Selain itu, manajemen ilmiah juga mengalami perkembangan sejak awal mula
tercetusnya. Pertama adalah pengenalan teori manajemen ilmiah. Diketahui bahwa
pada abad 20 ada banyak perusahaan besar yang muncul namun mengalami krisis
penawaran tenaga kerja yang berdampak pada rendahnya produktivitas dan efisiensi
suatu perusahaan. Hal ini pun menarik perhatian seorang insinyur mekanik bernama
Frederick Taylor yang kemudian pada masa itu melakukan sebuah studi waktu di
sebuah pabrik baja di Philadelphia. Disana Taylor melihat secara langsung para pekerja
sengaja memperlambat pekerjaan dan tidak bekerja secara maksimal. Hal ini yang
kemudian mendorong Taylor untuk membuat suatu terobosan agar dapat meminimalisir
kejadian seperti itu. Taylor kemudian mengenalkan metode manajemen ilmiah kepada
perusahaan-perusahaan agar dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi
perusahannya, dimana ia memperkenalkan sistem pembayaran differential (differential
rate system). Dalam sistem ini, jika seorang karyawan berhasil melewati target
pencapaian kerja yang telah ditentukan, maka ia akan mendapat kenaikan upah.
Kenaikan upah tersebut dihitung berdasarkan perkiraan kenaikan keuntungan
perusahaan akibat kenaikan produksi yang dilakukan karyawan tersebut. Jadi, seorang
karyawan yang bekerja malas-malasan akan mendapat upah yang rendah.
Kedua, pengembangan teori. Walaupun sistem yang dikenalkan oleh Taylor
terbukti dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, namun begitu banyak tantangan
yang muncul. Untuk itu, diperlukan adanya pengembangan teori yang akhirnya Taylor
menghasilkan beberapa prinsip manajemen ilmiah, yaitu:
1) Pengembangan metode untuk setiap elemen pekerjaan.
2) Memilih dan melatih karyawan secara ilmiah.
3) Pengawasan terhadap karyawan agar melakukan pekerjaan sesuai dengan
metode yang telah ditentukan.
4) Meningkatkan hubungan yang baik antara manajemen dan karyawan.
Kemudian, pengembangan teori ini juga dilakukan oleh Frank B. Gilberth dan
Lillian Gilberth yang merupakan sepasang suami istri yang memiliki ketertarikan
terhadap manajemen. Frank melakukan studi pekerjaan dan Lillian berkontribusi pada
lapangan psikologi industri dan manajemen personalia. Didapatlah metode yang
menyatakan bahwa seorang pekerja akan bekerja seperti biasa sambil menyiapkan
promosi karir dan melatih calon penggantinya. Artinya, pekerja akan menjadi
pelaksana, pelajar dalam persiapan peningkatan jenjang karir, dan pengajar untuk calon
penggantinya.
Selain Frank dan Lillian, mantan pekerja Taylor yang bernama Henry L. Gantt
mulai mencoba untuk memperbaiki dan mengembangkan metode differential system
karena dirasa kurang memotivasi karyawan. Kemudian Gantt memperkenalkan sistem
penilaian terbuka yaitu dengan mencatat kemajuan karyawan yang kemudian populer
dan sering digunakan untuk menyusun skedul atau jadwal suatu pekerjaan.
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain
untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Seorang
manajer dapat memerintah karyawan karena manajer mendapatkan hak untuk
memerintah. Salah satu pandangan yang menjelaskan tentang wewenang formal adalah
pandangan penerimaan.
Dalam pandangan penerimaan, sudut pandang wewenang adalah penerima
perintah, bukan pemberi perintah. Maksudnya, dasar wewenang terletak dalam diri
orang yang dipengaruhi, bukan dalam diri orang yang mempengaruhi. Dalam
pandangan ini, tidak semua perintah harus dipatuhi oleh si penerima perintah. Jadi, jika
manajer memberikan perintah, penerima perintah dapat mempertimbangkan apakah
akan menerima perintah tersebut atau tidak.
Menurut Chester I. Barnard (1938), seseorang akan menerima perintah jika
dipenuhi empat kondisi berikut:
• Orang tersebut dapat memahami komunikasi
• Orang tersebut percaya bahwa perintah tersebut tidak bertentangan dengan
tujuan organisasi
• Perintah tersebut juga tidak bertentangan dengan kepentingannya sendiri
• Orang tersebut merasa mampu secara fisik dan mental untuk melaksanakan
perintah tersebut