Anda di halaman 1dari 5

PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU MAHASANTRI ASRAMA TAHFIZ YAYASAN

MUNASHOROH DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TIKTOK

Dena Amanda &Aulia Solihah


Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
E-mail Denaamanda580@gmail.com

ABSTRAK
1. PENDAHULUAN

Aliran komunikasi dan informasi tanpa batas yang tersedia lewat internet tersebut membuat
setiap momen yang terjadi di berbagai tempat, ruang dan jarak yang terbatas dimana saja dapat
diketahui. Setiap pengakses internet dapat berkomunikasi dengan siapa saja yang berada di
tempat lain secara langsung maupun tidak langsung.1 Media sosial merupakan sebuah kelompok
aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan tekhnologi Web 2.0 yang
memungkinkan penciptaan pertukaran konten (user-generated content). Media sosial tidak hanya
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi, tetapi juga sebagai alat ekspresi
diri (self expression) dan pencitraan diri (self branding).

Dikutip dari data App Annie App Ranking : Downloads, Tiktok merupakan salah satu aplikasi
media sosial menduduki peringkat ke tiga yang banyak diinstal oleh penduduk dunia dengan ciri
aplikasi berupa audio visual. Dapat memberikan hiburan bagi setiap orang untuk menghilangkan
rasa lelah dan rasa bosan bahkan pengguna Tiktok bisa mengeluarkan banyak ekspresi jika
sedang menggunakan dan melihat video-video di Tiktok seperti mengeluarkan ekspresi senang,
sedih, gembira, kecewa, marah dan berbagai ekspresi lainnya karena dalam aplikasi tersebut
setiap orang dapat melihat berbagai video dengan ekspresi video yang berbeda-beda. 2 Dengan
adanya aplikasi Tiktok menimbulkan aura baru untuk semua kalangan terlebih lagi bagi
mahasiswa dan mahasiswi.

Mahasiswi yang melanjutkan pendidikan ditingkat universitas memilih tinggal berasrama


dengan aktivitas kuliah serta mendalami ilmu agama islam disebut mahasantri. Selain
mengerjakan aktifitas kuliah, mahasantri juga seperti santri pada biasanya, melaksanakan sholat
berjama’ah, membaca, mengkaji serta menghafal Al-Qur’an dan kitab, namun bedanya santri dan
mahasantri adalah santri sangatlah ketat dengan aturan yang berlaku dan tidak boleh membawa
alat komuikasi seperti handphone dan laptop, namun mahasantri tidak serumit aturan seperti
santri dan juga boleh membawa alat komunikasi.

1
Cangara H. (2011). Komunikasi Politik; Konsep, Teori, dan Strategi. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
2
Tri buana, Dwi Maharani, Penggunaan Aplikasi Tik Tok (Versi Terbaru) Dan Kreatifas Anak, Jurnal Inovasi Vol 14
No 1 (2020). H. 2
Mahasantri yang bermukim di asrama tahfiz Yayasan Munashoroh berjumlah tiga puluh orang
dari berbagai universitas yang menempuh semester tiga dan empat. Begitu banyak aturan yang
mengandung nilai nilai islam yang harus diterapkan oleh mahasantri tahfiz Yayasan Munashoroh
seperti aturan yang sudah digambarkan di paragraf sebelumnya. Temasuk diperbolehkan
membawa handphone. Dengan adanya handphone bagi mahasantri cukup bebas dan sering
berinteraksi di dunia maya terutama di media sosial.

Sikap dan perilaku positif para mahasantri tahfiz Yayasan Munashoroh telah terbentuk dari
faktor primer keluarga maupun pendidikan islami yang mereka tempuh dari mulai tingkat
Sekolah Dasar hingga Madrasah Aliyah. Ketika memasuki dunia perkuliahan nilai-nilai islam
telah melekat di dalam diri mereka hingga memilih untuk tetap membatasi diri dari berbagai
pengaruh negatif salah satunya pergaulan bebas. Namun bagaimana dengan kebebasan mereka
dalam penggunaan media sosial. Kebanyakan dari mahasantri mendownload aplikasi tiktok yang
tentunya memiliki pengaruh positif dan negatif tehadap sikap dan perilaku. Hal ini yang
membuat peneliti tertarik untuk menganalisa sikap dan perilaku mahasantri tahfiz Yayasan
Munashoroh. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan sikap konsisten
dengan perubahan perilaku, faktor faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku mahasantri
dalam penggunaan media sosial Tiktok. fokus penelitian ini.

menyianyiakan waktu dengan adanya konten2 yang bervariasi dlm tiktok menjdikn para
pengguna tiktok ini melalaikan waktu prodiktif mereka untuk belajar dan melakukan hal positif
lainnya.
selain banyk yang dalm batas wajar dalam penggunaan tiktok namun ada jug amahasiswa yang
berlbihan dalam menggunkan tikto mulai dari 8 jm smpai 10 jm.
tidak dibatasi umur kemudahan dalm mengaksen konten2 yang ada di dlm tiktok, ini yang
menjadikan konten2 terbuka untuk segala usia sehingga konten yg kurang pantas dilihat anak2
menjadi bebas siapa pun dpt mengaksenya.
hal ini disebabkan adanya video di dlm tiktik yang menari dngan pakaian yang minim dan
kurang pantas dilihat bhakan cenderung tebuka sehingga siapa saja dapat melihatnya tentunya
tidak hanya dilihat dari segi penampilan namun dari segi pemikiran yang ingin dismapaikan oleh
konten kreator, perlu adanya penyaringan terlebih dahulu yang segnifikan karena tidak menutup
kemunggkinan juga oknum rasis memanfaatkan aflikasi tiktok.
ujaran kebencian
disamping kebermanfaat konten di tiktok, tidak sedikit pula konten2 yang tidak bermanfaat dan
cenderung kearah negatif, menjadi santpan penonton khususnya para remaja dan anak anak
untuk ditiru.

berketika peneliti meyangmahasantri yang telah bisa dilihat dengan kebiasaan mereka se
Dengan melakukan observasi, peneliti langsung terjun selama dua minggu untuk mengetahui
sikap dan perilaku seluruh mahasantri. Dapat dilihat dari kebiasannya yang dilakukan setiap
harinya. Mulai dari sikap taat mematuhi segala aturan asrama termasuk pakaian yang dikenakan
saat berkuliah, kemudian cara berkomunikasi dengan baik kepada para pembimbing dan sesama
teman. Namun, adakalanya untuk mengatasi rasa jenuh atau bosan dalam menjalani kesibukan
sehari-hari mereka memilih untuk berselancar di media sosial sebagai penikmat isi konten media
Tiktok khususnya. Baik itu negatif dan positif seperti misalnya konten berpacaran yang ada di
tiktok. Mahasantri yang mempunyai bekal ilmu pengetahuan bahwasaanya pacaran itu dilarang
agama. Tetapi karena pengaruh konten yang ada ditiktok maka mahasantri tersebut bisa saja
terdoktrin dan ikut berpacaran juga. dll.
Metode Penelitian :
Menurut Arikunto (2009), untuk memperoleh data secara terperinci dan baik, maka peneliti
menggunakan beberapa metode, yaitu dengan menggunakan: 1) Observasi yaitu dengan
melakukan pengamatan, mendengar dan mencatat berbagai masukan dengan mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan serta ikut terlibat dalam aktivitas yang dilakukan oleh informan; 2)
Wawancara yakni dengan membacakan daftar pertanyaan atau pedoman wawancara kepada
informan dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan yang sesungguhnya mengenai sikap dan
perilaku informan; 3) Studi kepustakaan merupakan teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan
data melalui dokumentasi yang digunakan informan.3 Metode penelitian yang digunakan dalam
menyusun penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu metode yang
menghasilkan data deskriptif. Adapun dalam pengambilan sampel atau sumber data penelitian ini
dengan teknik purposive, yaitu pengambilan sampel atau sumber data dengan sengaja atau
ditentukan oleh peneliti sebanyak lima mahasantri sebagai informan penggiat aplikasi tiktok.
Lokasi peneliti berada di asrama Yayasan Munashoroh Ciputat.4
Pembahasan :

3
Arikunto , S, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
4

Anda mungkin juga menyukai