Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL KULIAH MANGROVE #1

with KeMANGTEER Serang

Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Mei 2020


Waktu : 13.00 WIB – 15.00 WIB
Narasumber : Ilham Kuncahyo
Moderator : Nur Andini Putri
MC : Ahdi Nur Rahmaini
Tema : “First Impression of Mangrove”
Jumlah Peserta : 69 Peserta + 1 Narasumber
Lokasi : Whatsapp Grup

Acara

1. Pembukaan oleh MC

2. Pembukaan oleh Moderator

3. Pemaparan Materi oleh Narasumber

Materi yang bertemakan First Impression of Mangrove, yang akan membahas Mangrove itu apa
dan Tips & Trik para generasi muda untuk mencintai lingkungan pesisir khususnya mangrove.

Apakah Mangrove dan Bakau itu sama?

Mangrove merupakan kumpulan beberapa spesies atau jenis pohon ataupun semak-semak
yang tumbuh disekitar garis pantai atau bisa hidup di lingkungan bersalinitas tinggi.
Contohnya : Rhizophora, Lumnitzera, Excoecaria, Sonneratia, Avicennia dan lain-lain.
Bakau merupakan sebutan atau nama lokal untuk tanaman dari genus Rhizophora. Misalnya ;
Rhizophora Mucronata, Rhizophora Apiculata, Rhizophora Stylosa, Rhizophora Lamarckii dan lain-
lain.

Jadi, Mangrove dan Bakau itu berbeda. Bakau adalah salah satu spesies dari Mangrove, tetapi
Mangrove adalah kumpulan dari berbagai macam jenis spesies.

Indonesia memiliki ekosistem Mangrove terluas di dunia serta memiliki keanekaragaman hayati
yang paling tinggi. Menurut data KLHK pada tahun 2015, Indonesia mempunyai luas Mangrove 23%
atau 16 juta Hektar ekosistem Mangrove dunia.
Fungsi Hutan Mangrove secara umum adalah sebagai paru-paru dunia, sumber ekonomi, habitat
flora & fauna, pengendali bencana dan selain itu menjadi tempat penyimpanan air dan untuk
mengurangi polusi dari pencemaran udara.

Fungsi Mangrove terbagi sebagai berikut :


- Fungsi Fisik =>> Mitigasi bencana, peregam gelombang & badai, pelindung pantai dari abrasi, rob
dan juga tsunami, pencegahan intrusi air laut ke daratan dan penetralisir pencemaran perairan.
Contoh kasus : “Semarang terjadi Banjir ROB, karena adanya kerusakan dari Hutan Mangrove
dan alih fungsi lahan untuk bangun perumahan dan lain-lain. Akibatnya, meluap pasang air laut ke
daerah daratan. Karena, garda terdepan yaitu Hutan Mangrove rusak ataupun gundul.”

- Fungsi EkologI =>> Tempat mencari binatang Mangrove, tempat pemijahan atau beranak pinak
dan juga pemindahan atau pertukaran nutrisi. Mangrove juga dapat membantu penyerapan karbon
5x lebih banyak dibandingkan dengan hutan yang ada didaratan.
Contohnya : “Ekowisata Mangrove atau Hutan Mangrove menjadi tempat tinggal makhluk hidup
dan tempat mencari makanan.”

-Fungsi Ekonomi dan Jasa =>> dapat dijadikan bahan baku industri, bahan dasar makanan & obat,
sarana pariwisata, serta perubahan atau konversi lahan.
Contoh produk Olahan Mangrove : Peyek Mangrove, Sirup Mangrove (Sonneratia), Kopi
Mangrove, Batik Mangrove (Propagul Rhizophora).

*Cara Generasi Muda membangun Kecintaan terhadap Lingkungan dan Pesisir khususnya
Mangrove:

1. kegiatan Penanaman Mangrove


2. Mengikuti Seminar Mangrove
3. Mengikuti Komunitas/Organisasi berbasis Mangrove dan juga Lingkungan
4. Be Uptodate berita seputar Mangrove
5. Edukasi Mangrove anak sejak dini
6, Mengunjungi Tempat Ekowisata Mangrove
7. Mengunjungi UMKM berbasis Mangrove
8. Mengkampanyekan Mangrove di Media Sosial.

Kutipan dari KeSEMaT :

“Mangrove is Lifestyle atau Mangrove dapat dijadikan sebuah gaya hidup sebagai program
kampanye. Yang dimana dilatarbelakangi dari semakin rusaknya Ekosistem Mangrove di Indonesia
dan dunia yang berjalan sangat cepat. Namun, antisipasi terhadap kondisi ini sangat lambat, hanya
dilakukan rehabilitasi tanpa adanya perubahan pola pemikiran dari masyarakat itu sendiri. Nah oleh
karena itu, kita sebagai generasi muda menjaga lingkungan pesisir khususnya Mangrove mulai dari
sekarang.

***

4. Sesi Tanya Jawab

*Pertanyaan 1

Nama : Dzikril Hakim


Asal : Cilegon

“Sampai berapa tahun satu pohon mangrove bisa bertahan? Terima kasih.”

Jawaban :

Ketika pertama kali kita menanam, contohnya jenis Rhizophora Mucronata. Yang kita tanam adalah
propagulnya, nah untuk ukuran propagulnya kurang lebih tingginya 70 cm.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan atau keberlangsungan kehidupan Mangrove di
daerah pesisir :
- Hama (orang, kambing, kepiting)
- Pasang surut dan gelombang

Contoh kasus di Papua, Mangrovenya tumbuh tinggi dan besar, karena pengaruh eksternalnya
minim.

Jadi, umur mangrove bisa berumur panjang ketika mangrove tersebut dapat survive sejak awal
penanaman hingga dewasa Serta distribusi nutrisi dan efek sinar matahari mempengaruhi
pertumbuhan mangrove

*Pertanyaan 2

Nama : Novi
Asal : Jakarta

“Bagaimana cara pendekatan masyarakat yang efektif untuk mulai mengajak masyarakat pesisir turut
serta dalam pelestarian mangrove?”
Jawaban :

Ajak masyarakat diskusi atau membuat forum, caranya mengedukasi tentang Mangrove serta
memberitahu keuntungan dari Mangrove untuk perekonomian.
Contohnya ; mengambil buah Mangrove yang bisa diolah sebagai bahan makanan sehingga
bisa dijual, sehingga kedepannya masyarakat bisa membuat UMKM.
Tetapi, tetap ingatkan masyarakat bahwa harus sejalan dengan konservasinya juga. Ketika kita
mengambil, kita pula harus menanam.

Jadi lebih Pendekatan Alam dan Ekonomi.

Dalam mengajak masayarakat pesisir kita harus bersinergi dengan pihak masyarakat tsb, LSM, dan
pemerintah. Agar program pelestatian lingkungan mangrove tetap berjalan dengan satu tujuan.
Ajak masyarakat pesisir yang awam tentang mangrove dengan sosialisasi, mengajak para pemuda
pemudi pesisir dengan menamaman mangrove dan berikan pengertian bahwasannya mangrove itu
bisa memberikan tambahan perekonomiam masyarakat, dengan tata kelola yang baik (pembuatan
daerah ekowisata pendidikan mangrove atau pembentukan umkm pesisir) dan juga bantuan dari
pemerintah.

*Pertanyaan 3

Nama : Fanda Rizki Etlegar


Asal : Ambon

“Saya mau bertnya kak mungkin, pertanyaanya juga sedikit keluar dari materi yah 🙂
Bagaimana KeMANGTEER berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs)? Dan juga apa saja sih yang perlu di siapkan untuk Menuju
SDGs. Kemudian berhubung Hutan mangrove di maluku banyak yg saya lihat masih tercemar,
bagaimana tips dan trik dari kaka untuk menyelamatkan Mangrove”nya dan membangun kesadaran
masyaakat pesisir? Terimakasih 🙂🙏🏼

Jawaban :
KeMANGTEER itu adalah KeSEMaT Mangrove Volunteer yang tersebar dibeberapa regional
kota di seluruh Indonesia. Kalau Saya pribadi Alumni dari KeSEMaT Undip. Nah, pada pencapaian
tujuan pembangangunan berkelanjutan (SDGs) untuk menjaga Ekosistem laut itu ada di poin 14
SDGs.
Banyak sekali kontribusi yang sudah saya lakukan mulai dari menjaga ekosistem pesisir dengan cara
merehabilitasi di daerah pantura, mengedukasi masyarakat pesisir yang belum paham untuk
melestarikan Mangrove, Sosialisasi di Kebumen mengenai Mangrove juga. Jadi rata-rata masyarakat
pesisir yang memang sudah ada Mangrove banyak yang belum tahu cara untuk mengolah si buah
mangrove untuk dijadikan makanan dan membantu perekonomian.
Kami di KeSEMaT pastinya mengkampanyekan Mangrove, mulai dari anak, kalangan remaja dan
bapak-bapak atau ibu-ibu yang belum tahu tentang Mangrove. Banyak sekali program kerja yang
tujuannya mengkampanyekan Mangrove itu sendiri. Itu sangat membantu bagi pengembangan
ekonomi maritim dan juga kelautan.

Terkait Hutan Mangrove tercemar, mungkin karena pembuangan limbah dari rumah tangga atau
pabrik. Mungkin disini ada program untuk sosialisi kepada masyarakat “Jangan Membuang Limbah!”
atau bisa berdiskusi dengan Pemerintah. Jadi, disini ada istilahnya konsep Up to Down atau Down to
Up, Mayarakat ke Pemerintah atau Pemerintah ke Masyarakat itu harus sinergi didaerah pesisir
khususnya untuk penanganan pencemaran ini.

Dari Masyarakat : Kita harus melakukan sosialisasi, menghubungi pemerintah bahwa ada isu
pencemaran limbah.

Dari Pemerintah : Beri kebijakan pada pabrik bahwa semisalnya “Jangan buang Limbah langsung ke
LAUT!” mungkin bisa lihat bahwa pabriknya itu ada Ipalnya atau tidak, jika tidak ada, maka akan
diberi sanksi.
*Pertanyaan 4

Nama : M. Erwin Yudiwinata


Asal : Batang, Jawa Tengah
Dari : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov Jateng
“Untuk masalah mengenai menumbuhkan cara membangun kecintaan terhadap lingkungan dan
pesisir khususnya mangrove, disini saya mengulik sedikit di daerah Purworejo, Kecamatan Purwodadi
desa Gedangan. Di desa gedangan ini ada ekowisata mangrove bernama Demanggedi. Di daerah
tersebut sudah ada track mangrove, wahana air dll yang sudah cukup lengkap. Namun sayangnya
pada tahun 2019 kemarin kawasan mangrove yang ada di desa Gedangan ini rusak terkena hama
Trisipan kalo org lokal menyebutnya Sumpil (sejenis keong). Disini jumlah sumpil tsb sudahlah sangat
banyak dan parahnya ternyata sumpil ini memakan kulit kayu dari mangrove dan menyebabkan
kematian bagi mangrove. Tidak hanya mangrove yang kecil namun mangrove yang sudah dewasa
ada yang sudah berumur 10 tahun pun ikut mati (hasil wawancara warga sekitar).
Namun yang sangat disayangkan para warga disana tdk ada yang peduli dg kerusakan mangrove
yang disebabkan oleh sumpil ini. padahal jika sumpil ini diambil dan diolah menjadi suatu masakan itu
bisa.
Nah bagaimana caranya menumbuhkan rasa kesadaran bagi masyarakat yang seperti itu ya?
padahal kami dari dinas sudah beberapa kali melakukan sosialisasi utk memberikan pembelajaran ttg
pentingnya mangrove bagi lingkungan dan masyarakat.Terima kasih.”

Jawaban :

Terima kasih mas erwin dari DKP Prov Jateng, wah luar biasa sekali pengalamannya.
izin menjawab, untuk pendapat saya pribadi terkait permasalahan seperti itu.
Sumpil atau gadtropoda tersebut memang sangat suka sekali dengan Mangrove dan
mengancam keberadaan mangrove itu sendiri.
Cara pencegahan sumpil tersebut dengan menyemprotkan moluskisida dengan dosis yg aman bagi
lingkungan, tetapi hal tsb sangat susah jika luasan mangrove yg terkena hama itu besar dan butuh
bantuan masyarakat dan pemerintah.
Untuk membuka pola pikir masyarakat tsb, mungkin hal pertama yg adalah pendekatan
bahwa mangrove itu dapat bernilai ekonomi, jika sudah terlihat pendapatan mereka, lantas
masyarakat tersebut pasti sangat senang dg keberadaan mangrove dan lebih peduli kembali.
Terkadang memang susah utk mengubah paradigma masyarakat pesisir yg hanya melulu dengan
sosialisasi mangrove mencegah abrasi.
Mungkin pihak mas DKP, dapat membuat sebuah warga binaan yg concern di olahan produk
mangrove disana. Dan, coba mungkin gastropoda tersebut juga bisa di manfaatkan oleh masyarakat
untuk pangan dan produk jual. 🙏

*Pertanyaan 5

Nama : Ibnu
Asal : Serang

”Jenis mangrove apa saja yg bernilai ekonimis? Dan seberapa besar pangsa pasar untuk mangrove
ini?”

Jawaban :

Ada avicennia, bruguiera, sonneratia dan Rhizophora yg umum digunakan untukk pengolahan
produk.
Avicennia dan bruguiera dapat dijadikan tepung mangrove yg nantinya akan dijadikan olahan
makanan seperti peyek, kerupuk, kue dll : ada umkm di cirebon, bekasi, semarang, cilacap dll

Sonneratia itu dapat dijadikan sirup mangrove, umkm pembuatan ini sudah ada di wilayah pantai
utara jawa : Surabaya.

Rhizophora dapat dijadikan bahan pewarna batik yg memiliki warna cokelat gold. Ada di semarang

Dan untuk pangsa pasarnya itu semisalnya untuk UMKM biasanya bekerjasama dengan pemerintah.
Jika pemerintah mengadakan festival, maka akan diperkenalkan produk UMKM tersebut.
Kendala untuk produk Mangrove itu banyak yang belum mengetahui, oleh karena itu pengembangan
marketing produk mangrove tetap harus kita kembangkan.

Dan pengalaman di KeSEMaT, mempunyai warga binaan yang memiliki produk olahan makanan,
batik mangrove. Jadi, Kami bantu bagi pemasarannya, baik di Website maupun Media sosial.

*Pertanyaan 6
Nama : Ira
Asal : Ambon

“Apakah jarak tanam dalam proses penanaman mangrove dpt mempengaruhi produksi mangrove ?”

Jawaban :

Sebelum menanam mangrove kita harus mengetahui terlebih dahulu lokasi penanaman mangrove.
Apakah kondisi tanah tersebut bagus dan tempatnya seperti apa, apakah terkena pasang surut air
laut, indicator lainnya juga seperti apa dan apakah ada makhluk hidup lain yang ada disana dan
banyak hal yang harus diperhatikan. Untuk jarak antar bibit dapat mempengaruhi pertumbuhan. Untuk
penanaman idealnya 1 x1 meter atau 1 x 2 meter.

Untuk penanaman mangrove itu sendiri dapat dikatakan berhasil apabila mangrove dapat tumbuh
subur, tumbuh pucuk daun yang baru dan daun berwarna hijau. Misalkan penenaman itu gagal bibit
tersebut akan mongering, menuning, dan juga akan layu.

Pastinya ketika kita menanam mangrove seperti contoh kita menanam 1000 mangrove, tidak seratus
persen mangrove yang kita tanam hidup menjadi mangrove yang besar. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kehidupan mangrove, seperti pasang surut air laut, salinetas, dan lain hal. Jika bibit
tersebut sudah survive dan hidup sampai mangrove yang dewasa akan menghasilkan bibit yang baru
dan individu yang baru.

*Pertanyaan 7

Nama : Fadlan
Asal : Bekasi

“Baik saya mau bertanya, kasus ini terjadi di sebuah tempat konservasi mangrove di jogja. Mungkin
saya gaakan menyebutkan lokasi dan nama tempat untuk lebih menjaga privasinya.
Ada hal yang mau saya tanyakan, disana konservasi mangrove berdiri atas kemandirian masyarakat,
jadi modal sosial dan nilai jual masyarakat untuk diperkenalkan dan dimajukan. Dari tahun ke tahun
perkembangannya membaik, sampai pada akhirnya menurun baik dari total pengunjung maupun
keterlibatan masyarakat itu sendiri. Memang ada faktor yang mempengaruhi setelah saya melakukan
obervasi, tapi secara garis besar yang mau saya tanyakan, bagaimana menciptakan suasana yang
nyaman dan menumbuhkan rasa kepercayaan dan kepedulian khususnya masyarakat yang memang
menjadi aktor utama dalam pengembangan konservasi mangrove ini? Keterlibatan mereka menjadi
kunci dan menjadi inti majunya konservasi.
Terimakasih👌”.

Jawaban :

Iya, makasih juga cerita pengalaman dan pertanyaannya

Jadi aku juga mau cerita terkait ekowisata gini juga. Sepengalamanku.
Pertama pandansari brebes dan desa pasarbanggi rembang, disana sangat terkenal akan ekowisata
mangrovenya yg maju, karena salah satu part penting adalah spot (orang jaman skrg kan pasti
carinya spot foto/pemandangan yg bagus buat difoto) dan disana Pokdarwis (kelompok sadar wisata)
sangat kontribusi penting utk pengembangan wisatanya dan msih eksis sampai skrg. Dan masyarakat
sangat bergantung sekali, karena sadar kalau mereka ngga ngembangin area wisata tsb, mereka
kehilangan pundi2 penghasilannya.
Di semarang ada dulu namanya Maroon Ecopark, dlu ramee banget jadi tpt spot foto terbaik krna bisa
ada foto pesawat dilangit dan mangrove secara bersamaan, itu yang jadi daya tarik, tapi semenjak
thun 2019 ada permasalahan kepemilikan lahan, skrg sudh off.

Ini menurutku ya, kalau dijogja kenapa bisa menurun, karena pengunjung minim. Kenapa minim,
karena pengunjung mungkin tidak tertarik ke mangrove. Kenapa ngga tertarik? Karena ngga tepat
yang membuat waah bagi pengunjung. Semisalnya seperti itu ya...
Mungkin, dari segi Branding Diri si ekowisata ini apa sih yang membuat jadi daya tarik pengunjung?
Itu harus dipikirin matang2.

Dan warga yg sudsh malas lagi dengan mangrove, karena sudah tidak lagi dapat penghasilan dari
sini.

Berarti harus mengevaluasi manajemen dan pemasaran si ekowisata ini.


Ya mungkin dengan menggandeng pihak pemerimtah atau swasta, yang bisa membantu
pengembangan dan pemasaran ekowisata ini, sehinga warga juga bisa semamgat lagi kalau sudah
melihat ada opportunity di depan mereka

5. Penutup

Anda mungkin juga menyukai