Anda di halaman 1dari 6

ETIKA BELAJAR

(Kontektualisasi Hadist Kitab Al – Ushul Ats - Tsalatsah Syarah Hadits Jibril Tentang Islam,
Iman Dan Ihsan)

Husni Mubarok, Khikam Sofa, Salsabiilah Fitria Hidayat


Muujtabaam55@gmail.com, hikamsofa@gmail.com, fitrihdyt1109@gmail.com
Sekolah Tinggi Agama Islam Al - Hikmah Jakarta

Abstract

This article discusses the hadith of the Book of Al – Ushul Ats - Tsalatsah (Gabriel Hadith on
Islam, Faith and Ihsan) in terms of the quality of the sanad and the contextualization of the
meaning of the mat. In terms of the quality of this hadith, it is a valid hadith that can be used
as a basis for making arguments and doing good deeds. Then from contextuality, that this
hadith is a hadith which explains that every human being must have ethics in learning. This
hadith is not only addressed to students and teacher, but also includes every human being.

Keywords: Islamic Hadith, Faith, and Ihsan, sanad, Takhrij, and Contextualization

Abstrak

Artikel ini membahas hadist Kitab Al – Ushul Ats - Tsalatsah (Syarah Hadits Jibril Tentang
Islam, Iman Dan Ihsan) dari sisi kualitas sanad dan kontektualisasi pemaknaan matannya. Dari
sisi kualitas hadis ini hadis yang sahih yang bisa dijadikan sandaran dalam berhujjah dan
beramal. Kemudian dari kontekstualitas, bahwasanya hadis ini merupakan hadis yang
menjelaskan bahwa setiap manusia harus memiliki etika dalam belajar. Hadist ini tidak hanya
ditujukan kepada para pelajar dan guru saja, akan tetapi juga mencakup setiap manusia.

Kata Kunci: Hadist Islam,Iman, dan Ihsan, sanad, Takhrij, dan Kontekstualisasi

1
PENDAHULUAN

Etika dan proses belajar manusia memiliki hubungan yang saling terkait. Pada satu sisi, belajar
sebagai kegiatan manusia merupakan aktivitas yang memerlukan norma - norma moral tentang
bagaimana seharusnya belajar dalam bingkai karakter dan ciri khas manusia yang demikian
unik, disisi lain etika sebagai pemikiran manusia tentang baik atau buruk sangat diperlukan
untuk merefleksikan kegiatan belajar manusia setiap saat. Nilai-nilai dan ide tentang kegiatan
belajar yang berlaku secara umum perlu dikaji secara rasional, kritis, mendasar dan sistematis.
Sehingga norma yang ditaatinya dalam proses belajar bukan sekedar karena kebiasaan atau
adat yang berlaku di masyarakat, melainkan karena memiliki dasar dan legitimasi yang kuat
untuk diikuti dan ditaat. Pelajar juga harus mempunyai sikap tidak terburu-buru dan tidak
memaksakan guru untuk menjelaskan sesuatu yang belum saatnya. Seorang pelajar haruslah
menampilkan sosok yang bersahaja dan sikap memuliakan gurunya. Maka sudah menjadi hal
yang lumrah bahwa etika perlu dijaga oleh si pelajar dan juga menjaga sikap dan perilaku
terpuji dihadapan gurunya. Poin penting yang perlu diperhatikan dalam perumusan aturan yang
harus ditaati dan dilakukan tersebut ialah bahwa belajar bukan hanya interaksi yang dilakukan
oleh individu dengan lingkungan, melainkan juga dengan Allah Swt.1

PEMAKNAAN HADIST

‫سّل َذ َات ي َ ْو ٍم ا ْذ َطلَ َع عَلَ ْي َنا َر مج ٌل شَ ِديْدم ب َ َي ِاض‬ ‫هللا صىل هللا عليه و م‬ ِ ِ‫ ب َ ْينَ َما َ َْن من مج مل ْو ٌس ِع ْندَ َر مس ْول‬:‫ع َْن م َُع َر ريض هللا عنه َأيض ًا قَا َل‬
ِ
‫الس َف ِر َو َال ي َ ْع ِرفم مه ِمنَّا َأ َح ٌد َح ََّّت َجلَ َس ا ََل النَّ ِ ِ مب صىل هللا عليه وسّل فَأَ ْس َندَ مر ْك َبت َ ْي ِه ا ََل‬ َّ ‫ال ِث م َي ِاب شَ ِديْدم َس َوا ِد الشَّ ْع ِر َال مي َرى عَلَ ْي ِه َأث مَر‬
ِ ِ
‫ (اال ْس َال مم َأ ْن ت َ ْشهَدَ َأ ْن َال ا َ َل‬:‫هللا صىل هللا عليه وسّل‬ ِ ‫ فَقَا َل َر مسو مل‬،‫ ََي مم َح َّمدم َأخ ِ ِْْب ِِن ع َِن اال ْس َالم‬:‫مر ْك َبت َ ْي ِه َو َوضَ َع َكفَّ ْي ِه عَ َىل فَ ِخ َذيْ ِه َوقَا َل‬
ِ ِ ِ
‫ َصدَ ْق َت‬:‫ قَا َل‬.‫عت ال ْيه َس ِب ْي ًال‬ ِ ِ َ
َ ‫ َو مَت َّج البي َْت ا ِن ا ْس تَ َط‬،‫ َوت مَص ْو َم َر َمضَ َان‬،َ‫ َوت ْمؤ ِ َِت َّالز ََكة‬،َ‫الص َالة‬ ِ ‫هللا َو َأ َّن مم َح َّمدَ ًا َر مس ْو مل‬
َّ ‫ َوتم ِق ْ َْي‬،‫هللا‬ ‫االَّ م‬.
ِ ِ ِ
‫ َوتم ْؤ ِم َن ِِبلقَدَ ِر‬،‫ َوالْ َي ْو ِم ا َلآ ِخ ِر‬،‫ َو مك مت ِب ِه َو مر مس ِ ِِل‬،‫ َو َمالئِ َك ِت ِه‬،‫ َأ ْن تم ْؤ ِم َن ِِب ِهلل‬:‫ قَا َل‬،‫ فَأَخ ِ ِْْب ِ ِْن َع ِن االيْ َم ِان‬:‫ قَا َل‬،‫فَ َعجِ ْبنَا َ مل ي َْسأَ م مل َويم َص مِدقمهم‬
ِ
‫ فَأَخ ِ ِْْب ِِن ع َِن‬:‫ فَا ْن لَ ْم تَ مك ْن تَ َرا مه فَان َّ مه يَ َراكَ قَا َل‬،‫هللا َ ََكن ََّك تَ َرا مه‬ َ َ‫ َأ ْن تَ ْع مبد‬:‫ قَا َل‬،‫ فَأَخ ِ ِْْب ِ ِْن ع َِن اال ْح َس ِان‬:‫ قَا َل‬،‫ َصدَ ْق َت‬:‫ش ِه قَا َل‬ ِ ‫خ ْ َِْي ِه َو َ م‬
ِ ِ ِ
َّ ‫ َما الْ َمس مئ مو مل َعْنْ َا ِبأَ ْع َ َّل ِم َن‬:‫ قَا َل‬،‫الساعَ ِة‬
‫ َو َأ ْن تَ َرى الْ مح َفا َة الْ مع َرا َة الْ َع َ َاَل ِرعَا َء‬،‫ َأ ْن ت ِ ََِل ا َل َم مة َ برََّتَ َا‬:‫ قَا َل‬،‫ فَأَخ ِ ِْْب ِ ِْن ع َْن َأ َم َاراِتِ َا‬:‫السائِلِ قَا َل‬ َّ

1
Nadia Eti Listiana, Etika Belajar dalam Islam, 2021

2
‫ فَان َّ مه جِ ْ ِِبيْ مل َأَتَ م ْك‬:‫ قَا َل‬،‫هللا َو َر مس ْو م مل َأعْ َ مّل‬ َّ ‫ ََي م َُع مر أتَدْ ِري َم ِن‬:‫الشَّ ا ِء ي َ َت َط َاولم ْو َن ِِف ال مبن ْ َي ِان م َُّث ان َْطلَ َق فَلَ ِبث ْ مت َم ِل َّي ًا م َُّث قَا َل‬
‫ م‬:‫السائِ مل؟ قم ْل مت‬
ِ
‫ َر َوا مه مم ْس ِ ٌّل‬.‫يم َع ِلم مم م ُْك ِديْنَ م ُْك‬.

Artinya: Dari Sayyidina Umar ibn Khattab ra, ia berkata: Suatu hari, ketika kami sedang duduk
bersama Rasulullah SAW, datanglah seorang lelaki yang memakai pakaian serba putih dan
rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak sedang melakukan perjalanan jauh, sedang
kami tidak ada yang mengenalnya seorang pun. Kemudian lelaki itu duduk di hadapan Rasul
seraya menyandarkan kedua lututnya ke lutut Rasul lalu meletakkan kedua tangannya di kedua
paha Rasul. Lelaki itu beranya: “Hai, Muhammad! Beritahukanlah kepada saya tentang agama
Islam!” Rasulullah SAW menjawab: “Agama Islam adalah engkau harus bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu merupakan utusan Allah; lalu mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan naik haji ke Biatullah jika engkau
mampu pergi ke sana.” Lelaki itu berkata: “Tuan benar!” Kami merasa heran karena dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian lelaki itu bertanya kembali: “Beritahukanlah
kepadaku tentang iman!” Rasul menjawab: “Iman itu berarti harus percaya kepada Allah,
malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, dan hari kiamat, serta engkau
harus percaya kepada takdir baik dan takdir buruk.” Orang itu berkata: “Tuan benar!” Lalu
lelaki itu bertanya lagi: “Beritahukanlah kepadaku tentang ihsan?” Rasulu kembali menjawab:
“Hendaklah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab sekali pun
engkau tidak melihat-Nya, maka Dia akan melihatmu.” Kemudian lelaki itu bertanya:
“Sekarang beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat?” Rasulullah menjawab: “Orang yang
ditanya tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya.” Lelaki itu bertanya lagi:
“Beritahukanlah kepadaku tentang tanda-tandanya saja.” Beliau menjawab: “Apabila ada
seorang budak wanita melahirkan tuannya, dan apabila ada seseorang yang mulanya hidup
melarat, berpakaian compang-camping, dan tanpa alas kaki sebagai pengembala kambing, lalu
tiba-tiba menjadi kaya hingga berlomba-lomba dalam membangun rumah.” Kemudian lelaki
itu pergi. Dan Rasul bertanya kepadaku: “Hai, Umar! Tahukah engkau siapa yang bertanya
tadi?” Saya menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau lalu menjelaskan:
“Itulah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan tentang agama kalian.” (Hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Hadits serupa dengan redaksi yang berbeda tentang iman, Islam, dan ihsan juga terdapat
dalam riwayat Bukhari. Hadits ini bersumber dari Abu Hurairah RA. Ia berkata: "Rasulullah
SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, maka datanglah malaikat Jibril (dalam rupa

3
seorang laki-laki) dan bertanya, apa iman itu? Nabi menjawab: engkau beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-utusan-Nya, dan hari kebangkitan. Kemudian ia
bertanya lagi, apa Islam itu? Nabi menjawab: engkau beribadah kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, engkau mendirikan salat, menunaikan zakat, saum di
bulan Ramadan dan menunaikan ibadah haji. Kemudian ia bertanya lagi, apa ihsan itu? Engkau
beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya
sesungguhnya Allah melihatmu," (HR Bukhari).

URGENSI HADITS

➢ Qadhi ‘Iyaadh (wafat th. 544 H) berkata: “Hadits ini mencakup penjelasan semua amal
ibadah yang zhahir maupun bathin, di antaranya ikatan iman, perbuatan anggota badan,
keikhlasan, menjaga diri dari perusak-perusak amal. Bahkan ilmu-ilmu syari’at, semuanya
kembali kepada hadits ini dan merupakan pecahannya”. Kemudian Beliau melanjutkan:
“Atas dasar hadits ini dan ketiga macamnya, aku menulis kitab yang aku namakan al
Maqooshid al Hisaan fii ma Yalzamul Insaan. Karena tidak menyimpang dari yang wajib,
sunnah, anjuran, peringatan, makruh dari ketiga macamnya. Wallahu a’lam. (Syarah Shahih
Muslim I/158)

➢ Imam Nawawi (wafat th. 676 H) berkata:” Ketahuilah, bahwa hadits ini menghimpun
berbagai macam ilmu, pengetahuan, adab, dan kelemah-lembutan. Bahkan hadits ini
merupakan pokok Islam, seperti yang kami riwayatkan dari Qadhi ‘Iyaadh. (Ibid. I/160)

➢ Imam al Qurthubi (wafat th. 671 H) berkata,” Hadits ini layak disebut sebagai Ummus
Sunnah (induk hadits), karena mengandung ilmu hadits.” (Fathul Baari I/125)

➢ Ibnu Daqiq al ‘Id (wafat th. 702 H) berkata,”Hadits ini seakan menjadi induk bagi sunnah,
sebagaimana al Fatihah dinamakan Ummul Qur`an, karena ia mencakup seluruh nilai-nilai
yang ada dalam al Qur`an.” (Syarah Arba’in an Nawawiyyah, hlm. 31, oleh Ibnu Daqiq al
‘Id)

➢ Ibnu Rajab (wafat th. 795 H) berkata,” Ini merupakan hadits yang agung, mencakup semua
penjelasan agama. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata di akhir hadits ‘ia
adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan tentang agama kalian’ setelah menjelaskan

4
kedudukan Islam, kedudukan iman, kedudukan ihsan. Dan menjadikan semua itu agama.”
(Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam I/97)

TAKHRIJ HADITS

Hadits Ini Secara Lengkap Diriwayatkan Oleh Imam Muslim No. 8, Dan Diriwayatkan Juga
Oleh Imam Ahmad (I/27,28,51,52), Abu Dawud (No. 4695), At Tirmidzi (No.2610), An
Nasaa-I (VIII/97), Ibnu Majah (No. 63), Ibnu Mandah Dalam Al Iman (1,14), Ath Thoyalisi
(No. 21), Ibnu Hibban (168,173), Al Aajurri Dalam Asy Syari’ah (II/No.205, 206, 207, 208),
Abu Ya’la (242), Al Baghawi Dalam Syarhus Sunnah (No.2), Al Marwazi Dalam Ta’zhim
Qadris Shalat (No.363-367), ‘Abdullah Bin Ahmad Dalam As Sunnah (No.901,908), Al
Bukhari Dalam Khalqu Af’aalil ‘Ibaad (190), Ibnu Khuzaimah (No.2504) Dari Sahabat Ibnu
‘Umar Dari Bapaknya ‘Umar Bin Khaththab.

Hadits ini mempunyai syawahid (penguat) dari lima orang sahabat. Mereka disebutkan
oleh Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani dalam Fathul Baari (I/115-116), yaitu:
1. Abu Dzar al Ghifari (HR Abu Dawud dan Nasaa-i).
2. Ibnu ‘Umar (Hr Ahmad, Thabrani, Abu Nu’aim).
3. Anas (Hr Bukhari Dalam Kitab Khalqu Af’aalil Ibaad).
4. Jarir Bin ‘Abdullah Al Bajali (Hr Abu ‘Awanah).
5. Ibnu ‘Abbas Dan Abu Amir Al ‘Asy’ari (Hr Ahmad, Sanadnya Hasan)

5
KESIMPULAN

Etika dan proses belajar manusia memiliki hubungan yang saling terkait. Pada satu sisi, belajar
sebagai kegiatan manusia merupakan aktivitas yang memerlukan norma - norma moral tentang
bagaimana seharusnya belajar dalam bingkai karakter dan ciri khas manusia yang demikian
unik, disisi lain etika sebagai pemikiran manusia tentang baik atau buruk sangat diperlukan
untuk merefleksikan kegiatan belajar manusia setiap saat. Nilai-nilai dan ide tentang kegiatan
belajar yang berlaku secara umum perlu dikaji secara rasional, kritis, mendasar dan sistematis.
Sehingga norma yang ditaatinya dalam proses belajar bukan sekedar karena kebiasaan atau
adat yang berlaku di masyarakat, melainkan karena memiliki dasar dan legitimasi yang kuat
untuk diikuti dan ditaat. Pelajar juga harus mempunyai sikap tidak terburu-buru dan tidak
memaksakan guru untuk menjelaskan sesuatu yang belum saatnya. Seorang pelajar haruslah
menampilkan sosok yang bersahaja dan sikap memuliakan gurunya. Selain itu, Hadits tentang
Islam, iman, dan ihsan ini lahir untuk menunjukkan bahwa seseorang disebut sebagai orang
Islam adalah jika ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Kalau seseorang hanya mengucap satu
kalimat saja, maka itu belumlah sempurna. Semua ibadah dibangun di atasnya dan disyaratkan
harus beriman serta dengan iman pula akan diperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai