Undip
Undip
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu prasarana yang diperuntukkan bagi pengguna lalu lintas meliputi
bangunan pelengkapnya dan semua bagian yang dimilikinya disebut sebagai jalan.
Sejak jaman dahulu, untuk memenuhi seluruh kepentingannya antara lain
ekonomi, politik, sosial dan budaya jalan sudah menjadi sarana yang paling
utama, kendaraan yang paling pertama yang pertama melintasi jalan adalah
kendaraan bertenaga kuda.
Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
jalan kabel.
Sedang berdasarkan UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan yang diundangkan setelah UU No 38 mendefinisikan jalan adalah
seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi Lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
Sejarah perkembangan jalan diberbagai wilayah secara umum masih
berupa jalan setapak yang terbilang kecil dan hanya jalan berupa tanah asli. Pada
jaman peradaban, yang telah mampu mengembangkan jalan yang terkini dan lebih
baik dibandingkan dengan jalan tanah diantaranya adalah Romawi, Mesotopia,
Yunani dan Tiongkok. Yang dimaksudkan terkini dan lebih baik adalah tak hanya
jalan yang bias dilalui dengan berjalan kaki namun juga bias dilintasi oleh
kendaraan beroda. Hal ini disebabkan karena peradaban tersebut sudah melakukan
pengembangan teknologi jalan yang mampu memadatkannya hingga strukturnya
menjadi lebih kuat.
1
2
prestasi bagi bangsa Indonesia yang memiliki jalan yang sangat modern pasa masa
itu. Keberhasilan ini menjadi batu loncatan dalam sejarah pembangunan
infrastruktur jalan yang ada di Indonesia. Karena, setelah pembangunan Tol
Jagorawi selesai pemerintah Indonesia secara berangsur-angsur membangun jalan
bebabas hambatan atau jalan tol di berbagai daerah di Indonesia.
Perjalanan yang sangat panjang dalam menciptakan infrastruktur jalan di
Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan dan perubahan jaman dari waktu-
kewaktu diikuti dengan pembangunan jalan dengan teknik pembangunan yang
tidak ketinggalan oleh jaman dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat
pada saat itu. Awalnya yang hanya berupa jalan setapak dan tanah sebagai alasnya
kini berhasil dikembangkan menjadi sebuah jalan dengan memiliki dimensi lebar
dan panjang yang lebih dan aspal atau beton sebagai campuran atau bahan
utamanya. Pengaruh cuaca yang tidak baik bukan menjadi persoalan utama
terhadap kondisi jalan saat ini. Mulai dari kendaraan kecil hingga kendaraan
besarpun mampu melintasi jalan kapan saja karena memiliki struktur yang cukup
kuat.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan terus berubahnya zaman,
konstruksi jalan raya di indonesia juga mengalami perkembangan, tak hanya jalan
Tol yang menjadi infrastruktur yang membanggakan bagi indonesia akan tetapi
jalan layang atau (Flyover), jalan bawah tanah (Underpass), hingga jalan
terowongan satu-persatu kini mulai dibangun di berbagai wilayah di Indonesia.
Hal ini dikarenakan sesuai dengan kebutuhan jalan masyarakat didaerah tersebut
guna menunjang kegiatan perekonomian daerah tersebut.
Akan tetapi pemerataan pembanguan jalan hingga saat ini belum
menyeluruh ke berbagai daerah di pelosok Indonesia. Kita bayangkan saja masih
banyak daerah hingga saat ini yang masih belum bisa memiliki fasilitas yang
seharusnya sudah bisa dinikmati bagi masyarakat didaerah tersebut, contoh
kecilnya saja daerah Indonesia bagian timur dan beberapa desa desa dipelosok
Sulawesi yang masih belum terjamah dengan aspal.
Dengan belum adanya jalan aspal membuat kegiatan sosial, perekonomian,
bahkan kegiatan pendidikan pun masih terganggu dan terlihat sangat pasif
4
didaerah yang belum memiliki jalan aspal, contohnya saja masih banyak siswa
bahkan tenaga pengajar dibeberapa daerah yang kesulitan menuju sekolah bahkan
menggunakan jalur setapak hingga menyeberangi sungai dikarenakan tidak
adanya jalur atau jalan yang sangat memadai untuk kegiatan pendidikan tersebut,
Hal ini tentu menjadi suatu perhatian bagi pemerintah untuk terus memerhatikan
daerah terpencil akan peningkatan fasilitas umum yang sangat dibutuhkan bagi
masyarakat pelosok.
Tak hanya masyarakat pelosok saja yang mengalami hal tersebut, tidak
sedikit juga masyarakat kabupaten kota yang merasakan keresahan yang
seharusnya pemerintah mampu untuk menanggulangi hal seperti ini, dikarenakan
fasilitas jalan yang sudah ada tetapi mengalami kerusakan yang sangat parah
hingga tidak layak untuk tetap dilalui oleh kendaraan kecil maupun besar.
Dengan kondisi dan keadaan seperti ini tentu menjadi ketimpangan antara
masyarakat ibu Kota dengan masyarakat terpencil, karena di kota kota besar yang
terbilang berkembang menjadi daerah yang maju tentu memiliki fasilitas jalan
yang sangat bagus bahkan apabila terjadi kerusakan akan segera ditindak lanjuti
untuk perbaikannya agar memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi
masyarakat setempat. Akan tetapi berbeda halnya dengan masyarakat terpencil,
untuk mendapatkan fasilitas jalan raya yang baik saja butuh waktu lama untuk
bisa terealisasikan apalagi dilakukan perbaikan jalan jika sudah ada fasilitas jalan
didaerah tersebut.
Kita bisa bayangkan apabila pembangunan jalan sudah merata di setiap
daerah di Indonesia. Dengan jalan yang bagus maka segala aktifitas bisa berjalan
dengan sangat lancar dan tentunya akan meningkatkan segala aspek kegiatan di
daerah tersebut seperti contohnya perekonomian yang semakin meningkat.
Tugas kita sebagai rakyat hanya bisa menunggu dan menerima apa
kebijakan pemerintah tentang pembangunan jalan akan tetapi sebagai mahasiswa
peneliti harus mampu menjadi penyambung aspirasi, keresahan dari rakyat untuk
disampaikan kepada birokrasi agar tidak terjadi ketimpangan di daerah maju dan
daerah tertinggal akan segala aspek pembangunan.
5
yang berukuran besar yang harus menahan beban muatan yang melebihi batas
kemampuan jalan tersebut. Jembatan timbang menjadi sangat penting untuk
menangani kondisi seperti ini, yang memiliki fungsi sebagai pengontrol berat
kendaraan yang akan melintasi jalan tersebut sehingga bisa dihindari apabila ada
kendaraan yang memiliki berat melebihi kapasitas jalan yang akan dilintasinya
(Sumarsono, 2013).
Sebagai dasar yang memikul semua beban yang bekerja pada suatu
perkerasan tentu pondasi suatu perkerasan harus memiliki sifat yang stabil.
Konstruksi sebuah perkerasan jalan secara umum terdiri atas 3 lapisan untama
yakni lapisan pondasi yang berada di bawah (subbase course), lapisan pondasi
yang berada diatas dari lapisan sebelumnya (base course) dan lapisan permukaan
yang berkontak langsung dengan kendaraan (surface course) yang dimana sekitar
80% jalan di Indonesia menggunakan lapisan permukaan perkerasan lentur yang
menggunakan material aspal sebagai bahan utamanya (Sumarsono, 2013)
Dapat dijelaskan kembali bahwa penyebab terjadinya kerusakan jalan
adalah adanya genangan air yang berada pada lapisan permukaan jalan kemudian
tidak dapat mengalir diakibat oleh kurang baiknya drainase yang dimiliki,
kemudian (overloaded) dari beban yang melintas diatas permukaan perkerasan
yang mampu mengurangi usia pakai dari perencanaan perkerasan jalan tersebut.
Maka dari itu selain dengan perencanaan yang tepat, juga perlu diadakan kegiatan
pemeliharaan yang baik secara berkala agar nantinya hal ini tidak terus terjadi dan
mampu memberikan pelayanan yang baik terhadap penggguna jalan yang sesuai
dengan umur yang telah direncanakan (Sumarsono, 2013).
Untuk mengetahui kondisi dan keadaan permukaan suatu perkerasan
tentunya diperlukan sebuah penelitan yang mampu memberikan hasil yang sesuai.
Diawali dengan melakukan sebuah survei secara visual dengan secara langsung
mengamati kondisi permukaan perkerasan jalan kemudian melakukan analisa
kerusakan yang terjadi pada permukaan perkerasan jalan berdasarkan jenis dan
tingkat kerusakannya dan dijadikan acuan untuk melakukan kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan jika diperlukan.
8