Koeswoyo
Abstract
The novel is a work freely express something, present something more, more detail and more
involved issues more complex. Literary works created by Endik Koeswoyo a literary work that
problems often occur in real life, this is very touching literature so that the reader can feel a lot of
motivation we got. Formulation of the problem in this study to describe the characters and
characterizations, as well as the message contained in the novel "Menggenggam Impian" by Endik
Koeswoyo? The purpose of this study to describe the characters and characterizations, as well as
the message contained in the novel "Menggenggam Impian" by Endik Koeswoyo. This research
method is a method of non-interactive. Elements such as the intrinsic characters and
characterizations, as well as the trustee. Characters and characterizations in the novel
"Menggenggam Impian" by Endik Koeswoyo divided into two kinds, namely the analytic (direct)
and dramatically (in directly). The main character in the novel "Menggenggam Impian" by Endik
Koeswoyo is Han, Indah, Retno. Supporting character in the novel "Menggenggam Impian" work
Endik Koeswoyo as the Mr Djuari, Mr Man, Sister Pipit, Mila, Brother Anto, Mbak Am, Mr
Bambang, Ustadz Sumarno, Tegar, Mak Tua. Message contained in the novel "Menggenggam
Impian" by Endik Koeswoyo tend to give way in the face of life's problems.
PENDAHULUAN
Karya sastra dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menyampaikan
perasaan dan isi hati pengarang. Karya sastra lahir tidak bisa dilepaskan dari
pengarangnya dan sebaliknya, pengarangpun tidak bisa terlepas pula dari
kenyataan yang ada disekitarnya, untuk mengetahui hal itu, kita perlu menelaah
karya sastra tersebut. Karya sastra dapat berupa novel, cerpen, puisi dan
bermacam-macam kesusastraan daerah lainnya. Hakikat karya sastra adalah
bahwa karya sastra mempunyai misi tertentu yang menyangkut dengan persoalan
hidup dan kehidupan manusia. Demikian juga dengan novel menceritakan
kehidupan yang terjadi dalam masyarakat seperti masalah sosial yang tercakup di
dalamnya masalah agama, adat istiadat, pendidikan, ekonomi, politik dan lain-
lain. Menurut H.B Jassin dalam Kurniaman (2009: 122) mengemukakan roman
lebih banyak melukiskan seluruh hidup pelaku-pelaku, mengalami sifat-sifat
watak mereka, dan melukiskan sekitar tempat mereka hidup. Pelaku-pelaku
dilukiskan dari mulai kecil hingga hidupnya. Sedangkan novel tidak mendalam,
lebih banyak melukiskan suatu saat, episode dari kehidupan seseorang, isinya
terbatas dari roman. Menurut Jassin dalam Elmustian (2004: 105) bahwa novel
1
menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-
kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib
tokohnya. Hal ini dapat dilihat dalam novel “Menggenggam Impian” karya Endik
Koeswoyo ini menceritakan berbagai peristiwa yang menggambarkan penokohan
tokoh dan amanat yang dapat diambil dari menganalisis novel tersebut. Novel
“Menggenggam Impian” karya Endik Koeswoyo ini terdapat di dalamnya unsur
instrinsik diantaranya tema, tokoh, penokohan, alur, plot/setting, gaya bahasa,
Agar peneliti ini lebih terarah dan mempermudahkan dalam pengumpulan data,
maka penulis perlu pembatasan masalah. Pembatasan masalah adalah analisis
tokoh dan penokohan, serta amanat. Penulis hanya menganalisis tokoh dan
penokohan, serta amanat, karena dalam karya sastra berbentuk novel yang lebih
terlihat itu siapa tokoh dan bagaimana penokohannya sehingga terjadi suatu
peristiwa yang membuat karya sastra itu lebih menarik. Setelah membaca novel
pembaca bisa meniru bagaimana bersikap yang baik. Pembatasan masalah ini
akan memperlihatkan pokok masalah yang diteliti agar tidak terjadi kerancauan
dan penyimpangan dalam pembahasan penelitian dan sesuai dengan yang
diharapkan.
Manfaat penelitian bagi penulis sebagai arahan untuk menjembatani
pemahaman dan penghayatan dalam menikmati karya sastra, khususnya novel.
Bagi siswa sebagai motivasi kepada siswa agar gemar membaca dan mencintai
karya sastra, serta siswa mengerti apa yang dimaksud dengan unsur instrinsik
dalam karya sastra berupa novel. Bagi mahasiswa PGSD agar lebih cermat dalam
memilih novel untuk dibaca. Manfaat analisis unsur Instrinsik dalam bidang
pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar yaitu untuk lebih mudah dalam
memahami apa yang dimaksud dengan unsur instrinsik diantaranya menganalisis
unsur instrinsik dalam novel anak-anak atau cerita anak Sekolah Dasar.
METODE PENELITIAN
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah noninteraktif. Sesuai dengan namanya
penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif atau melalui interaksi
dengan sumber data manusia (Sukmadinata dalam Fenny, 2012: 14). Metode
noninteraktif dimaksudkan untuk membuat gambaran mengenai tokoh dan
penokohan, serta amanat dalam novel “Menggenggam Impian” karya Endik
Koeswoyo, peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengadakan sintesis data kemudian menginterprestasikan informasi-informasi
mengenai tokoh dan penokohan, serta amanat dalam novel “Menggenggam
Impian” karya Endik Koeswoyo.
Sumber data dalam penelitian ini adalah adalah novel “Menggenggam
Impian” karya Endik Koeswoyo yang diterbitkan oleh DIVA Press (Anggota
IKAPI) cetakan petama Maret 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tinjauan pustaka, yaitu memperoleh data yang dalam
penelitian tokoh dan penokohan, serta amanat dalam novel “Menggenggam
Impian” karya Endik Koeswoyo dengan menganalisis novel “Menggenggam
Impian” serta mencari buku-buku yang menunjang dengan penelitian ini. Adapun
2
teknik-teknik yang akan dilakukan untuk menganalisis data tersebut dapat
diuraikan dengan langkah-langkah seperti berikut:
Untuk mengetahui penokohan tokoh-tokoh dalam novel “Menggenggam Impian”
karyaP Endik Koeswoyo dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
1. Membaca novel dengan penuh penghayatan dengan berulang-ulang
2. Saat membaca novel, penulis mencatat atau menandai hal-hal yang
berhubungan dengan tokoh dan penokohan dalam novel tersebut.
3. Semua data diseleksi dan dipertimbangkan guna mendapatkan bahan yang
sesuai dengan rumusan masalah.
4. Data yang diseleksi kemudian dianalisis tokoh dan penokohan/ perwatakan.
5. Untuk menganalisis penokohan/perwatakan dilakukan dengan cara: tokoh
cerita yang telah terkumpul diklasifikasikan menurut jenis penokohan sesuai
dengan teoretis.
6. Menarik kesimpulan perilaku tokoh-tokoh cerita sesuai dengan perwatakannya
3
namun terjadi juga. Pemikiran feodal tentang strata ekonomi dan tingkat
intelektualitas menjadi penghalang sebuah kata cinta. Han yang latar belakang
keluarganya patut dipertanyakan, tentu saja tidaklah mudah untuk bisa menjalin
hubungan dengan Indah, sosok gadis berjilbab, anak pengusaha kaya yang juga
orang kaya nomor dua di pinggiran kota Blitar itu. Betapa tidak, Han adalah
seorang anak yang hidup sendiri tanpa bimbingan kedua orang tuanya. Dulu
ketika ia masih kecil, kedua orang tuanya bercerai dan pergi ke kota yang berbeda.
Han harus ikut neneknya yang juga janda miskin itu. Jauh berbeda dengan Pak
Djuari yang hidup serba berkecukupan dan merupakan keluarga terpandang.
Awal pernikahan itu bahagia, Han yang dulu semangat untuk berangkat
kuliah, sekarang pun malas memasuki ruang perkuliahan, ia sering terlambat.
Pernikahan mereka bahagia walaupun orang tua Indah belum juga membuka
hatinya untuk menerima Han sebagai suami Indah. Hingga mereka mempunyai
buah hati pun orang tua Indah belum juga luluh hatinya. Bahkan Pak Djuari
berusaha memisahkan Indah dengan Han dan anaknya. Pak Djuari ingin
menikahkan Indah dengan pemuda lain. Anak mereka diberi nama Tegar, Han dan
Indah harus mampu bertahan hidup dalam himpitan tawa dan canda, antara suka
yang dibuat selalu ceria. Rumah tangga Han dan Indah sekarang di uji dengan
banyak cobaan, orang tua Indah menyuruh Han untuk menceraikan anaknya,
karena kehidupan Indah tidak lanyak menurutnya. Berbagai cara telah mereka
lakukan untuk mempertahankan pernikahan mereka, namun Han tidak bisa
berbuat apa-apa lagi, Han harus bercerai dengan Indah. Tegar anak Han dan Indah
dititipkan kepada Mbak Am dan Mas Anto. Mbak Am dan Mas Anto adalah
keluarga Han di Jombang, mereka pasangan yang belum dikaruniai anak. Mereka
senang merawat Tegar sepenuh hati dan mengganggap sebagai anak mereka
sendiri.
Han tidak tahan menahan kesedihan yang sedang membalutinya, Han
memutuskan untuk ke Jogja, untuk melupakan segalanya. Di pertengahan jalan
Han melihat sebuah mesjid dan ia ingin menenangkan pikirannya di mesjid itu.
Dengan dibaluti kesedihan yang sedang menimpanya, ia tidak tahu lagi harus
mengadu kepada siapa, dan ketika itu bertemulah Han dengan seorang ustadz
Sumarno. Ustadz Sumarno yang selalu memberikan nasihat kepada Han bahwa
semua yang telah dialaminya adalah ujian dari Allah SWT, kita tidak bisa
menolaknya, jangan berputus asa dengan masalah yang dihadapi, bangkit dan
tataplah ke depan karena masa depan ada ditangan kamu sendiri.
Kini Han telah bangkit dari keterpurukan yang selama ini dialaminya, Han
ingin meneruskan cita-citanya yang dulu kandas ditengah jalan. Dengan
berjalannya waktu Han pun telah menjadi pengusaha yang sukses, itu adalah hasil
dari nasehat yang selalu di dengarkan dari Ustadz Sumarno. Jangan menjadikan
cinta sebagai alasan untuk tidak melanjutkan hidup. Jangan menjadikan cinta
4
sebagai alasan untuk melupakan Allah. Jangan jadikan cinta sebagai alasan untuk
tidak shalat. Tapi cari tahulah caranya, agar cinta menjadi mesin penggerak
otomatis untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Tidak berselang waktu yang sangat lama, Han pun mengenal seorang
wanita, wanita yang awal pertemuan di mulai dari Bank Mandiri. Namanya Retno,
Retno adalah wanita yang sangat dikenal oleh banyak orang karena ia adalah
seorang dokter muda, dan cantik. Retno sangat terburu-buru ingin pergi ke rumah
sakit, karena ada pasien yang harus ditanggani, Retno lansung saja menitipkan
uang setorannya kepada Han, kerena ia yakin Han adalah orang yang baik dan
tidak akan membawa kabur uangnya. Dengan berkenalan dengan Retno lah Han
bisa memperkenalkan Bisnis yang sedang ia jalani kepada banyak orang yang
dikenalkan melalui Pak Bambang ayahnya Retno sendiri. Perkenalan itu berjalan
dengan lancar, Han pun merasa nyaman dekat dengan keluarga Pak Bambang,
apalagi dekat dengan anaknya yang bernama Retno. Tidak lama kemudian Han
kembali dihadapkan kepada keputusan yang sangat ditakutinya semenjak rumah
tangganya hancur.
Retno ingin menjadikan Han sebagai imam dalam shalatnya, Han bingung
harus mengambil keputusan bagaimana, akhirnya Han menolak keinginan Retno.
Setelah keputusan itu diambil, Retno tidak lagi seramah yang dikenal dulu, Han
merasa bersalah dan akhirnya Han ingin mendengarkan nasehat dari Ustadz
Sumarno. Ustadz Sumarno ketawa dengan apa yang diceritakan Han, beliau masih
melihat dengan jelas kalau Han masih belum bisa melupakan masa lalunya yang
begitu pedih, dan sekarang Han dihadapkan pada keputusan yang sama, menikah
dengan wanita yang memiliki latarbelakang keluarga terpandang. Ustadz Sumarno
memberi pesan kepada Han bahwa masa lalu adalah sejarang yang hanya bisa
dikenang, sementara masa depan adalah kenyataan yang harus dilalui. Han tidak
lagi ragu dengan keputusannya, Han memilih untuk meminang anak Pak
Bambang yaitu Retno, dengan bantuan Ustadz Sumarno hubungan berlanjut
kesebuah hubungan yang serius.
5
Pak Man Protagonis
Tegar Hanny Balaya Protagonis
Mas Anto Protagonis
Mbak Am Protagonis
Mak Tua Protagonist
Mila Antagonis
Ustadz Sumarno Protagonis
Pak Bambang Protagonis
6
(hlm:91).
Hampir semua orang yang di temui Han di sapa nya.
Walau belum lama tinggal di lingkungan itu, tapi
hampir semua orang di kenalnya. Keramahan dan
sopan santun dalam berbicara membuat Han mudah
menyatu dengan warga sekitarnya (hlm: 345).
Han adalah sosok yang bisa masuk dalam dunia
siapa saja (hlm: 379).
Indah Pemarah Han terkejut bukan kepalang ketika Dik Indah
berdiri di depan Pintu dengan berkacak pinggang
(hlm: 44).
Belakangan, Indah mulai cepat terpancing emosinya.
Begitu juga dengan Han. Mungkin lelah dan
kejenuhan yang membuat emosi terkadang tidak
tertahankan. Han sadar istrinya pastilah sangat repot
dengan kehadiran Tegar (hlm: 145).
“Emosi? Aku tidak emosi! Hanny itu yang emosi.
Suruh bikin susu saja susahnya minta ampun. Suruh
bantuin ganti popok aja nggak mau. Kamu sayang
nggak sih sama Tegar?”lanjutnya lagi (hlm: 150).
Pencemburu Hadirnya orang ketiga juga menjadi penyebab
meluapnya emosi, walau pada kenyataanya, Han
tidaklah menaruh perasaan apapun terhadap Mila.
Namun sebagai wanita, tentunya Indah benar dengan
rasa cemburunya (hlm: 148).
Tadi sore, indah juga terlihat marah gara-gara
melihat sebungkus tisu di dalam tas suaminya. Han
sendiri tidak tahu siapa yang memasukkan tisu itu ke
dalam tasnya. Dan tentu saja, Indah menuduh
suaminya habis jalan-jalan dengan Mila (hlm: 148).
“Ke kampus, ada kuliah pagi.” katanya Han sambil
membetulkan kancing bajunya. “ ke kampus? Sepagi
ini? Tumben?. Njemput Mila ya?.” Katanya dengan
nada tinggi (hlm: 143).
Retno Ceplas- Masih muda, mungkin seusia dirinya. Jikalau Han
ceplos tidak salah menebak, wanita itu sudah punya anak
satu. Dari gaya bicaranya yang ceplas-ceplos, wanita
itu pastilah ibu yang sangat galak bagi anak-anaknya
(hlm: 293).
“Ganteng punya, sukses hampir, apalagi yang
kurang?” sambung Retno (hlm: 326).
“Ya, bentar lagi deh, Budhe kalau waktunya sudah
tepat, pasti undangannya sampai kok ke rumah,
Budhe”. Retno melirik Han sesaat. Dia
mengerlingkat matasebagai tanda agar Han bisa
7
mengakhiri pembicaraan itu (hlm: 329).
8
khas masyarakat Jogya dan suka humor (hlm: 52).
Perhatian “yang harus dijalani adalah, kamu harus olahraga
teratur, mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung protein, dan mempunyai keyakinan
bahwasanya kalian bisa (hlm: 56).
“Han...,sudah aku bilang kurangi rokokmu!” Dokter
Pipit langsung menghardik Han (hlm: 66).
“Jangan diulang ya. Merokok dapat menyebabkan
kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan
kehamilan dan janin!” tegas Dokter Pipit (hlm: 66).
Baik “Hmm....begini, saya akan berusaha membantu, tapi
ada syaratnya,” katanya sambil tersenyum simpul.
“Syarat?” Han mengerutkan dahi.
“Mudah kok! Jangan memanggilku dengan sebutan
Ibu, itu saja.” (hlm: 53).
“Mbak Pipit. Lebih akrab, lebih kekeluargaan, dan
lebih menyenangkan. Karena kalau kamu
memanggilku Bu dan Dokter, terapi ini menjadi
kaku nantinya, “lanjutnya pelan (hlm: 53).
Pak Man Suka Tapi, orangnya sangat baik dan jiwa sosialnya tidak
menolong tertandingi. Sudah tiga kali Han mengantarnya ke
panti asuhan untuk mengantarkan sumbangan
(hlm:62).
Sudah sering Han melihat Pak Man memberikan
nasi bungkus jatah makan siangnya pada pengemis
kecil di seberang jalan (hlm: 62).
Ramah Kebaikan, keramahan, dan kelucuan Pak Man yang
membuat Han cepat sekali akrab dengannya
(hlm:62).
Tegar Lucu Han tampak hanya bisa menghela napas pelan, lalu
dia menatap Tegar yang kini membuka matanya.
Mulut bayi kecil itu bergerak-bergerak lucu,
mungkin dia memang haus (hlm: 149).
Cengeng Tegar menangis semakin keras. Bu Siti berusaha
menenangkannya, namun tidak juga reda tangisnya
(hlm: 161).
Malam ini, Han tampak semakin gelisah. Tangisan
putranya mulai kencang. Sementara, permusuhan
dengan mertuanya tidak bisa diredam. Semakin
memanas. Han hanya bisa menghindar dan
menghindar ketika istrinya hanya bisa menangis saat
papinya murka. Han ingat betul ketika tiba-tiba saja
Pak Djuari dan Bu siti datang ke Jogja (hlm: 157).
Mas Anto Penyayang Mas Anto tersenyum, lalu merangkul pundak
istrinya. Seakan berharap agar istrinya juga segera
9
hamil (hlm: 77).
Sabar Angin semakin dingin dengan deru kecilnya. Han
mengamati sepasang suami istri disampingnya itu.
Mas Anto dan Mbak Am yang sudah menikah tiga
tahun belum dikaruniai anak (hlm: 75).
Mbak Am Sederhana Han tampak senang dengan kehadiran Mbak Am
yang sederhana itu. Setidaknya, ada yang merawat
Mak Tua yang sudah saki-sakitan dan termakan usia
(hlm: 75).
Iri “Apa kamu yakin, Indah akan melahirkan di Jogja
saja? Kenapa tidak di sini? Bukankah lebih aman
dekat dengan keluarga?” Mbak Am menatap Han
tajam, ada semacam keirian akan kehamilan istri
adik iparnya itu (hlm: 76).
Mak Tua Baik Wanita tua itulah yang merawat Han sejak kecil.
Perempuan janda yang tidak pernah tahu tanggal dan
tahun kelahirannya itulah yang menjadi ibu
sekaligus sosok bapak bagi Han (hlm: 81).
Sederhana Perempuan yang usianya mendekati angka 80 ini
masih tampak sehat walau tumor ganas bersarang di
lehernya. Wanita yang merawatnya sejak kecil,
perempuan yang memberikan semua kasih
sayangnya untuk cucu-cucunya. Hidup dalam
kesederhanaan dan kebahagiaan. Seorang janda
yang bekerja sebagai tukang masak panggilan dan
pembantu sebuah keluarga Tionghoa kaya (hlm: 82).
Mila Cantik Kini Mila telah duduk di belakang Han. Aroma
tubuh wanitanya sesekali dapat tercium oleh Han.
Aroma melati khas yang selalu digunakannya. Han
menghela napas pelan ketika melihat senyum dari
kaca spion. Cantik, lembut, dan tutur katanya halus
(hlm: 131).
Rapi Kini, keduanya duduk berhadapan. rambut Mila
yang sedikit acak-acakan terkena angin dirapikan
dengan jari-jari lentinya (hlm: 133).
Ustadz Murah Sesaat kemudian, pria itu keluar dengan dua buah
Sumarno senyum cangkir yang diletakkan di atas nampan kayu.
Senyumya mengembang (hlm; 197).
Romantis Rumah tangga yang harmonis dan romantis. Dengan
tulus ikhlas dan penuh dengan kasih sayang, Haji
Sumarno menyambut tas belanjaan istrinya. Sebuah
perilaku yang menunjukkan betapa pria yang sudah
berumur lebih itu masih saja menghargai, mencintai,
dan tentunya menyayangi istrinya (hlm: 201).
Baik “Kok ndak masuk aja? Ndak di kunci kok.” Lelaki
tua itu membuka pintu masjid dengan pelan sembari
10
tersenyum kepada Han (hlm: 185).
Pak Lemah- Han bernapas lega. Tampang Pak Bambang dengan
Bambang lembut kumis lebatnya itu ternyata jauh panggang dari api.
Sifatnya lemah lembut berbeda dengan penampilan
gagahnya dengan tubuh kekar dan kumis melintang
(hlm: 302).
Ramah “Oh...kalau jam segini, saya tidak punya kegiatan,
Mas. Sudah tua, sudah saatnya menikmati hidup.
Ditunggu sebentar, ngopi-ngopi dulu ya? Atau
ngeteh?” Pak bambang tersenyum ramah
memberikan sebuah pilihan pada Han (hlm: 303).
Galak “Iya Mas Han, biasanya kalau ada temannya Retno
yang kesini, tidak betah lama. Lansung pulang saja
ngacir pergi! Orang bapaknya Retno ini galaknya
minta ampun kalau sama temannya Retno! Ini
tumben sama Mas Han baik-baik saja!” Bu bambang
duduk disamping suaminya (hlm: 304).
11
Indah memiliki penokohan pencemburu terlihat dari dialog tokoh dengan tokoh
lainnya.
Tabel 3
Amanat dalam novel “Menggenggam Impian” karya Endik Koeswoyo
Pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa amanat yang terkandung dalam novel
“Menggenggam Impian” karya Endik Koeswoyo dibagi atas dua pesan yaitu
12
implisit dan eksplisit. Amanat yang yang dapat diambil dalam novel
“Menggenggam Impian” karya Endik Koeswoyo ini berupa pesan moral yaitu
berpikirlah sebelum mengambil keputusan itu terlihat saat Han yang tidak
berpikir panjang memilih hidup menikah muda, jangan memaksakan kehendak
sendiri, dan jangan berputus asa.
13
mengambil keputusan, jangan memaksakan kehendak sendiri, jangan pernah putus
asa, dekatkanlah dirimu kepada Allah SWT.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih:
1. Dr. H. M Nur Mustafa, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau.
2. Drs. Zariul Antosa, M.Sn selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Drs. H.Lazim. N.M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
4. Drs. Hamizi, S.Pd Dosen Pembimbing 1 dan Eddy Noviana, M.Pd Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Otang Kurniaman, M.Pd yang telah memberikan waktunya untuk penulis
bertanya.
6. Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNRI
7. Ayah dan Ibu, dan Saudara-saudara penulis sayangi.
8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2008 yang memberi motivasi dan bantuan
kepada penulis.
14
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Appolo.
Deska, Mira. 2010. Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Instrinsik Cerpen Siswa
kelas VIII SMP Negeri Tambang Tahun pelajaran 2009/2010. Tidak
Diterbitkan.
Fenni, Sri. 2012. Analisis perwatakan dan gaya bahasa dalam novel laskar
pelangi karya Andrea Hirata. Tidak diterbitkan
Hadi, Amirul. Dkk. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Cv
pustaka setia.
Hayati, A. 1990. Latihan Apresiasi Sastra. Malang: Y A3 Malang.
Koeswoyo, Endik. 2011. Menggenggam Impian. Jogjakarta: Diva Press.
Kurniaman, Otang. Dkk. 2009. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Pekanbaru:
Universitas Riau
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Natawijaya, Suparman. 1982. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta: PT
Intermasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University press.
Rahman, Elmustian. 2004. Teori Sastra. Pekanbaru. Labor Bahasa, Sastra, dan
Jurnalistik Universitas Riau.
Razak, Abdul. 2007. Membaca Pemahaman: Teori dan Aplikasi Pengajaran.
Pekanbaru: Autografika.
Rumadi. Dkk. 1989. Bahasa Dan Sastra Indonesia Untuk Sekolah Menengah
Pertama 3B. Jakarta. PT Grasindo, Anggota Ikapi.
Sukada, Made. 1993. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika
Analisis Struktur Fiksi. Bandung: Angkasa.
Santana K, Septiawan. 2010. Menulis Ilmiah metodologi kualitatif. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis. Bandung: Angkasa anggota Ikapi.
Tresnawati. 2007. Konflik Tokoh Utama dalam Novel Ayat-ayat Cinta karya
Habiburrahman. Tidak Diterbitkan
Yusnelly. 2004. Analisis Unsur Instrinsik Cerita Rakyat Si Pengaji dan Berguru
kepada anak. Tidak diterbitkan
15