ْاح َش ةً َأو
ِ َ َوالَّ ِذينَ ِإ َذا فَ َعلُ وا ف، ََّاس َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين
ِ َن الن ِ اظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ ع ِ الض َّر ا ِء َو ْال َك
َّ اء َوِ ال َِّذينَ ي ُْنفِقُونَ فِي السَّ َّر
ُ
َُص ُّر وا َعلَى َم ا فَ َعلوا َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون ِ ُ َولَ ْم ي هَّللا اَّل َ ُظَلَ ُموا َأ ْنفُ َسهُ ْم َذ َك ُروا هَّللا َ فَا ْستَ ْغفَ ُروا لِذنُوبِ ِه ْم َو َم ْن يَ ْغفِ ُر الذ ن
وب ِإ ُّ ُ
Di dalam ayat tersebut, ada banyak sekali ciri-ciri orang yang bertaqwa. Mulai dari
mereka yang senantiasa menafkahkan hartanya, baik ketika mereka sedang lapang
maupun ketika sedang sempit, sampai dengan mereka yang tidak melakukan
perbuatan keji. Dan tentu saja, mempraktekkan, atau merealisasikannya tidaklah
semudah mengucapkannya.
Terlebih lagi, taqwa bukanlah hanya sekedar amalan lisan saja, dan bukan hanya
sekedar yang terlihat saja. Melainkan sebuah amalan hati. Karena di dalam sebuah
hadits disebutkan Rasulullah pernah bersabda bahwasanya taqwa itu letaknya ada di
hati. Dan beliau menyebutkan hal tersebut sebanyak tiga kali. Masya Allah.
Betapa banyak orang-orang yang demikian hadirin. Salah satunya adalah orang orang
munafik yang hidup di masa Rasulullah. Yang mana, mereka memperlihatkan dan
memperdengarkan bahwasanya mereka adalah orang yang bertaqwa, yang ingin
melindungi dirinya dan kaum muslimin, padahal aslinya, di dalam hati mereka ada
kebencian yang sangat besar terhadap Islam dan kaum muslimin. Dan ini
menunjukkan bahwasanya tidak semua orang yang mengamalkan agama Islam
secara benar mempunyai tujuan mengharapkan ridha Nya.