Anda di halaman 1dari 2

‫هَّٰلل‬

ُ ‫ٱلس اَل ُم عَلَي ُْك ْم َو َرحْ َمةُ ٱ ِ َوبَ َر َك اتُه‬ َّ


‫َأ‬ ‫َأ‬ َ َ ‫َأل‬ ْ َ ِّ ُ ِّ
َ ‫صل ْي َون َسل ُم عَلى َخي ِْر ا ن َِام َسي ِِّدنَا ُم َحم ٍَّد َوعَل ى الِ ِه َو‬
‫ص حْ بِ ِه جْ َم ِع ْينَ مَّا‬ ُ ْ ْ ْ ‫َأ‬ ِ ِ ‫ْال َح ْم ُد‬
َ ‫هلل ال َِّذيْ ن َع َمنَا بِنِ ْع َم ِة اِإل ي َْما ِن َواِإل ْس‬
َ ‫ َون‬.‫ال ِم‬
‫بَ ْع ُد‬

Alhamdulillah. Hadirin, marilah sama-sama bersyukur kepada Allah, karena telah


memberikan kita banyak kenikmatan. Kemudian, mari kita bersholawat kepada
Rasulullah, dengan mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad, wa’ala ali
Muhammad.

Hadirin yang dirahmati Allah.......


Taqwa, merupakan salah satu kata yang cukup familiar di telinga kita. Entah itu
dalam forum kajian, ceramah, atau bahkan dalam diskusi-diskusi ringan. Iya kan? Kita
sendiri menyadari bahwasanya taqwa adalah sebuah kata yang mudah diucapkan
oleh lisan. Namun dalam prakteknya? Apakah kita sudah benar-benar bertaqwa?.
Sudahkah hakikat dari taqwa itu sudah kita wujudkan dalam kehidupan nyata? Atau,
hanya sekedar ucapan ‘aku bertaqwa’ saja? Di dalam al-Quran, surah al-Imran ayat
134 dan 135 Allah berfirman:

ْ‫اح َش ةً َأو‬
ِ َ‫ َوالَّ ِذينَ ِإ َذا فَ َعلُ وا ف‬، َ‫َّاس َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
ِ ‫َن الن‬ ِ ‫اظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ ع‬ ِ ‫الض َّر ا ِء َو ْال َك‬
َّ ‫اء َو‬ِ ‫ال َِّذينَ ي ُْنفِقُونَ فِي السَّ َّر‬
ُ
َ‫ُص ُّر وا َعلَى َم ا فَ َعلوا َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫ُ َولَ ْم ي‬ ‫هَّللا‬ ‫اَّل‬ َ ُ‫ظَلَ ُموا َأ ْنفُ َسهُ ْم َذ َك ُروا هَّللا َ فَا ْستَ ْغفَ ُروا لِذنُوبِ ِه ْم َو َم ْن يَ ْغفِ ُر الذ ن‬
‫وب ِإ‬ ُّ ُ

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun


sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang
lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Qs. Ali ‘Imran: 134-135)

Di dalam ayat tersebut, ada banyak sekali ciri-ciri orang yang bertaqwa. Mulai dari
mereka yang senantiasa menafkahkan hartanya, baik ketika mereka sedang lapang
maupun ketika sedang sempit, sampai dengan mereka yang tidak melakukan
perbuatan keji. Dan tentu saja, mempraktekkan, atau merealisasikannya tidaklah
semudah mengucapkannya.
Terlebih lagi, taqwa bukanlah hanya sekedar amalan lisan saja, dan bukan hanya
sekedar yang terlihat saja. Melainkan sebuah amalan hati. Karena di dalam sebuah
hadits disebutkan Rasulullah pernah bersabda bahwasanya taqwa itu letaknya ada di
hati. Dan beliau menyebutkan hal tersebut sebanyak tiga kali. Masya Allah.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah........


Memang benar adanya bahwa mencapai ketaqwaan yang hakiki adalah perkara yang
sangat sulit. Namun bukan berarti tidak bisa kan? Dalam hal ini, Imam Ibnu al-Qayyim
al-Jauziyyah berkata yang intinya seorang hamba cuma bisa melakukan tahapan
perjalanan mendapatkan ridhonya Allah dengan hati dan juga keinginannya yang
sangat kuat. Bukan hanya sekedar perbuatan yang terlihat saja, yakni perbuatan
dengan anggota tubuhnya. Dan beliau juga menyebutkan bahwasanya taqwa yang
sebenarnya ada di dalam hati, bukan hanya sekedar yang terlihat. Allah juga
berfirman di dalam QS. al-Hajj ayat 32 yang berbunyi:

ِ ‫ك َو َم ْن ي َُعظِّ ْم َش َعاِئ َر هَّللا ِ فَِإنَّهَا ِم ْن تَ ْق َوى ْالقُلُو‬


‫ب‬ َ ِ‫َذل‬

“Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar


(perintah dan larangan) Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan (dalam)
hati.” (Qs. al-Hajj: 32)
Dan selain dalil tersebut, masih banyak dalil lain yang berbicara tentang ketaqwaan.
Maka sudah sangat jelas, bahwasanya makna taqwa letaknya di dalam hati, bukan
hanya sekedar yang terlihat saja. Berapa banyak di antara kita yang mengaku
bertaqwa padahal taqwanya hanya sebatas perbuatan lisan dan tubuh saja?
Naudzubillah.

Betapa banyak orang-orang yang demikian hadirin. Salah satunya adalah orang orang
munafik yang hidup di masa Rasulullah. Yang mana, mereka memperlihatkan dan
memperdengarkan bahwasanya mereka adalah orang yang bertaqwa, yang ingin
melindungi dirinya dan kaum muslimin, padahal aslinya, di dalam hati mereka ada
kebencian yang sangat besar terhadap Islam dan kaum muslimin. Dan ini
menunjukkan bahwasanya tidak semua orang yang mengamalkan agama Islam
secara benar mempunyai tujuan mengharapkan ridha Nya.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah.......


Maka dari itu, marilah sama-sama kita mengintropeksi diri kita. Benarkah kita sudah
bertaqwa kepada Allah? Benarkah semua amalan lahiriah yang kita lakukan semata-
mata hanya untuk Nya? Hanya untuk mengharapkan ridha Nya? Atau jangan-jangan
kita lakukan semuanya hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia? Na’udzubillah.
Hadirin, mari sama-sama kita memperbaiki niat kita dengan benar, agar kita bukan
hanya taqwa lahiriyah, melainkan bisa mencapai taqwa yang sebenar benarnya.
Semoga Allah mudahkan langkah kita, dan memudahkan niat baik kita untuk menjadi
hamba yang bertaqwa. Demikian ceramah singkat tentang taqwa yang dapat saya
sampaikan, semoga bermanfaat. wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai