Anda di halaman 1dari 5

Analisa Usaha UKM Produksi Cabai Rawit

Sebelum intervensi
Analisa Usaha
Saat ini, Budidaya cabai rawit hanya dijadikan sebagai tanaman seling atau tanaman perantara
musim kering ke musim hujan. Pemeliharaan cabai hanya sebatas penyiangan dan pemberian
pupuk urea sekali selama tanaman tumbuh. Kebanyakan system budidaya tumpeng sari dengan
jagung sehingga kemungkinan besar hama pada jagung dapat berpindah ke tanaman cabai.
Selain itu, tanaman cabai tidak dibuat bedengan sehingga tanah tidak gembur. Warga menjual
hasil panen Cabai Rawit milik mereka langsung ke pengepul dalam ukuran Kilogram, dimana
dalam 1 kg harga terendah adalah Rp. 25.000,-/kg. Rata-rata sekali panen dalam 1 Ha adalah
200Kg (Mortality Rate 25%), 1 Ha Lahan Cabai Rawit menghasilkan 150Kg maka pendapatan
rata-rata warga untuk setiap Ha adalah Rp. 3.750.000,-/Siklus panen.
Analisa Keuangan
A. Modal :

1. Benih Cabai Rawit Rp. 0 (Benih turunan panen


sebelumnya)
2. Pupuk Urea 3 Zak @Rp. 170.000,- Rp. 510.000,-
3. Pupuk NPK Ponska 3 Zak @Rp. 190.000,- Rp. 570.000,
4. Gramoxome 2 Liter @Rp. 95.000,- Rp. 190.000,-
5. Pupuk SP36 100 kg@Rp.2.200,- Rp. 220.000,-
6. Furadan 3 Bungkus @Rp. 95.000 Rp. 285.000,-

Rp. 1.775.000,-

B. Biaya Operasional/tenaga kerja


1. Biaya Pemetik 3 Orang @Rp. 450.000,- Rp. 450.000,-
Rp. 450.000,-

Total Biaya (A+B) Rp. 2.225.000,-

Produksi : 200Kg/ha (Panen pertama) Mortality Rate 25% menjadi 150Kg/ha. Harga Terendah GKP di
Tengkulak Rp.25.000,-/kg. Sehingga penghasilan Petani per Siklus 1 panen Cabai Rawit :

150 kg x Rp. 25.000,- = Rp. 3.750.000,-

Jadi, Penghasilan bersih SIKLUS 1 (Panen 1) = 3.750.000 – 2.225.000 = Rp. 1.525.000,-

Penghasilan bersih SIKLUS 1 (panen 2) = 3.750.000 – 450.000 (Biaya Petik) = Rp. 3.300.000,-

Penghasilan bersih SIKLUS 1 (Panen 3) = 3.750.000 – 450.000 (Biaya Petik) = Rp. 3.300.000,-
Dalam sebulan dilakukan 3 kali panen/Petik, maka Penghasilan total petani adalah:

Jadi, Panen 1 + Panen 2 + Panen 3 = Rp. 8.125.000,-

Penghasilan rata-rata tiap panen adalah = 8.125.000/3 siklus = 2.708.000,-

Setelah Intervensi
Analisa Usaha
Potensi Hasil Panen Cabai rawit di desa Sering, yang selama ini produktivitasnya semakin lama
semakin menurun dan tidak menghasilkan buah secara maksimal, karena proses budidaya yang
tidak efektif, pemeliharaan yang seadanya dan terkadang tidak ada pengendalian hama
sehingga panen dilakukan hanya 2 kali dalam sebulan dengan jumlah yang tidak maksimal.
Padahal dapat diasumsikan bahwa di desa ini, cabai rawit dapat dipanen 3 s/d 4 kali dalam
sebulan. Tanaman cabai dapat produktif hingga 2 tahun jika pemeliharaan yang efektif dan tidak
terserang hama. Hasil Panen dapat dihasilkan hingga 450Kg/Ha (Mortality Rate 10%), 1Ha Lahan
menghasilkan 405Kg.
Sehingga dianggap perlu untuk meningkatkan produktivitas buah cabai rawit tersebut dengan
sitstem budidaya yang efektif, pemeliharaan yang berkelanjutan dan pengendalian hama yang
efisien dan tepat guna. Kelompok Penerima Manfaat yang terdiri dari Kelompok petani cabai
rawit dan buruh tani kategori Miskin Ekstrim akan mendapatkan : Pelatihan Budidaya Cabai
Rawit dan dilanjutkan Pelatihan pengendalian hama terpadu pada cabai rawit yang dilakukan
selama 2 kali pelatihan kemudian dilanjutkan dengan Pembuatan demplot/Lahan budidaya
cabai rawit seluas 1 Ha yang dibagi menjadi 3 lokasi lahan (30:40:30) are yang tersebar di 2
dusun.

Analisa Keuangan
Jika dalam sebulan dilakukan 3 kali panen/Petik, maka Analisa keuangan petani cabai rawit adalah:

A. Modal :
1. Bibit Unggul Rp.1.350.000 Rp. 1.350.000,-
2. Mulsa Plastik 9 Roll @325.000 Rp. 2.925.000,-
3. Herbisida 3 botol @Rp. 125.000 Rp. 375.000,-
4. Sprayer Elektrik 2 @Rp. 500.000 Rp. 1.000.000,-
5. Atonik 3 botol @Rp. 25.500 Rp. 76.500,-
6. Petrogenol Rp. 160.000,-
7. NPK 16-16-16 12 Bungkus @Rp. 25.500 Rp. 306.000,-
8. Gandasil Rp. 228.000,-
9. Hormon 9 botol @Rp. 30.000 Rp. 270.000,-
10. Urea 3 zak @Rp. 170.000 Rp. 510.000,-
11. Phonska 3 Zak @Rp. 190.000 Rp. 570.000,-
12. Regent 3 botol @Rp. 52.500 Rp. 157.500,-
13. Decis 3 botol @Rp. 28.000 Rp. 84.000,-
14. Akarisida 3 botol @Rp. 32.500 Rp. 97.500,-
15. POC 12 botol @Rp. 15.000 Rp. 180.000,-
16. Fungisida 3 botol @Rp.68.000 Rp. 204.000,-

Total Biaya Modal Rp.8.493.500,-

B. Biaya Operasional/tenaga kerja


1. Biaya Pemetik 3 Lokasi @Rp. 150.000,- (Sekali Panen) Rp. 450.000,-
2. Pengolahan lahan 3 Lokasi @Rp. 200.000 Rp. 600.000,-
Rp. 1.050.000,-

Total Biaya (A+B) Rp. 9.543.500,-

Produksi : 450 Kg/ha (Mortality Rate 10%) menjadi 405 Kg/ha. Harga Terendah GKP di Tengkulak Rp.
25.000,-/kg. Sehingga penghasilan Petani per Siklus 1 panen Cabai Rawit :

360 kg x Rp. 25.000,- = Rp. 10.125.000,-

Penghasilan bersih SIKLUS 1 (Panen 1) = 10.125.000 - 9.543.500 = Rp. 581.500,-

Jadi, Penghasilan Petani Siklus 1 = Rp. 581.500,-

Penghasilan bersih SIKLUS 1 (Panen 2) = 10.125.000 – 1.050.000 (Biaya Operational) = Rp. 9.075.000,-

Penghasilan bersih SIKLUS 1 (Panen) = 10.125.000 – 1.050.000 (Biaya Operational) = Rp. 9.075.000,-

Jika dalam sebulan dilakukan 3 kali panen/Petik, maka Penghasilan total petani adalah:

Jadi, Panen 1 + Panen 2 + Panen 3 = Rp. 18.731.500,-

Penghasilan rata-rata tiap panen adalah = 18.731.500/3 siklus = 6.243.800,-

Analisa Resiko

Lahan pertanian didominasi oleh tanaman jagung, sehingga rata – rata lahan budidaya cabai
rawit setiap petani tidak begitu luas (30-50 are). Pengendalian hama yang tidak efektif akan
mengakibatakan tanaman cabai rawit mudah terkena virus/penyakit sehingga menurunkan
produktivitas cabai bahkan menyebabkan kematian pada tanaman cabai, khususnya hama bulai,
aphids dan keriting daun. Prediksi cuaca yang tidak menentu juga menjadi salah satu resiko
dalam budidaya cabai. Jika intensitas hujan terlalu tinggi, maka tanaman cabai mudah terserang
hama.
Solusi :

Lahan budidaya akan dibuat di beberapa lokasi milik petani sehingga tidak berada dalam satu
hamparan, yang saat ini sulit karena didominasi oleh jagung. Tanaman cabai juga dapat menjadi
tanaman perantara sebelum memasuki tanam musim jagung. Pelatihan budidaya dan
pengendalian hama juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kapabilitas petani binaan dalam
budidaya cabai khususnya dilahan percontohan.
Untuk mengantisipasi cuaca yang tidak menentu, misalnya kekeringan maka lahan budidaya
akan ditempatkan di lokasi yang dekat dengan sumber air (Sungai/Sumur Bor/Mata air). Jika
intensitas hujan terlalu tinggi, maka dapat diantisipasi dengan penggunaan akarisida dan
fungisida saat pengolahan lahan/sebelum penanaman.

Analisa Pemasaran

Hasil Panen Cabai akan dijual ke pengepul, seperti hasil panen komuditi lain di desa ini. Sudah
sejak lama pengepul datang ke desa untuk mengumpulkan hasil panen warga jika musim panen
sudah tiba dan petani melakukan panen secara bersamaan atau massif.
Harga Rp.25.000,-/kg merupakan harga jual komuditi Cabai beberapa musim terakhir.

Penjelasan :

Arsir Hijau : Hasil Perbaikan/revisi hasil panen.

Karena Cabai dalam 1 siklus bisa dilakukan panen beberapa kali, maka redaksi yang tepat untuk
penjelasan perhitungan pendapatan adalah kata panen bukan kata siklus. Karena siklus itu
artinya setiap kita menanam baru, artinya harus ada pengadaan bibit,pupuk,obat dan
pengadaan lainnya sesuai komponen modal di atas.

Sementara kalau *Panen* adalah Pohon Cabai yang sudah ditanam sebelumnya namun dipetik
lagi buahnya/panen setelah beberapa waktu dari panen sebelumnya.

Harap desa lain yang juga membuat Program Budidaya Cabai, mengubah kata Siklus 2 dan
seterusnya menjadi Panen 2 dan seterusnya, jika memang pengadaan modal dan alat
produksinya hanya satu kali pengadaan atau bantuan dari YHK hanya 1 siklus.

Arsir Kuning
Semua analisa usaha yang sudah teman-teman buat di aplikasi, harap ditambahkan lagi Analisa
Pemasaran sesuai intruksi dari Pak Direktur.
Analisa Pemasaran di atas, sudah saya komunikasikan dengan Akhsan selaku fasilitator Desa
Sering. Artinya analisa pemasaran diisi sesuai kondisi masing-masing desa. Tidak harus serentak
sama diambil/dijemput oleh pengepul.

Anda mungkin juga menyukai