mukolitik
183 TRANSPULMIN SYR 100 ML SIRUP-FLASK Mukolitik
184 TRIAMSINOLON CAP/TAB Antiradang
185 TYPHIM VI VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Tifoid
186 URISPAS 200MG TAB CAP/TAB Saluran Kemih dan
Prostat
187 UROGETIX CAP/TAB Infeksi saluran kemih
188 VAGISTIN OVULA SUPP-PCS Antimikroba
189 VAKSIN FLUBIO VAKSIN-AMP/VIAL Vaksin Flu
190 VARILRIX INJ 0.5 ML VIAL Vaksin Varisela

23
No Nama Obat Sediaan Indikasi
191 VAXIGRIPTETRA 0.5ML VIAL Vaksin Influenza
Quadrivalent
192 VENOFER INJ*** AMP/VIAL Suplemen Besi
193 VIPALBUMIN CAP/TAB Suplemen Albumin
194 VIT C 1000 MG INJ AMP/VIAL Vitamin C
195 VIT C 500MG TAB CAP/TAB Vitamin C
196 VITROLENTA 5ML TOPIKAL-STRIP Kekeruhan dan
Pendarahan Mata
197 VOTRIENT 200MG CAP/TAB Antikanker
198 ZEGAVIT CAP CAP/TAB Multivitamin

Waktu Tunggu Obat Jadi

Waktu Tunggu Obat Jadi


Standar Pencapaian

60 59
52 55
50 50 51 51 51

30 30 30 30 30 30 30 30 30

24
Waktu tunggu Obat Racik

Waktu Tunggu Obat Racik


Standar Pencapaian

71
65
60 60 60 56 60 60 60 60 60 60 60 60
51 51 48
44

PDSA terkait pencapaian waktu tunggu obat jadi


Analisa :

1. Banyaknya sediaan farmasi yang kosong sehingga proses verifikasi


resep, informasi terkait obat kosong kepada pasien dan konfirmasi
ke dokter serta proses pengecekan sediaan farmasi yang ada
membutuhkan waktu yang lama sehingga waktutunggumenjadi
lama.
2. Banyaknya sediaan farmasi yang kosong sehingga proses penulisan
copy resep banyak di lakukan setiap penyiapan obat di rawat jalan,
sehingga menimbulkan waktutunggumenjadi lama.
3. Sistem pelayanan resep masih manual, sehingga ada proses
penginputan secara manual terlebih dahulu di instalasi farmasi.

25
Plan Do Study Action
Berkoordinasi Melakukan koordinasi Berkurangnya resiko Berkoordinasi
dengan dengan pengadaan dan kekosongan sediaan farmasi dengan
Pengadaan Keuangan untuk Pengadaan dan
dan Keuangan mempercepat proses Keuangan
Terkait Obat alur pengajuan
Kosong perencanaan kebutuhan
sediaan farmasi agar
dapat segera bisa
dilakukan pemesanan
Obat, serta
berkoordinasi terkait
batas waktu
pembayaran agar tidak
terjadi keterlambatan
pengiriman barang
karena masalah
pembayaran
Mengajukan Mengajukan system E- Capaian system E-Resep di Berkoordinaside
system E- Resep untuk semester 2 tahun 2022 ngan SIMRS
Resep mempersingkat proses untuk
verifikasi resep karena pembuatan
dokter penulis resep system E-Resep.
bisa menuliskan resep
sesuai denganretriksi
BPJS dan
sediaanfarmasi yang
ada.
Mempersingkat tidak
ada penginputan ulang
di system SIMRS
instalasi farmasi untuk

26
7. PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN

Pemusnahan sediaan farmasi, alkes dan BMHP rusak atau


kadaluarsa bekerjasama dengan bagian Kesehatan Lingkungan
RSUD Pasar Rebo, dimana sediaan farmasi yang rusak atau
kadaluarsa diinventaris kemudian dibuatkan berita acara
pemusnahan dan diserahterimakan kepada bagian KesLing untuk
dimusnahkan. Proses pemusnahan sediaan farmasi dibuatkan
berita acara dengan di hadiri saksi saksi dari bagian Penanggung
jawab logistic farmasi, penerima barang, perngurus barang, K3L
dan petugas farmasi logistic

Dari Hasil Stok opname persediaan farmasi terdapat persediaan


farmasi yang mengalami expired date atau rusak sehingga perlu
dilakukan proses pemusnahan. Jumlah sediaan farmasi yang rusak
atau kadaluarsa pada periode hasil stok opname Juni tahun 2022
sebesar Rp. 81.142.179

B. FARMASI KLINIK

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang


diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas
hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik di RSUD
Pasar Rebo yang dilakukan meliputi Pengkajian dan Pelayanan Resep,
Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat, Rekonsiliasi Obat, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), Konseling, Visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO),
Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO), dan Dispensing Sediaan Steril. Dalam menjalankan pelayanan
farmasi klinik, apoteker dituntut meningkatkan perannya terutama
dalam menghadapi pandemi saat ini.

27
1. PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP

Apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian telah melakukan


pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, farmasetik, dan
klinis. Hasil pengkajian terdokumentasikan pada lembar resep. Dalam
kegiatan pengkajian dan pelayanan resep, masih ditemukan masalah-masalah
yang terjadi seperti ditemukannya resep tanpa nama pasien, dan tanpa signa,
serta kesulitan dalam interpretasi resep manual. Hal ini berpotensi terjadinya
medication error.

Grafik pengkajian resep bulan Februari 2022

350
304 304 304 304 304 298 304
300
265
250
222

200 189

150
115
100 82

50 39

0 0 0 0 0 6 0
0

Ya Tidak

28
Grafik Pengkajian resep bulan April 2022

c
Series1
559 559 559 559 559 557 559 559
537 525

22 32
0 0 0 0 0 2 0 0

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Kejelasan Tepat Tepat Obat Tepat Dosis Tepat Cara Tepat Polifarmasi Duplikasi Interaksi Kontrak
R/ Pasien Pemberian Frekuensi Obat Indikasi

Grafik Pengkajian resep bulan Agustus 2022

Grafik Evaluasi Telaah Resep Bulan Agustus


Series1

885 894 893 894 894 894 893 894 894


815

80
9 0 1 0 0 0 1 0 0

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Kejelasan Tepat Tepat Obat Tepat Dosis Tepat Cara Tepat Polifarmasi Duplikasi Interaksi Kontrak
R/ Pasien Pemberian Frekuensi Obat Indikasi

29
Grafik pengkajian resep bulan September 2022

Grafik Evaluasi Telaah Resep Bulan September


Series1

941 941 941 941 941 940 941 941


875
836

105
66
0 0 0 0 0 1 0 0

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Kejelasan Tepat Tepat Obat Tepat Dosis Tepat Cara Tepat Polifarmasi Duplikasi Interaksi Kontrak
R/ Pasien Pemberian Frekuensi Obat Indikasi

2. PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT DAN REKONSILIASI OBAT

Hasil penelusuran riwayat penggunaan obat pasien terdokumentasi


pada formulir rekonsiliasi obat. Dalam penelusuran riwayat penggunaan
obat, Apoteker menggali informasi obat yang pernah atau sedang
digunakan oleh pasien dalam 3 bulan terakhir serta informasi mengenai
alergi obat. Informasi ini diperoleh dari pasien, keluarga pasien dan atau
medical record pasien.
Kesulitan dalam penelusuran riwayat obat pasien suspek/probable
/terkonfirmasi positif yaitu menggali informasi riwayat obat dari pasien

30
dan/ keluarga pasien mengingat kondisi pasien yang kurang
memungkinkan untuk diwawancara, riwayat obat pasien yang tidak
diketahui oleh keluarga pasien, pasien belum pernah berobat di RS,
rekam medis pasien yang belum tersedia di ruang perawatan, pasien
tidak datang kontrol rutin sehingga data di rekam medik kurang
adekuat, ketidakhadiran keluarga karena kebijkan RS serta kesulitan
menghubungi keluarga pasien. Selain itu, sarana komunikasi yang
terbatas seperti berkomunikasi melalui intercome ke ruangan pasien
menjadi salah satu hambatan penelusuran riwayat obat pasien.

PENELUSURAN RIWAYAT OBAT


735
678
624
588
490

359

Jan 2022 Feb 2022 Mar 2022 Apr 2022 May 2022 Jun 2022

3. PELAYANAN INFORMASI OBAT

Pelayanan informasi obat telah dilakukan oleh apoteker baik rawat


inap maupun rawat jalan. Jumlah PIO yang didata sebanyak 192 PIO.
Berdasarkan hasil rekapitulasi PIO, jumlah penanya terbanyak dalam
setahun yaitu perawat, pertanyaan terbanyak perihal cara pemberian
obat, pertanyaan yang diajukan terbanyak melalui lisan, serta
pertanyaan dijawab mayoritas dalam waktu 5-15 menit.

31
Dalam pelayanan informasi obat, kendala yang sering dihadapi
adalah kurangnya sumber informasi atau literatur dalam mencari data
stabilitas dan inkompatibilitas obat. Selain itu keaktivan dalam
mendokumentasikan PIO masih kurang konsisten menjadi masalah
yang perlu ditindaklanjuti.
Pelaporan pelayanan informasi obat sudah dilakukan elektronik
formulir Pelayanan Informasi Obat untuk memudahkan pelaporan
dengan tujuan meningkatkan jumlah pelaporan dan mengurangi
penggunaan kertas yang berpotensi menjadi karier virus dan bakteri
resisten di masa pandemi ini. Link e-form PIO disematkan dideskripsi
forum group discussion Whatsapp Apoteker sehingga memudahkan akses
pelaporan PIO.

32
PELAYANAN LNFORMASI OBAT (PIO)
38
36
34
31
28
25

Jan 2022 Feb 2022 Mar 2022 Apr 2022 May 2022 Jun 2022

.
Kegiatan pelayanan informasi obat dilakukan juga melalui
pembuatan Leaflet obat untuk menjadi bahan informasi obat bagi
pasien. Selain itu dilakukan juga kegiatan PKRS kepada pasien di rawat
jalan mengenai obat-obatan HIV, obat-obatan Hepatitis dan obat
Antimikroba.

4. KONSELING OBAT

Konseling pasien oleh Apoteker telah dilakukan di rawat inap


maupun rawat jalan. Konseling yang dilakukan yaitu terhadap pasien
yang menggunakan obat Antiretroviral (ARV) di rawat jalan dan rawat
inap ruangan non Covid. Kendala konseling yaitu sarana dan prasarana
seperti ruangan konseling yang belum tersekat dengan ruangan Kerja
Apoteker di Lantai 2. Keterbatasan dalam berkomunikasi dua arah
mengingat penerapan 3M dilakukan. Serta keaktivan dalam
mendokumentasikan kegiatan konseling.
Untuk itu dibuat elektrolik formulir konseling untuk memudahkan
pelaporan kegiatan tersebut.

33
KONSELING
59 59

44

26
23

13

Jan 2022 Feb 2022 Mar 2022 Apr 2022 May 2022 Jun 2022

34
5. VISITE

Apoteker Di Pelayanan Rawat Inap Sudah Mengikuti Visite


Bersama Dokter Dan Perawat Serta Visite Mandiri. Jumlah Kegiatan
Visite Tergambar Sama Dengan Kegiatan Pengkajian Riwayat Obat Dan
Rekonsiliasi Obat. Kegiatan Selama Visite Yaitu Melakukan Monitoring
Bila Terjadi Efek Samping Obat, Pemantauan Kondisi Klinis Pasien Serta
Melakukan Edukasi Obat Ke Pada Pasien Dan/Atau Keluarga Pasien.

VISITE
889
794
693
605
550

359

Jan 2022 Feb 2022 Mar 2022 Apr 2022 May 2022 Jun 2022

6. PEMANTUAN TERAPI OBAT (PTO)

Sebelumnya kegiatan pemantauan terapi obat dilakukan dengan


memprioritas pasien geriatric, pediatric, atau dengan pasien yang
mengalami reaksi obat yang tidak diharapkan (ROTD) / pasien yang
memiliki Masalah Terkait Obat (DRP).

35
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
147 146

114
96
90

57

Jan 2022 Feb 2022 Mar 2022 Apr 2022 May 2022 Jun 2022

Untuk masalah terkait obat yang ditemukan seperti indikasi terapi


yang sudah perbaikan namun masih terdapat obat dan duplikasi obat
terapi symptomatis, maka Apoteker melakukan konfirmasi ke Dokter
perihal terapi tersebut. Bila terjadi reaksi obat yang tidak diharapkan,
dilakukan telusur riwayat obat pasien yang akan dilaporkan ke MESO
Nasional dan dilakukan pemantauan obat. Sedangkan bila terjadi
interaksi obat yang serius, apoteker memberikan rekomendasi
pemantauan terapi obat dan mendokumentasikannya ke dalam CPPT.
Untuk obat dengan kontraindikasi, maka Apoteker melaporkan kepada
Dokter.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi klinis terutama


pemantauan terapi obat maka diperlukan pelatihan farmakoterapi obat
per spesialistik penyakit secara berkala untuk meningkatkan
kompetensi Apoteker.

36
7. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

Kegiatan evaluasi penggunaan obat dilakukan pada penggunaan


antibiotic baik di rawat jalan maupun di rawat inap malaui melalui
metode ATC/DDD sesuai dengan yang disarankan oleh WHO. Evaluasi
penggunaan obat dengan ATC/DDD dapat menggambarkan

a. Pola penggunaan
b. Kecenderungan (trend) penggunaan

Kegiatan evaluasi penggunaan obat yang telah dilakukan yaitu evaluasi


kuantitatif antibiotic. Rata-rata jumlah Antibiotik yang dievaluasi yaitu 43 item.

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)


50 50 50 50 50 50

Jan 2022 Feb 2022 Mar 2022 Apr 2022 May 2022 Jun 2022

Hasil antibiotik terbanyak berdasarkan jumlah pemakaian


perbulannya adalah Ceftriaxone injeksi, namun dari nilai DDD
tertinggi terutama bulan Juni 2022 adalah antibiotik Cefixime 200
mg yang merupakan antibiotik golongan cepalosporin generasi 3.
Antibiotik golongan cepalosporin bekerja dengan mekanisme
menghambat enzim transpeptidase, enzim yang berperan dalam tahap
akhir sintesis lapisan peptideglikan dinding sel bakteri. Antibiotik
cepalosporin ini termasuk dalam kategori time dependent yaitu
37
lamanya antibiotik terdapat di dalam darah sangat penting untuk
memperkirakan kesembuhan.

8. DISPENSING SEDIAAN STERIL

Pelayanan dispensing sediaan steril dilakukan pada kegiatan IV


admixture untuk kebutuhan obat injeksi bagi pasien Total parenteral
nutrisi (TPN) di ruangan NICU.

1777
1800 1545 1568 1568
1600
1400
1200 1024
913
1000
800
600
400
200
0
Jan 2022 Feb 2022 Mar 2022 Apr 2022 May 2022 Jun 2022

a. IV Admixture

1173
1200

1000
723
800 643
523
600 471
355
400

200

0
Jan 2022 Feb 2022 Mar 2022 Apr 2022 May 2022 Jun 2022

b. Total Parenteral Nutrition (TPN)

38
C. MEDICATION SAFETY
1. MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan


pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi obat
yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Kendala
dalam monitoring efek samping obat yaitu kurang aktifnya perawat
dalam menginformasikan terjadinya efek samping obat dan keaktivan
dalam mendokumentasi. Hal ini disebabkan efek samping yang
dilaporkan umumnya merupakan efek samping berat, sedangkan efek
samping ringan yang terjadi tidak di laporkan. Berdasarkan ketentuan
dari Kemenkes efek samping ringan pun seharus nya dilakukan
pelaporan.

NO. NAMA NO. RM TGL OBAT NO. ED DESKRIPSI REAKSI ESO


PELAPORAN YANG BATCH
FORM DICURIGAI
MESO
1 K 2022- 5 MEI 2022 CEFIXIM pt. Novell ( TIDAK Mata merah dan timbul lesi
917121 SIRUP EFB017) ADA seperti nanah di seluruh tubuh
seperti terbakar

2 tn. H TIDAK ADA 22 maret Vitamin B6 PT. TIDAK Bentol- bentol seperti di gigit
2022 Infarmid ADA semut. Dan bentol besar di
(23702007) bagian paha, tangan, kaki, dan
punggung
3 Ade 2022- 06 agustus Duviral TIDAK TIDAK lemas, pusing, dan mengalami
Sofyan 916850 2022 ADA ADA Anemia dengan lampiran hasil
lab H2TL bahwa HB pasien
rendah

Kendala dalam monitoring efek samping obat yaitu kurangnya


komunikasi perihal terjadinya efek samping obat/alergi antar tenaga
kesehatan dan keaktivan dalam mendokumentasi.
Hasil laporan kejadian ESO ini didapat dari rawat inap dan dan
rawat jalan. Laporan rawat jalan belum terdokumentasikan dengan baik

39
disebabkan kurangnya adekuatnya sosialisasi mengenai monitoring efek
samping obat. Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi pembuatan
system pelaporan secara elektronik dan sosialisasi ke unit rawat jalan
agar jumlah pelaporan ESO obat meningkat sehingga kita dapat
menemukan ESO sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal,
dan frekuensi yang jarang dan dapat mengenal semua faktor yang dapat
menimbulkan angka kejadian ESO, serta mencegah terulangnya
kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan. Selain itu dapat membuat
inovasi kuesioner efek samping obat untuk pengobatan MDR, dan
antivirus Covid-19. Sehingga obat-obat dengan emergency use
authorization di masa pandemik dapat dilakukan pemantauan efikasi
dan efek samping obatnya.

2. MEDICATION ERROR

Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat


menyebabkan penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien
ketika obat berada dalam kontrol petugas kesehatan, pasien atau konsumen.
Medication error bisa terjadi karena pengelolaan penggunaan obat
melibatkan multidisipliner dan multifactorial sehingga outcome yang
dihasilkan bisa beresiko atau tidak beresiko.

Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan


obat kepada pasien. Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase
yaitu,

a. Fase Peresepan
Adalah kesalahan yang terjadi pada fase penulisan resep. Kesalahan
yang dapat terjadi pada tahap peresepan meliputi resep yang tidak
rasional, tidak tepat dan tidak efektif, serta kelebihan dan kekurangan
dosis. Penyebab kesalahan peresepan meliputi kurangnya pengetahuan
atau informasi tentang pasien dan obat, kesalahan dalam perhitungan

40
dosis, tidak memahami bentuk sediaan obat, salah penggunaan angka
nol dan posisi koma pada angka desimal, penggunaan cara pemberian
obat yang tidak biasa, regimen dosis yang tidak biasa digunakan dan
rumit.
b. Fase Penterjemahan
Adalah kesalahan yang terjadi dalam menyalin dan mengartikan resep,
meliputi perubahan nama obat, rute, dosis, regimen dosis terhadap
perintah resep

c. Fase Dispensing (Pengerjaan)


Adalah kesalahan yang terjadi pada saat penyiapan obat hingga
penyerahan obat oleh petugas farmasi, mulai dari salah mengambil obat,
salah mengambil dosis sediaan obat, salah menuliskan aturan pakai
obat, salah melakukan pelabelan pada obat.

d. Fase Administering (Administrasi)


Adalah kesalahan yang terjadi pada proses penggunaan obat. Pada fase
ini dapat melibatkan petugas apotek maupun pasien untuk resep rawat
jalan atau melibatkan perawat untuk resep rawat inap.

Selama kurun waktu Januari – Septembet Tahun 2022 diperoleh


Laporan kejadian medication error sebanyak 83 Laporan. Dari data
laporan yang ada dilakukan rekapitulasi berdasarkan analisa fase atau
tahapan terjadinya medication error diperoleh hasil sebagai berikut:

BULAN ANALISA PENYEBAB JENIS GRADING


NO INSIDEN
DISPENSING PRESCRIBING ADMINISTRATION

Januari 12 KPC
1

Februari 8 KPC
2
1 KTC

Maret 1 KTC
3
9 1 KPC

41
April 5 KPC
4
1 KTC

5 Mei 6 KPC

6 Juni 10 KPC

7 Juli 12 KPC

1 KPC
8 Agustus
5 KPC

9 September 11 KPC

SUB TOTAL 2 79 2

% 2.41% 95.18% 2.41%

TOTAL LAP MEDICATION ERROR 83

Dari masing masing fase baik Dispensing dan Prescrebing terjadinya


medication error dilakukan analisa lebih mendalam terkait jenis tahapan
yang berpotensi terjadi nya medication error. Berikut hasil analisanya

1. Paramater Penilaian Medication Error pada tahapan Dispensing


No Parameter yang di nilai Jumlah %

1 Menyiapkan obat untuk pasien yang salah 0 0.00%

2 Salah menyiapkan obat/alkes 1 1.20%

3 Salah menyiapkan Kekuatan sediaan obat 0 0.00%

4 Salah menyiapkan bentuk sediaan obat 0 0.00%

5 Salah menulis etiket obat 0 0.00%

6 Salah menyiapkan jumlah obat 0 0.00%

7 Memberikan obat kadaluarsa 1 1.20%

Total Kejadian Medication Error 83

42
Berdasarkan 83 laporan medication error pada Januari – September Thn 2022
terdapat 2 laporan medication error pada fase dispensing dengan kategori KTC
(2.4%) dan penyebabnya ada pada kesalahan memberikan obat dengan
kadaluarsa dekat kurang dari 1 bulan pada pasien kronis sehingga ada resiko
obat tersebut kadaluarsa di pasien sebelum obat tersebut habis dan kesalahan
pemberiaan obat cairan infus dasar yang sudah kadaluarsa kepada pasien
rawat inap

2. Paramater Penilaian Medication Error pada tahapan Prescribing

Jumlah
No Parameter yang di nilai Kejadian %

1 Penulisan nama obat tidak sesuai 0 0.00%

2 Penulisan resep tidak terbaca 7 8.43%

3 Tidak ada Penulisan nama pasien 16 19.28%

4 Penulisan Duplikasi obat 38 45.78%

5 Penulisan Dosis obat tidak tepat 9 10.84%

6 Penulisan Kekuatan obat tidak tepat 2 2.41%

7 Penulisan rute pemberian obat tidak tepat 3 3.61%

8 Tidak ada penulisan signa obat 4 4.82%

Penuisan istilah dan singkatan yang tidak


9
sesuai 0 0.00%

Total Kejadian Medication Error 83

Berdasarkan 83 laporan medication error pada Januari – September Thn 2022


terdapat 79 laporan medication error pada fase prescribing dengan kategori
KPC (95.18%) dan penyebabnya tertinggi ada pada parameter Duplikasi
penulisan obat di dalam resep yaitu 45.786%, di ikuti dengan parameter tidak
ada nama pasien di resep (19.28%) dan dosis obat tidak tepat (10.84%)

43
3. Paramater Penilaian Medication Error pada tahapan
Administration
Berdasarkan 83 laporan medication error pada Januari – September Tahun
2022 terdapat 2 laporan medication error pada fase admistration dengan
kategori KPC (2.41 %) dan penyebabnya antara lain kesalahan pencantuman
nama pasien dengan nama pasien yang serupa yaitu Kesalahan identifikasi
nama pasien yang memiliki nama serupa pada berkas SEP dan resep yaitu
pasien atas nama Agus Pribadi dengan Agus Priadi. Dan kesalahan berikut nya
terjadi pada proses pencetakan etiket obat oral pasien dari mesin cetak label
etiket sehingga menimbulkan kesalahan persepsi di pasien terkait aturan pakai
obat nya.

Berdasarkan analisa, mayoritas kejadian medication error yang ditemukan


yaitu terjadi pada proses prescribing sehingga dilakukan pengusulan e-
prescribing untuk mencegah medication error dengan memperhatikan beberapa
elemen didalam kesalahan e-precribing yang dapat di atur melalaui system
aplikalsi. Seperti wajib ada penginputan identitas pasein dengan lengkap,
system yang dapt mengunci sehingga meniadakan terjadinya duplikasi
penginputan obat kecuali pada kondisi penulisan resep obat tapering.

Untuk saat ini penulisan resep untuk e-prescribing sudah berjalan pada
penulisan obat pada pasien IGD. Untuk selanjutnya sedang dilakukan proses
pembuatan program e-prescribing untuk rawat inap khusus dan rawat jalan.
Diharapkan dengan program e-prescribing dapat mengurangi terjadinya
kesalahan karena prescribing sehingga proses konfirmasi obat kepada dokter
penulis resep karena prescribing error dapat dikurangi.

D. CAPAIAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN FARMASI

TARGET
NO INDIKATOR JAN FEB MAR APR MEI JUNI
PENCAPAIAN
WAKTU TUNGGU
1
PELAYANAN
60 50 50 51 51 59
OBAT JADI ≤ 30 MENIT
Menit Menit Menit Menit Menit Menit

44
TARGET
NO INDIKATOR JAN FEB MAR APR MEI JUNI
PENCAPAIAN

71 65 56 44 51 51
OBAT RACIKAN ≤ 60 MENIT
Menit Menit Menit Menit Menit Menit
PENGGUNAAN
2 FORMULARIUM 80% 85.9% 84. 4 % 86. 3% 82 % 84% 84%
NASIONAL
KETERSEDIAAN OBAT
3 FORMULARIUM 75% 83.8% 82% 84% 82% 82% 82%
NASIONAL
KEPATUHAN
PEMBERIAN LABEL
4 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
HIGH ALERT OLEH
FARMASI
KETERSEDIAAN ALKES
HABIS PAKAI YANG
5 80% 90% 90% 86% 86% 84% 95%
MEMENUHI
PERSYARATAN

TARGET
NO INDIKATOR JUL AGUS SEPT
PENCAPAIAN
WAKTU TUNGGU
1
PELAYANAN
53 51 55
OBAT JADI ≤ 30 MENIT
Menit Menit Menit
48 60 60
OBAT RACIKAN ≤ 60 MENIT
Menit Menit Menit
PENGGUNAAN
2 FORMULARIUM 80% 81.4% 82.6% 81.5%
NASIONAL
KETERSEDIAAN OBAT
3 FORMULARIUM 75% 80.2% 80.8% 80.6%
NASIONAL
KEPATUHAN
PEMBERIAN LABEL
4 100% 100% 100% 100%
HIGH ALERT OLEH
FARMASI
KETERSEDIAAN ALKES
HABIS PAKAI YANG
5 80% 95% 95% 95%
MEMENUHI
PERSYARATAN

45
BAB II KESIMPULAN

1. Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integratif dengan bentuk


pelayanan kesehatan di RSUD Pasar Rebo yang mendukung
keberhasilan pengobatan pasien di rumah sakit secara menyeluruh.
Review Pelayanan Farmasi di RSUD Pasar Rebo diharapkan dapat
memberikan arah bagi pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang lebih
baik . Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan
Farmasi di RSUD Pasar Rebo , perlu komitmen dan kerjasama antar
unitterkait di RSUD Pasar Rebo, sehingga pelayanan rumah sakit akan
semakin optimal dan efisien.
2. Kegiatan pelayanan farmasi klinis di RSUD Pasar Rebo telah berjalan
sesuai dengan PERMENKES No. 72 tahun 2016. Namun keterbatasan
SDM dan fasilitas menjadi masalah utama dalam konsistensi kegiatan
ini.
3. Jumlah Tenaga Apoteker masih belum memenuhi standar Permenkes
yang ada. Karena perlu dilakukan Penambahan sumber daya manusia
untuk menjalankan kegiatan farmasi klinis, agar kegiatan farmasi
kliniks yang di lakukan semakin meningkat.
4. Jumlah Tenaga teknis kefarmasian yang masih kurang karena
perlunya peningkatan layanan obat pada pasien rawat inap dari Daily
Dose menjadi Unit Dose.
5. Lemari penyimpanan Narkotik psikotropik di semua unit farmasi masih
belum memenuhi standar yang di tetapkan, lemari penyimpanan yang
ada saat ini masih terbuat dari kayu dan belum menempel di dinding,
sedangkan standar yang di tetapkan lemari harus di buat dalam bahan
yang kuat dan berat serta menempel di dinding sehingga tidak mudah
untuk di angkat atau di pindahkan

46
6. Standar gudang B3 masih belum memenuhi standar karena tidak
terpisah dari bangunan lain, gudan yang ada saat ini masih bergabung
dengan gudang logistic farmasi utama hanya di berikan sekat agar
terpisah dari perbekalan farmasi yang lain. Belum adanya penembatan
exhaust sehingga bila ada kegiatan pengemasan dan pengenceran B3
uap yang ada sulit untuk langsung tertarik keluar.
7. Tempat penyimpanan gas medis masih belum memenuhi standar
karena masih menggunakan ruangan sementara di depan koridor Lfit
karyawan lantai 1 yang tidak digunakan.
8. Luas dan fasilitas penyimpanan perbekalan farmasi masih belum
memadai dengan mempertimbangkan jumlah perbekalan farmasi yang
cukup besar, hal ini berakibat gudang logistic tersebar di beberapa
tepat sehingga perlu pengelolaan perbekalan farmasi yang lebih optimal.
9. Untuk ruang pencampuran Aseptic dispensing masih belum memenuhi
standar karena tidak adanya ruang antara untuk penyiapan bahan
kerja dengan ruangan pencampuran obat. Perlu dilakukan perluasan
dan renovasi ruang aseptic dispensing yang ada agar memenuhi standar
yang ada .
10. Ruangan Kepala instalasi farmasi masih jadi satu dengan ruang logistik
farmasi sehingga tidak memenuhi kriteria yang ditentukan untuk
ruang pimpinan
11. Proses pengkajian resep masih ditemukan masalah-masalah yang
terjadi seperti ditemukannya resep tanpa nama pasien, dan tanpa
signa, serta kesulitan dalam interpretasi resep manual. Hal ini
berpotensi terjadinya medication error. Oleh karena itu di sarankan
untuk segera di lakukan electronic prescribing untuk meminimalkan
terjadinya kesalahan administrasi penulisan resep yang dapat
meningkatkan potensi terjadinya medication eror.

12. In house training Pelatihan Farmasi Klinik untuk meningkatkan kualitas


SDM Apoteker belum terlaksana dikarenakan situasi pandemik Covid

47
19 sehingga mengalami hambatan dalam realisasinya dan fokus
terhadap kebutuhan kontribusi pelayanan Aseptic Dispensing obat-obat
terapi pasien Covid 19.
13. Medication Error yang terjadi banyak pada fase prescribing sehingga
perlu segera dilakukan realisasi terkait system e-prescribing dengan
memperhatikan beberapa elemen didalam kesalahan e-precribing yang
dapat di atur melalaui system aplikalsi. Seperti wajib ada penginputan
identitas pasein dengan lengkap, system yang dapt mengunci sehingga
meniadakan terjadinya duplikasi penginputan obat kecuali pada kondisi
penulisan resep obat tapering.
14. Pelaksanaan pelayanan informasi obat masih perlu ditingkatkan agar
akses informasi obat yang terkini bisa lebih cepat diperoleh.
15. Pembuatan etiket pada obat racik baik non steril maupun steril masih
perlu ditingkatkan

BAB III SARAN

1. Penambahan sumber daya manusia untuk tenaga farmasi sesuai dengan


Permenkes 72 tahun 2016 dan analisa beban kerja.

2. Medication Error yang terjadi banyak pada fase prescribing sehingga perlu
segera dilakukan realisasi terkait system e-prescribing dengan
memperhatikan beberapa elemen didalam kesalahan e-precribing yang
dapat di atur melalaui system aplikalsi. Seperti wajib ada penginputan
identitas pasein dengan lengkap, system yang dapt mengunci sehingga
meniadakan terjadinya duplikasi penginputan obat kecuali pada kondisi
penulisan resep obat tapering.
3. Perlunya dilakukan pendidikan berkelanjutan baik dalam bentuk seminar
atau pelatihan bagi tenaga farmasi untuk meningkatkan kompetensi dalam
melakukan pelayanan farmasi klnik,

48
4. Perlunya fasilitas informasi obat berbayar seperti LExicom yang dapat
mempermudah dan mempercepat pelayanan farmasi kliniks seperti
pelayanana telaah resep untuk melihat potensi terjadinya interaksi obat
dan efek samping yang perlu diperhatikan. Program informasi obat
berbayar LExicom ini tidak hanya dapat digunakan oleh tenaga farmasi
saja tetapi bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh tenaga kesehatan lain,
karena informasi yang tersedia sangat lengkap dan uptodate terkait obat.
5. Perlunya koneksi internet yang sangat cepat untuk menunjang pelayanan
farmasi klniks seperti PIO maupun Konseling, sehingga telusur informasi
yang dibutuhkan terakit obat dapat segara dilakukan via internet.
6. Perbaikan untuk fasilitas penyimpanan agar memenuhi standar seperti
penyimpanan narkotik psikotropik, B3 dan lemari penyimpanan suhu
dingin. Ini dapat dilakukan melalui pengusulan anggaran APBD
7. Perbaikan untuk fasilitas Aseptic Dispensing agar memenuhi standar yang
di tetapkan
8. Kegiatan PKRS secara virtual perlu ditingkatkan dengan membuat video
edukasi terkait penggunaan obat.

49

Anda mungkin juga menyukai