Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibn Khaldun, yang dikenal juga dengan
nama Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada awal Ramadhan tahun 732 H bertepatan
dengan 27 Mei 1332. Ibnu Khaldun mempunyai hubungan darah dengan Wa’il
Ibn Hajar salah seorang sahabat Nabi yang terkemuka. Keluarga besar Ibnu
Khaldun berasal dari Hadromaut Yaman, terkenal sebagai keluarga yang
berpengetahuan luas dan menduduki jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan
dan kenegaraan. 1
Beliau memulai menimba ilmu dari guru pertamanya yaitu ayahnya sendiri.
Sejak kecil ia sudah menghafal al-Qur’an dan menguasai tajwid. Selain itu, dia
juga menimba ilmu agama, fisika, hingga matematika dari sejumlah ulama
Andalusia yang hijrah ke Tunisia.
Selain sebagai tokoh utama dalam bidang sosiologi dari kalangan umat Islam
Ibnu Khaldun juga membicarakan aspekaspek ekonomi. Secara singkat akan
dipaparkan pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun tentang ekonomi antara lain:
1. Teori Produksi. Menurut Ibnu Khaldun, produksi adalah aktivitas manusia
yang diorganisasikan secara sosial dan internasional.
2. Teori Nilai, Uang dan Harga .
a. Bagi Ibnu Khaldun, nilai kekayaan suatu bangsa tidak ditentukan oleh
jumlah uang yanh dimiliki bangsa tersebut, akan tetapi ditentukan oleh
produksi barang dan jasanya dan oleh neraca pembayaran yang sehat.
1
Bahrul Ulum, Kontribusi Ibnu Khaldun Terhadap Perkembangan
Ekonomi Islam, Iqtishodia: Jurnal Ekonomi Syariah, 2016, Vol.1(2), Hal. 21.
b. Ibnu Khaldun hidup di jaman di mana mata uang sudah menjadi alat
penghargaan. Pada masa itu ia sudah membicarakan kemungkinan
yang bakal terjadi tentang kedudukan yang selanjutnya dari mata
uang. Inilah analisa Ibnu Khaldun sewaktu emas dan perak baru
merupakan dinar dan dirham. Dia sudah mengetahui bahwa dengan
secepatnya dunia akan meninggalkan zaman natural wirschift (tukar
menukar barang), berpindah kepada jaman modern yang lebih terkenal
dengan “geld wirschift” (jual beli dengan perantaraan uang). Dalam
jaman baru itu, emas dan perak akan menempati tempatnya “ukuran
nilai” (standaard).2
c. Harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran, penentuan
harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar yaitu kekuatan
permintaan dan kekuatan penawaran. Pertemuan permintaan dengan
penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela sama rela (saling rela).
Pada tingkat harga tersebut, tidak ada pihak yang merasa terpaksa
untuk melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut.3
2
Choirul huda, Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam; Ibnu Khaldun.
Economica: Jurnal Ekonomi Islam, 2013, vol. 4(1), 116.
3
Bahrul Ulum, Kontribusi Ibnu Khaldun Terhadap Perkembangan
Ekonomi Islam, Iqtishodia: Jurnal Ekonomi Syariah, 2016, Vol.1(2), Hal. 26.
ini tetap mengemuka sebagai wacana yang tidak akan berhenti untuk dibicarakan.
Sebagai contoh yang ia ajukan adalah kasus usaha pribadi dan usaha publik,
perlakuan dunia atas mata uang yang akhirnya mempunyai fungsi yang sangat
fital dalam dunia ekonomi, dan lain-lain. Apa yang dikemukakan tersebut, murni
berasal dari pemikiran cerdas Ibnu Khaldun.
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Tusi al-Ghazali, atau lebih dikenal
dengan imam al Ghazali, lahir disebuah kota kecil, yaitu kota Tus, sebuah kota
kecil di Khurasan Iran. Ia lahir di kota tersebut pada tahun 450 H (1058 M).4
4
Rizal Fahlefi, Pemikiran Ekonomi al-Ghazali. JURIS (Jurnal Ilmiah
Syariah), 2018, vol. 11(1), hal. 23
5
Moh. Faizal, Studi Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Ekonomi Islam.
Islamic Banking: Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Perbankan Syariah,
2015, Vol. 1(1), Hal. 51
dibahasnya menurut perspektif al- Qur‟an, Sunnah, fatwa-fatwa sahabat dan
tabi‟in serta petuah para sufi terkemuka masa sebelumnya.6
6
Sirajuddin, Konsep Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali. Laa Maisyir: Jurnal
Ekonomi Islam, 2016, vol. 3(1). Hal. 52-53
DAFTAR PUSTAKA