Anda di halaman 1dari 26

PERAN LEMBAGA NEGARA DALAM MENCIPTAKAN KEADILAN

EKONOMI DI MENURUT AL-MARWARDI: ANALISIS


PENERAPANNYA DI INDONESIA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:


SPEI (Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam)
Dosen Pengampu:
Dr. Syamsuri, M.Sh dan Dr. Khoirul Umam, M.Ec

Disusun Oleh:
Erika Rishan Adillah
432022837015

PASCASARJANA HUKUM EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2022 M/1444 H

1
PERAN LEMBAGA NEGARA DALAM MENCIPTAKAN KEADILAN
EKONOMI MENURUT AL-MARWARDI: ANALISIS PENERAPANNYA
DI INDONESIA

Erika Rishan Adillah


Universitas Darussalam Gontor
Email: rishanerika@gmail.com

ABSTRAK
Keadilan dalam ajaran Islam wajib dilaksanakan dalam semua perkara.
Terutama dalam keadilan ekonomi, karena apabila keadilan ekonomi bisa
diciptakan akan membuat masyarakat makmur dan negara sejahtera. Menurut
pandangan al-Mawardi, lembaga negara memiliki peran yang sangat besar dalam
menciptakan keadilan ekonomi. Akan tetapi lembaga negara Indonesia belum
maksimal dalam memberikan peran untuk menciptakan, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui peran lembaga negara dalam menciptakan keadilan
ekonomi pada zaman al-mawardi dan penerapanya di Indonesia. Metode yang
digunakan adalah library research dengan data primernya adalah buku Al-Ahkam
Al-Sulthaniyah. Hasil penelitian terverifikasi bahwa Al-Mawardi mengajukan
konsep bahwa lembaga-lembaga negara harus berperan aktif dalam mewujudkan
masyarakat sejahtera dan selalu hadir untuk membantu menyejaterakan
masyarakat, melalui fungsi-fungsinya sebagai salah satu pusat motivasi, inspirasi,
konfirmasi, informasi, dan fungsi legal and ethic. Akan tetapi lembaga negara
Indonesia belum maksmimal memberikan perannya dalam menciptakan keadilan
ekonomi seperti pada zaman al-Mawardi. Hal tersebut dikarenakan sumber daya
manusia yang menjalankan lembaga-lembaga negara itu tidak dilandasi oleh
moral dan agama yang kuat.
Kata Kunci: Keadilan Ekonomi, Lembaga Negara, Al-Mawardi

2
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara berbasis demokrasi yang berlandasan pada
undang-undang. Menurut UU 1945 terdapat Berbagai macam lembaga Negara,
diantaranya Presiden Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi
Pemberantasan Korupsi, serta Komisi Yudisial yang memiliki peran, fungsi dan
wewenangnya masing-masing.1
Dari segi Fungsinya menurut Jimly Assidiqie ada yang bersifat utama
atau primer dan bersifat penunjang atau sekunder.2 Serta memiliki peran yang
sangat penting dalam mewujudkan keinginan masyarakat, yaitu meningkatkan
standar hidup dan kualitas hidup. Dalam masalah ekonomi, lembaga negara harus
menjamin dan memastikan bahwa semua warga negara memiliki peluang yang
sama untuk menggunakan sumber daya ekonomi. Oleh karena itu lembaga negara
harus mengatur dan mendistribusikan penggunaan sumber daya ekonomi secara
adil dan merata.3 Serta berperan untuk menetapkan peraturan tentang batasan-
batasan perekonomian sesuai dengan kehendak rakyat yang mendorong
harmonisasi kegiatan ekonomi.4
Keadilan ekonomi merupakan cita-cita seluruh negara didunia terutama
Indonesia. Keadilan ekonomi dapat diukur dari seberapa sejahtera negara tersebut
yang dilihat dari jumlah penduduk miskin dan jumlah pengangguran yang ada. Al-
Mawardi mengemukakan bahwa terdapat 6 konsep utama dalam sebuah negara
untuk mencipatakan negara sejahtera yaitu: 1) agama yang dihayati, 2) pemimpin
yang berwibawa, 3) keadilan universal, 4) keamanan semesta, 5) kemakmuran
sandang pangan, dan 6) adanya harapan untuk berlangsungnya hidup yang
memiliki prinsip keseimbangan moralitas dunia dan moralitas agama serta konsep

1
Patrialis Akbar, Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945 (Jakarta:
Sinar Grafika, Jakarta, 2013), P. 213
2
Jimly Assidiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
Secretariat Jendral Kepanitiaan Mahkamah Konstitusi, (Jakarta, 2006). P. 113
3
Abd. Ghafur & Nurul Fadila, Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam, Iqtishodiyah,
Vol. 6, No.1 Januari 2020, P. 14
4
Ibid, P 15

3
universal sasama manusia.5 Negara mempunyai kewajiban untuk masuk kedalam
wilayah kehidupan rakyatnya, dalam rangka menjalankan fungsinya, melayani
dan mengupayakan keadilan ekonomi.6
Sebab ekonomi dapat dikatakan adil apabila sudah benar dalam hal
pendistribusian harta. Pendistribusian harta negara yang kurang tepat akan
menyebabkan kemiskinan. Badan pusat statisika menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach) untuk mengukur
kemiskinan, dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak
mampuan seseorang dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.7 Di Indonesia tingkat
kemiskinan perJuli 2022 mencapai 26 juta orang, seperti grafik dibawah ini:

Sumber: BPS, 2022


Sementara itu, bank dunia dalam publikasinya attacking poverty
mendefinisikan kemiskinan dengan tidak tercapainya keadaan standar hidup
layak, dengan menggunakan ketidakcukupan sandang, pangan, papan,
ketidakmampuan dalam mengakses perawatan kesehatan dan rendahnya akses
terhadap pendidikan sebagai indikator untuk menandai seseorang dikategorikan

5
Abu Hasan „Ali Bin Muhammad Ibnu Habib Al-Bisri Al-Mawardi, al-Ahkam al-
Sulthaniyah, (Kairo: Dar Al-Hadist, 1428 H/2006 M), P. 179-240
6
Mochamad Adib Zain, dkk, Konsistensi Pengaturan Jaminan Social Terhadap Konsep
Negara Kesejahteraan Indonesia. Jurnal Penelitian Hukum, Vol.1, No.2 (Juli 2014). P.64
7
Musthafa, Pemikiran Al-Mawardi Tentang Negara Kesejahteraan dan Relevansinya
Pada Era Reformasi di Indonesia Tahun 1998-2018, Disertasi UII Yogyakarta.

4
miskin atau tidak.8 PBB juga mengajukan beberapa indicator teknis yang dapat
digunakan sebagai penanda miskin atau tidaknya seseorang, seperti kurang gizi,
buta huruf, kesehatan yang buruk, pakaian dan perumahan yang tidak layak, dan
ketidakberdayaannya.
Penciptaan keadilan ekonomi dan kesejahteraan rakyat adalah misi utama
dari instrument keuangan Islam baik yang wajib (zakat) dan yang tidak wajib
(infak, sedekah, dan wakaf). Melihat pemerintahan Islam pada zaman rasulullah
yang mengemukakan bahwa keadilan ekonomi adalah tanggung jawab lembaga
negara dan rakyat. Sehingga penyemarakan instrument keuangan social Islam
(iskamic social finance) adalah wujud nyata keadilan social dalam konsep
ekonomi Islam.
Al-Mawardi menegaskan bahwa suatu negara berperan besar dalam
menciptakan kestabilan ekonomi rakyat serta berperan dalam mewujudkan tujuan
baik yang bersifat material maupun tujuan spiritual setiap orang. Menurutnya
lembaga negara tidak hanya berperan dalam mewujudkan keadilan ekonomi. Tapi,
juga berperan dalam hal moral dan agama. Karena agama menuntut untuk saling
memperhatikan dan tolong menolong sesama umat.9 Sedangkan di Indonesia,
lembaga negara belum bisa menjalan peran mereka dengan baik dan benar.
Dikarenakan sumber daya manusia didalamnya yang tidak bisa dipercaya oleh
masyarakat, disebebabkan banyak korupsi diranah lembaga negara. Maka dari itu
penulis tertarik untuk mengakaji konsep keadilan ekonomi menurut al-Mawardi
yang melibatkan peran lembaga sebagai untuk mewujudkan keadilan ekonomi.

8
Musthafa, P.9
9
Sisi Ade Linda, Pemikiran Al-Mawardi dan Al-Ghazali Tentang Peran Negara Dalam
Hukum Ekonomi Islam, Jurnal MEDIASA: Media Ilmu Syariah dan Ahwal Al-Syakhsiyah, Vol. 5,
No.1, Juni 2022, P. 1

5
LITERATURE REVIEW
Penelitian terdahulu yang relevan dengan tema yang penulis tulis antara lain
sebagai berikut:
Peneliti dan
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Jurnal
Sisi Ade Linda,
Jurnal
Mediasas: Al-Mawardi dan Al-Ghazali
Media Ilmu Pemikiran Al-Mawardi berpendapat bahwa pemerintah
Syari‟ah Dan dan Al-Ghazali Tentang memiliki andil yang besar dalam
1
Ahwal Al- Peran Negara dalam perkembangan ekonomi umat,
Syakhsiyyah, Hukum Ekonomi Islam sehingga tercipta perekonomian
Volume 5, umat yang sejahtera.
Nomor 1, Juni
2022
al-Mawardi dan al-Ghazali
menyatakan bahwasanya pemerintah
memiliki andil yang besar dalam
perkembangan ekonomi umat,
sehingga tercipta perekonomian
umat yang sejahtera.Imam al-
Ghazalidan Imam al-Mawardi juga
mengatakan bahwasanya sebuah
negara berperan besar dalam
menciptakan kestabilan ekonomi
Abd.Ghafur &
rakyat serta berperan dalam
Nurul Fadila,
mewujudkan tujuan baik yang
Iqtishodiyah, Peran Pemerintah dalam
2 bersifat material maupun tujuan
Volume 6, Ekonomi Islam
spiritual setiap orang. Dalam
Nomor 1,
pandangannya al-Mawardi
Januari 2020
menyarakan bahwasanya
pemenuhan kebutuhan ekonomi
setiap orang bukan hanya terkait
dengan meujudkan peran negara
dalam kegiatan ekonomi. Melainkan
juga merupakan peran negara dalam
hal moral dan juga agama. Karena
agama menuntut untuk saling
memperhatikan dan tolong
menolong sesama umat

6
Pemikiran politik Imam al-Mawardi
kemudian dituangkan dalam karya
al-Ahkam alSulthaniyyah dan
menjadi konsep dasar bagi
pengembangan pemikiran politik
dan penerapannya di era modern
Rahmawati,
termasuk di Indonesia.
Diktum: Jurnal
Sistem Pemerintahan Penerapannya di Indonesia tampak
Syari‟ah dan
Islam Menurut Al- pada teori al-Mawardi mengenai
3 Hukum,
Mawardi dan kontrak sosial yang menjelaskan
Volume 16,
Aplikasinya di Indonesia. hubungan antara ahl al-halli wal
Nomor 2
aqdi dengan ahl Imamah. Konsep ini
Desember 2018
kemudian diejawantahkan dan
dikembangkan dalam sistem
pemerintahan di Indonesia menjadi
3 lembaga, yaitu: lembaga legislatif,
lembaga eksekutif, dan lembaga
yudikatif.
menunjukkan bahwa adanya sumber
pendapatan negara yang menjadi
sumber utama dari pemasukan
negara, karena itulah menurut
jeduanya pemanfaatan sumber
Sumber Pendapatan
Adam Malik, pendpatan negara tersebut harus
Negara Menurut
Tesis UIN dikelola dengan sebaik mungkin
Ibnukhaldun dan Al-
4 Syarif agar dapat memberikan hasil positif
Mawardi dalam Kitab
Hidayatullah yang maksimal. sumber pendapatan
Al-Muqaddimah dan Al-
Jakarta, 2018 negara yang sangat penting menurut
Ahkam As-Sulthaniyah
keduanya yang mana menjadi
penopang bagi jalannya sebuah roda
pemerintahan dalam suatu negara
yaitu kharaj, jizyah, ghanimah, fay'i,
zakat dan juga jibayah.
1. Bait al-Māl dalam mengelola
keuangan negara berperan sebagai
pelaksana kebijakan fiskal. Dalam
Zulkadri, Keuangan Publik
hal alokasi, Bait al-Māl harus dapat
Khozana: Perspektif Imam Al-
mengoptimalkan sumber pendapatan
Jurnal Ekonomi Māwardī
dan mendistribusikannya sesuai
5 dan Perbankan dalam Kitab Al-Ahkãm
dengan tuntunan syariat dan
Islam As- Sulṭãniyyah Wa Al-
berdasarkan maslahat. 2. Kebijakan
Vol. 1, No. 2, Wilayāt
fiskal dalam pandangan al-Māwardī
Juli 2018 Ad-Diniyah
bertujuan mengantarkan manuisa
kepada real welfare, yaitu
kebahagian dunia dan akhirat.

7
Menurut al-Mawardi keadilan
terbagai menjadi tiga macam,
pertama, keadilan pada orang yang
secara status berada di bawahnya,
misalnya pemimpin kepada rakyat.
Khoirul Amri, Kedua, keadilan kepada orang yang
Economica secara status berada di atasnya,
Konstribusi Pemikiran
Sharia Volume misalnya rakyat kepada
6 Ekonomi Abu Hasan Al-
2 Nomor 1 pemimpinya, ketiga, keadilan
Mawardi
Edisi Agustus kepada orang yang secara status
2016 setingkat. Pentingnya keadilan ini,
karena keadilan merupakan
timbangan Allah yang diletakkan-
Nya di tengah-tengah mahluk-Nya
dan ditempatkan bagi penentu
kebenaran.

Dari beberapa penelitian diatas, terdapat persamaan dan perbedaan dengan


kajian yang penulis teliti, persamaannya merupakan dari segi tokoh pemikirannya
yaitu Imam Al-Mawardi, sedangkan dari segi perbedaannya terletak pada
mengkaji tentang peran lembaga negara terhadap keadilan ekonomi menurut Al-
Mawardi, dan penerapannya di Indonesia.
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan yaitu metode
yang mencari referensi yang relevan dengan permasalahan yang ditemukan. Data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer yaitu buku al-
Mawardi yang berjudul al-Ahkam al-Sulthaniyah. Data sekunder, yaitu data yang
bersumber dari literature atau referensi yang ada, seperti termuat dalam jurnal
makalah ilmiah, ensiklopedia, literature, serta sumber data lain yang berkaitan
dengan topik penelitian.
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Biografi al-Mawardi
Nama lengkap al-Mawardi ialah Ali Bin Muhammad Bin Habib Al-
Mawardi Al-Basri Al-Syafii. Lahir di kota Basrah Iraq pada tahun 364 H/974 M,
dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 450 H/1085 M dalam usia 86

8
tahun,10 penamaan al-Mawardi dikarenakan bapaknya yang berprofesi sebagai
penjual air mawar (ma’ al-wardi).11 Sejak kecil, ia senang sekali mempelajari
fiqh, khususnya mendalami fiqh yang berkaitan dengan fiqh siyasi (tata negara
dalam pemerintahan Islam). Al-Mawardi mempelajari fiqh dari seorang ulama
terkenal di Basra, yaitu Syeikh Ash-Shaimiri dan Syekh Abu Hamid. Kemudian ia
mengembara ke berbagai daerah, sampai ia memilih Bagdad sebagai tempat
tinggal dan mengajar dikota tersebut beberapa tahun.12
Setelah dewasa, al-Mawardi berprofesi sebagai hakim, ia menjadi sangat
terkenal karena sering berpindah-pindah pada masa pemerintahan khalifah
Abbasiyyah, Al-Qadir (381 H/991 M-423 H/1031 M). Karir al-Mawardi
meningkat ketika ia menjadi hakim agung di Bagdad, sebagai penasihat raja atau
khalifah di bidang agama dan pemerintahan. Gelar al-Mawardi diprolehnya dari
para ahli taqabat dan sejarah sebagaimana pengakuan kemampuannya dalam ilmu
agama, yaitu Qadi Al-Qudhat, Al Basri dan Al Syafi’i.
Tidak hanya menjadi hakim, ia pun menghabiskan waktunya untuk
menulis karya seperti fiqh, hadist, tafsir, sastra, tata bahasa arab, administrasi,
filsafat, politik, etika serta ilmu-ilmu yang meyangkut kemasyarakatan. Berbagai
macam karya-karya luar biasanya dalam bidang politik Islam diantaranya: 1) Al-
Ahkam As-Sulthaniyyah, 2) Qawanin Al-Wuzara, 3) Siyasah Al-Mulk, 4) Adab Ad-
Dunya Wa Ad-Din, 5) Al-Hawi, 6) Al-Iqna’.13 Dalam bukunya Al-Ahkam
Sulthaniyah, al-Mawardi mengemukakan 6 konsep utama dalam suatu negara,
yaitu: 1) agama yang dihayati, 2) pemimpin yang berwibawa, 3) keadilan
universal, 4) keamanan semesta, 5) kemakmuran sandang pangan, dan 6) adanya
harapan untuk berlangsungnya hidup. Yang menjadi landasan negara-negara Islam
untuk menjalankan suatu negara. 14

10
Abu Hasan „Ali Bin Muhammad Ibnu Habib Al-Bisri Al-Mawardi, 2006, p. 9-10
11
Nur Mufid dan A. Nur Fuad, Bedah Al-Ahkam As-Sulthaniyyah Al-Mawardi:
Mencermati Konsep Kelembagaan Politik Era Abbasiyyah, (Surabaya: Pustaka Progressif: 2006),
P. 21
12
Nur Mufid dan A. Nur Fuad, Ibid, 21-22
13
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Cet, 1, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996), P. 368-1164.
14
Abd. Ghafur & Nurul Fadila. P.15

9
Konsep Keadilan Ekonomi Al-Mawardi
Al-Mawardi adalah salah seorang ulama besar yang pertama sekali
mengarang kitab yang monumental yakni; Al-Ahkam As-Sulthaniyah, yang
membicarakan tentang politik, sementara politik berhubungan erat dengan hukum
tata negara, ekonomi, jaminan sosial. Jauh sebelum dunia barat mengenal politik,
Al-Mawardi sudah mengenalkan politik yang merupakan hasil dari sebuah
pengalaman perjalanan hidupnya pada zaman itu. Pemikiran politik al-Mawardi
tentang tata kelola keuangan sangat relevan terhadap pemerintahan di Indonesia.
Dalam tata kelola keuangan (moneter) Al-Mawardi mengadopsi konsep
seperti yang diajarkan Rasulullah saw yaitu konsep Baitul al-Mal. Baitul al-Mal
merupakan suatu lembaga yang memiliki tugas khusus untuk mengurusi segala
harta umat baik berupa pemasukan dan pengeluaran negara. Senada dengan
penelitian milik Zuldakir, peran Baitul al-Mal dalam mengelola keuangan negara
ialah sebagai pelaksana kebijakan fiscal. Dalam hal alokasi, Baitul al-Mal harus
dapat megoptimalkan sumber pendapatan dan mendistribusikanya sesuai dengan
tuntunan syariat dan berdasarkan maslahat.15
Al-Mawardi membagi sumber keuangan negara Islam menjadi menjadi 3
yaitu: harta pribadi, harta umum dan harta negara. Harta pribadi meliputi zakat
pribadi, harta umum meliputi sumber daya Alam yang dijadikan sebagai keuangan
negara yang dipergunakan dalam meningkatkan kesejanteraan umum. Sedangkan
harta negara terdiri dari 3 sumber yaitu fai, ghanimah dan pajak.16 Adapun
penjelasannya sebagai berikut: 1) zakat, zakat terbagi menjadi dua macam yaitu
zakat fitrah dan zakat mal, zakat mal ini yang merupakan factor utama dalam
pemasukan negara. 2) ghanimah merupakan harta yang didapatkan kaum
muslimin dari kaum musyrikin atau mereka menjadi pengelola harta yang diambil
secara paksa. 3) fay yaitu harta yang didapatkan kaum muslim dari kaum
musyrikin atau mereka menjadi perolehan harta yang diambil secara sukarela. 4)
kharaj merupakan hak yang diberikan Allah kepada kaum muslimin berdasarkan

15
Zulkadir, Keuangan Public Perspektif Imam Al-Mawardi dalam Kitab Al-Ahkam
Sulthaniyah Wa Al-Wilayat Ad-Diniyah, Khozaha: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Islam, Vol 1,
No. 2, Juli 2008, P. 231-232
16
Effendi Sugianto, Sumber Pendapatan Negara Menurut Cendikiawan Muslim Imam Al-
Mawardi. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Islam Vol. 5, No, 2, 2020, P. 5

10
ijtihad, 5) jizyah, yaitu hak yang berikan Allah kepada kaum muslimin dari orang-
orang musyrik berdasarkan nash atau dalil.17
Adapun yang menjadi perhatian khusus al-Mawardi dalam melihat sumber
pemasukan negara adalah kharaj (pajak), tanah kharaj dibagi menjadi 2, yaitu
tanah yang sejak awal dihidupkan kaum muslimin, status tanah tersebut adalah
zakat. Kedua tanah yang pemiliknya masuk Islam, sehinggga ia menjadi berhak
atas tanah tersebut. Ketiga, tanah yang dirampas dari kaum musyrikin secara
paksa dan kekuatan, serta yang keempat, tanah yang didapatkan dari kaum
musyrikin dengan damai, tanah ini lah yang dikhususkan dikenakan kharaj.18
Hukum Terhadap Tanah
No Kategori Tanah Penerapan Hukum
1 Tanah yang dihidupkan kaum muslimin „Usyr (dikenal 1/10 wajib
sejak awal zakat)
2 Pemilik tanahnya masuk agama Islam „Usyr
3 Tanah yang didapat dari orang-orang „Usyr
musyrikin melalui jalan peperangan
4 Tanah-tanah yang didapat melalui jalan „Usyr
damai dari kaum musyrik
Sumber: al-Mawardi, 2006
Sedangkan sumber pengeluaran diperuntukan kepada Allah, Rasul, kerabat
Rasul, fakir miskin, Ibnu Sabil, miskin, mujahidin, pendidikan, infrastruktur, dan
untuk kepentingan masyarakat tergantung pada prioritas negara dengan prinsip
amanah dan keadilan. Terdapat karakteristik pemikiran al-Mawardi tentang
keuangan negara bahwa keuangan negara harus diatur secara detail dan sistematis,
yaitu dari segi pemasukan dan pengeluaran negara yang dibahas secara rinci. Al-
Mawardi memperbolehkan pinjaman khas negara dari pos lain apabila kas negara
tidak mencukupi. Al-Mawardi menekankan bahwa tanggungjawab pemerintah

17
Abu Hasan „Ali Bin Muhammad Ibnu Habib Al-Bisri Al-Mawardi, al-Ahkam al-
Sulthaniyah, P. 179-240
18
Adam Malik, Sumber Pendapatan Negara Menurut Ibnu Khaldun dan Al-Mawardi
dalam Kitab Al-Muqaddimah dan Al-Ahkam Sulthaniyah, Tesis, Universitas Hidayatullah, Jakarta,
2017, P. X

11
dan istuti keuangan pada pemasukan negara harus didistribusikan kepada
kebutuhan dan kepentingan umat.19
Al-Mawardi menjelaskan bahwa dalam pengelolaan keuangan negara,
moral penguasa dan agama sangatlah penting. Dikarenakan pengelolaan keuangan
Islam merupakan kewajiban suatu negara dan menjadi hak rakyat, sehingga
kebijakan pemerintah bukanlah semata-mata sebagai suatu kebutuhan untuk
perbaikan ekonomi maupun untuk peningkatan kesejahteraan saja, akan tetapi
lebih pada mekanisme distribusi yang adil dan amanah. Pada hakikatnya
permasalahan ekonomi yang melanda umat manusia berasal dari bagaimana
distribusi harta ditengah-tengah masyarakat yang terjadi.
Sehingga Imam al-Mawardi mewajibkan pentingnya kompetensi pegawai
Baitu al-Mal untuk dapat menguasai hukum dan aturan yang berkenaan dengan
Baitu al-Mal, yang membuat dalam pelaksanaan tugasnya secara menyeluruh
diharapkan tidak terjadi penyimpangan.20 Disamping itu al-Mawardi juga
memaksimalkan pemberdayaan dewan Hisbah yang memiliki tugas mengawasi
kondisi ekonomi atas kegiatan perdagangan, jasa profesi, keadaan produk, riba,
penimbunan berbagai barang,21 takaran dan peralatan timbang, pengawasan
terhadap perputaran ekonomi dari segala bentuk potensi kecurangan dan tipuan
kepada berbagai pihak.22
Dari pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa al-Mawardi
menggunakan instrument zakat, ghanimah, jizyah, fay, kharaj dan pendapatan dari
sumber lainya seperti hibah, dan harta warisan yang tidak ada ahli warisnya
sebagai pemasukan negara yang dikumpulkan di baitul al-mal. Baitul mal pada
masa al-Mawardi merupakan lembaga negara yang berperan mengurusi
pendapatan dan pengeluaran uang negara.
Maka dari itu al-Mawardi berpendapat bahwa pemilihan orang yang
bertugas pada Baitu al-Mal, harus selektif dan detail. Tidak boleh asal-asalan,
terutama tingkat moral dan agamanya yang angka mempengaruhi perilaku dan

19
Adam Malik, 213
20
Ian Rakhmawan Suherli, dkk. Pemikiran Imam Al-Mawardi Tentang Lembaga
Pengawas Kegiatan Eonomi Guna Meningkatkan Perekonomian Negara, Maso; Jurnal Ekonomi
Syariah dan Bisnis, Vol.5, No.1 2022, P. 95
21
Ian Rakhmawan Suherli, dkk, P. 101
22
Ian Rakhmawan Suherli, dkk, p. 96

12
etos kerja yang ia lakukan di Baitul Al-Mal. Dikarenakan Baitul Al-Mal sebagai
lembaga negara memiliki peran penting dalam keadilan ekonomi. Yaitu dengan
cara pengelolaan uang public yang baik dan benar secara syariat Islam, serta
pendistribusian harta negara yang tepat pada sasarannya.

Konsep Keadilan Ekonomi Menurut Islam


Keadilan dalam ajaran Islam wajib dilaksanakan dalam semua perkara.
Konsep keadilan memiliki dua konteks, yaitu keadilan konteks individual dan
keadilan social.23 Al-qur‟an sangat menekankan tentang keadilan, sampai
menyebutkannya sebanyak 30 kali24 dikarenakan keadilan merupakan hal penting
yang berkaitan dengan moral.25 Seperti dalam firman Allah dalam surat al-A‟raaf
ayat 29:26

‫ْي لَوُ ال ِّديْ َن َك َما‬ ِ ِ‫قُل اَمر رِّب ِِبلْ ِقس ِِۗط واَقِيموا وجوى ُكم ِعْن َد ُك ِل مس ِج ٍد َّو ْادعوه ُمُْل‬
‫ص‬
َْ ُ ُْ َْ ّ ْ َُْ ُ ُْْ َ ْ ّْ َ َ َ ْ
ِۗ
‫بَ َداَ ُك ْم تَعُ ْوُد ْو َن‬
“Katakanlah: tuhanku menyuruh berlaku adil (pada segala perkara) dan
(menyuruh supaya kamu) untuk menghadapkan muka (dan hati) kamu (kepada
Allah) dengan betul pada tiap-tiap kali mengerjakan sembahyang, dan
beribadahlah dengan mengikhlaskan amal agama kamu kepada-Nya semata-
semata; (karena) sebagaimana Ia telah menjadikan kamu pada mulanya, (semikian
pula) kamu akan kembali (kepada-Nya)”.
Islam juga mengajarkan bahwa keadilan harus ditegakan dalam segala hal
dan dalam segala sesuatu tanpa pengecualian, sebagaimana firman Allah dalam
surat an-Nisa ayat 135:27

23
Indra Sholeh Husni, Konsep Keadilan Ekonomi Islam dalam Sistem Ekonomi: Sebuah
Kajian Konseptual, Islamic Economics Journal, Vol 6, No. 1 Juni 2020, P. 57
24
Muhammd Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Qur’an Al-Karim,
(Mesir: Dar Al-Fikr, 1981), P. 448
25
Mawardi, Konsep Al-Adalah dalam Perspektif Ekonomi Islam, Hukum Islam. Vol.vii,
No.5 Juli 2007, P. 547-551
26
Q.S al-A‟raaf ayat 29
27
Q.S an-Nisa ayat 135

13
ۤ
‫ْي ِِبلْ ِق ْس ِط ُش َه َداءَ ِّٓلِلِ َولَ ْو َع ٓلاى اَنْ ُف ِس ُك ْم اَ ِو الْ َوالِ َديْ ِن‬ ِ ِ
َ ْ ‫ٓاٰيَيُّ َها الَّذيْ َن آ َمنُ ْوا ُك ْونُ ْوا قَ َّوام‬
ِۗ
‫الِلُ اَْو ٰٓل ِبِِ َما فَ ََل تَتَّبِعُوا ا ْْلَٓاوى اَ ْن تَ ْع ِدلُْوا ۚ َواِ ْن تَ ْلاوا اَْو‬ ِ ِ ِ ِ‫و ْاْلَقْ رب‬
ّٓ َ‫ْي ۚ ا ْن يَّ ُك ْن َغنيِّا اَْو فَقْي ًرا ف‬ َْ َ َ
‫الِلَ َكا َن ِِبَا تَ ْع َملُ ْو َن َخبِْي ًرا‬ ِ ‫تُع ِر‬
ّٓ ‫ض ْوا فَا َّن‬
ُ ْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu
bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya)”. Salah satu keadilan yang
ditekankan adalah keadilan ekonomi yang mempengaruhi keadilan social dan
kesejahteraan manusia. Diperkuat dengan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat
2,28 yaitu:

‫ِ َوَْل ََْ ُكلُْاوا اَْم َوا َْلُْم اِ ٓاٰل اَْم َوالِ ُك ْم ِۗ اِنَّو َكا َن‬
ِ ِّ‫ث ِِبلََّّي‬
َ ‫اْلَبِْي‬
ْ ‫َوآتُوا الْيَت ٓٓم اى اَْم َوا َْلُْم َوَْل تَتَبَ َّدلُوا‬

‫ُح ْوًِب َكبِْي ًرا‬


“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta
mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah
kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh, (tindakan menukar dan
memakan) itu adalah dosa yang besar.” Kata memakan disini bukan hanya dilihat
dari mamakan makanan yang sudah ada melainkan, memiliki makna
menggunakan dan mengelola.
Dilihat dari Q.S al-Hujurat ayat 13:29

ۤ
‫َّاس اِ ََّّن َخلَ ْق ٓن ُك ْم ِّم ْن ذَ َك ٍر َّواُنْثٓى َو َج َع ْل ٓن ُك ْم ُشعُ ْوًِب َّوقَبَا ِٕى َل لِتَ َع َارفُ ْوا ۚ اِ َّن اَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد‬
ُ ‫ٓاٰيَيُّ َها الن‬

‫الِلَ َعلِْي ٌم َخبِْي ٌر‬ ِ ِٓ


ّٓ ‫الِل اَتْ ٓقى ُك ْم ِۗا َّن‬
ّ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa

28
Q.S An-Nisa ayat 2
29
Q.S al-Hujurat ayat 13

14
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Mahateliti”.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam menekankan persamaan
manusia (egalitarism) dan menghindarkan dari segala bentuk kepincangan social
yang lahir dari kepincangan ekonomi, seperti eksploitasi, keserakahan, konsentrasi
harta pada segelintir orang dana lain sebagaianya.30 Selanjutnya, Keadilan
menurut konteks individual, dalam aktivitas perekonomiannya seorang muslim
tidak boleh menyakiti diri sendiri. Adapun dalam kontek sosialnya, setiap muslim
dituntut untuk tidak merugikan orang lain. Penerapan konsep keadilan ekonomi
dalam sistem ekonomi antara satu orang dengan orang lainyya. Sistem ekonomi
Islam juga melarang atau tidak membenarkan segala macam bentuk ketidak
adillan ekonomi seperti monopoli dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu
kelompok tertentu saja.31
Menurut Suryani Konsep keadilan ekonomi yang diajarkan Islam yaitu
menginginkan adanya pemerataan pendapat secara proposional atau berlandasan
kebersamaan, maka tidak jarang yang menyamakan prinsip keadilan social
ekonomi Islam mirip dengan sistem sosialis. Penegakkan keadilan social-ekonomi
Islam dilandasi oleh rasa persaudaraan (ukhuwah), saling mencintai (mahabbah),
bahu-membahu (takaful) dan saling tolong menolong (ta’awun), baik antara si
kaya maupun si miskin atau antara pengusaha dan rakyat. 32
Dalam ekonomi Islam keadilan dimaksudkan bahwa negara bersama
masyarakatnya mampu berintegrasi secara sinergis untuk mengatur seluruh aspek
kehidupan menjadi satu kesatuan entitas yang utuh. Serta dilandasi oleh nilai-nilai
moral yang harus dijunjung tinggi sebagai potret dari insan terbaik (ihsan) agar
dapat menggunakan semua sumber daya alam sebagai modal untuk produksi,
konsumsi dan distribusi.33

30
Suryani, Keadilan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Syariah: Sebuah Teori
Tinjauan, 2011
31
Indra S Husni, P. 70-71
32
Ibid P.9 -22
33
Malahayatie, Keadilan, Negara Dan Pembangunan Ekonomi: Perspektif Ekonomi
Islam, Jurnal Jeskape, Vol. 2, No.1, Januari-Juni 2018, P. 97

15
Menurut Jaelani, pemerintah memiliki peran untuk melaksanakan
pembangunan yang bergantung pada keuangan public yang secara factual
memiliki masalah dari sisi pengelolaanya dan implementasinya. Dalam perspektif
Islam keuangan negara menjadi prioritas utama yang dikelola dari sisi sumber-
sumber pendapatan dan pengeluaran yang digunakan dalam melaksanakan
pembangunan yang pro-poor sehingga menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat.34
Senada dengan pendapat Siti Mujiatun yang menyatakan bahwa lembaga
negara harus berperan secara aktif. Perananan positif lembaga negara bukanlah
sebuah intervensi yang dikenal dalam terminology kapitalis. Melainkan sebagai
bentuk kepedulian lembaga negara untuk menghindari konflik atau permasalah
dengan mengendalikan harga pasar agar sesuai. Dengan kata lain masyarakat
boleh menentukan harga pasar, jikalau hal tersebut menimbukan kerusakan atau
kesulitan bagi masyarakat, maka lembaga negara mempunyai hak untuk
menertibkanya.35

Krititsi Peran Lembaga Negara Dalam Membentuk Keadilan Ekonomi Di


Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan sistem demokrasi. Yaitu sistem yang
lahir dari pemikiran rakyat serta berdiri diatas rakyat, kebebasan, pluralism
politik, pemilihan parlmen yang menjalin kerjasama antar negara dan lain-lain.36
Negara memiliki tanggung jawab besar dalam mewujudkan pembangunan
ekonomi yang berkeadilan. Hal ini mengharuskan masyarakat memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh penghidupan yang layak, meskipun
masing-masing masyarakat dibedakan oleh tingkat potensi, keterampilan dan
intelektual, serta seperti kehidupan ekonomi yang dimilikinya.37

34
Aan Jaelani, Relasi Negara dan Pasar Bebas Dalam Mewujudkan Keadilan Ekonomi:
Analisis Sejarah Keuangan Public Islam, Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam,
Vol.3, No.2 Desember 2018, P. 169
35
Siti Mujiatun, Peran Pemerintah Tentang Pengembangan Perekonomian dalam
Perspektif Sistem Ekonomi Kapitasli, Sosialis dan Islam, Analytica Islamica, Vol. 3, No. 1, 2014,
P. 91
36
Rofi‟i Dimayanti, Tantangan Politik Negara Islam, (Malang: Pustaka Zamzami, 2003),
P. 31
37
Malahayatie, P. 64

16
Indonesia memiliki lembaga Negara, diantaranya Presiden Republik
Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung,
Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, serta Komisi
Yudisial yang memiliki peran, fungsi serta wewenangnya masing-masing.38
Menurut Zainal Abidin, ada lima perkara yang menjadi tugas lembaga negara,
yaitu: menghindarkan ancaman kelaparan, menjamin pekerjaan, memberantas
kefakiran, mengadakan organisasi-organisasi social, menjadikan rakyat tangan
memberi bukan yang meminta. Tugas tersebut sesuai dengan al-Qur‟an yang
terdapat pada surat al-Isra‟ ayat 3139 bahwa “manusia harus optimis dan jangan
takut karena kemiskinan, karena rizkinya sudah ditentukan oleh Allah” didukung
dengan surat al-Taubah ayat 6040, “pembagian harta zakat adalah untuk menjamin
kehidupan 8 golongan, diantaranya fakir-miskin”.
Maka fungsi lembaga negara adalah sebagai wakil Tuhan yang harus
memperhatikan rakyatnya dan bertugas menjamin pekerjaannya. Jaminan tersebut
bersifat umum, dapat berupa pekerjaan hingga bantuan tetap. Seperti contohnya
zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang dapat diwujudkan menjadi perusahaan-
perushaan yang bisa memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Menurut
Jimly Assidie, dari segi fungsinya lembaga negara dapat dibedakan menjadi 3
ranah (domain) yakni; 1) kekuasaan eksekutif atau pelaksanaan, 2) kekuasaan
legislative atau fungsi pengawasan, 3) kekuasaan kehakiman atau fungsi
yudisial.41
Akan tetapi 3 macam lembaga di atas belum maksimal dalam
menanggulangi semua permasalahan ekonomi apalagi menciptakan keadilan
ekonomi. Ukuran yang menjadikanya tidak adil karena masih banyak
ketimpangan social antara masyarakat yang mengakibatkan terjadinya lonjakan
kemiskinan atau lonjakan pengangguran di Indonesia. Semenjak kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945 Indonesia masih berada dilevel negara berkembang,

38
Patrialis Akbar, Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI Thaun 1945 (Jakarta:
Sinar Grafika, Jakarta, 2013), P. 213
39
Q.S Al-Isra‟ Ayat 31
40
Q.S Al-Taubah Ayat 60
41
Jimly Assidiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
Secretariat Jendral Kepanitiaan Mahkamah Konstitusi, (Jakarta, 2006). P. 99

17
hal tersebut disebabkan masih banyaknya masyarakat miskin, serta banyak
pengangguran di Indonesia. Badan pusat statistik menyatakan bahwa tercatat
penduduk miskin di Indonesia mencapai 9,54% permaret 2022 dengan
penganggurannya yang mencapai 9,1 juta orang, dapat kita lihat dari grafik
berikut:

Sumber: BPS, 2022


Fakta tersebut menunjukkan bahwa prekonomian Indonesia saaat ini
cenderung bergerak kepada ketidakseimbangan penguasaan asset dan sumber
daya ekonomi, yang menjadikan yang kaya semakin kaya, dan yang miskin
semakin miskin. Akar dari ketidakseimbangan tersebut adalah eksploitasi dan
ketidak adillan lembaga negara dalam pendistribusian harta negara. Sumber
pendapat negara Indonesia didapatkan dari BUMN, Pajak, PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak), dan hibah, hibah tersebut kebanyakan berasal dari luar
negri.
BUMN merupakan suatu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan. Tujuan BUMN sebagaimana tertuang
dalam UU No. 19 tahun 2003, yaitu untuk memberikan sumbangsih bagi

18
pergerakan ekonomi nasional, dan memberikan tambahan pendapatan negara.42
Terdapat 2 jenus BUMN yaitu perusahaan perseroan dan perusahaan umum.
BUMN memiliki peran terhadap perekonomian negara, yaitu sebagai
pengelolaan sumber daya alam potensial milik negara, sebagai stabilitator
perekonomian, perintis kegiatan usaha yang belum dapat digarap oleh swasta,
memberi bimbingan terhadap golongan ekonomi lemah. Serta berperan dalam
menyediakan lapangan kerja, sebagai sumber pendapatan negara, Seharusnya
dengan adanya peran BUMN pemerintah mampu menerapkan kebijakan yang
mampu menetralisir masalah perekonomian yang ada dan menghalangi kinerja
perekonomian bangsa.43 Dalam konteks ekonomi Islam, BUMN harus dikelola
secara profesonal dan efisien. .
Lembaga negara dapat memperkokoh pemerintahan dalam melaksanakan
tugasnya dari segi politik dan undang-undang.44 Akan tetapi peran-peran tersebut
hingga saat ini belum terealisasikan karena masih banyak penduduk miskin dan
pengangguran yang bertebaran di Indonesia. Hal tersebut dikarena oknum-oknum
yang berada dalam lembaga-lembaga tersebut tidak sungguh-sungguh untuk
merealisasikanya, bahkan mereka menjadikan kedudukan mereka sebagai peluang
mendapatkan keuntungan sendiri, contohnya dengan korupsi. seperti catatan
badan statisti dibawah ini:

Sumber: BPS, 2022

42
UU No.19 tahun 2003, https://peraturan.bpk.go.id
43
https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/600-apa-saja-peran-bumn-
terhadap-perekonomian-indonesia
44
Abd. Ghafur, p. 13

19
Dari grafik yang dipublish oleh Badan pusat statistik diatas, menyatakan
bahwa dari tahun 2004 sampai 2018, tingkat korupsi di ranah pemerintah terus
meningkat. Pada tahun 2018 tingkat korupsi pada DPR meningkat tajam hingga
mencapai 130 orang. DPR/DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat/ Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah) merupakan salah satu lembaga negara yang memiliki fungsi
sebagai berikut; yaitu fungsi legislative yang berfungsi sebagai lembaga pembuat
undang-undang. Fungsi anggaran, sebagai lembaga yang berhak untuk
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), selanjutnya
berfungsi sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap pemerintahan
yang menjalankan undang-undang.
Sedangkan DPD berfungsi sebagai lembaga yang dapat mengajukan
rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
perimbangan keuangan pusat dan daerah, pajak, pendidikan dan agama. Anggota
DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan
hasil pemilu. Sedangkan DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang dipilih
melalui pemilihan umum.
Adapun BPK (Badan Pemeriksan Keuangan) yang berada dalam struktur
kelembagaan negara Indonesia dan bersifat auxiliary terhadap fungsi DPR di
bidang pengawasan terhadap kinerja pemerintah. BPK merupakan lembaga
khusus yang dapat melakukan pemeriksaan keuangan (financial audit) secara
teknis, yang bersifat politis.45 Disisi lain pentingnya pengaturan yang lebih rinci
tersebut didasarkan pertimbangan bahwa soal keuangan negara dan sistem
pengawasan keuagan negara merupakan hal yang paling penting dalam
penyelenggaraan negara.46 Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F, anggota BPK
dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh
presiden. Serta ada komisi pemberantas korupsi (KPK) yang berfungsi untuk
memeriksa keuangan untuk menghindari terjadinya korupsi.47

45
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konso….,p. 135
46
Patrialis Akbar, Lembaga-Lembaga…, p. 189
47
UUD 1945 Pasal 23, https://undang-undang.bpk.go.id

20
Dukungan lembaga negara tehadap keadilan ekonomi akan memberikan
kejelasan arah dan tujuan dari setiap rencana pembangunan ekonomi, sehingga
pelaku-pelaku ekonomi diluar lembaga negara dapat melakukan langkah-langkah
yang saling melengkapi dan menguntungkan.48 Mengelola secara professional dan
efisien, merupakan suatu pekerjaan yang sangat sulit dilakukan, terutama jika
sumber daya manusia didalamnya hanya memiliki pengetahuan atau good skill
tanpa dilandasi moral dan agama

Penerapan Konsep Keadilan Ekonomi Al-Mawardi Di Indonesia


Imam al-Mawardi membangun teori keadilan ekonomi berdasarkan
realitas perekonomi pada zamannya, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Munawir Sadzali, situasi politik di dunia Islam pada masa Al-Mawardi, yakni
sejak menjelang akhir abad 10 sampai pertengan abad 11 M, tidak melebihi masa
farabi.49
Al-Mawardi menyatakan bahwa Islam adalah akidah yang aplikatif atau
yang menghasilkan peraturan integral dan universal atau akidah yang
menghasilkan syariat.50 Al-Mawardi menjelaskan bahwa tujuan dari sebuah
lembaga negara yaitu untuk mewujudkan kemaslahan didunia dan di akhirat,
tujuan tersebut dapat diwujudkan apabila terdapat penekanan untuk mengegakkan
amar ma’ruf nahil munkar. Tujuan yang paling penting dicapai oleh lembaga
negara ialah dapat mempertahankan keselamatan dan intergritas negara,
memelihara terlaksananya undang-undang dan ketertiban serta membangun
negara tersebut, agar setiap warganya menyadari kemampuan-kemampuannya itu
demi kesejahteraan seluruh warga negara.51
Ia berpendapat bahwa terdapat peran lembaga negara untuk menciptakan
keadilan ekonomi dalam suatu negara terutama mengenai pemasukan dan
pengeluaran kas negara. Akan tetapi di Indonesia kepercayaan kepada pemerintah
menjadi merosot dikarenakan banyak sekali kasus-kasus korupsi yang melibatan

48
Abd. Ghafur, p. 12
49
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran,(Jakarta:
Universitas Indonesia (UI) Press, 1993) P. 50
50
Abu Hasan „Ali Bin Muhammad Ibnu Habib Al-Bisri Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-
Sulthaniyyah, P. Viii
51
Abu Hasan „Ali Bin Muhammad Ibnu Habib Al-Bisri Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-
Sulthaniyyah, P. 4

21
orang-orang besar atau penting dalam lembaga negara Indonesia. Justru orang-
orang besar yang dalam pemerintah yang menbuat keadilan ekonomi tersebut
gagal.
Sistem pemerintahan al-Mawardi yang ditumpahkan pada buku Al-Ahkam
As-Sulthaniyah sudah relevan dengan negara Indonesia. Tampak pada kontrak
social yang menjelaskan hubungan antara ahl al-halli wal aqdi dengan ahl
imamah, konsep tersebut diejawantahkan dan dikembangkan dalam sistem
pemerintahan di Indonesia menjadi 3 lembaga, yaitu lembaga legislative, lembaga
eksekutif dan lembaga yudikatif.52
Dalam ekonomi modern, peran lembaga negara diklasifikasikan kedalam
tiga kelompok utama, yaitu: 1) peranan alokasi, peran oleh pemerintah sangat
diperlukan dalam hal pasokan barang yang tidak dipasok oleh sector swasta
seperti barang publik. 2) peranan distribusi, yang mendistribusikan pendapatan
modal. 3) peranan stabilitas, yang merupkan suatu kegiatan yang menstabilkan
ekonomi dengan menggabungkan kebijakan dan kebijakan moneter dengan
kebijkakan lain, seperti fiscal dan perdagangan untuk meningkatkan dan
mengurangi permintaan agrerat untuk mempertahankan pengangguran penuh juga
menghindari inflasi.53
Sementara itu, tugas lembaga negara dalam ekonomi ialah: 1) mengawasi
factor-faktor utama yang menggerakan perekonomian. Pengawasan harus
dilakukan oleh tim independen (al-Hisbah), untuk mengawasi badan-badan,
pabrik dan kepemilikanya. 2) menghentikan muamalah yang diharamkan, seperti
riba, gharar, maisir, penimbunan, monopoli. 3) menetapkan harga jika perlu.
Menurut pandangan Linda, Indonesia tergolong pada ekonomi yang
berkembang dimana pendapatan penduduknya masih pendapatan rata-rata bahkan
lebih rendah. Pengangguran di Indonesiapun meningkat setiap tahunya
dikarenakan masih kurangnya perhatian pemerintah terhadap ekonomi rakyat.
Selain itu banyaknya tenaga kerja asih tang masuk ke indoneisa sehingga

52
Rahmawati, Sistem Pemerintahan Islam Menurut Al-Mawardi dan Aplikasinya di
Indonesia, Diktum: Jurnal Syari’ah Dan Hukum, Volume 16, Nomor 2 Desember 2018, P. 265
53
Abd. Ghafur & Nurul Fadila, P. 7

22
mempersempit lapangan pekerjaan bagi penduduk asli. Peran lembaga negara
sanagt diharapkan dalam pembentukan keadilan yang lebih baik.54
Sejalan dengan penelitian milik Sandra Hanubun bahwa pendistribusian
ekonomi di Indonesia masih belum merata karena meningkatnya capital modal
yang semakin kaya dan pekerja hanya memiliki modal tenaga dan keahlian saja.
Ketimpangan sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam
pengelolaanya.55
Sehingga, Penulis mengambil 4 lembaga negara diatas yaitu DPR, DPD,
BPK, dan KPK untuk dipaparkan. Pertama lembaga negara di Indonesia yang
tertulis dalam UUD 1945 sudah memiliki fungsi, tugas dan wewenang masing-
masing akan tetapi hal tersebut belum berjalan dengan efesien, dikarenakan oleh
sumber daya manusia didalamnya. Anggota DPR, DPRD, dan DPD merupakan
wakil rakyat yang terpilih ketika pemilihan umum. Rakyat sendiri lah yang
memilih wakil-wakil tersebut, akan tetapi tidak seratus persen masyarakat
memilih berdasarkan pilihanya sendiri, karena jauh sebelum itu masyarakat sudah
di iming-imingi uang dan janji-janji manis namun kenyaatanya palsu, sehingga
secara tidak langsung mengecoh masyarakat untuk memilih wakil-wakil tersebut.
Kemudian ketika wakil-wakil tersebut sudah menjadi anggota DPR,
DPRD, dan DPD, mereklah yang memilih dan mempertimbankan anggota-
anggota untuk menjadi BPK, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya
kecurangan didalamnya. Adapun BPK yang berfungsi sebagai lembaga yang
mengawasi keuangan belum melaksanakan tugasnya dengan baik. Wakil-wakil
tersebut sudah dipilih berdasarkan tata cara dan syarat yang ada, akan tetapi tidak
dilandasi dengan moral dan agama yang kuat. Sehingga membuat mereka mudah
tergoda oleh kenikmatan dunia serta menjadikan mereka sebagai koruptor yang
memakan harta rakyat dan menyebabkan gagalnya keadilan ekonomi.

54
Sisi Ade Linda, Pemikiran Al-Mawardi dan Al-Ghazalu Tentang Peran Pemerintah
Terhadap Ekonomi Islam, Jurnal MEDIASAS: Media Ilmu Syari’ah dan Ahwal Al-Syakhsiyyah,
Volume 5, Nomor 1, Juni 2022, P. 11
55
Abd. Ghafur & Nurul Fadila, P.8

23
SIMPULAN
Keadilan ekonomi merupakan tujuan utama bagi lembaga negara, karena
tercapainya keadilan ekonomi akan membuat sebuah negara sejahtera dan
membuat pergerakan suatu negara lebih produktif. Al-Mawardi merupakan
seorang ulama yang memiliki pemikiran tentang politik dan ekonomi yang
ditumpahkan pada karya monumentalnya yaitu kitab Al-Ahkam Al-Sulthaniyah.
Dalam bukunya terverifikasi Al-Mawardi mengajukan konsep bahwa lembaga-
lembaga negara harus berperan aktif dalam mewujudkan keadilan ekonomi dan
selalu hadir untuk membantu mewujudkannya, melalui fungsi-fungsinya sebagai
salah satu pusat motivasi, inspirasi, konfirmasi, informasi, dan fungsi legal and
ethic. Dukungan serta kebijkan lembaga negara akan menentukan arah lembaga-
lembaga lain untuk menciptakan keadilan ekonomi tersebut.
Maka sebenarnya lembaga negara Indonesia sudah relevan dengan
lembaga negara pada zaman al-Mawardi, yang memiliki fungsi, tugas dan
wewenang yang baik, walaupun tidak sama persis. Akan tetapi lembaga negara
Indonesia belum maksmimal memberikan perannya dalam menciptakan keadilan
ekonomi seperti pada zaman al-Mawardi. Hal tersebut bukan dikarenakan
lembaga negaranya, namun karena sumber daya manusianyalah yang kurang baik,
karena mereka terpilih hanya sebatas memiliki kompeten yang baik dalam
bidangnya masing-masing, namun tidak dilandasi oleh moral dan agama yang
kuat. Maka seharusnya masyarakat Indonesia dalam memilih wakil rakyat terlebih
dahulu melihat pada kualitas moral dan agamanya baru dilihat dari segi
kompertennya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al-Karim
Abd. Ghafur & Nurul Fadila, (2020). Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam,
Iqtishodiyah, Vol. 6, No.1 Januari Akbar, Patrialis. (2013). Lembaga-
Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945 (Jakarta: Sinar Grafika,
Jakarta
Adam Malik, (2017). Sumber Pendapatan Negara Menurut Ibnu Khaldun dan Al-
Mawardi dalam Kitab Al-Muqaddimah dan Al-Ahkam Sulthaniyah, Tesis,
Universitas Hidayatullah, Jakarta.

24
Assidiqie, Jimly. (2006). Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara
Pasca Reformasi, Secretariat Jendral Kepanitiaan Mahkamah Konstitusi,
Jakarta.
Al-Mawardi, Abu Hasan „Ali Bin Muhammad Ibnu Habib Al-Bisri. (2006). al-
Ahkam al-Sulthaniyah, Kairo: Dar Al-Hadist.
Assidiqie, Jimly. (2006). Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara
Pasca Reformasi, Secretariat Jendral Kepanitiaan Mahkamah Konstitusi,
Jakarta.
Dahlan, Abdul Azis. (1996). Ensiklopedi Hukum Islam Cet, 1, Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve.
Dimayanti, Rofi‟i. (2003). Tantangan Politik Negara Islam, Malang: Pustaka
Zamzami.
Effendi Sugianto, (2020). Sumber Pendapatan Negara Menurut Cendikiawan
Muslim Imam Al-Mawardi. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Islam Vol. 5,
No, 2
Husni, Indra Sholeh (2020). Konsep Keadilan Ekonomi Islam dalam Sistem
Ekonomi: Sebuah Kajian Konseptual, Islamic Economics Journal, Vol 6,
No. 1
Jaelani, Aan (2018). Relasi Negara dan Pasar Bebas Dalam Mewujudkan
Keadilan Ekonomi: Analisis Sejarah Keuangan Public Islam, Al-Mustashfa:
Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, Vol.3, No.2.
Linda, Sisi Ade (2022). Pemikiran Al-Mawardi dan Al-Ghazali Tentang Peran
Negara Dalam Hukum Ekonomi Islam, Jurnal MEDIASA: Media Ilmu
Syariah dan Ahwal Al-Syakhsiyah, Vol. 5, No.1.
Nur Mufid dan A. Nur Fuad, (2006). Bedah Al-Ahkam As-Sulthaniyyah Al-
Mawardi: Mencermati Konsep Kelembagaan Politik Era Abbasiyyah,
Surabaya: Pustaka Progressif.
Suherli, Ian Rakhmawan dkk. (2022). Pemikiran Imam Al-Mawardi Tentang
Lembaga Pengawas Kegiatan Eonomi Guna Meningkatkan Perekonomian
Negara, Maso; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.5, No.1
Malahayatie, (2018). Keadilan, Negara Dan Pembangunan Ekonomi: Perspektif
Ekonomi Islam, Jurnal Jeskape, Vol. 2, No.1

25
Mawardi, (2007). Konsep Al-Adalah dalam Perspektif Ekonomi Islam, Hukum
Islam. Vol.vii, No.5.
Muhammd Fu‟ad Abdul Baqi, (1981). Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-
Qur’an Al-Karim, Mesir: Dar Al-Fikr.
Mujiatun, Siti (2014). Peran Pemerintah Tentang Pengembangan Perekonomian
dalam Perspektif Sistem Ekonomi Kapitasli, Sosialis dan Islam, Analytica
Islamica, Vol. 3, No. 1.
Musthafa, (2020). Pemikiran Al-Mawardi Tentang Negara Kesejahteraan dan
Relevansinya Pada Era Reformasi di Indonesia Tahun 1998-2018, Disertasi
UII Yogyakarta.
UU No.19 tahun 2003, https://peraturan.bpk.go.id
https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/600-apa-saja-peran-bumn-
terhadap-perekonomian-indonesia
Rahmawati, (2018). Sistem Pemerintahan Islam Menurut Al-Mawardi dan
Aplikasinya di Indonesia, Diktum: Jurnal Syari’ah Dan Hukum, Vol. 16,
No. 2
Sjadzali, Munawir. (1993), Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan
Pemikiran, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Press.
Suryani, (2011). Keadilan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Syariah: Sebuah
Teori Tinjauan
Zain, Mochamad Adib. dkk, (2014). Konsistensi Pengaturan Jaminan Social
Terhadap Konsep Negara Kesejahteraan Indonesia. Jurnal Penelitian
Hukum, Vol.1, No.2.
Zulkadir, (2008). Keuangan Public Perspektif Imam Al-Mawardi dalam Kitab Al-
Ahkam Sulthaniyah Wa Al-Wilayat Ad-Diniyah, Khozaha: Jurnal Ekonomi
dan Perbankan Islam, Vol 1, No. 2.

26

Anda mungkin juga menyukai