3. Tahun 1990 an kerusakan mangrove di Desa Sei Nagalawan sudah sangat menghawatirkan
akibat terjadinya abrasi. Kelompok tani yang seluruhnya berprofesi sebagai nelayan
menyadari akibat kerusakan mangrove sangat berpengaruh terhadap hasil perikanan
tangkap, sehingga mendorong kelompok tani melakukan penanaman mangrove secara
swadaya.
4. Mengingat sumber benih belum mencukupi dari daerah sekitarnya, kelompok tani
mendatangkan propagul dari Desa Jaringhalus, Langkat. Akibat penanganan benih
propagul dalam pengangkutan yang kurang memadai menyebabkan penurunan kualitas
bibit sehingga persen tumbuhnya di lapangan rendah namun semangat dan usaha
kelompok tani konservasi Muara Baimbai sangat tinggi untuk melakukan penanaman.
5. Tahun 2009, kelompok ini bekerjasama dengan BPHM Wilayah II melakukan kegiatan
penanaman 12.000 batang melalui pelaksanaan OBIT bersama dengan Bupati Serdang
Bedagai beserta masyarakat setempat dan kalangan pelajar. Sebelumnya tahun 2006,
kelompok ini mendapat pelatihan dari PS Kehutanan USU bekerjasama dengan Jaringan
Advokasi Nelayan (JALA) Sumatera Utara untuk pengelolaan mangrove dan kawasan
pesisir.
7. Setelah mangrove tumbuh baik masyarakat menginformasikan bahwa saat ini mereka
pergi melaut tidak perlu jauh lagi ketengah laut, tidak seperti dahulu ketika mangrove
masih rusak.
8. Kelompok Tani Konservasi Mangrove Muara Baimbang Desa Nagalawan kini terus
berkembang dengan baik dan pernah memenangkan kompetisi Community Entrepreneur
Challenges oleh British Council pada tahun 2011 dengan hadiah sebesarRp 100.000.000.
Hadiah tersebut digunakan untuk meningkatkan sarana dan prasarana ekowisata mangrove
yang dikelola kelompok.
9. Tahun 2013 kelompok ini juga memenangkan kompetisi dan mendapatkan hibah dari
UNDP untuk pengembangan kapasitas kelembagaan kelompok khususnya untuk
perempuan.
10. Arboretum Mangrove dan Sempadan Pantai seluas 5 Ha yang berada dikawasan hutan
lindung di Desa Sei Nagalawan ini berkembang menjadi ekowisata mangrove dan
sempadan Pantai berbasis edukasi, pada hari-hari libur banyak dikunjungi wisatawan
lokal (Sumut) bahkan juga dari luar provinsi. Disamping sebagai tempat wisata lokasi ini
juga tempat penelitian bagi para mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir serta
tempat sekolah lapang bagi pelajar. Bahkan juga sebagai tempat tujuan study banding
dari daerah lain.
11. Kemudian kelompok Tani juga mengembangkan usaha dalam bentuk koperasi untuk
menampung hasil-hasil perikanan, serta wadah unit usaha bagi ibu-ibu membuat
makanan, minuman berbahan baku mangrove.
12. Setiap kunjungan wisata dipungut restribusi Rp 8000/orang ( Rp 3000 untuk kas
Kabupaten dan Rp 5000 dikelola oleh kelompok tani.
13. Fasilitas yang ada dilokasi Arboretum sebagai Ekowisata antara lain :
Pondok Penginapan : 3 unit
Aula : 1 unit
Pondok Santai : 20 unit
MCK : 6 unit
Jalan Setapak/Tracking : 200 meter
Lapangan takraw : 1 unit
14. Untuk adanya payung hukum Pengelolaan Ekowisata Mangrove dan Sempadan Pantai
bagi Kelompok Tani Konsevasi Muara Baimbai saat ini sudah diusulkan oleh pemerintah
daerah setempat untuk mendapatkan izin Pengelolaan HKm mangrove.
BPHM Wilayah II