Anda di halaman 1dari 137

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

DALAM KONTEKS CONTINUITY OF CARE (COC) DAN


KOMPLEMENTER

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SR” UMUR 27


TAHUN
MULTI GRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN 17 MINGGU
SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Studi Kasus Dilaksanakan di Wilayah Kerja Unit Pelaksana


Teknis Daerah Puskesmas Kuta Selatan

Oleh:
RAHMI
P07124322020

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2023

i
LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS
DALAM KONTEKS CONTINUITY OF CARE (COC) DAN
KOMPLEMENTER
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SR” UMUR 27
TAHUN MULTIGRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN
17 MINGGU SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS
Studi Kasus Dilaksanakan di Wilayah Kerja Unit Pelaksana
Teknis Daerah Puskesmas Kuta Selatan

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Praktik Kebidanan Komunitas
dalam Konteks Continuity of Care (COC) dan
Komplementer Program Studi Profesi Bidan

Oleh:
RAHMI
P07124322020

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2023

ii
LEMBAR PERSEJUTUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SR” UMUR 27 TAHUN
MULTIGRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN 17 MINGGU
SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Diajukan oleh:
RAHMI
P07124322020

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN

Pembimbing Utama

Ni Made Dwi Purnamayanti, S.Si.T.,M.Keb.


NIP. 198002012008122001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed


NIP. 197002181989022002
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SR” UMUR 27 TAHUN


MULTIGRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN 17 MINGGU
SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Diajukan oleh:
RAHMI
P07124322020

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


HARI :
TANGGAL :

TIM PENGUJI:

1. Ni Made Dwi Purnamayanti, S.Si.T.,M.Keb (Ketua) (………..)


2. Ni Wayan Suarniti, S.Si.T.,M.Keb (Anggota) (………..)

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed


NIP. 197002181989022002
MIDWIFERY CARE OF MOTHER "SP" 25 YEARS OLD
PRIMIGRAVIDA FROM 24 WEEKS 3 DAYS OF PREGNANCY
TO 42 DAYS POSTPARTUM

Case Study Conducted in the Work Area of Puskesmas kuta selatan


ABSTRACT

Countinuity of care is one of the efforts that can be done to suppress the
occurrence of maternal mortality rate and infant mortality rate. The purpose of
this case study is to find out the results of the application of midwifery care to
mother "SR" 27 years old Multigravida from 17 weeks pregnancy to 42 days
postpartum. The method of determining the case used is interview, examination
and documentation. The midwifery care was provided from October 2022 to
March 2022. During this pregnancy mother “SR” received antenatal care
according to the minimum service standard of 10T as well as receive
complementary prenatal yoga and brain booster. Mother have birth with vaginal
delivery without any complication by receiving 60 steps of normal delivery care
with complementary back massage and breath relaxation. The baby was born
spontaneously, immediately cried, active movement, skin redness and get normal
birth weight. The baby received standard care for neonatal services as well as
complementary care of baby massage. The growth and development of the baby is
within physiological limits. During the postpartum, process of involution, lochea
expenditure, lactation and maternal psychology were within normal limits by
receiving standard of care four time postpartum visits and complementary care of
oxytocin massage and body massage. Providing midwifery care according to
standards is very important to prevent complications and early detection of
complications.

Keywords: continuity of care, pregnancy, childbirth, postpartum, neonates

v
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SR” UMUR 27
TAHUN MULTIGRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN 17
MINGGU SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Studi Kasus Dilaksanakan di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah


Puskesmas Kuta Selatan

ABSTRAK

Continuity of care adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan
terjadinya angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Tujuan dari studi kasus
ini untuk mengetahui hasil dari penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” umur
27 tahun Multigravida dari umur kehamilan 17 minggu sampai 42 hari masa nifas.
Metode penentuan kasus yang digunakan adalah wawancara, pemeriksaan dan
dokumentasi. Asuhan diberikan dari bulan Oktober 2022 sampai Maret 2023.
Selama kehamilan ini ibu “SR” mendapatkan asuhan antenatal sesuai dengan
standar pelayanan minimal 10T serta mendapatkan asuhan komplementer prenatal
yoga dan brain booster. Ibu bersalin secara pervaginam tanpa ada penyulit dan
komplikasi dengan mendapatkan 60 langkah asuhan persalinan normal serta
asuhan komplementer pijat punggung dan relaksasi napas. Bayi lahir spontan,
segera menangis, gerak aktif, kulit kemerahan dan berat badan lahir normal. Bayi
mendapatkan asuhan standar pelayanan neonatus serta asuhan komplementer pijat
bayi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas fisiologis. Selama masa
nifas proses involusi, pengeluaran lochea, laktasi dan psikologis ibu dalam batas
normal dengan mendapatkan asuhan standar kunjungan masa nifas sebanyak
empat kali dan asuhan komplementer pijat oksitosin serta body massage.
Memberikan asuhan kebidanan sesuai standar sangat penting untuk mencegah
komplikasi serta mendeteksi dini adanya penyulit dan komplikasi.

Kata kunci: continuity of care, kehamilan, persalinan, nifas, neonatus

vi
RINGKASAN PENULISAN

Asuhan Kebidanan pada Ibu “SR” Umur 27 Tahun Multigravida


dari Umur Kehamilan 17 Minggu sampai 42 Hari Masa Nifas

Studi Kasus dilaksanakan di Wilaya Kerja Puskesmas Kuta Selatan

Oleh: Rahmi

World Health Organization (WHO) menyebutkan rasio kematian ibu


secara global diperkirakan 211 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunanan antara tahun 2000-2018 dari 31
per 1000 KH menjadi 18 per 1000 KH. Sebagian besar kematian ibu dan bayi
dapat dicegah melalui manajemen kehamilan dan perawatan saat lahir yang tepat,
termasuk perawatan antenatal oleh penyedia layanan kesehatan terlatih, bantuan
selama persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, perawatan dan dukungan pada
minggu- minggu setelah melahirkan (WHO, 2020).
Adapun Kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis dalam
siklus hidup seorang wanita, namun bukan tanpa risiko. Upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut dibutuhkan asuhan kebidanan yang berkesinambungan dari
masa kehamilan sampai 42 hari masa nifas. Hal ini dikarenakan pada periode
tersebut merupakan periode yang rentan mengalam komplikasi. Upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menjalankan program asuhan kebidanan secara
berkesinambungan adalah dengan melakukan pendekatan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dari masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, masa sesudah
melahirkan, pelayanan kontrasepsi dan kesehatan seksual (Kementerian
Kesehatan RI, 2021b).
Berdasarkan hal tersebut, penulis memberikan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (Continuity of Care) pada ibu “SR” dari umur kehamilan 17
minggu sampai 42 hari masa nifas. Ibu “SR” beralamat di Jl..Pratama No.27,
kecamatan Kuta Selatan yang termasuk wilayah

7
kerja Puskesmas Kuta Selatan. Ibu ”SR” merupakan ibu hamil yang sangat
kooperaktif serta memiliki antusias tinggi dalam mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan kehamilan sampai masa nifas. Kondisi kehamilan ibu “SR” saat
ini dalam keadaan fisiologis dengan skor Poedji Rochjati 2 dan dapat mengarah ke
kondisi patologis jika tidak ditata laksana dengan baik, sehingga perlu diberikan
asuhan kebidanan secara Continuity of Care. Informed Consent telah dilakukan
dan ibu beserta suami bersedia untuk diberikan asuhan kebidanan. Metode
penentuan kasus yang digunakan adalah wawancara, pemeriksaan dan
dokumentasi. Data yang diambil berupa data primer yang didapatkan dari
wawancara dan data sekunder dari pemeriksaan dan dokumentasi.
Asuhan kehamilan yang diperoleh ibu sudah sesuai dengan standar
pelayanan minimal yaitu memenuhi kriteria 10T. Selama masa kehamilan ibu
“SR” secara rutin dan teratur memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis
kandungan dan di puskesmas. Ibu melakukan pemeriksaan laboratorium sebanyak
dua kali yaitu pada trimester pertama dan trimester ketiga. Ibu juga mendapatkan
asuhan kebidanan komplementer pada kehamilan yaitu prenatal yoga dan brain
booster.
Asuhan kebidanan persalinan pada ibu “SR” berjalan dengan normal tanpa
disertai penyulit dan komplikasi. Asuhan yang diperoleh sudah sesuai dengan
standar asuhan 60 langkah asuhan persalinan normal. Persalinan kala I ibu
berlangsung selama 12 jam yang dihitung dari awal kontraksi sampai tanda-tanda
gejala persalinan kala II. Persalinan kala II ibu berlangsung 30 menit, bayi lahir
spontan segera menangis, gerak aktif dan warna kulit kemerahan dengan jenis
kelamin perempuan. Persalinan kala III ibu berlangsung selama 10 menit.
Persalinan kala IV ibu dilakukan pemantauan selama dua jam yaitu setiap 15
menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua dengan
hasil dalam batas normal. Selama masa persalinan ibu memperoleh asuhan
kebidanan komplementer pijat punggung dan teknik relaksasi.
Asuhan kebidanan masa nifas yang diberikan pada ibu “SR” sudah sesuai
standar kunjungan masa nifas yaitu KF1, KF2, KF3 dan KF4. Proses involusi,
lochea, laktasi dan perubahan psikologis ibu sampai 42 hari dalam batas normal.
Asuhan kebidanan komplementer yang diberikan yaitu pijat oksitosin dan body
massage. Ibu sudah menggunakan metode KB suntik 3 bulan saat 42 hari masa
nifas
8
dan telah melakukan konseling serta melakukan pemilihan dengan alat bantu
KLOP KB.
Asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi ibu “SR” selama neonatus
sampai bayi 42 hari sudah sesuai standar. Proses IMD dilakukan segera saat bayi
baru lahir dan diberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal. Kunjungan
neonatus dilakukan sesuai standar pelayanan neonatus yaitu KN1, KN2 dan KN3.
Bayi diberikan ASI dan berencana diberikan secara eksklusif. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi berjalan secara fisiologis.

Penulis memberikan asuhan pada Ibu “SR” dari masa kehamilan, proses
persalinan, masa nifas dan bayi Ibu “SR” sampai 42 hari dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai standar, da disarankan segala
asuhan yang diberikan dapat dilanjutkan untuk diterapkan oleh ibu dan keluarga
sehingga dapat menciptakan kehidupan yang sehat baik bagi ibu, bayi dan
keluarga.

9
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan studi kasus ini yang berujudul “Asuhan
Kebidanan pada Ibu ‘SR’ Umur 27 Tahun Multigravida dari Umur
Kehamilan 17 Minggu sampai 42 hari Masa Nifas” dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Laporan studi kasus ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah Praktik Kebidanan Komunitas dalam Konteks
Continuity of Care (COC) dan Komplementer pada program studi Profesi Bidan.
Dalam laporan studi kasus ini penulis menyadari bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna karena keterbatasan yang penulis miliki. Namun berkat
banyak pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu telah memberikan semangat, menambah
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan yang sangat berarti bagi penulis dalam
menyelesaikan laporan studi kasus ini.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih dan
penghormatan kepada:
1. Gusti Ayu Marhaeni, SKM., M.Biomed selaku Direktur Politeknik
Kesehatan
Kemenkes Denpasar.
2. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
3. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi Bidan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
4. Ni Made Dwi Purnamayanti, S.Si.T.,M.Keb selaku Pembimbing Utama yang
telah banyak membimbing dalam penyusunan laporan studi kasus ini.
5. Seluruh staf di jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar
yang telah membantu dalam pengurusan administrasi pelaksanaan studi
kasus.
6. Seluruh staf di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Selatan yang telah
memberikan izin dan membantu memberikan informasi dalam pengasuhan
klien.
7. Ibu “SR” dan keluarga yang telah bersedia menjadi responden dalam
studi kasus ini.

1
0
8. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan doa, dukungan dan
motivasi.
9. Semua teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan serta
saran dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkannya.

Denpasar, Maret 20223

penulis

1
1
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Rahmi
Nim : P07124322020
Program Studi : Profesi Bidan
Jurusan : Kebidanan
Tahun Akademik : 2023
Alamat : Jl. Darmawangsa Perumahan Puri Madani blok. C1 Kampial,
Nusa Dua.
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Laporan studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan pada Ibu “SR” Umur 27 Tahun
Multigravida dari Umur Kehamilan 17 Minggu sampai 42 Hari Masa Nifas adalah
benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Laporan Akhir ini bukan karya saya sendiri
atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima sanksi
sesuai Peratuaran Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 danketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan isi saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Denpasar, Maret 2023


Yang membuat pernyataan

Rahmi
P07124322020
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Peningkatan Berat Badan selama Kehamilan yang Direkomendasikan


sesuai IMT..............................................................................................................12
Tabel 2 Involusi Uteri............................................................................................33
Tabel 3 Riwayat Hasil Pemeriksaan Ibu “SR”.......................................................50
Tabel 4 Rencana Jadwal Kunjungan dan Asuhan pada Ibu “SR” dari Umur
Kehamilan 17 Minggu sampai 42 Hari Masa Nifas...............................................56
Tabel 5 Catatan Perkembangan Ibu “SR” beserta Janinnya yang Menerima
Asuhan Kebidanan selama Masa Kehamilan secara Komprehensif di Puskesmas
Kuta Selatan ..........................................................................................................60
Tabel 6 Catatan Perkembangan Ibu “SR” beserta Neonatus yang Menerima
Asuhan Kebidanan selama Masa Persalinan secara Komprehensif di Puskesmas
Kuta Selatan
…………………………………………………………………………...67
Tabel 7 Catatan Perkembangan Ibu “SR” yang Menerima Asuhan Kebidanan
selama Masa Nifas secara Komprehensif Rumah Ibu dan Puskesmas Kuta Selatan
...............................................................................................................................78
Tabel 8 Catatan Perkembangan Bayi Ibu “SR” yang Menerima Asuhan Kebidanan
selama Neonatus sampai Bayi 42 Hari secara Komprehensif di Puskesmas Kuta
Selatan dan Rumah Ibu .........................................................................................85

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Subjek Pengambilan Kasus


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Pengambilan Kasus (Informed
Consent)
Lampiran 3 Implementasi Kegiatan Penyusunan Laporan Kasus
Lampiran 4 Dokummentasi Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Lampiran 5 Partograf

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis dalam siklus

hidup seorang wanita, namun bukan tanpa risiko. Upaya untuk mengatasi

permasalahan tersebut dibutuhkan asuhan kebidanan yang berkesinambungan

dari masa kehamilan sampai 42 hari masa nifas. Hal ini dikarenakan pada

periode tersebut merupakan periode yang rentan mengalam komplikasi.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan program asuhan

kebidanan secara berkesinambungan adalah dengan melakukan pendekatan

pelayanan kesehatan yang berkualitas dari masa sebelum hamil, masa hamil,

persalinan, masa sesudah melahirkan, pelayanan kontrasepsi dan kesehatan

seksual (Kementerian Kesehatan RI, 2021).

World Health Organization (WHO) menyebutkan rasio kematian ibu

secara global diperkirakan 211 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunanan antara tahun 2000-2018 dari

31 per 1000 KH menjadi 18 per 1000 KH. Periode tahun 2016-2030 WHO
1
memiliki agenda pembangunan kesehatan yang berkesinambungan yaitu

Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuannya adalah untuk menjamin

kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di

segala usia. World Health Organization (WHO) memiliki target menurunkan

Angka Kematian Ibu (AKI) di bawah 70 per 100.000 KH dan menurunkan

Angka Kematian Bayi (AKB) di bawah 25 per 1000 KH (WHO, 2020). Dan

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2020) terlihat bahwa AKI

mengalami peningkatan dari tahun 2019 menjadi 67,6 per 100.000 KH dan
1
6
tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 83,8 per 100.000 KH sedangkan

AKB dari tahun 2019-2020 berada di angka 5 per 1000 KH. Peningkatan AKI

pada tahun 2020 juga terjadi di kota Denpasar menjadi 49 per 100.000 KH

dibandingkan pada tahun 2019 dengan jumlah kejadian AKI sebesar 12 per

100.000 KH. Pandemi Covid-19 yang terjadi selama tahun 2020 telah

berkontribusi terhadap peningkatan kematian ibu. Angka Kematian Bayi

(AKB) di kota Denpasar dari tahun 2019-2020 mengalami penurunan menjadi

0,6 per 1000 KH dibandingkan pada tahun 2018 dengan jumlah 0,7 per 1000

KH (Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2021). Sebagian besar kematian ibu

dan bayi dapat dicegah melalui manajemen kehamilan dan perawatan saat

lahir yang tepat, termasuk perawatan antenatal oleh penyedia layanan

kesehatan terlatih, bantuan selama persalinan oleh tenaga kesehatan terampil

dan perawatan serta dukungan pada minggu-minggu setelah melahirkan

(WHO, 2020).

Dengan adanya Undang-undang RI No.4 Tahun 2019 memaparkan

bahwa asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada

proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan

sesuai dengan wewenang serta ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu

dan kiat Kebidanan (Kementerian Kesehatan RI, 2019b). Asuhan kebidanan

secara berkesinambungan merupakan serangkaian asuhan yang diberikan

mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir atau neonatus

sampai pada pemilihan metode kontrasepsi atau Keluarga Berencana (KB)

(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

1
7
Asuhan kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan

(Continuity of Care) dilakukan oleh seorang bidan untuk mendampingi ibu

dari awal kehamilan agar dapat mendeteksi lebih dini terkait komplikasi yang

dapat terjadi, sehingga terhindar dari kemungkinan kecacatan bahkan

kematian ibu maupun bayi baik selama proses kehamilan, persalinan, nifas

dan bayi baru lahir. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi

dini faktor risiko pada ibu hamil adalah dengan menggunakan Kartu Skor

Poedji Rochjati (KSPR). Kelompok risiko dibagi menjadi tiga yaitu

Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan skor 2 (hijau), Kehamilan Risiko

Tinggi (KRT) dengan skor 6-10 (kuning) dan Kehamilan Risiko Sangat

Tinggi (KRST) dengan skor ≥ 12 (merah) (Hastuti, 2018).

Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud untuk memberikan asuhan

secara Continuity of Care dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu ‘SR’

Umur 27 Tahun Multigravida dari Umur Kehamilan 17 Minggu sampai 42

Hari Masa Nifas”. Ibu “SR” merupakan ibu hamil yang sangat kooperaktif

serta memiliki antusias tinggi dalam mendapatkan informasi yang berkaitan

dengan kehamilannya. Kondisi kehamilan ibu “SR” saat ini dalam keadaan

fisiologis dengan skor Poedji Rochjati 2 dan dapat mengarah ke kondisi

patologis jika tidak ditata laksana dengan baik, sehingga perlu diberikan

asuhan kebidanansecara Continuity of Care. Informed Consent telah

dilakukan dan ibu beserta suami bersedia untuk diberikan asuhan kebidanan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah


1
8
pada laporan studi kasus ini adalah “Apakah ibu ‘SR’ umur 27 tahun

multigravida yang diberikan asuhan kebidanan sesuai standar secara

komprehensif dan berkesinambungan dari umur kehamilan 17 minggu sampai

42 hari masa nifas dapat berlangsung secara fisiologis?”

Dan bagaimanakah hasil penerapan asuhan pd ibu SR umur 27 thn

multigravida yg di berikan asuhan secara komprehensif dan

berkesinambungan umur usia kehamila 17-42 mgg?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini dibagi menjadi dua, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Mengetahui hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” umur 27

tahun multigravida beserta anaknya yang menerima asuhan kebidanan sesuai

standar secara komprehensif dan berkesinambungan dari umur kehamilan 17

minggu sampai 42 hari masa nifas.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penulisan ini yaitu:

a. Menjelaskan penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” beserta

janinnya selama masa kehamilan.

b. Menjelaskan penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” beserta bayi

baru lahir selama masa persalinan.

c. Menjelaskan penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” selama masa


nifas.

1
9
d. Menjelaskan penerapan asuhan kebidanan pada bayi ibu “SR” selama

masa neonatus dan bayi usia 42 hari.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini dibagi menjadi dua

yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penulisan ini dapat menambah pengetahuan, wawasan serta referensi

untuk menerapkan asuhan kebidanan secara Continuity of Care terhadap ibu

hamil, bersalin, nifas, neonatus dan bayi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dan

evaluasi keterampilan untuk mahasiswa dalam memberikan asuhan

kebidanan sampai 42 hari masa nifas.

b. Bagi ibu dan keluarga

Hasil penulisan ini dapat menambah wawasan ibu serta keluarga

dalam perawatan pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

Keluarga dapat berperan aktif untuk memantau dan mendampingi ibu “SR”

dengan bayinya.

c. Bagi fasilitas kesehatan

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat membantu program KIA

untuk menerapkan upaya-upaya dalam memberikan asuhan kebidanan serta

dapat menjadi dokumentasi dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

2
0
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Kebidanan

1. Asuhan kebidanan

a. Pengertian

Asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Asuhan kebidanan komprehensif adalah asuhan kebidanan yang diberikan

kepada bayi baru lahir (neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa

sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa

nifas, masa klimakterium, pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan

reproduksi dan seksualitas perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2020b).

b. Standar asuhan kebidanan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 938/Menkes/SK/VIII/2007

memaparkan standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan

ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan

diagnosa atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi serta

pencatatan asuhan kebidanan.

1) Standar I: Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria pengkajian yaitu

data tepat, akurat, lengkap, terdiri dari data subjektif dan data objektif.

6
2) Standar II: Perumusan diagnosa atau masalah kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa serta

masalah kebidanan yang tepat.

3) Standar III: Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan.

4) Standar IV: Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara

mandiri, kolaborasi dan rujukan.

5) Standar V: Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk

melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.

6) Standar VI: Pencatatan asuhan kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan

asuhan keidanan.

2. Asuhan Kebidanan Komplementer

Asuhan kebidanan komplementer adalah pengobatan tradisional yang

sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional medis.

Pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis baik pada masa

kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan bayi. Peraturan Menteri Kesehatan

7
Republik Indonesia No. 37 Tahun 2017 menyatakan bahwa Pelayanan Kesehatan

Tradisional Integritas adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang

mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan

tradisional komplementer, yang bersifat sebagai pelengkap maupun pengganti

dalam keadaan tertentu (Kementerian Kesehatan RI, 2017c).

3. Kehamilan

a. Pengertian kehamilan

Kehamilan merupakan penyatuan spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan

dengan implantasi atau nidasi. Kehamilan bila dihitung dari masa fertilisasi

hingga bayi lahir berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan kalender

internasional. Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester yaitu trimester satu usia

kehamilan 0-12 minggu, trimester dua usia kehamilan 13-27 minggu dan trimester

tiga 28-40 minggu (Saifuddin, 2020).

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang hampir selalu terjadi

pada setiap wanita, kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum,

tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu sampai

42 minggu (Nugroho, 2014).

b. Perubahan anatomi fisiologis pada kehamilan

Selama masa kehamilan seluruh tubuh wanita akan mengalami banyak

perubahan baik pada organ maupun sistem organ. Kementerian Kesehatan RI

(2017a) memaparkan perubahan fisiologis pada ibu hamil, diantaranya:

1) Uterus

Usia kehamilan berpengaruh terhadap tinggi fundus uteri dengan

pengukuran Mc. Donald yang menyebutkan bahwa ukuran tinggi fundus uteri ± 2

8
cm dari usia kehamilan dalam minggu. Selain pengukuran Mc. Donald,

pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dilakukan dengan palpasi Leopold

mulai dari umur kehamilan 28 minggu (Saifuddin, 2020).

2) Serviks uteri

Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan

pelunakan akibat progesteron (tanda Goodell). Sekresi lendir serviks meningkat

pada kehamilan memberikan gejala keputihan. Ismus uteri mengalami hipertropi

kemudian memanjang dan melunak yang disebut tanda Hegar. Serviks akan

mengalami pelunakan secara bertahap akibat bertambahnya aktivitas uterus

selama masa kehamilan dan mengalami dilatasi sampai kehamilan trimester III.

3) Vagina dan vulva

Vagina pada ibu hamil terjadi hipervaskularisasi yang menimbulkan warna

merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu hamil berubah

menjadi lebih asam, keasaman (pH) berubah dari 4 menjadi 6,5 sehingga

menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina terutama infeksi

jamur. Hipervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan hipersensitivitas

sehingga dapat meningkatkan libido atau keinginan seksual terutama pada

kehamilan trimester dua. Dinding vagina mulai mengalami penebalan pada

kehamilan trimester ketiga.

4) Payudara

Setelah memasuki umur kehamilan di atas 12 minggu, puting susu dapat

mengeluarkan cairan putih agak jernih yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum

ini berasal dari asinus yang mulai bersekresi, tetapi air susu belum dapat keluar

karena masih terjadi penekanan hormon prolaktin oleh Prolactin Inhibiting

9
Hormone. Masa akhir kehamilan pertumbuhan kelenjar mammae membuat ukuran

payudara semakin meningkat.

5) Kulit

Selama masa kehamilan, ibu hamil sering mengalami hiperpigmentasi atau

warna kulit menjadi lebih gelap. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan

Melanosit Stimulating Hormone (MSH). Hiperpigmentasi pada muka disebut

kloasma gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan dahi. Hiperpigmentasi

pada perut menimbulkan garis tengah berwarna hitam kebiruan dari pusat ke

bawah sampai simpisis yang disebut linea nigra. Peregangan kulit pada ibu hamil

menyebabkan elastis kulit mudah pecah sehingga timbul striae gravidarum.

Garis– garis yang timbul pada perut ibu berwarna kebiruan disebut striae livide

akan berubah menjadi striae albikans setelah melahirkan.

6) Sistem respirasi

Ibu hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi pada umur

kehamilan 32 minggu atau lebih, hal ini disebabkan karena uterus yang semakin

membesar sehingga terjadi penekanan pada usus dan mendorong ke atas yang

menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak.

7) Sistem pencernaan

Seiring dengan pembesaran uterus, organ di dalam abdomen seperti

lambung dan usus akan mengalami pergeseran posisi. Selian itu, peningkatan

hormon progesteron selama masa kehamilan dapat mengakibatkan gerakan usus

berkurang dan relaksasi otot-otot polos sehingga makanan terpendam lama di

dalam usus yang mengakibatkan sering terjadi konstipasi pada ibu hamil.

10
8) Sistem perkemihan

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar,

tonus otot-otot saluran kemih menurun. Pembesaran uterus hingga keluar dari

rongga pelvis mengakibatkan terjadinya penurunan penekanan dan peningkatan

vaskularisasi pada vesca urinaria. Perubahan juga terjadi pada ureter bersamaan

dengan pembesaran uterus dan penurunan bagian bawah janin yang menekan

kandung kemih, sehingga ibu hamil mengalami peningkatan frekuensi buang air

kecil.

9) Sistem muskuloskeletal

Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap menyesuaikan

penambahan berat badan dan besarnya janin yang menyebabkan postur dan cara

berjalan ibu hamil berubah. Bentuk tubuh lordosis menjadi bentuk tubuh paling

umum dialami selama masa kehamilan karena pembesaran uterus ke posisi

anterior.

10) Kenaikan berat badan

Kenaikan Berat Badan (BB) selama kehamilan dipengaruhi oleh

pertumbuhan isi konsepsi dan volume dari berbagai organ. Metode untuk

mengukur peningkatan berat badan normal selama masa kehamilan dengan

menggunakan rumus Indeks Masa Tubuh (IMT).

IMT = BB/TB²

Keterangan:

IMT : Indeks Masa

Tubuh BB : Berat

Badan (kg) TB : Tinggi

Badan (m)

11
Tabel 1
Peningkatan Berat Badan selama Kehamilan yang
Direkomendasikan sesuai IMT
IMT prahamil
Kenaikan BB Laju kenaikan BB pada
(kg/m2)
total selama trimester III
kehamilan (kg) (rentang rerata kg/minggu)
Gizi Kurang/KEK (<18,5) 12,71-18,16 0,45 (0,45-0,59)
Normal (18,5-24,9) 11,35-15,89 0,45 (0,36-0,45)
Kelebihan BB (25,0-29,9) 6,81-11,35 0,27 (0,23-0,27)
Obesitas (≥30,0) 4,99-9,08 0,23 (0,18-0,27)
Sumber: Kementerian Kesehatan RI (2020a)

11) Sistem kardiovaskuler

Peningkatan volume darah pada masa kehamilan disebabkan oleh jumlah

serum lebih besar daripada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi pengenceran

darah (hemodelusi). Masa puncak hemodelusi terjadi pada usia kehamilan 32

minggu. Serum darah (volume darah) bertambah 25-30%, sedangkan sel darah

bertambah 20%. Bertambahnya hemodelusi darah mulai tampak pada usia

kehamilan 16 minggu. Peningkatan jumlah sel darah untuk mengimbangi

pertumuhan janin di dalam rahim. Jika peningkatan sel darah merah tidak

seimbang dengan peningkatan volume darah, maka terjadi hemodelusi yang

disertai dengan anemia fisiologis. Penurunan hematokrit selama kehamilan

fisologis disebut anemia fisiologis (Saifuddin, 2020).

Anemia pada ibu hamil dikategorikan menjadi tiga berdasarkan kadar

hemoglobinnya, kadar hemoglobin 10-10,9 g/dL termasuk kategori anemia ringan,

7-9,9 g/dL kategori anemia sedang dan di bawah dari 7 g/dL kategori anemia

berat (WHO, 2011).

12
c. Perubahan adaptasi psikologis pada kehamilan

1) Trimester II

Trimester II sering disebut sebagai periode perencanaan kesehatan. Ibu

sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi serta

pikirannya secara konstrukif (Kementerian Kesehatan RI, 2017a).

2) Trimester III

Trimester III sering kali disebut periode penantian dan penuh

kewaspadaan, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya, merasa takut akan proses persalinan, mulai timbul rasa khawatir apabila

bayi tidak lahir tepat waktu atau bayi lahir dalam keadaan tidak normal. Rasa

tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga ini. Selain

itu, trimester III juga merupakan periode untuk mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai seorang ibu seperti pusat perhatian pada kehadiran bayinya

dan sering muncul perasaan sedih akan terpisah dengan bayinya serta hilangnya

perhatian yang khusus selama masa kehamilan (Kementerian Kesehatan RI,

2017a).

d. Kebutuhan dasar ibu hamil

Menurut Walyani (2015), kebutuhan dasar ibu hamil sebagai berikut:

1) Nutrisi

Kecukupan gizi ibu hamil diukur berdasarkan kenaikan berat badan.

Kebutuhan kalori ibu hamil saat memasuki trimester III meningkat menjadi 300-

500 kalori lebih banyak dari sebelumnya.

2) Oksigen

Selama masa kehamilan akan terjadi perubahan pada sistem respirasi

untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen, di samping itu terjadi desakan

13
diafragma

14
karena dorongan rahim yang membesar. Sebagai kompensasi terjadinya desakan

rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih

dalam. Hal ini akan berhubungan dengan meningkatnya aktifitas paru-paru

karena harus mencukupi kebutuhan oksigen untuk ibu dan janin. Kebutuhan

oksigen pada ibu hamil trimester III meningkat hingga 20% (Manuaba, 2013).

3) Pakaian

Meskipun pakaian bukan hal yang berakibat langsung terhadap

kesejahteraan ibu dan janin, namun tetap perlu dipertimbangkan beberapa aspek

kenyamanan dalam berpakaian agar tidak mengganggu fisik dan psikologis ibu.

Pakaian yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar, mudah dikenakan dan

nyaman. Tidak menggunakan sepatu dengan tumit yang tinggi dan menggunakan

kutang dengan ukuran yang sesuai agar dapat menyangga payudara. Pakaian

dalam yang digunakan sebaiknya berbahan katun yang mudah menyerap keringat.

4) Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi

adalah sering buang air kecil dan konstipasi. Konstipasi terjadi karena adanya

pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos

salah satunya otot usus. Selain itu desakan usus oleh pembesaran janin juga

menyebabkan bertambahnya konstipasi.

5) Personal hygiene

Bertambahnya metabolisme tubuh pada ibu hamil cenderung

miningkatnya produksi keringat berlebih, sehingga selama kehamilan sangat

penting dalam menjaga kebersihan diri. Kebersihan diri yang buruk dapat

berdampak pada kesehatan ibu dan janin.

15
6) Seksual

Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual dengan suaminya

sepanjang kehamilan ibu tidak ada maslah dan tidak mengganggu kehamilannya.

Ibu hamil dengan kehamilan belum cukup bulan dianjurkan menggunakan

kondom saat berhubungan untuk mencegah terjadinya keguguran maupun

persalinan prematur. Hal ini dikarenakan sperma memiliki kandungan

prostaglandin yang dapat menyebabkan terjadinya kontraksi (Manuaba, 2013).

7) Aktifitas fisik

Senam hamil adalah program latihan fisik yang penting bagi ibu hamil

untuk mempersiapkan persalinan baik secara fisik dan mental. Senam hamil

ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyulit yang

menyertai kehamilannya seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, penyulit

kehamilan (hamil dengan perdarahan, hamil dengan kelainan letak) dan kehamilan

yang disertai anemia. Tujuan dari senam hamil untuk melenturkan otot,

memberikan rasa segar, meningkatkan self exteem dan self image serta sebagai

sarana berbagi infromasi (Manuaba, 2013).

8) Persiapan persalinan

Kementerian Kesehatan RI (2021a) memaparkan pesiapan persalinan yang

harus disiapkan oleh ibu hamil yang dijabarkan dalam Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), yaitu:

a) Tafsiran persalinan

Setiap ibu hamil dan keluarganya harus mengetahui tanggal perkiraan

persalinan.

16
b) Penolong dan tempat persalinan

Ibu hamil dan keluarga harus merencanakan persalinan ditolong oleh

dokter atau bidan di fasilitas kesehatan yang dituju.

c) Pendamping persalian

Ibu hamil harus menyiapkan pendamping saat persalinan untuk menemani

ibu selama proses persalinan berlangsung.

d) Transportasi

Ibu hamil dan keluarga perlu menyiapkan kendaraan yang akan

digunakan untuk menuju fasilitas kesehatan yang dituju.

e) Calon pendonor darah

Ibu hamil dan keluarga perlu menyiapkan calon pendonor darah

yang memiliki golongan darah yang sama dengan ibu hamil.

f) Pendanaan

Ibu hamil dan keluarga perlu menyiapkan dana untuk persalinan dan biaya

lainnya serta menyiapkan kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

g) Keluarga Berencana (KB)

Ibu hamil dan suami perlu merencanakan mengenai alat kontrasepsi yang

akan digunakan setelah bersalin dan dapat berkonsultasi dengan petugas

kesehatan.

e. Standar pemeriksaan kehamilan

Kementerian Kesehatan RI (2021b) memaparkan dalam Permenkes Nomor

21 Tahun 2021 standar pelayanan kehamilan saat ini dilakukan paling sedikit

enam kali selama masa kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, dua kali

pada trimester kedua dan tiga kali pada trimester ketiga.

17
Standar pelayanan minimal asuhan antenatal menurut Kementerian

Kesehatan RI (2021a), yaitu terdapat 10T dapat diketahui sebagai berikut:

1) Pengukuran timbang berat badan dan tinggi badan.

Timbang berat badan dilakukan setiap melakukan kunjungan antenatal. Ibu

hamil diharapkan mengalami kenaikan berat badan sesuai dengan IMT dari

sebelum hamil. Pengukuran tinggi badan dilakukan saat kunjungan antenatal

pertama untuk mendeteksi faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil

<145 cm merupakan risiko terjadinya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).

2) Pengukuran tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap kunjungan antenatal. Hal ini

bertujuan untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan. Bila tekanan darah

lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, maka terdapat risiko terjadinya

hipertensi dalam kehamilan.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Pengukuran LiLA bertujuan untuk menentukan status gizi pada ibu hamil.

Pengukuran LiLA dilakukan saat pertama kali kunjungan antenatal. Bila

ditemukan LiLA ibu <23,5 cm, maka menunjukkan ibu hamil mengalami Kurang

Energi Kronik (KEK) yang dapat berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Pengukran TFU berguna untuk melihat kesesuaian antara pertumbuhan

janin dengan umur kehamilan.

5) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin

Penentuan letak janin mulai dilakukan dari umur kehamilan 36 minggu pada

18
setiap kunjungan untuk mengetahui letak janin dan pemeriksaan denyut jantung

janin untuk mendeteksi adanya gawat janin.

6) Penentuan status imunisasi Tetanus (T)

Ibu hamil sangat penting dilakukan skrining imunisassi T dan

mendapatkan imunisasi T untuk mencegah terjadinya Tetanus Neonatorum.

Pemberian imunisasi T disesuaikan dengan status T ibu.

7) Pemberian tablet tambah darah

Selama masa kehamilan, ibu hamil diwajibkan untuk mengkonsumsi tablet

tambah darah sebanyak 90 tablet yang berguna untuk mencegah terjadinya anemia

defisiensi besi selama kehamilan.

8) Tes laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap dilakukan saat kontak pertama dengan

tenaga kesehatan. Pemeriksaan laboratorium ibu hamil terdiri dari:

a) Pemeriksaan golongan darah untuk mempersiapkan calon pendonor

melengkapi kelengkapan persiapan ibu hamil.

b) Pemeriksaan hemoglobin pada trimester I dan trimester III untuk mengetahui

status anemia ibu.

c) Pemeriksaan urine untuk mendeteksi adanya keracunan pada kehamilan ibu.

d) Pemeriksaan darah lainnya seperti pemeriksaan Human Immunodeficiency

Virus (HIV) yang wajib dilakukan dengan adanya program Pencegahan

Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA), pemeriksaan Hepatitis B dengan

pemeriksaan Hepatitis B surface Antigen (HBsAg) dan skrining sifilis dengan

pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL).

e) Pemeriksaan malaria pada daerah endemis malaria.

19
9) Konseling atau penjelasan

Tenaga kesehatan memberikan penjelasan perawatan kehamilan,

pencegahan kelainan bawaan, persalinan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), nifas,

perawatan bayi baru lahir, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, KB dan imunisasi pada

bayi.

10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

Masalah atau kasus yang ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan

antenatal dan pemeriksaan laboratorium harus segera ditangani dengan standar

asuhan dan kewenangan bidan.

f. Brain booster

Pusat Pemeliharaan Peningkatan dan Penanggulangan Intelegensia

Kesehatan dalam Khuzaiyah (2020) menyatakan brain booster adalah upaya

pemberian stimulasi otak janin dan pemenuhan nutrisi pada periode kehamilan

untuk meningkatkan potensi intelegensia janin. Pemberian stimulasi dan nutrisi

yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas otak pada janin sehingga

memungkinkan terjadinya peningkatan potensi kecerdasan pada anak.

Stimulasi janin di dalam kandungan dilakukan dengan mengajak berbicara,

mengobrol, menyanyikan lagu, membacakan doa, lagu-lagu keagamaan sambil

mengelus-elus perut ibu (Suparni, 2019).

g. Asuhan kebidanan komplementer pada masa kehamilan

Prenatal yoga atau yoga selama kehamilan merupakan salah satu jenis

modifikasi dari Hatha yoga yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Tujuan

prenatal yoga adalah mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental dan spiritual

untuk proses persalinan (Rafika, 2018).

20
Prenatal yoga memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan nyeri

punggung pada ibu hamil trimester III. Gerakan relaksasi dalam prenatal yoga

menyebabkan pikiran dan otot tubuh menjadi rileks, sehingga peredaran darah

bekerja dengan baik dan tubuh memproduksi hormon endorphin (Cahyani, 2020).

Gerakan peregangan otot dalam prenatal yoga dapat meminimalisasi bahkan

menghilangkan ketidaknyamanan yang seringkali dirasakan selama masa

kehamilan seperti hearth burn, nyeri pinggul atau tulang rusuk, keram pada kaki

dan sakit kepala (Dewi, 2018).

4. Persalinan

a. Pengertian persalinan

Persalinan merupakan proses bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit yang dimulai

sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka

dan menipis) (JNPK-KR, 2017).

b. Standar asuhan pada persalinan

1) Asuhan persalinan kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan meningkat hingga serviks membuka lengkap 10 cm. Menurt JNPK-KR (2017)

kala I persalinan dibagi menjadi:

a) Fase laten

Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan terjadinya

penipisan dan serviks membuka kurang dari 4 cm. Umumnya, fase laten

21
berlangsung hampir atau hingga 8 jam dengan his masih lemah dan frekuensi yang

jarang.

b) Fase aktif

Fase aktif dimulai dari pembukaan serviks 4 cm hingga mencapai

pembukaan lengkap atau 10 cm dengan kontraksi uterus semakin meningkat

secara bertahap. Kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Pembukaan serviks

akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam pada primigravida atau lebih

dari 1 hingga 2 cm pada multigravida.

Fase aktif dibagi menjadi tiga yaitu fase akselerasi (pembukaan 3 sampai 4

cm), fase dilatasi maksimal (pembukaan 4 menjadi 9 cm) dan fase deselerasi

(pembukaan 9 menjadi 10 cm).

Asuhan persalinan kala I menurut JNPK-KR (2017), yaitu:

a) Pemantauan kemajuan persalinan

Kemajuan persalinan dapat dilihat melalui pembukaan serviks, penurunan

bagian terbawah janin dan kontraksi. Pembukaan serviks dan penurunan bagian

terbawah janin dapat dinilai dengan melakukan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan

dalam dilakukan setiap empat jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya

kontraksi dan ada tanda gejala kala II). Gunakan lembar observasi untuk

memantau fase laten dan dilanjutkan dengan partograf pada fase aktif.

b) Pemantauan kesejahteraan ibu

Kesejahteraan ibu dinilai dari nadi, tekanan darah, suhu, hidrasi dan urine.

Pemeriksaan frekuensi nadi dilakukan setiap 1-2 jam pada fase laten dan setiap 30

menit pada fase aktif. Pemeriksaan suhu tubuh pada fase aktif dan laten dilakukan

22
setiap empat jam sekali. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap 2-4 jam

sekali pada fase aktif dan laten. Pencatatan volume urine paling sedikit dilakukan

setiap dua jam.

c) Pemantauan kesejahteraan janin

Kesejahteraan janin diukur melalui pemeriksaan frekuensi denyut jantung

janin secara continue setiap 30 menit dan pemeriksaan kondisi air ketuban,

penyusupan tulang kepala janin (moulase) dinilai saat melakukan pemeriksaan

dalam.

2) Asuhan persalinan kala II

Persalinan kala II dimulai ketika serviks sudah membuka lengkap (10 cm)

dengan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina dan berakhir

dengan lahirnya bayi. Tanda persalinan kala II yaitu ibu merasakan ingin

mengejan bersamaan dengan munculnya kontraksi, adanya peningkatan tekanan

pada rektum dan vagina, perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka

serta meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Asuhan persalinan kala II yaitu melakukan pertolongan persalinan yang

bersih dan aman sesuai dengan 60 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN).

3) Asuhan persalinan kala III

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Proses persalinan kala III ditandai dengan

otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus sehingga

plasenta akan terlipat, menebal dan terlepas.

Asuhan persalinan kala III diberikan dengan melakukan manajemen aktif

kala III yang terdiri dari:

23
a) Pemeberian oksitosin 10 IU secara intramuscular (IM) pada perbatasan 1/3

bawah dan tengah lateral pada aspektus lateralis segera dalam satu menit pertama

setelah bayi lahir.

b) Penegangan tali pusat terkendali setelah terjadi kontraksi yang kuat,

tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan lainnya menekan uterus ke

arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial).

c) Melakukan massase fundus uteri setelah plasenta lahir, dilakukan selama

15 detik hingga kontraksi uterus baik.

4) Asuhan persalinan kala IV

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir pada dua

jam post partum. Asuhan yang diberikan pada kala IV persalinan yaitu melakukan

massase dan mengevaluasi tinggi fundus uteri, estimasi kehilangan darah, periksa

kemungkinan perdarahan dari robekan perineum, evaluasi keadaan umum ibu

(tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan jumlah darah yang

keluar). Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit sekali pada satu jam

pertama dan 30 menit sekali pada satu jam kedua. Pemantauan suhu tubuh

dilakukan tiap jam dalam dua jam pertama pasca persalinan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016b) terdapat beberapa faktor

esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran, yaitu:

1) Passage (panggul ibu)

Panggul ibu sangat berperan dalam proses persalinan. Oleh karena itu,

ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum proses persalinan. Jaringan

lunak yang berperan dalam proses persalinan adalah segmen bawah rahim, vagina,

24
otot, jaringan dan ligamen yang menyokong.

2) Power (kekuatan)

Terdapat dua kekuatan yang mempengaruhi proses persalinan, diantaranya:

a) Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-

otot perut, diafragma dan aksi dari ligamen.

b) Tenaga mengejan ibu yang serupa dengan tenaga mengejan waktu buang air

besar tetapi jauh lebih kuat. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila

pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu munculnya his.

3) Passanger (janin dan plasenta)

Cara passenger atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir yang

merupakan akibat interaksi dari beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Plasenta juga termasuk passenger

menyertai janin yang harus melalui jalan lahir.

4) Psikologis

Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu

dan keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional

wanita) dalam menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang

yang akan menolong persalinan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh

terhadap persalinan dan kelahiran.

5) Penolong

Penolong persalinan perlu kesiapan dan menerapkan asuhan sayang ibu.

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan

keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

bayi.

25
d. Perubahan fisiologis dalam persalinan

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016b) perubahan fisiologis dalam

persalinan, yaitu:

1) Uterus

Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke

bawah abdomen. Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang uterus bertambah panjang

sedangkan ukuran melintang dan ukuran muka belakang berkurang.

2) Faal ligamentum rotundum

Adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri terhambat sehingga

waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas.

3) Perubahan serviks

Terjadi pendataran serviks (effacement) yaitu pemendekan kanalis

servikalis dari 1-2 cm menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis dan

terjadi pembukaan serviks pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa

suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang dengan

diameter kira- kira 10 cm yang dapat dilalui bayi.

4) Perubahan pada sistem urinaria

Poliuria sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan karena

peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerolus dan peningkatan

aliran plasma ginjal. Poliuria akan berkurang pada posisi terlentang.

5) Perubahan pada kardiovaskuler

Menurut Hecker dalam Kementerian Kesehatan RI (2016b) selama

persalinan, curah jantung meningkat 40% sampai 50% dibandingkan dengan

kadar sebelum persalinan dan sekitar 80% sampai 100% dibandingkan dengan

kadar

26
sebelumnya. Peningkatan curah jantung ini terjadi karena pelepasan katekolamin

akibat nyeri karena kontraksi otot abdomen dan uterus. Seiring dengan kontraksi

uterus sekitar 300 sampai 500 ml darah dipindahkan ke volume darah sentral.

Tekanan darah meningkat selama kontraksi, kenaikan sistole 10-20

mmHg, kenaikan diastole 5-10 mmHg, diantara kontraksi tekanan kembali pada

level sebelum persalinan. Posisi berbaring miring akan mengurangi terjadinya

perubahan tekanan darah selama proses kontraksi. Rasa sakit/nyeri, takut dan

cemas juga dapat meningkatkan tekanan darah.

6) Perubahan pada sistem pernapasan

Selama proses persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak karbondioksida

dalam setiap napas. Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman

pernapasan meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen

akibat adanya peningkatan metabolisme dan diafragma tertekan oleh janin.

7) Perubahan pada gastrointestinal

Selama proses persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron yang

mengakibatkan perubahan pada sistem pencernaan menjadi lebih lambat sehingga

makanan lebih lama tinggal di lambung, akibatnya banyak ibu bersalin yang

mengalami obstivasi atau peningkatan getah lambung sehingga terjadi mual dan

muntah.

e. Kebutuhan dasar ibu bersalin

Menurut JNPK-KR (2017) kebutuhan dasar ibu bersalin, yaitu:

1) Dukungan emosional

Perasaan takut dalam menghadapi perasalinan sangat mempengaruhi

kondisi tubuh seperti meningkatkan rasa nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu

27
cepat merasa lelah yang berdampak pada proses persalinan, sehingga dibutuhkan

dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan.

2) Kebutuhan nutrisi dan cairan

Ibu bersalin tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan padat selama

proses persalinan aktif karena makanan padat lebih lama di dalam lambung yang

mencegah proses pencernaan berjalan lebih lambat selama persalinan.

3) Kebutuhan eleminasi

Kandung kemih pada ibu bersalin dikosongkan setiap dua jam sekali

selama persalinan dengan waktu dan jumlah berkemih perlu dicatat. Kandung

kemih yang penuh dapat menghambat penurunan bagian terbawah janin.

4) Mengatur posisi

Posisi yang nyaman akan membuat ibu lebih tenang dalam persalinan.

Peran bidan mendukung dalam pemilihan posisi ibu selama proses persalinan dan

menyarankan alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif serta dapat

membahayakan ibu dan janin.

5) Peran pendamping

Kehadiran suami atau keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu

bersalin dapat membantu proses persalinan sehingga ibu lebih merasa nyaman,

tenang dan proses persalinan berjalan lancar.

6) Pengurangan rasa nyeri

Pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan pijatan, aroma terapi,

pengaturan pernapasan, miring kiri dan tidak terlentang atau miring kanan terlalu

lama serta dapat dilakukan dengan mendengarkan musik yang disukai ibu atau

musik relaksasi. Khusunya untuk pemijatan dapat dilakukan dengan massase pada

28
lumbal sakralis dengan gerakan memutar atau mengusap perut ibu dengan lembut

dapat mengurangi rasa nyeri (JNPK-KR, 2017).

7) Pencegahan infeksi

Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam

mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan janin serta dapat

melindungi penolong persalinan dan pendamping dari infeksi.

f. Lima benang merah

Terdapat lima aspek dasar penting dan terkait yang dijabarkan dalam

JNPK-KR (2017) berkaitan dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman

disebut dengan lima benang merah, yang terdiri dari:

1) Membuat keputusan klinik

Membuat keputusan klinik sangat membantu dalam menyelesaikan

masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh klien. Terdapat tujuh

langkah dalam membuat keputusan klinik yaitu:

a) Pengumpulan data utama

b) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah

c) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi

d) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah

e) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah

f) Melakukan asuhan atau intervensi terpilih

g) Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi

2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

Asuhan sayang ibu merupakan asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan ibu. Prinsip dari asuhan sayang ibu adalah

29
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

3) Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi wajib diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk

melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga

kesehatan lainnya.

4) Pencatatan asuhan persalinan

Pencatatan merupakan proses penting dalam membuat keputusan klinik

karena memungkinkan penolong persalinan terus memantau asuhan yang diberikan

pada ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

5) Rujukan

Rujukan harus segera dilakukan apabila terjadi patologi dan

kegawatdaruratan selama periode persalinan. Rujukan dalam kondisi optimal dan

tepat waktu ke fasilitas yang lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan

jiwa ibu dan bayinya. Hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan antara lain:

B (Bidan) : pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong

persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetrik dan

neonatus untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

A (Alat) : bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan

masa nifas dan neonatus bersama ibu ke tempat rujukan.

K (Keluarga) : menjelaskan kepada ibu dan keluarga tujuan untuk merujuk ibu

dan bayi ke fasilitas rujukan dengan didampingi oleh suami atau anggota keluarga

lainnya.

S (Surat) : berikan surat pengantar ke fasilitas rujukan. Surat ini berisi

identitas pasien, alasan rujukan dan uraian pemeriksaan, asuhan serta obat-obat

30
yang telah diterima ibu dan neonatus.

O (Obat) : bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ke fasilitas rujukan.

K (Kendaraan): siapkan kendaraan dengan kondisi yang cukup baik untuk

merujuk ibu ke fasilitas kesehatan dan atur posisi ibu agar cukup nyaman.

U (Uang) : ingatkan kepada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang

cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan selama

ibu dan bayi berada di fasilitas rujukan.

g. Kebijakan pelayanan persalinan selama pandemi Covid-19

Selama masa pandemi Covid-19 semua pelayanan persalinan dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan. Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14

hari sebelum tafsiran persalinan atau sebelum tanda persalinan. Wilayah zona

merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang) dan kuning (risiko rendah) ibu hamil

dengan atau tanpa gejala Covid-19 dilakukan skrining pada H-14 sebelum tafsiran

persalinan untuk menentukan status Covid-19. Skrining dilakukan dengan

anamnesa, pemeriksaan darah Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) atau rapid test

(jika tersedia di fasilitas dan sumber daya). Persalinan di Fasilitas Kesehatan

Tingat Pertama (FKTP) dapat menggunakan delivery chamber tanpa

melonggarkan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) (Kementerian Kesehatan RI,

2020).

h. Asuhan kebidanan komplementer pada masa persalinan

1) Pijat punggung

Menurut Potter dalam dalam Lubis (2020) teknik pijat punggung pada ibu

primigravida inpartu kala I ini dapat membantu menurunkan skala nyeri yang

dirasakan ibu primigravida, dengan teknik ini ibu primigravida akan lebih rileks

dan santai sehingga akan mengurangi ketegangan karena dilepaskannya endorfin

31
sehingga membantu mengurangi skala nyeri pasien. Selain itu, perasaan santai dan

tenang dapat mengubah tingkat oksidasi monoamine yang memetabolisme

serotonine.

Massage punggung dapat dijadikan alternatif bagi ibu bersalin yang

menginginkan metode nonfarmakologis dan meminimalkan efek samping yang

ditimbulkan dari tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan terutama penolong

persalinan dalam mengurangi nyeri persalinan. Pemijatan secara lembut akan

membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Massage

merangsang tubuh melepaskan senyawa endorfin yang merupakan pereda sakit

alami (Puspitasari, 2017).

2) Relaksasi napas

Teknik relaksasi napas efektif dalam upaya mengurangi rasa nyeri pada

ibu bersalin kala satu, sehingga hal ini dapat dilakukan oleh para tenaga kesehatan

guna memenuhi kebutuhan nyaman pada pasien bersalin. Ini merupakan teknik

nonfarmakologis yang dapat membantu ibu mengurangi rasa nyeri karena proses

persalinan. Hal ini sangat perlu diedukasikan kepada pasien dan keluarga dimulai

saat ANC (Widiyanto, 2021).

5. Masa Nifas

a. Pengertian masa nifas

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira enam minggu. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini

karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya (Saifuddin, 2020).

32
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak satu jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 42 hari. Masa nifas merupakan masa penting bagi ibu

maupun bayi baru lahir karena dalam masa ini perubahan besar terjadi dari sisi

perubahan fisik, emosi dan kondisi psikiologis ibu (Wahyuningsih, 2018).

b. Tahapan masa nifas

Pengawasan masa nifas penting dilakukan secara cermat terhadap

perubahan fisiologis masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan patologis

pada tiap tahapannya. Saifuddin (2020) memaparkan kembalinya sistem

reproduksi pada masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, antara lain:

1) Puerperium dini

Perperium dini merupakan tahapan pemulihan ketika ibu sudah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan secara pervaginam

tanpa komplikasi dalam enam jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk

mobilisasi segera. Manfaatnya dapat mengurangi komplikasi kandung kemih dan

konstipasi, menurunkan frekuensi thrombosis dan emboli paru pada masa nifas.

2) Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan tahapan pemulihan menyeluruh dari

organ-organ reproduksi internal maupun eksternal selama kurang lebih 6-8

minggu.

3) Remote puerperium

Remote puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk ibu pulih

dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau

waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium

setiap ibu akan berbeda, bergantung pada berat ringannya komplikasi yang

dialami selama hamil dan persalinan.

33
c. Perubahan fisiologis pada masa nifas

Selama masa nifas alat-alat genetalia interna dan eksterna mengalami

pemulihan kembali seperti keadaan seperti sebelum hamil. Kementerian

Kesehatan RI (2018) memaparkan perubahan fisiologis yang terjadi pada masa

nifas yaitu:

1) Involusi

Involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan posisi sebelum

hamil. Involusi uteri sangat mempengaruhi TFU dan berat uterus yang telah

dipaparkan pada tabel 2.

Tabel 2
Involusi Uteri
Tinggi Fundus
Involusi Uteri Berat Uterus Diameter Uterus
Uteri
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
dan simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
Sumber: Baston dalam Kementerian Kesehatan RI (2018)

2) Pengeluaran darah pervaginam (lochea)

Lochea berasal dari bahasa latin yang digunakan untuk menggambarkan

perdarahan pervaginam setelah persalinan. Proses ini dapat berlangsung selama

tiga minggu (Cunningham, 2014). Menurut Bobak dalam Wahyuningsih (2018)

lochea dibagi menjadi empat, yaitu:

a) Lochea rubra merupakan lochea pertama yang mulai keluar setelah persalinan

dan berlanjut selama 2 hingga 3 hari masa nifas. Berwarna merah, terdiri dari

darah segar, sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan mekonium.

34
b) Lochea sanguinolenta merupakan lochea yang timbul setelah lochea rubra

selama 4 sampai 7 hari masa nifas. Berwarna merah kecokelatan, terdiri dari sisa

darah serta berlendir.

c) Lochea serosa merupakan lochea yang timbul pada hari ke-8 hingga

hari ke-14. Berwarna kuning kecoklatan yang mengandung serum leukosit.

d) Lochea alba merupakan lochea yang mulai keluar pada hari ke-14. Berwarna

putih yang mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati.

3) Perineum, vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses persalinan. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali

dalam keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur–angsur akan

muncul kembali himen tampak carunculae mirtyformis yang khas pada ibu

multipara sementara labia menjadi lebih menonjol. Perineum menjadi kendur

karena teregang oleh gerakan kepala bayi yang bergerak maju dan kembali

mendapatkan tonusnya pada hari kelima setelah persalinan. Latihan otot perineum

dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga

tingkat tertentu.

4) Sistem Tubuh

a) Nadi

Frekuensi nadi ibu secara fisiologis pada kisaran 60-80 kali permenit.

Perubahan nadi yang menunjukkan frekuensi bradikardi (<60 kali permenit) atau

takikardi (>100 kali permenit) menunjukkan adanya tanda shock atau perdarahan.

Frekuensi dan intensitas nadi merupakan tanda vital yang sensitif terhadap adanya

perubahan keadaan umum ibu.

35
b) Suhu

Perubahan suhu secara fisiologis terjadi pada masa segera setelah

persalinan, yaitu terdapat sedikit kenaikan suhu tubuh pada kisaran 0,2-0,5°C,

dikarenakan aktivitas metabolisme yang meningkat saat persalinan dan kebutuhan

kalori yang meningkat saat persalinan. Perubahan suhu tubuh berada pada kisaran

36,5-37,5°C. Apabila suhu tubuh mengalami peningkatkan hingga di atas 38°C,

waspada terhadap infeksi post partum.

c) Pernapasan

Menurut Fraser dalam Kementerian Kesehatan RI (2018), frekuensi

pernapasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali/menit. Ibu post partum pada

umumnya pernapasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam masa

pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila pernapasan pada masa post partum

menjadi lebih cepat, waspadai kemungkinan ada tanda–tanda syok.

d) Tekanan Darah

Tekanan darah normal masa nifas adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan

diastolik 60-80 mmHg. Masa nifas pada kasus normal, tekanan darah biasanya

tidak berubah. Apabila terjadi perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pada

masa post partum dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah

tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya preeklampsia post partum.

e) Sistem pencernaan

Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar karena metabolisme ibu

meningkat saat proses persalinan, sehingga ibu dianjurkan untuk meningkatkan

konsumsi makanan, termasuk mengganti kalori, energi, darah dan cairan yang

telah dikeluarkan selama proses persalinan. Pasca melahirkan, ibu sering

mengalami

36
konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan

dan awal masa pasca partum.

f) Sistem endokrin

Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti

sebelum hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta lahir.

Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin

dan menstimulasi air susu ibu.

g) Penurunan berat badan

Setelah melahirkan, ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang

berasal dari bayi, plasenta, air ketuban dan pengeluaran darah saat persalinan serta

2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan

cairan waktu hamil. Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah enam bulan,

walaupun sebagian besar mempunyai kecenderungan tetap akan lebih berat

daripada sebelumnya rata-rata 1,4 kg (Cunningham, 2014).

h) Perubahan payudara

Setelah bayi lahir dilakukan proses IMD, hal ini dapat mencegah

perdarahan dan merangsang produksi ASI. Hari kedua hingga ketiga post partum

sudah mulai diproduksi ASI matur yaitu ASI berwarna. Semua ibu yang telah

melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Fisiologi menyusui mempunyai dua

mekanisme fisiologis yaitu produksi ASI dan sekresi ASI atau let down reflex.

i) Sistem eleminasi

Ibu postpartum mengalami kesulitan buang air kecil selama 24 jam

pertama. Hal ini terjadi karena kadar hormon estrogen yang menahan urine akan

mengalami penurunan sehingga terjadi diuresis post partum bisa menyebabkan

distensi

37
kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita

melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa

menghambat uterus berkontraksi dengan baik.

d. Perubahan psikologis masa nifas

Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan

adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan baik. Fase-fase yang

akan dialami oleh ibu pada masa nifas menurut teori Reva Rubin dalam

Kementerian Kesehatan RI (2018) antara lain:

1) Fase taking in

Fase ini berlangsung dari hari ke-1 sampai hari ke-2 setelah melahirkan.

Fase ini merupakan periode ketergantungan. Ibu masih terfokus dengan dirinya

sendiri setelah mengalami proses persalinan yang melelahkan. Ibu memerlukan

perhatian dari keluarga seperti pemenuhan nutrisi dan istirahat sehingga

mempercepat proses pemulihan.

2) Fase taking hold

Fase ini berlangsung dari hari ke-3 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan

priode antara ketergantungan dan tidak ketergantungan. Ibu merasa khawatir dan

tidak mampu merawat bayinya. Selama fase ini, perasaan ibu menjadi lebih

sensitif dan mudah tersinggung sehingga perlu diberikan dukungan untuk

meningkatkan rasa percaya diri ibu.

3) Fase letting go

Fase ini berlangsung pada hari ke-10 masa nifas. Fase ini merupakan

periode saling ketergantungan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dan merasa

38
ketergantungan dengan bayinya. Keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya

meningkat.

e. Kebutuhan dasar masa nifas

Menrurut Kementerian Kesehatan RI (2018) kebutuhan dasar masa nifas,

diantaranya:

1) Kebutuhan nutrisi

Perubahan kalori pada enam bulan pertama post partum sebanyak 700

kalori dan menurun pada enam bulan kedua post partum yaitu menjadi 500 kalori.

Minum sedikitnya 3-4 liter setiap hari, suplemen zat besi selama 40 hari dan ibu

nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 IU pertama segera setelah melahirkan

dan kedua minimal 24 jam setelah kapsul pertama sehingga bayi juga

mendapatkan asupan vitamin A yang cukup melalui ASI.

2) Kebutuhan eleminasi

Seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil spontan

setiap 3-4 jam. Buang air kecil meningkat 24-48 jam pertama sampai hari kelima

setelah melahirkan. Awal masa nifas umumnya buang air besar mengalami

hambatan, agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat dilakukan

dengan diet teratur, pemberian cairan banyak, makanan yang cukup serat dan olah

raga.

3) Kebutuhan istirahat

Ibu nifas sangat membutuhan istirahat yang cukup untuk mengembalikan

keadaan fisiknya. Jika ibu nifas kekurangan istirahat dapat menurunkan jumlah

ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi, menyebabkan depresi dan

ketidaknyamanan dalam merawat diri serta bayinya.

39
4) Kebutuhan ambulasi dan senam nifas

Ibu bersalin normal pada dua jam setelah persalinan sudah diperbolehkan

mobilisasi secara bertahap mulai miring kanan dan kiri, duduk, berdiri kemudian

berjalan. Mobilisasi dini pada ibu post partum disebut juga early ambulation yaitu

upaya sesegera mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbing berjalan.

Senam nifas juga sangat penting dilakukan selama masa nifas. Kebutuhan

exercise atau senam nifas mempunyai banyak manfaat yang esensinya untuk

memulihkan kesehatan ibu, meningkatkan kebugaran, sirkulasi darah dan juga

bisa mendukung ketenangan serta kenyamanan ibu. Senam yang paling baik untuk

memperkuat otot dasar panggul adalah senam kegel yang dapat dilakukan pada

hari pertama setelah persalinan bila memungkinkan.

5) Kebutuhan personal hygiene

Menjaga kebersihan organ genetalia dengan cara mengganti pembalut

minimal empat kali sehari, membersihkan daerah genetalia dari depan ke belakang

serta cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah membersihkan alat

genetalia. Selain organ genetalia, perawatan payudara juga diperlukan dengan

menjaga payudara tetap bersih, kering dan menggunakan Bustle Houder (BH)

yang menyokong payudara.

6) Kebutuhan seksual

Secara fisik untuk melakukan hubungan suami istri dianjurkan apabila

perdarahan sudah berhenti dan luka perineum sudah pulih. Hubungan seksual dapat

dilakukan pada minggu ketiga sampai minggu keempat setelah melahirkan.

40
7) Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan pemilihan metode kontrasepsi dilakukan dengan memberikan

komunikasi, informasi, edukasi dan konseling penapisan kelayakan medis untuk

melakukan pengkajian kondisi kesehatan klien. Standarisasi pelayanan

kontrasepsi saat ini dapat dilakukan pemilihan metode kontrasepsi dengan alat

bantu berupa diagram lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Kontrasepsi (KLOP)

serta permintaan persetujuan tindakan tenaga kesehatan diberikan secara tertulis

atau lisan (Kementerian Kesehatan RI, 2021b).

f. Standar asuhan pada masa nifas

Pelaksanaan kunjungan nifas selama masa pandemi Covid-19 dapat

dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau

pemantauan menggunakan media online yang disesuakan dengan kondisi

terdampak dan tetap melakukan upaya pencegahan penularan Covid-19 baik dari

petugas, ibu dan keluarga (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Kunjungan masa nifas (KF) dilakukan sebanyak empat kali yang bertujuan

untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi

dan menangani masalah-masalah yang terjadi selama masa nifas. Jadwal

kunjungan KF menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2020) yaitu:

1) Kunjungan masa nifas 1 dilakukan pada periode 6 jam sampai 2 hari masa

nifas. Bertujuan untuk memeriksa tanda bahaya yang harus dideteki secara dini

meliputi atonia uteri, robekan jalan lahir, adanya sisa plasenta, ibu mengalami

bendungan payudara dan retensi urine.

2) Kunjungan masa nifas 2 dilakukan pada periode 3-7 hari masa nifas.

Bertujuan untuk mengenali tanda bahaya seperti mastitis, abses payudara, metritis,

41
peritonitis, memastikan involusi uterus berjalan normal, pemenuhan nutrisi,

cairan, pola istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan

tanda- tanda penyakit serta membimbing cara perawatan bayi baru lahir.

3) Kunjungan masa nifas 3 dilakukan pada periode 8-28 hari masa nifas.

Bertujuan untuk mengenali tanda bahaya masa nifas, memastikan involusi uterus

berjalan normal, pemenuhan nutrisi, cairan, pola istirahat, memastikan ibu

menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda-tanda penyakit serta

membimbing cara perawatan bayi baru lahir.

4) Kunjungan masa nifas 4 dilakukan pada periode 29-42 hari masa nifas.

Bertujuan untuk mengenali tanda bahaya masa nifas, memberikan konseling KB

secara dini sehingga ketika 42 hari ibu diharapkan sudah menggunakan

kontrasepsi.

g. Asuhan kebidanan komplementer pada masa nifas

1) Pijat oksitosin

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang

tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima sampai keenam dan

merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah

melahirkan. Selain memberi kenyamanan pada ibu dan merangsang refleks

oksitosin, pijat oksitosin juga memiliki manfaat lain, yaitu mengurangi

pembengkakan payudara (engorgement), mengurangi sumbatan ASI

(plugged/milk duct) dan membantu mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan

bayi sakit (Rahayuningsih, 2016).

Menurut Depkes RI dalam Setyowati (2017), pijat oksitosin dilakukan

dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang

42
sehingga diharapkan ibu akan merasakan rileks dan kelelahan setelah melahirkan

43
akan hilang. Pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI, hal ini dipaparkan

dalam Husanah (2019) yang menyatakan meningkatnya produksi ASI terlihat

pada saat pelaksaanaan pijat dan saat bayi menyusu langsung setelah pelaksanaan

pijat. Pijat dilakukan kurang lebih lima menit dengan lima kali tindakan atau

pijatan pada punggung. Hal ini juga didukung oleh penelitian Magdalena (2020)

yang menyatakn bahwa pijat oksitosin mempengaruhi peningkatan produksi ASI

pada ibu menyusui.

2) Body massage

Body massage adalah tindakan memanipulasi otot-otot dan jaringan dari

tubuh dengan cara menekan, menggosok, getaran/vibrasi dan mnggunakan tangan

serta jari tangan atau alat-alat manual/elektrik untuk memperbaiki kondisi

kesehatan (Nurgiwiati, 2015). Menurut Nazilah (2021) pemberian massage

therapy pada ibu nifas dapat menurunkan kecemasan dan respon keinginan untuk

melakukan breastfeeding self efficacy pada ibu nifas meningkat. Hal ini

dikarenakan ibu merasa rileks dan membantu proses let down reflek yang mampu

untuk meningkatkan produksi ASI.

6. Neoantus dan Bayi

a. Neonatus

1) Pengertian neonatus

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berumur 0-28 hari setelah kelahiran.

Masa neonatal dibagi menjadi dua yaitu neonatal dini (umur 0-7 hari) dan

neonatal lanjut (umur 8-28 hari). Neonatus normal adalah bayi baru lahir dari

umur kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram, segera

menangis,

44
gerak aktif, kulit bayi kemerahan dan bayi menyusu dari payudara ibu dengan kuat

(Kementerian Kesehatan RI, 2016a).

2) Adaptasi fisiologis neonatus

Adaptasi fisiologis neonatus adalah periode adaptasi terhadap kehidupan

di luar rahim. Terdapat beberapa adaptasi fisiologis pada neonatus menurut

(Kementerian Kesehatan RI, 2016b), yaitu:

a) Sistem pernapasan

Bayi baru lahir mengalami usaha napas dan tangisan pertama yang

menyebabkan masuknya udara yang mengandung oksigen ke dalam paru-paru

bayi sehingga cairan pada alveoli ditekan keluar dari paru-paru dan diserap oleh

jaringan di sekitar alveoli.

b) Sistem sirkulasi

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil

oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke

jaringan. Peristiwa yang dapat membantu darah dengan kandungan oksigen

sedikit mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang adalah saat tali

pusat dipotong. Hal ini menyebabkan resistensi pembuluh sistemik meningkat dan

tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena

berkurangnya aliran darah ke atrium kanan yang mengurangi volume dan

tekanannya.

c) Sistem thermoregulasi

Setelah masuk ke dalam lingkungan luar rahim dengan suhu yang lebih

dingin dari dalam rahim, bayi akan menggunakan lemak cokelat untuk

membentuk suhu tanpa mekanisme menggigil untuk mendapatkan kembali suhu

tubuhnya.

45
d) Sistem gastrointestinal

Bayi lahir cukup bulan telah mampu menelan, mencerna, memetabolisme

dan mengadsorpsi protein dan lemak. Kapasitas lambung pada bayi baru lahir

cukup bulan kurang dari 30 ml. Kapasitas lambung akan bertambah bersamaan

dengan bertambahnya umur.

e) Sistem imunologi

Tiga bulan pertama kelahiran, bayi masih dilindungi oleh kekebalan pasif

(Immunoglobulin G) yang diterima dari ibu. Pemindahan Immunoglobulin

dilakukan dengan cara pemberian ASI yang masih mengandung kolostrum.

f) Sistem ginjal

Urine pertama dibuang saat lahir dalam 24 jam dan akan semakin sering

dengan banyak cairan. Bayi akan berkemih 6-10 kali dengan warna urine yang

pucat. Hal ini menunjukkan bahwa asupan cairan yang cukup pada bayi.

3) Asuhan dasar bayi baru lahir

Terdapat beberapa perawatan pada bayi baru lahir menurut JNPK-KR

(2017), yaitu:

a) Pencegahan infeksi sangat penting dilakukan oleh petugas kesehatan setelah

bersentuhan dengan bayi dan menggunakan sarung tangan bersih pada saat

menangani bayi yang belum dimandikan.

b) Penilaian awal pada bayi baru lahir meliputi, apakah bayi cukup bulan,

air ketuban jernih, bayi menangis, bernapas dan tonus otot baik.

c) Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir normal yaitu menjaga kehangatan

bayi, bersihkan jalan napas (bila perlu), keringkan dan tetap jaga kehangatan bayi,

potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun (kira-kira dua menit setelah

46
bayi lahir), melakukan IMD dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu, beri suntikan

vitamin K 1 mg secara IM pada paha kiri anterolateral, beri salep mata antibiotika

pada kedua mata bayi, pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk mengetahui sedini

mungkin jika terdapat kelainan pada bayi, beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml secara

IM pada paha kanan setelah satu sampai dua jam pemberian vitamin K atau nol

sampai tujuh hari pada panduan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

4) Kebutuhan dasar pada neonatus

Menurut Armini (2017) pemenuhan kebutuhan dasar pada neonatus untuk

mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya dapat dilakukan dengan tiga

cara, yaitu:

a) Asah

Pemberian stimulasi mental yang akan menjadi cikal bakal proses

pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan mental, kecerdasan,

keterampilan, kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Stimulasi sebaiknya

dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi. Stimulasi yang

diberikan dengan cara mengusahakan rasa nyaman, aman, menyenangkan,

memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara,

membunyikan berbagai macam suara atau musik, menggantung dan menggerakan

mainan berwarna mencolok serta dirangsang untuk meraih dan memegang

mainan.

b) Asih

Pola asih dapat dilakukan dengan bounding attachment dan berkomunikasi

dengan bayi. Bounding attachment yaitu perkenalan dengan melakukan kontak

mata, memberikan sentuhan, mengajak berbicara dan mengeksplorasi segera

47
setelah mengenal bayi. Berkomunikasi dengan bayi berumur 1-18 bulan melalui

bahasa nonverbal seperti menggendong, mengayun dan menepuk.

c) Asuh

Pola asuh dilakukan dengan mamandikan bayi, perawatan mata, pijat bayi,

pemenuhan nutrisi, mempertahankan suhu tubuh bayi, pemantauan Buang Air

Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) bayi.

5) Satandar asuhan pada neonatus

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2021b) pelayanan neonatus atau bayi

baru lahir secara umur yaitu:

1) Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai 48 jam setelah lahir. Asuhan

yang diberikan adalah menjaga kehangatan tubuh bayi, memberikan ASI

eksklusif, pencegahan infeksi, perawatan mata, perawatan tali pusat, injeksi

vitamin K secara IM 1 mg dan imunisasi Hepatitis B.

2) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke-3 sampai hari ke-7. Asuhan yang

diberikan adalah menjaga kehangatan tubuh bayi, memberikasn ASI eksklusif,

memandikan bayi, perawatan tali pusat dan imunisai.

3) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke-8 sampai 28 hari. Asuhan yang

diberikan adalah memeriksa tanda bahaya dan gejala sakit, menjaga kehangatan

tubuh bayi, memberikan ASI eksklusif serta imunisasi.

b. Bayi

1) Pengertian bayi

Bayi dimaksud juga masa postnatal yang berlangsung 29 hari sampai 12

bulan. Pertumbuhan terjadi sangat pesat dan meningkatnya sistem saraf

(Kementerian Kesehatan RI, 2016a).

48
2) Pertumbuhan dan perkembangan bayi

Berat badan dan panjang badan merupakan acuan untuk mengukur

kemajuan pertumbuhan pada bayi. Bayi mengalami penurunan berat badan satu

minggu setelah lahir. Penurunan berat badan bayi terjadi secara fisiologis antara

5- 10%, setelah 10-14 hari berat badan akan kembali normal. Panjang badan bayi

akan bertambah 2,5 cm pada setiap bulannya (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

3) Asuhan dasar pada bayi

Asuhan yang diberikan yaitu menimbang berat badan untuk memantau

status gizi, pengukuran panjang badan untuk memantau stunting, pengukuran

lingkar kepala untuk memantau Macrocephali (lingkar kepala lebih dari normal)

atau Microcephali (lingkar kepala kurang dari normal), memeriksa perkembangan

motorik kasar, motorik halus dan gaya bahasa (Kementerian Kesehatan RI,

2016a).

c. Asuhan kebidanan komplementer pada neonatus dan bayi

Pijat bayi merupakan stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia dan

efek fisiologis pada organ tubuh bayi. Pijat bayi memberikan banyak manfaat

seperti meningkatkan konsentrasi bayi, membuat tidur bayi lebih lelap,

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, membina ikatan kasih

sayang orang tua dan anak (bounding), memperlancar peredaran darah, membuat

kulit bayi terlihat lebih sehat, sistem kekebalan tubuh bayi akan lebih kuat serta

membuatnya lebih tahan terhadap infeksi (Soetjiningsih, 2014).

Pijat bayi atau sering disebut stimulus touch, merupakan sentuhan

komunikasi yang nyaman antara ibu dan bayi. Pijat bayi sangat bermanfaat dalam

mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, diantaranya adalah

meningkatkan penyerapan makanan sehingga bayi lebih cepat lapar dan bayi akan

49
lebih sering menyusu kepada ibunya, sehingga bisa meningkatkan berat badan

pada bayi (Marni, 2019).

B. Kerangka Pikir

Asuhan kebidanan yang komperhensif dan berkesinambungan (Contiuity

of Care) diharapkan dapat mengarah ke kehamilan, persalinan, masa nifas,

neonatus dan bayi berlangsung fisiologis. Hal tersebut kemungkinan dapat

mengarah patologis seiring berjalannya dari masa kehamilan hingga masa nifas,

neonatus dan bayi.

Kehamilan

trimester II-III Fisiologis


Asuhan
Mandiri/
Kolaborasi
Persalinan

Patologis
Asuhan kebidanan Masa nifas
secara
continuity of care Kolaborasi
dan Ibu dan
pada ibu “SR”
umur 27 tahun rujukan
multigravida Neonatus dan
bayi sampai
Gambar 1 . Bagan Kerangka Pikir Asuhan Kebidanan pada ibu ”SR” umur 27 tahun
Multigravida dari kehamilan trimester II sampai trimester III khususnya pada
umur kehamilan 17 minggu sampi 42 hari masa nifas.

BAB III
METODE PENENTUAN KASUS
A. Informasi Klien/Keluarga

Informasi klien dan keluarga didapatkan dari pendekatan studi kasus.

Metode penentuan kasus yang digunakan adalah wawancara, pemeriksaan dan

dokumentasi. Data yang diambil berupa data primer yang didapatkan dari

wawancara serta data sekunder dari pemeriksaan dan dokumentasi.

Pengambilan data dilksanakan di PMB Rahmi pd tanggal 18 Oktober

2022, pukul 09.00 WITA

1. Identitas

Ibu Ayah

Nama : Ibu “SR” Bapak “MA”

Umur : 27 tahun 30 tahun

Suku, bangsa : Jawa, Indonesia Jawa, Indonesia

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMP SMA

Pekerjaan : Swasta Karyawan Swasta

Penghasilan : ± Rp 1.000,000 ± Rp 2.000,000

Alamat rumah : Jalan. Pratama No. 27

No. Hp : 087809751xxx 085338019xxx

Jaminan Kesehatan :- -

2. Keluhan utama

Ibu datang untuk kontrol kehamilannya dan ibu mengatakan tidak mengalami
keluhan.

49
3.Riwayat Menstruasi

Ibu mengatakan menstruasi pertama kali umur 12 tahun,Siklus menstruasi

teratur 28 hari, jumlah darah saat menstruasi 2-3 kali ganti pembalut ukuran sedang

dalam sehari, lama menstruasi 3-4 hari, saat menstruasi ibu tidak mengalami

keluhan, ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) tanggal 17 Juni 2023

dan tafsiran persalinannya tanggal 24 Maret 2023.

4.Riwayat perkawinan sekarang

Ibu menikah secara sah pada umur 20 tahun, ini merupakan pernikahan ibu

yang pertama dengan lama menikah 7 tahun.

5.Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya

Ini merupakan kehamilan yang kedua. Anak pertama lahir normal di Bidan tahun

2015, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir 3200 gram, menyusui selama dua

tahun.

6.Riwayat kehamilan ini

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua dan tidak

pernah mengalami keguguran. Status TT Ibu saat ini TT5. Ibu sudah mendapatkan

vaksin Covid-19. Keluhan yang pernah dialami ibu pada Trimester I yaitu mual,

muntah dan pusing tetapi tidak mengganggu aktifitasnya. Pada Trimester II ibu

tidak mengalami keluhan yang membahayakan kehamilan seperti perdarahan,

sakit kepala hebat, pusing dan pandangan kabur. Skor Poedji Rochyati ibu adalah

2 dengan dasar kehamilan ibu. Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan 2 kali pada

trimester I di bidan kali,puskesmas 1kali dan di Dokter kandungan satu kali, hasil

GS (+) Intrauterine. Ini merupakan pemeriksaan ibu yang kedua di Bidan

50
7.Riwayat hasil pemeriksaan

51
Tanggal/ Hasil
No tempat Keluhan Diagnosa Terapi /tindakan
Pemeriksaan
periksa

1 2 3 4 5 6
1. 9/7/2022 mual TD : 110/70 G2P1A0 1. Melakukan
Bidan “R” muntah mmHg UK 4 pemeriksaan
N : 80 minggu 5 kehamilan sesuai
x/menit hari T/H ANC Terpadu
S : 36,9ᵒC IU 2. KIE keluhan
P: 20 x/menit fisiologis kehamilan
BB : 59 kg TW I
3. KIE nutrisi ibu hamil
4. KIE tanda bahaya
kehamilan trimester I
5. Terapi : Asam folat
1x400 mcg (30
tablet),B6 1x10
mg(30tab)
6. KIE pemeriksaan
Lab di puskesmas

19-8-2022/ Mual BB: 60 kg, TD : G2P1A0 KIE tanda


dr. MW, muntah 112/65 mmHg, S: UK 8 bahaya.
Sp.OG ibu 36,3°C, N: 89
Minggu 3 hari KIE nutrisi.
sudah x/menit, RR: 22 janin T/H KIE
berkurang x/menit IU pemeriksaan
laboratorium.
Pemberian
terapi:Asam
folat 1x400 mcg

52
1-9-2022/ Tidak ada BB: 61 kg, TD: G2P1A0 KIE tanda
UPTD keluhan 120/80 mmHg, S: UK 11 bahaya.
Puskesmas 36,3°C, N: 95
minggu KIE nutrisi dan
Kuta Selatan x/menit, RR: 19 hari istirahat.
x/menit, LiLA: 24
janin T/H Menganjurkan
cm, TB: 155 cm IU membaca buku
TFU: 2 jari di atas KIA.
simpisis,IMT 24,5 kg/m Lanjutkan
reflek patella: +/+ terapi dari
Golda: B dokter dan
Hb: 11,1 g/dL memberikan
PPIA: non reaktif terapi:
HbsAg: non SF 1x500 mg
reaktif (XXX)

VDRL: non Vitamin C 1x50


reaktif mg (XXX)
c.Asam folat 1x400
mcg

Sumber: Buku KIA dan Periksa Dokter

8. Riwayat kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

9. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh ibu

Ibu “SR” mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti penyakit

jantung, hipertensi, asma, TORCH, Diabetes Mellitus (DM), hepatitis,

Tuberculosis (TBC) ataupun Penyakit Menular Seksual (PMS). Ibu tidak memiliki

riwayat penyakit ginekologi seperti cervisitis cronis, endometriosis, mioma,

benjolan pada leher rahim atau polip serviks dan kanker kandungan. Ibu juga

tidak pernah dioperasi pada daerah abdomen.

53
10.Riwayat penyakit keluarga

Keluarga ibu “SR” tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti

penyakit hipertensi, kanker, asma, DM, penyakit jiwa, kelainan bawaan, hamil

kembar, TBC, PMS, Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune

Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) atau penyakit menular lainnya.

10. Data biologis, psikologis, sosial dan spiritual

a. Data biologis

Ibu tidak mengalami keluhan atau kesulitan bernapas saat beraktivitas

maupun istirahat. Pola makan ibu selama kehamilan yaitu ibu makan tiga kali

dalam sehari. Jenis dan komposisi makanan yang dikonsumsi ibu antara lain, ibu

makan dengan porsi sedang terdiri dari satu piring nasi, lauk bervariasi yang

terdiri dari ayam/tahu dan tempe/telur serta sayur secukupnya. Ibu mengkonsumsi

buah secara rutin setiap harinya. Tidak ada makanan pantangan bagi ibu dan tidak

ada alergi terhadap makanan. Pola minum ibu sebanyak 9-10 gelas air mineral

dalam sehari. Pola eleminasi ibu selama sehari yaitu BAK 6-7 kali/hari warna

kuning jernih dan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek dengan warna kuning

kecoklatan. Pola istirahat ibu selama hamil yaitu tidur malam selama 8 jam dari

pukul 22.00 WITA sampai pukul 06.00 WITA dan ibu tidak ada tidur siang

karena ibu bekerja. Ibu melakukan hubungan seksual ±1 kali/minggu dengan

posisi tidak menekan perut. Pola aktivitas ibu selama hamil yaitu bekerja sebagai

kasir selama 8 jam dari pukul 09.00 sampai

17.00 WITA dan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah,

memasak, menyapu, mengepel dan mencuci pakaian dibantu oleh suami.

b. Data psikososial

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan dan diharapkan

54
oleh ibu, suami dan keluarga.

c. Data spiritual

Ibu dan keluarga tidak memiliki kepercayaan atau pantangan selama

kehamilan dan tidak mengalami masalah saat beribadah.

11. Perencanaan persalinan

Ibu mengatakan merencanakan bersalin di wilayah kerja PMB rahmi yang

ditolong oleh bidan, ibu dan suami menyiapkan transportasi ke tempat bersalin

menggunakan kendaraan pribadi sepeda motor, pendamping persalinan yaitu

suami, pengambilan keputusan utama dalam persalinan yaitu suami, pengambil

keputusan lain jika pengambil keputusan utama berhalangan yaitu kakak sepupu,

dana persalinan menggunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan

dana pribadi, calon donor yaitu kakak sepupu dan adik kandung, rumah sakit

rujukan jika terjadi kegawatdaruratan yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RS)

Surya Husada kota Badung, ibu bersedia melakukan IMD, kontrasepsi pasca

persalinan yang ingin ibu gunakan adalah suntik KB 3 bulan.

12. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan tanda bahaya kehamilan

Ibu “SR” sudah mengetahui tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester

II, keluhan lazim selama kehamilan, aktivitas seksual dan protokol kesehatan. Ibu

sudah mendapatkan vaksin Covid-19 sebanyak dua kali saat sebelum hamil dan

sudah melengkapi P4K. Ibu belum mengetahui cara pemantauan kesejahteraan janin.

Data objektif ( tanggal 18 oktober 2022 pukul 09.10 WITA)

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum baik, kesadaran compos mentis, GCS E4 V5 M6

55
BB 63 kg, BB sebelumnya 62 kg (tgl 18/9/2022), BB sebelum hamil : 59 kg

TB 155 cm, LILA 28 cm, IMT 24,5 (normal)

Postur tubuh normal

Tanda vital : TD 100/70mmHg, N 80x/mnt, Suhu= 36,8℃, R 18x/mnt

b. Pemeriksaan fisik

1) Kepala : simetris, normal, tidak ada keluhan

2) Rambut : bersih, warna hitam kecoklatan

3) Wajah : normal, tidak ada oedema, tidak ada kelainan

4) Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda

5) Hidung : bersih, tidak ada sekret

6) Mulut : tidak ada sariawan, tidak ada gigi berlubang, mukosa bibir lembab warna

merah muda

7) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen berlebih

8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada

bendungan vena jugularis

9) Dada : simetris, tidak ada retraksi dada

10) Payudara : simetris, putting susu menonjol, tidak ada pengeluaran, tidak ada

benjolan pada payudara

11) Perut : tidak ada luka bekas operasi, terdapat striae albican

Palpasi : Tinggi fundus uteri 4 jari atas simfisis

Auskultasi : DJJ 148x/mnt, kuat dan teratur

12) Ekstremitas: kuku jari merah muda, simetris, tidak ada oedema, tidak ada

varices, reflek patella +/+, tidak ada kelainan

c. Pemeriksaan Penunjang

Hb 11,7 gr/dL, PPIA NR, HbsAg Negatif, TPHA NR, Golongan Darah B, Protein

56
Uri

Negatif, Reduksi Urine Negatif (Tanggal 17/10/2022)

B.Rumusan Masalah atau Diagnosis Kebidanan

Berdasarkan pengkajian data subjektif pada tanggal 18 Oktober 2022, maka dapat

ditegakkan diagnosis yaitu G2P1A0 umur kehamilan 17 minggu janin tunggal

hidup intrauterine. Masalah ibu saat ini adalah ibu belum mengetahui cara

pemantauan Gerakan janin.

c.Jadwal Kegiatan

Penulis telah melakukan beberapa kegiatan yang dimulai dari bulan Oktober 2022

sampai bulan Maret 2023. Kegiatan dimulai dari pencarian pasien di puskesmas,

melakukan pendekatan dengan pasien dan berkonsultasi dengan pembimbing.

Setelah disetujui oleh pembimbing, penulis melakukan informed consent

dengan pasien dan memberikan asuhan kepada ibu “SR” mulai umur kehamilan

17 minggu sampai 42 hari masa nifas.

57
Tabel 4
Rencana Kegiatan Asuhan Kebidanan Pada Ibu “SR” Umur 27 Tahun Multgravida
dari Umur Kehamilan 17 Minggu sampai 42 Hari
Masa Nifas Tahun 2022-2023

Rencana Waktu
No. Rencana Asuhan Implementasi Asuhan
Kunjungan
1 2 3 4
1 18/11/2022 sampai Memberikan 1. Melakukan pemeriksaan
dengan minggu ke- asuhan kebidanan ANC di PMB “R”
4 bulan Februari pada kehamilan 2. Memberikan KIE kepada
2023 trimester II dan III ibu mengenai tanda bahaya
pada ibu hamil
3. Memberikan konseling
mengenai pencegahan
penularan COVID-19 pada
masa kehamilan dan
pentingnya melakukan
vaksinasi Covid-19.
4. Memfasilitasi ibu dalam
melakukan kelas ibu hamil
dan exercise selama
kehamilan.
5. Memberikan ibu KIE
terkait materi-materi pada
kelas ibu hamil yang
belum didapatkan ibu dan
terapi komplementer yang
dapat membantu
mengurangi keluhan ibu.
6. Menjelaskan pada ibu
tentang proses persalinan
serta memberikan

58
Rencana Waktu
No. Rencana Asuhan Implementasi Asuhan
Kunjungan
1 2 3 4
dukungan dan support agar
ibu termotivasi dan siap
menghadapi persalinan
7. Membantu ibu dalam
persiapan persalinan
8. Melakukan evaluasi
asuhan yang telah
diberikan selama masa
kehamilan.

2 Minggu ke-3 bulan Memberikan 1. Memberikan KIE


Maret 2023 asuhan kebidanan mengenai teknik relaksasi
pada persalinan pada saat proses
dan bayi baru lahir persalinan.
2. Memberikan asuhan
sayang ibu dan asuhan
komplementer untuk
pengurangan nyeri selama
proses persalinan.
3. Memantau kesejahteraan
janin, kemajuan persalinan
dan kondisi ibu
menggunakan partograf.
4. Mendampingi proses
persalinan ibu.
5. Melakukan pemantauan
kondisi ibu setelah
melahirkan dengan
partograf.

59
Rencana Waktu
No. Rencana Asuhan Implementasi Asuhan
Kunjungan
1 2 3 4
6. Membantu melakukan
asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir.
3 Minggu ke-3 bulan Memberikan 1. Melakukan pemantauan
Maret 2023 asuhan kebidanan trias nifas (laktasi,
6 jam sampai 48 involusi dan lochea)
jam masa nifas 2. Memberikan KIE kepada
(KF 1) dan ibu mengenai tanda
neonatus 6 sampai bahaya selama masa nifas
48 jam (KN 1) dan bayi baru lahir
3. Mengingatkan kembali
kepada ibu mengenai
kebersihan diri (personal
hygiene), pemenuhan
nutrisi selama masa nifas,
dan membimbing suami
melakukan pijat oksitosin
pada ibu agar pengeluran
ASI tetap mencukupi
kebutuhan bayi.
4. Mengingatkan kembali
kepada ibu mengenai
perawatan bayi sehari-hari
dan pijat bayi.
5. Mengingatkan kembali
kepada ibu untuk tetap
menyusui bayinya secara
on demand dan
sealnjutnya memberikan
ASI Ekslusif kepada

60
Rencana Waktu
No. Rencana Asuhan Implementasi Asuhan
Kunjungan
1 2 3 4
bayinya
4. Minggu ke-4 bulan Memberikan 1. Melakukan pemantauan
Maret 2023 asuhan kebidanan trias nifas (laktasi,
3 sampai 7 hari involusi dan lochea)
masa nifas (KF 2) 2. Memberikan asuhan
dan neonatus hari kebidanan pada neonatus
ke- 3 sampai ke-7 3. Membimbing ibu
(KN 2) menyusui bayinya
5. Minggu ke-5 bulan Memberikan 1. Melakukan pemantauan
Maret 2023 asuhan kebidanan trias nifas (laktasi,
8 sampai 28 hari involusi dan lochea)
masa nifas (KF 3) 2. Membimbing ibu untuk
dan neonatus hari melakukan senam kegel
ke- 8 sampai ke- dan exercise pemulihan
28 (KN 3) masa nifas ibu
3. Memberikan asuhan
kebidanan pada neonates
6. Minggu ke-3 bulan Memberikan 1. Melakukan pemantauan
April 2023 asuhan kebidanan laktasi
29 sampai 42 hari 2. Memberikan asuhan
masa nifas (KF 4) kebidanan pada neonatus
dan bayi umur 29- 3. Memberikan asuhan
42 hari keluarga berencana
4. Membimbing ibu untuk
melakukan senam kegel
dan exercise pemulihan
masa nifas ibu

BAB IV

61
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Responden dalam asuhan kebidanan ini adalah Ibu “SR” umur 27 tahun

multigravida beralamat di Jalan Pratama No.27, kecamatan Kuta Selatan. Ibu

tinggal bersama suami dan terdapat beberapa tetangga di sebelah kanan dan kiri

rumah ibu. Penulis pertama kali bertemu ibu “SR” di Wilayah Kerja Puskesmas

Kuta Selatan saat itu ibu melakukan pemeriksaan kehamilan untuk pertama

kalinya di puskesmas. Penulis melakukan pendekatan dengan ibu “SR” dan

suaminya untuk memohon ijin menjadikan ibu sebagai responden laporan studi

kasus. Setelah ibu “SR” dan suaminya bersedia menjadi responden dan

menandatangani form informed consent dilanjukan dengan memberikan asuhan

kebidanan secara continuity of care. Asuhan kebidanan dilakukan melalui

kunjungan rumah dan mendampingi ibu melakukan pemeriksaan kehamilan

secara rutin, mendampingi selama proses bersalin, melakukan pemantauan masa

nifas, neonatus dan bayi hingga 42 hari di fasilitas kesehatan dan melalui media

online. Asuhan kebidanan dari kehamilan sampai 42 hari masa nifas diuraikan

sebagai berikut:

1. Penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” dari umur kehamilan 17


minggu sampai menjelang persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta
Selatan

Asuhan kebidanan pada kehamilan yang diberikan dengan mendampingi ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Selatan

62
melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak lima kali dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5
Catatan Perkembangan Ibu “SR” beserta Janinnya yang
Menerima Asuhan Kebidanan selama Masa Kehamilan secara
Komprehensif di PMB Rahmi
Hari/tanggal/
Catatan perkembangan Tanda tangan/
waktu/tempat
nama
1 2 3
Minggu/
S: Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang Bidan
20 Desember 2022/
untuk memeriksakan kehamilan dan “R”
09.00 WITA/
saat ini tidak ada keluhan. Gerakan dan F
di PMB Rahmi
janin dirasakan aktif.
O: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis, BB: 64 kg, tekanan
darah: 110/80 mmHg, nadi: 84 x/menit,
suhu: 36,3°C, respirasi: 22 x/menit,
TFU 2 jari di atas pusat, MCD: 24 cm,
DJJ: 141 x/menit, oedema: -/-.
A: G2P1A0 UK 26 minggu 2 hari janin
tunggal hidup intrauterin
Masalah: tidak ada.

P: 1.Menginformasikan hasil pemeriksaan,


ibu paham dan menerima kondisinya
saat ini.
2.Memberikan KIE kepada ibu tentang
tanda bahaya kehamilan trimester III
dan membaca kembali buku KIA
halaman 8- 9, ibu paham dan sudah
membaca buku KIA halaman 8-9
tentang tanda bahaya kehamilan.
3.Mengingatkan kembali kepada ibu
cara memantau kesejahteraan janin, ibu
dapat menghitung gerakan janin dengan

60
1 2 3
Hasail akumulasi 10 kali dalam 12 jam.
1. Mengingatkan ibu tentang menstimulasi
janin dengan cara mengajak
berkomunikasi dan mendengarkan
musik klasik, ibu sudah
melaksanakannya setiap hari selama 30
menit.
2. Memberikan KIE kepada ibu untuk
tetap menjaga pola nutrisi dan istirahat
yang baik, ibu bersedia, sudah
mengkonsumsi makanan yang bergizi,
menghindari junk food, minum susu ibu
hamil 2x/hari dan istirahat cukup selama
8 jam perhari.
3. Membimbing ibu melakukan prenatal
yoga, teknik relaksasi dan mengurangi
rasa nyeri saat persalinan, ibu
kooperaktif mengikuti setiap gerakan
yang diarahkan.
4. Memberikan ibu terapi
suplemen: SF 1x200 mg (XXX)
Vitamin C 1x50 mg (XXX)
Kalsium 1x500 mg (XXX)
Ibu bersedia mengkonsumsi kalsium
setiap pagi hari serta SF dan vitamin C
setiap malam hari.
5. Memberitahu ibu untuk kunjungan
ulang pada tanggal 24 Januari 2022
untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium, ibu bersedia untuk
kunjungan ulang.
Selasa/ Di PMB Rahmi S: Ibu mengatakan
ingin
24 Januari 2023/ memeriksakan
09.0 WITA/ kehamilan, saat

61
ini ibu merasakan nyeri Bidan “R”
punggung bagian dan FJ
bawah. Gerakan janin
dirasakan aktif.
O: keadaan umum:
baik, kesadaran:
composmentis, BB: 65
kg,

62
1 2 3

Tekanan darah: 120/70 mmHg, nadi: 80


x/menit,suhu: 36,1°C, respirasi: 19
x/menit, TFU pertengahan pusat px,
MCD: 27 cm DJJ: 144 x/menit, oedema:
-/-.
Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb:
12,1 g/dL.
A: G1P0A0 UK 31 minggu 4 hari janin
tunggal hidup intrauterin.
Masalah: ibu mengeluh nyeri punggung
bagian bawah.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu paham dan menerima kondisinya
saat ini.
2. Mengingatkan kembali kepada ibu
tentang tanda bahaya kehamilan
trimester III, ibu paham dan sudah
membaca buku KIA halaman 8-9
tentang tanda bahaya kehamilan.
3. Memberikan KIE kepada ibu cara
mengatasi nyeri punggang bagian
bawah seperti menggunakan bantal
sebagai penyangga saat tidur dan
berjalan-jalan kecil setelah duduk atau
berdiri lama, ibu paham dan bersedia
mengikutinya.
4. Mengingatkan ibu untuk tetap
memantau pola nutrisi dan istirahatt, ibu
bersedia dan sudah mengkonsumsi
makanan bergizi, menghindari junk
food, minum susu ibu hamil 2x/hari
serta istirahat cukup 8 jam perhari.
5. Memberitahu ibu untuk rutin

63
melakukan gerakan yoga atau senam
hamil,

64
1 2 3
ibu bersedia melakukannya.
6. Memberikan terapi suplemen:
SF 1x200 mg (XX)
Vitamin C 1x50 mg (XX)
Ibu bersedia mengkonsumsinya.
7. Memberitahu ibu untuk melakukan
kunjungan ulang pada tanggal 10
Februari 2022 atau jika ada keluhan, ibu
bersedia untuk kunjungan ulang.
Sabtu/ S: Ibu mengatakan ingin memeriksakan janin tunggal
25 Februai 2023/ kehamilan, nyeri punggung bawah ibu hidup
intrauterine
08.00 WITA/ sudah berkurang dan gerakan janin
PMB Rahmi aktif.
O: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis, BB: 65,5 kg, TD: 110/78
mmHg, nadi: 84 x/menit, suhu: 36°C,
respirasi: 20 x/menit,
Palpasi Leopld:
Leopold I: TFU 2 jari di bawah px, pada
fundus teraba bagian besar, bundar,
lunak dan tidak melenting.
Leopold II: bagian kiri perut ibu teraba
keras, datar dan memanjang serta bagian
kanan perut ibu teraba bagian-bagian
kecil janin.
Leopold III: bagian bawah perut ibu
teraba satu bagian keras, bulat,
melenting dan dapat digoyangkan.
Leopold IV: konvergen.
MCD: 30 cm, TBBJ: 2790 gram.
DJJ: 143x/menit, kuat dan teratur.
Oedema: -/-.
A: G2P1A0 UK 36 minggu 1 hari
presentasi kepala U punggung kiri

65
Bidan “R” dan
FJ

66
1 2 3
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu paham dan menerima kondisinya saat
ini.
2. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya
kehamilan trimester III, ibu paham dan
sudah membaca buku KIA.
3. Menyarankan ibu untuk jalan-jalan kecil
dan tetap melakukan senam atau yoga
hamil, ibu bersedia untuk jalan-jalan
kecil setiap pagi dan sudah rutin
melakukan senam atau yoga hamil.
4. Mengingatkan ibu untuk tetap memantau
gerakan janin, menjaga pola nutrisi dan
istirahat ibu, ibu sudah rutin memantau
gerakan janin, memantau nutrisi dan
istirahat 8 jam perhari.
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang
tanda-tanda persalinan dan
mempersiapkan perlengkapan
persalinan, ibu dapat mengulang
penjelasan yang diberikan dan bersedia
merapikan perlengkapan persalinan
dalam satu tas besar.
6. Memberikan terapi
suplemen: SF 1x200 mg
(XX)
Vitamin C 1x50 mg (XX)
Ibu bersedia mengkonsumsinya.
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan
ulang pada tanggal 10 Maret 2023 atau
sewaktu-waktu ada keluhan, ibu
bersedia untuk kunjungan ulang.

67
1 2 3
Jum’at/ ibu mengatakan ingin memeriksakan dr. MW,
Sp.OG
10 Maret 2023/ kehamilannya dan saat ini tidak ada
19.0 WITA/ keluhan. Gerakan janin dirasakan aktif.
dr. MW.SPOG O: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis, BB: 59 kg, tekanan
darah: 114/69 mmHg, nadi: 82 x/menit,
suhu: 36,2°C, respirasi: 20 x/menit.
Hasil pemeriksaan USG: kepala sudah
masuk pintu atas panggul, EFW: 3228
gram, EDD: 8-3-2022.
A: G1P0A0 UK 38 minggu presentasi
kepala U punggung kiri janin tunggal
hidup intrauterine.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya
kehamilan trimester III, ibu paham dan
sudah membaca buku KIA.
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang
tanda-tanda persalinan, ibu dapat
mengulang penjelasan yang diberikan.
4. Memberitahu ibu untuk segera datang
ke tempat tujuan bersalin apabila ada
tanda- tanda persalinan, ibu bersedia.
5. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan
terapi suplemen yang diberikan dari
puskesmas, ibu sduah rutin
mengkonsumsi SF dan vitamin C setiap
malam hari.

68
1 2 3
Sabtu/
S: Ibu mengatakan ingin memeriksakan Bidan “R ”
11 Maret 2023/
kehamilan dan saat ini tidak ada dan FJ
18.30 WITA/
keluhan. Gerakan janin dirasakan aktif.
PMB Rahmi
O: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis, BB: 59 kg, tekanan
darah: 120/70 mmHg, nadi: 80 x/menit,
suhu: 36,1°C, respirasi: 22 x/menit.
Palpasi Leopld:
Leopold I: TFU 3 jari di bawah px, pada
fundus teraba bagian besar, bundar,
lunak dan tidak melenting.
Leopold II: bagian kiri perut ibu teraba
keras, datar dan memanjang serta
bagian kanan perut ibu teraba bagian-
bagian kecil janin.
Leopold III: bagian bawah perut ibu
teraba satu bagian keras, bulat dan tidak
dapat digoyangkan.
Leopold IV: divergen.
MCD: 31 cm, TBBJ: 3100 gram.
DJJ: 145x/menit, kuat dan
teratur. Oedema: -/-.
A: G1P0A0 UK 38 minggu 2 hari
presentasi kepala U punggung kiri janin
tunggal hidup intrauterine.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu paham dan menerima kondisinya
saat ini.
2. Memberikan KIE kepada ibu tentang
tanda-tanda persalinan dan melengkapi
perlengkapan persalinan, ibu dapat
mengulang penjelasan yang diberikan

69
1 2 3
dan sudah mendapatkan perlengkapam dalam satu tas besar.
3. Memberikan terapi
suplemen: SF 1x200 mg
(XX)
Vitamin C 1x50 mg (XX)
Ibu bersedia mengkonsumsinya.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk
kunjungan ulang pada tanggal 24 Maret
2022 dan segera datang ke tempat
tujuan bersalin jika ada tanda-tanda
persalinan, ibu bersedia.

2. Penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” selama masa persalinan


kala I hingga kala IV

Tanggal 13 Maret 2023 pukul 04.00 WITA, ibu “SR” datang ke PMB

Rahmi mengeluh sakit perut hilang timbul sejak pukul 19.00 WITA tanggal 12

Maret 2023 dan keluar lendir campur darah dari jam 02.00 WITA tanggal 13

Maret 2023. Penulis mengkaji data asuhan selama persalinan berdasarkan data

dokumentasi, pengkajian dan asuhan kebidanan yang penulis lakukan selama

masa persalinan saat mendampingi ibu “SR” dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 6
Catatan Perkembangan Ibu “SR” beserta Neonatus yang Menerima Asuhan
Kebidanan selama Masa Persalinan secara Komprehensif di PMB Rahmi
Hari/tanggal/ Catatan perkembangan Tanda
waktu/tempat tangan/nama
1 2 3
Senin/ S: ibu mengatakan mengeluh sakit perut Bidan “R”
Dan
FJ
13 Maret 2023/ hilang timbul sejak pukul 19.00 WITA
04.30 WITA/ tanggal 13 Maret 2022 disertai keluar
PMB Rahmi lendir campur darah sejak pukul 02.00
WITA, tidak ada keluar air merembes
70
1 2 3

seperti ketuban dan gerakan janin


dirasakan masih aktif. Ibu makan
terakhir pada pukul 20.00 WITA
dengan porsi sedang dengan menu nasi,
sayur, 1 potong ayam dan 2 potong
tempe. Minum terakhir pukul 04.00
WITA sebanyak ± 100 cc air mineral.
Ibu BAB terakhir pukul 02.00 WITA
dengan konsistensi lembek warna
kuning kecoklatan dan BAK terakhir
pukul
03.00 WITA warna kuning jernih. Tidak
ada keluhan saat BAB dan BAK. Ibu
dapat istirahat di sela-sela kontraksi
dibantu dengan teknik relaksasi
pernapasan dan pijat punggung bagian
bawah. Kondisi fisik ibu masih kuat dan
siap untuk proses persalinan.
Perlengkapan ibu dan bayi sudah siap.
Suami tetap mendampingi ibu.
O: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis ,TD: 110/70 mmHg,
suhu: 36,5°C, nadi: 80 x/menit, RR: 18
x/menit, skala nyeri: 4. Palpasi leopold:
Leopold I: TFU 3 jari di bawah px, pada
fundus teraba bagian besar, bundar,
lunak dan tidak melenting.
Leopold II: bagian kiri perut ibu teraba
keras, datar dan memanjang serta
bagian kanan perut ibu teraba bagian-
bagian kecil janin.
Leopold III: bagian bawah perut ibu
teraba satu bagian keras, bulat dan tidak
dapat digoyangkan.

71
1 2 3
Leopold IV: divergen.
MCD: 31cm, TBBJ: 3100 gram, DJJ:
141 x/menit, kuat dan teratur, perlimaan:
3/5.
His: 4x/10’~35-40”, oedema: -/-.
Hasil pemeriksaan dalam: vulva dan
vagina tidak ada kelainan, terdapat
pengeluaran berupa lendir bercampur
darah, portio teraba lunak, dilatasi 4 cm,
effacement: 50%, selaput ketuban utuh,
presentasi kepala denominator ubun-
ubun kecil kiri depan, moulase: 0,
penurunan Hodge II, tidak teraba bagian
kecil janin dan tali pusat, kesan panggul
normal, pada anus tidak ada hemoroid.
A: G1P0A0 UK 38 minggu 3 hari
presentasi kepala U punggung kiri janin
tunggal hidup intrauterine + persalinan
kala I fase aktif.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Melakukan informed consent untuk
asuhan yang akan diberikan, ibu dan
suami sudah menandatanganinya.
3. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan ibu

72
1 2 3
bersalin dan melibatkan pendamping:
a. Membantu mengurangi rasa nyeri
dengan membimbing ibu relaksasi
mengatur napas dan membimbing
suami melakukan pijat punggung,
ibu dan suami kooperaktif serta
dapat mengikutinya.
b. Membantu pemenuhan nutrisi ibu,
ibu dapat minum teh manis ±150
cc.
c. Memfasilitasi kebutuhan mobilisasi
dan istirahat ibu, ibu dapat miring
kiri dan berjalan kecil di ruangan.
d. Menyiapkan alat dan bahan untuk
persiapan persalinan, alat sudah
siap dan diletakkan di dekat ibu.
4. Memantau kesejahteraan ibu, janin dan
kemajuan persalinan, hasil tertulis pada
lembar partograf.
Senin
S: ibu mengeluh sakit perut semakin kuat.
13 Maret 2023/
O: keadaan umum: baik, kesadaran:
08.30 WITA/
composmentis, TD: 110/70 mmHg,
PMB Rahmi
suhu: 36°C, nadi: 82 x/menit, RR: 21
x/menit, his 5x/10’~45- 50”, DJJ: 142
x/menit, perlimaan: 2/5,
skala nyeri: 6.
Hasil pemeriksaan dalam vulva dan
vagina tidak ada kelainan, terdapat
pengeluaran berupa lendir bercampur
darah, portio teraba lunak, dilatasi 8 cm,
effacement: 75%, selaput ketuban utuh,
presentasi kepala denominator ubun-
ubun kecil kiri depan, moulase: 0,
penurunan Hodge III, tidak teraba

73
b
a
g
i
a
n

kecil janin
dan tali
pusat, kesan
panggul

74
1 2 3
normal, pada anus tidak ada hemoroid.
A: G2P1A0 UK 38 minggu 3 hari
presentasi kepala U punggung kiri janin
tunggal hidup intrauterine + persalinan
kala I fase aktif.
Masalah: tidak ada.
compsmenti
P:
s,
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
ibu bersalin dan melibatkan
pendamping:
a. Membantu mengurangi rasa nyeri
dengan membimbing ibu teknik
relaksasi mengatur napas dan
membimbing suami untuk
melakukan massase punggung ibu,
ibu dan suami kooperaktif serta
dapat mengikutinya.
b. Membantu pemenuhan nutrisi ibu,
ibu dapat minum teh manis ±50 cc.
c. Memfasilitasi kebutuhan mobilisasi
dan istirahat ibu, ibu dapat miring
kiri dan berjalan kecil di ruangan.
d. Memfasilitasi ibu untuk BAK, ibu
BAK ±75 cc.
3. Memantau kesejahteraan ibu, janin dan
kemajuan persalinan, hasil tertulis pada
Senin/ lembar partograf
13 Maret 2022/ S: ibu mengeluh sakit perutnya semakin
09.30 WITA/ kuat, merasa ingin uang air besar dan
PMB Rahmi ada air mengalir dari jalan lahirnya.
O: keadaan umum: baik, kesadaran:

75
Bidan “R”
dan
FJ

76
1 2 3

TD: 110/80 mmHg, suhu: 36°C, nadi:


82 x/menit, RR: 21 x/menit, perlimaan
1/5, his 5x/10’~45-50”, DJJ: 144
x/menit, skala nyeri: 7.
Tampak dorongan dan tekanan pada
anus, perineum menonjol, vulva dan
vagina membuka serta pengeluaran
lendir campur darah bertambah banyak.
Hasil pemeriksaan dalam, portio tidak
teraba, pembukaan lengkap, ketuban
pecah spontan dengan warna jernih, bau
amis, presentasi kepala UUK depan
sejajar jam 12, tidak ada moulase,
penurunan Hodge III+, tidak teraba
bagian-bagian kecil janin dan tali pusat.
A: G2P1A0 UK 38 minggu 2 hari presentasi
kepala U punggung kiri janin tunggal
hidup intrauterine + persalinan kala II.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Menggunakan APD lengkap dan
mendekatkan alat, semua sudah siap alat
didekatkan pada ibu.
3. Menyiapkan ibu dalam posisi bersalin,
ibu memilih posisi setengah duduk.
4. Memeriksa DJJ di sela-sela his, DJJ
dalam batas normal 145 x/menit kuat
dan teratur.
5. Menganjurkan ibu istirahat dan minum
di sela-sela his, ibu dapat miring ke kiri
dan minum ± 50 cc teh manis.

77
1 2 3

6. Memimpin persalinan saat kepala bayi


tampak 5-6 cm dari jalan lahir, ibu
mengedan dengan efektif, bayi lahir
pukul 10.00 WITA, segera menangis,
tangis kuat, gerak aktif, warna kulit
kemerahan dan jenis kelamin
perempuan
7. Mengeringkan bayi di atas perut ibu,
bayi telah dikeringkan dan sudah
memakai topi.
Senin/ S: ibu merasa lega dan senang atas Bidan “R”
kelahiran
13 Maret 2023/ dan
bayinya. Ibu masih merasa mulas.
10.0 WITA/ FJ
O: keadaan umum: baik, kesadaran:
PMB Rahmi
composmentis, TFU teraba setinggi
pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih tidak penuh, tidak teraba janin
kedua dan tampak tanda-tanda
pelepasan plasenta.
Keadaan bayi: segera menangis, tangis
kuat, gerak aktif dan kulit kemerahan.
A: G2P1A0 PsptB + persalinan kala III +
neonatus aterm vigerous baby dalam
masa adaptasi.
Masalah: tidak ada.

P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Menginformasikan kepada ibu bahwa
akan dilakukan tindakan selanjutnya,
ibu tampak tenang dan bersedia.
Pkl 10.03wita 3. Menginjeksikan oksitosin 10 IU pada
1/3 anterolateral paha kanan ibu secara

78
IM, tidak ada reaksi alergi.
4. Menjepit dan memotong tali pusat, tidak

79
1 2 3
ada perdarahan aktif pada tali pusat.
• Mendekatkan bayi pada dada ibu untuk proses IMD, ibu
dan bayi tampak nyaman serta bayi tampak berusaha
mencari puting susu ibu.
• Melakukan penegangan tali pusat terkendali, plasenta
lahir pukul 10.10 WITA, uterus berkontraksi dengan
baik, plasenta lahir kesan lengkap dan tidak terjadi
pengapuran.
• Melakukan massase fundus uteri selama 15 detik,
kontraksi uterus baik.
Senin/ S: ibu merasa lega dan perut masih terasa Bidan “R”
13 Maret 2023/ mulas. dan
10.10 WITA/ O: keadaan umum: baik, kesadaran: FJ
PMB Rahmi composmentis, TFU: teraba 2 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh, terdapat
robekan pada mukosa vagina, kulit dan
otot perineum (derajat 2), jumlah
perdarahan ± 200 cc dan tidak ada
perdarahan aktif.
Keadaan bayi: bayi lahir segera
menangis, tangis kuat, gerak aktif dan
warna kulit kemerahan.
A: P2A0 PsptB + persalinan kala IV +
neonatus aterm vigerous baby dalam
masa adaptasi.
Masalah: tidak ada.

P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Melakukan informed consent bahwa

80
1 2 3

akan dilakukan tindakan hecting, ibu


dan suami bersedia.
3. Menginjeksikan lidocaine 1% dan
melakukan hecting,dengan tehnik
jelujur benang catgut no.2/0, jaritan
terpaut rapi dan tidak ada perdarahan
aktif.
4. Membersihkan ibu, lingkungan dan alat,
ibu sudah memakai pembalut serta kain,
lingkungan bersih dan nyaman,alat
sudah didekontaminasi.
5. Membimbing ibu dan suami untuk
menilai kontraksi dan melakukan
massase fundus, ibu dan suami
kooperatif serta dapat melakukannya.
6. Memfasilitasi ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan eleminasi, ibu
dapat makan 1 bungkus roti rasa cokelat
dan minum teh manis ± 100 cc.
7. Melakukan pemantauan kala IV,
pemantauan dilakukan setiap 15 menit
pada satu jam pertama, setiap 30 menit
pada satu jam kedua dan hasil terlampir
pada lembar partograf.
Senin/ Asuhan neonatus 1 jam Mulut: teraba
13 Maret 2023/ langit-langit,
S: tidak ada keluhan dan IMD berhasil
daya hisap
11.0 WITA/ O: keadaan umum: baik, bayi menangis kuat,
PMB Rahmi Bidan “R”
kulit kemerahan, suhu: 36,9°C, HR: 138 x/menit, RR: 42
dan
x/menit, Bayi sudah BAB dan BAK pukul.10.15 wita.
FJ
Pemeriksaan fisik:
Kepala: tidak ada pembengkakan, cepal
hematoma dan caput succedaneum.
Mata: tidak ada pengeluaran sekret yang
berlebihan.

81
1 2 3
kuat dan tidak ada kelainan.
Perut: tidak ada distensi abdomen, tidak
ada perdarahan tali pusat dan tanda
infeksi.
Punggung: tidak ada kelainan.
Genetalia: jenis kelamin perempuan.
BB: 3.100 gram, PB: 50 cm, LK/LD:
33/34 cm.
A: neonatus aterm umur 1 jam vigerous baby
dalam masa adaptasi.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisi bayinya saat ini.
2. Melakukan informed consent untuk
tindakan yang akan dilakukan, ibu dan
suami bersedia.
3. Memberikan salep mata gentamicin
sulfate 0,1% pada kedua mata bayi,
sudah dioleskan dari arah dalam ke luar.
4. Menginjeksikan vitamin K 1 mg secara
IM pada 1/3 antero lateral paha kiri
bayi, tidak ada reaksi alergi.
5. Membimbing ibu dan suami untuk
menjaga kehangatan bayi, ibu dan
suami kooperaktif, bayi sudah
dipakaikan pakaian lengkap dan
didekatkan kepada ibu.
6. Membimbing ibu cara dan posisi
menyusui bayi, ibu kooperaktif dan

82
1 2 3
dapat menyusui dengan posisi miring,perlekatan Baik dengan
salah satunya dagu bayi menempel ke payudara ibu.
Senin/ S: ibu merasa senang proses persalinan Bidan “R”
13 Maret 2023/ berjalan lancar dan masih meraskan dan FJ
12.10 WITA/ mulas pada perutnya.
PMB Rahmi O:makan baik,minum baik,BAK dan BAB
(+),mobilisasi dan istirahat cukup
Ibu: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis, TD: 120/80 mmHg,
suhu: 36,3°C, nadi: 80 x/menit, RR: 21
x/menit. TFU: teraba 2 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih tidak penuh, perdarahan tidak
aktif, lochea rubra, tidak ada tanda
infeksi dan laktasi +/+.kolostrum sudah
keluar dan sudah di susukan kepada
bayinya.

A: P2A0 PsptB 2 jam post partum +


neonatus aterm vigerous baby dalam
masa adaptasi.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Melakukan informed consent untuk
tindakan yang akan dilakukan, ibu dan
suami bersedia.
3. Memberikan obat:
Amoxicillin 3x500 mg (X)
Asam mefenamat 3x500 mg (X)

83
1 2 3
SF 1x300 mg (X)
Vitamin A 200.000 IU 1x24 jam
(II) Ibu bersedia mengkonsumsinya.
4. Menginjeksikan HB0 0.5 ml pada 1/3
antero lateral paha kanan bayi, tidak ada
reaksi alergi.
5. Memfasilitasi ibu untuk melakukan
mobilisasi, ibu sudah dapat miring
kanan kiri, duduk dan berdiri.
6. Memindahkan ibu dan bayi ke ruang
nifas, ibu dan bayi sudah dipindahkan.

3. Penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” selama masa nifas sampai 42
hari masa nifas
Asuhan kebidanan masa nifas dimulai setelah persalinan yaitu tanggal 13

Maret 2023 sampai 42 hari masa nifas tanggal 23 April 2023. Selama masa nifas

dilakukan pemantauan terhadap perkembangan ibu “SR” dengan melakukan

kunjungan masa nifas sebanyak empat kali sesuai dengan standar asuhan

kebidanan masa nifas yaitu KF1, KF2, KF3 dan KF4.

84
Tabel 7
Catatan Perkembangan Ibu “SR” yang Menerima Asuhan Kebidanan
selama Masa Nifas secara Komprehensif di PMB Rahmi,
Rumah Ibu
Hari/tanggal/ waktu/
Catatan perkembangan Tanda tangan/
tempat
nama
1 2 3
KF 1
S: ibu mengatakan nyeri pada luka jaritan, Bidan “R”
Senin/
bayi menyusu kuat. Ibu sudah makan dan
13 Maret 2023/
pukul 13.00 WITA, porsi sedang, FJ
16.10 WITA/
komposisi, nasi, sayur, satu potong
PMB Rahmi
ayam
dan 1 potong tempe dan tahu. Ibu sudah
mengerti. BAK 1 kali warna kuning
jernih dan belum ada BAB. Mobilisasi:
ibu sudah dapat miring kanan, kiri,
duduk, berdiri dan berjalan dengan hati-
hati. Ibu sudah dapat tidur selama 1
jam.O: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis, TD: 110/80 mmHg,
suhu: 36°C, N: 82x/menit, RR: 20
x/menit, wajah tidak pucat, konjungtiva
merah muda, sklera putih, mukosa bibir
lembab, payudara simetris,
pengeluaran: kolostrum, TFU: 2 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh, perdarahan
tidak aktif, pengeluaran lochea rubra
dan tidak ada oedema,bonding
attachment sudah dilakukan dan
berhasil.A: P2A0 PsptB 6 jam post
partum.Masalah: Tidak ada

85
1 2 3
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Memberikan KIE kepada ibu dan suami
tentang tanda bahaya masa nifas, ibu
dan suami paham serta dapat
mengulang penjelasan yang diberikan.
3. Memberikan KIE kepada ibu dan suami
tentang tanda bahaya bayi baru lahir dan
cara menjaga kehangatan bayi, ibu dan
suami kooperaktif serta dapat
mengulang penjelasan yang diberikan.
4. Membimbing suami untuk melakukan
pijat oksitosin pada ibu, suami dapat

1 2 3

melakukannya dan mengikuti dengan


benar.
5. Membimbing ibu melakukan senam
kegel dan nifas, ibu kooperaktif
mengikuti.
6. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga
pola nutrisi, istirahat, eliminasi dan
personal hygiene, ibu bersedia
mengikuti arahan yang diberikan.
7. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi
obat yang sudah diberikan, ibu paham
dan bersedia mengkonsumsinya.
8. Menginformasikan kepada ibu dan
suami untuk kunjungan ulang pada
tanggal 10 Maret 2023, ibu bersedia
untuk kunjungan ulang.

86
KF II S: ibu mengatakan tidak ada keluhan. mengetahui
Nyeri
Senin/ cara
pada luka jaritan tidak ada, ibu dan suami
20 Maret 2023/ melakukan
dapat melakukan pijat oksitosin dengan
09.0 WITA/ pijat bayi dan
baik dan produksi ASI lancar. Ibu dapat
Rumah ibu menstimulasi
menyusui dengan baik, ibu dapat istirahat
“SR” tumbuh
6 jam perhari (terbangun saat bayi
kembang
menyusu dan ikut istirahat saat bayi
bayi.
tidur), ibu sudah dapat mengurus bayinya
secara mandiri akan tetapi masih dibantu
Bidan”R” dan FJ
oleh suami dan mertua. Ibu makan 3
x/hari dengan porsi sedang, komposisi
nasi, sayur, 1 potong ayam/ikan, 2 potong
tahu/tempe, tidak ada makanan
pantangan. Pola minum ibu 3000 ml/hari
dan minum susu 2 x/hari. BAB: 1
kali/hari, BAK: 7-8 x/hari. Personal
hygiene baik, ibu menyusui secara on
demand atau setiap 2 jam jika bayi
tertidur. Pengetahuan yang belum
diketahui ibu adalah cara melakukan pijat
bayi dan cara menstimulasi tumbuh
kembang bayi. O: keadaan umum: baik,
kesadaran: composmentis, TD: 114/67
mmHg, suhu: 36,1°C, nadi: 88 x/menit,
RR: 24 x/menit, wajah tidak pucat,
konjungtiva merah muda, sklera putih,
mukosa bibir lembab, payudara simetris,
pengeluaran: ASI, TFU: pertengahan
pusat simpisis, kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh, perdarahan
tidak aktif, pengeluaran lochea
sanguinolenta, luka jaritan terpaut rapi
dan tidak ada oedema.A: P1A0 PsptB 4
hari post partum. Masalah: ibu belum

87
1 2 3
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Memberikan KIE kepada ibu tentang
nutrisi dan pola istirahat untuk ibu nifas,
Ibu makan 3 x/hari, tidak ada makan
pantangan, minum menggunakan
takaran botol 3000 ml dan istirahat
disaat bayi tidur (istirahat 6 jam/hari).
3. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga
personal hygiene, ibu mencuci tangan
sebelum dan setelah beraktivitas,
mencuci organ genetalia dari arah depan
ke belakang, mengganti pembalut 4
x/hari dan mengganti pakaian dalam 4
x/hari.
4. Memberikan ibu terapi body massage
ibu nifas, ibu tampak rileks dan nyaman.
5. Membimbing ibu cara melakukan pijat
bayi dan menstimulasi tumbuh kembang
bayi, ibu dapat mengikutinya.
6. Memberitahu ibu untuk mengajak
bayinya kunjungan pada tanggal 10
Maret 2022, ibu bersedia.

88
1 2 3
KF 3 S: ibu mengatakan tidak ada keluhan. Bidan “R”
Nyeri
Senin/ dan
pada luka jaritan tidak ada, ibu dapat
10 April 2023/ FJ
menyusui dengan baik, sudah
08.30 WITA/
melakukan pijat bayi secara rutin, ibu
Rumah “SR”
dapat istirahat
6 jam perhari (terbangun saat bayi
menyusu dan ikut istirahat saat bayi
tidur), ibu sudah dapat mengurus
bayinya secara mandiri. Ibu makan
teratur 3 x/hari, prosi 1 piring sedang,
komposisi: nasi, sayur, 1 potong
ayam/telur, 2-3 potong tempe/tahu dan
buah. Ibu masih tetap mengkonsumsi
susu ibu menyusui 2 x/hari. Tidak ada
mkanan pantangan, nafsu makan baik.
Pola minum ibu sebanyak 2000-3000
ml/hari dengan takaran botol minum.
BAB: 1 x/hari, konsistensi lembek,
warna kuning kecoklatan. BAK: 7-8
x/hari warna jernih dan tidak ada
keluhan BAB dan BAK.
O: keadaan umum baik, kesadaran:
composmentis, TD: 114/78 mmHg,
suhu: 36,4°C N: 90 x/menit, RR:
23x/menit. Payudara simetris, tidak
ada bengkak, pengeluaran ASI, TFU:
tidak teraba, perdarahan tidak aktif,
lochea serosa, jaritan perineum utuh
sudah menyatu, tidak ada oedema dan
tanda infeksi.

89
A: P2A0 PsptB 19 hari post partum.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga
pola nutrisi dan istirahat, ibu paham dan
masih mengatur pola nutrisi serta
istirahatnya.
3. Mengingatkan ibu untuk tetap
memberikan ASI secara eksklusif, ibu
Mengatakan ingin memberikan ASI
secara eksklusif untuk bayinya.
4. Mengingatkan ibu untuk segera
menggunakan KB, ibu bersedia untuk
kunjungan ulang untuk menggunakan
KB suntik 3 bulan.
5. Memberitahu ibu untuk segera datang
ke fasilitas kesehatan jika ada keluhan
yang dirasakan, ibu paham dan bersedia.
S: ibu mengatakan tidak ada keluhan dan
KF4 Bidan “R”
berencana menggunakan KB hari ini.
Minggu/ dan
Ibu dapat menyusui dengan baik, ibu
23 April 2023/ FJ
dapat istirahat 6 jam perhari (ikut
08.00 WITA/
istirahat saat bayi tidur). Ibu sudah
PMB Rahmi
dapat merawat bayinya secara mandiri.
Ibu makan teratur 3 x/hari, prosi 1
piring sedang, komposisi: nasi, sayur, 1
potong

ayam/ikan, 2-3 potong tempe/tahu dan

90
1 2 3
buah. Ibu masih tetap mengkonsumsi
susu ibu menyusui 2 x/hari. Tidak ada
mkanan pantangan, nafsu makan baik.
Pola minum ibu sebanyak 2000-3000
ml/hari dengan takaran botol minum.
BAB: 1 x/hari, konsistensi lembek,
warna kuning kecokelatan. BAK: 5-6
x/hari, warna jernih, tidak ada keluhan
BAB dan BAK.
O: keadaan umum baik, kesadaran:
composmentis, TD: 110/69 mmHg,
suhu: 36,1°C N: 83 x/menit, RR: 20
x/menit. Payudara simetris, tidak ada
bengkak, pengeluaran ASI +/+, TFU:
tidak teraba, lochea alba, jaritan
perineum utuh dan sudah menyatu,
tidak ada oedema dan tanda infeksi.
A: P2A0 PsptB 42 hari post partum
akseptor baru KB suntik 3 bulan.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisinya saat ini.
2. Memberikan KIE kepada ibu tentang
keuntungan dan efek samping dari KB
suntik 3 bulan, ibu dapat mengulang
penjelasan yang diberikan dan tetap
memilih KB suntik 3 bulan.
3. Melakukan informed consent untuk
tindakan yang akan dilakukan, ibu dan
suami bersedia serta sudah
menandatangani form informed consent.
4. Menginjeksikan KB depoprogestin pada

91
1 2 3

1/3 bokong kanan ibu, tidak ada reaksi


alergi.
5. Mengingatkan ibu untuk kunjungan
ulang pada tanggal 4 Juli 2023, ibu
bersedia untuk kunjungan ulang.
6. Memberitahu ibu untuk segera datang
ke fasilitas kesehatan apabila ada
keluhan yang dirasakan, ibu paham dan
bersedia.

4. Penerapan asuhan kebidanan pada bayi ibu “SR” dari neonatus sampai
bayi 42 hari

Bayi ibu “SR” lahir pada tanggal 13 Maret 2023 pukul 10.00 WITA,

segera menangis, tangis kuat, gerak aktif, waran kulit kemerahan dan jenis kelamin

perempuan. Penulis mengkaji data asuhan neonatus sampai bayi berdasarkan data

dokumentasi, pengkajian dan asuhan kebidanan yang penulis lakukan selama

mendampingi ibu “SR” dan bayinya dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 8
Catatan Perkembangan Bayi Ibu “SR” yang Menerima Asuhan
Kebidanan selama Neonatus sampai Bayi 42 Hari secara Komprehensif di
PMB Rahmi Dan Rumah Ibu
Hari/ tanggal/ jam/
Tanda tangan/
Catatan perkembangan
tempat nama
1 2 3
KN1 S: ibu mengatakan tidak ada keluhan. Bayi Bidan “R”
Senin/ menyusu kuat, bayi sudah BAK sekali dan
13 Maret 2023/ dan belum BAB, FJ
16.30 WITA/ O: keadaan umum baik, tangis kuat, gerak
PMB Rahmi aktif, warna kulit kemerahan, suhu:
36,9°C, HR: 135 x/menit, RR: 46
x/menit.

92
1 2 3
Pemeriksaan fisik:
Kepala: simetris, ubun-ubun datar, tidak
ada cepal hematoma, tidak ada caput
succedaneum.
Wajah: simetris, tidak pucat, tidak
oedema, mata simetris, tidak ada
pengeluaran.
Hidung: tidak ada kelaianan, tidak ada
pengeluaran, tidak ada napas cuping
hidung.
Bibir: mukosa lembab, palatum ada,
tidak ada kelainan.
Pemeriksaan dada: simteris, tidak ada
benjolan pada payudara, tidak ada
kelainan.
Abdomen: tidak ada distensi, tidak ada
perdarahan tali pusat, tidak ada tanda-
tanda infeksi.Punggung: tidak ada
kelainan.
Pemeriksaan genetalia: labia mayora
sudah menutupi labia minora, orifsium
uretra dan lubang uretra ada, tidak ada
pengeluaran.
Anus: lubang anus ada.
Ekstremitas: bentuk simetris, jumlah jari
masing-masing lima pada kedua tangan
dan kaki, gerak aktif, tidak ada kelainan.
Refleks: glabella: positif, morrow:
positif, tonic neck: positif, sucking:
positif, rooting: positif, swallowing:
positif,, graps: positif, babinski: positif,
stapping: positif dan gallant: positif.
A: neonatus aterm umur 6 jam sehat.
Masalah: tidak ada.

93
1 2 3
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
paham serta menerima kondisi bayinya
saat ini.
2. Memberikan KIE kepada ibu dan suami
tentang tanda bahaya bayi baru lahir, ibu
dan suami paham serta dapat mengulang
penjelasan yang diberikan.
3. Memberikan KIE kepada ibu dan bayi
cara menjaga kehangatan bayi dan cara
merawat tali pusat, ibu dan suami paham,
bayi diselimuti memakai topi, popok
kain tetap diperiksa, tali pusat dibungkus
dengan kasa steril.
4. Membimbing ibu menyusui bayinya
secara on demand atau setiap 2 jam
sekali jika bayi tertidur, ibu kooperaktif
bayi dibangunkan untuk disusui.
5. Membimbing ibu dan suami cara
perawatan tali pusat bayi, ibu dan suami
dapat melakukannya tali pusat dijaga
agar tetap kering.
6. Menganjurkan ibu dan suami untuk
menjemur bayinya setiap pagi selama 15
menit, ibu kooperaktif dan sudah
menyiapkan penutup mata untuk
menjemur bayi setiap pagi. kain, BAB 2
x/hari
KN 2 S: ibu mengatakan bayi sehat, bayi konsistensi
Senin/ menyusu kuat secara on demand. Bayi lembek,

20 Maret 2022/ rutin dijemur setiap pagi selama 15


09.30 WITA/ menit. Tali pusat sudah lepas saat bayi
Rumah Ibu “SR” berumur 4 hari. Bayi BAK 9-10 kali
ganti popok

94
Bidan “R” dan
FJ

95
1 2 3

warna kuning. Bayi tidur selama 17-18


jam perhari, lebih aktif tidur pada siang
hari.
O: keaadaan umum: baik, tangis bayi kuat,
gerak aktif, tidak ada sianosis, tidak ada
tanda ikterus, berat badan: 3100 gram,
PB: 50 cm. LK/LD: 34/35 cm, suhu:
36,7°C, HR: 132 x/menit, RR: 44
x/menit. Tali pusat sudah lepas, tidak
ada perdarahan aktif, tampak kering dan
tidak ada tanda infeksi.
A: neonatus aterm umur 6 hari sehat.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham serta menerima
kondisi bayinya saat ini.
2. Mengingatkan kembali tentang tanda
bahaya bayi baru lahir, ibu dan suami
paham serta dapat mengulangnya
3. Mengingatkan ibu untuk tetap
memberikan ASI eksklusif kepada bayi
secara on demand, ibu paham dan
memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya.
4. Mengingatkan ibu untuk tetap rutin
menjemur bayi setiap pagi, ibu sudah
rutin melakukannya.
5. Membimbing ibu cara melakukan pijat
bayi, ibu dapat mengikutinya.
6. Memberikan KIE kepada ibu tentang
imunisasi dasar lengkap pada bayi, ibu
paham dan dapat mengulang penjelasan
yang diberikan.

96
1 2 3

7. Menganjurkan ibu untuk mengajak


bayinya mendapatkan imunisasi BCG
dan Polio1 pada tanggal 23 Maret 2022,
ibu bersedia untuk datang sesuai jadwal.
8. Menganjurkan ibu untuk segera datang
ke fasilitas kesehatan jika ada keluhan
atau tanda bahaya, ibu bersedia.
KN 3 S: ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayi Bidan “R”
Rabu/ sehat, menyusu kuat secara on demand. dan
10 April 2023/ Bayi rutin dijemur setiap pagi selama 15 FJ
08.0 WITA/ menit. Bayi BAK 9-10 kali ganti popok
Rumah Ibu “SR” kain, BAB 2 x/hari konsistensi lembek,
warna kuning. Bayi tidur selama 15-16
jam perhari, lebih aktif tidur pada siang
hari.
O: keaadaan umum: baik, tangis bayi kuat,
gerak aktif, tidak ada sianosis, tidak ada
tanda ikterus, berat badan: 3400 gram,
PB: 52 cm, LK/LD: 34/35 cm, suhu:
36,9°C, HR: 129 x/menit, RR: 40
kali/menit. Tidak ada basah dan tanda
infeksi pada pusat bayi.
A: neonatus aterm umur 19 hari sehat
dengan rencana imunisasi BCG dan
Polio 1.
Masalah: tidak ada.

P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami menerima kondisi
bayinya saat ini.
2. Memberikan KIE kepada ibu tentang
jenis imunisasi dan efek samping dari
imunisai yang akan diberikan, ibu dapat

97
mengulang penjelasan yang diberikan.

98
1 2 3
3. Melakukan informed consent untuk
tindakan yang akan dilakukan, ibu dan
suami bersedia.
4. Menginjeksikan vaksin BCG pada 1/3
lengan kanan bayi secara intracutan,
tidak ada reaksi alergi.
5. Memberikan imunniasi polio secara oral
sebanyak 2 tetes, bayi tidak ada muntah
atau gumoh.
6. Menganjurkan ibu untuk mengajak
bayinya imunisasi Pentabio 1 dan Polio
2 saat bayi berumur 2 bulan, ibu bersedia
untuk datang.
7. Memberitahu ibu untuk segera datang ke
fasilitas kesehatan jika ada keluhan atau
tanda bahaya pada bayi, ibu paham dan
bersedia.
Bayi S: ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayi
Minggu/ sehat bayi menyusu kuat secara on
23 April 2022/ demand. Bayi BAK 8-9 kali ganti popok
11.30 WITA/ kain, BAB 1 x/hari konsistensi lembek,
Rumah ibu “SR” warna kuning. Bayi tidur selama 15-16
jam perhari
O: keadaan umum: baik, tangis kuat, gerak
aktif, tidak ada sianosis, tidak ada tanda
ikterus. Suhu: 36,7°C, HR: 133 x/menit,
RR: 43 x/menit, BB: 4000 gram, PB: 59
cm, LK/LD: 38/39 cm.
A: Bayi umur 42 hari sehat.
Masalah: tidak ada.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu paham dan menerima kondisi
bayinya saat ini.

99
1 2 3

2. Memberikan KIE kepada ibu untuk


tetap rutin mengajak bayi untuk
memeriksa pertumbuhan dan
perkembangannya ke fasilitas kesehatan
atau posyandu, ibu bersedia untuk
datang.
3. Memberikan KIE kepada ibu untuk
tetap menajga kebersihan bayi, ibu
selalu memperhatikan kondisi popok,
memandikan bayi 2 kali/hari dan
memijat bayi sehari sekali sebelum bayi
mandi.
4. Membimbing ibu cara menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan bayi
sesuai umur, ibu mengajarkan tummy
time sejak dini, menstimulasi daya lihat
dan dengar pada bayi dengan mengajak
berbicara serta menarik perhatian bayi
dengan mainan yang berbunyi.
5. Mengingatkan kembali kepada ibu
untuk memberikan bayi ASI
eksklusif,ibu bersedia.
6. Mengingatkan kembali kepada ibu
untuk mengajak bayi imunisasi tepat
waktu sesuai umur bayi, ibu paham dan
bersedia.
7. Menganjurkan ibu untuk segera datang
ke fasilitas kesehatan jika terdapat
keluhan atau tanda bahaya, ibu bersedia.

100
B. Pembahasan

1. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” dari umur kehamilan

17 minggu sampai menjelang persalinan

Asuhan yang berkesinambungan (Continuity of Care) adalah asuhan

kebidanan yang diberikan untuk mendampingi ibu dari awal kehamilan agar dapat

mendeteksi lebih dini terkait komplikasi yang dapat terjadi, sehingga terhindar

dari kemungkinan kecacatan bahkan kematian ibu maupun bayi baik selama

proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Asuhan pada ibu “SR”

dimulai dari umur kehamilan 17 minggu . Ibu “SR” merupakan ibu yang bekerja

dan mulai berhenti bekerja saat satu bulan sebelum tafsiran persalinan. Ibu rutin

memeriksakan kehamilannya ke fasilitas kesehatan. Selama trimester satu ibu

melakukan kunjungan ke puskesmas sebanyak satu kali dan ke dokter spesialis

kandungan sebanyak dua kali. Trimester kedua ibu juga melakukan pemeriksaan

sebanyak tiga kali yaitu dua kali di dokter spesialis kandungan dan satu kali di

puskesmas. Trimester ketiga ibu melakukan pemeriksaan sebanyak empat kali di

puskesmas. Hal ini sudah sesuai dengan standar minimal kunjungan ibu hamil

menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2021b) yang menyatakan bahwa standar

pelayanan kehamilan saat ini dilakukan paling sedikit enam kali selama masa

kehamilan yaitu satu kali pada rimester pertama, dua kali pada trimester kedua

dan tiga kali pada trimester ketiga.

Ibu “SR” pertama kali melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis

kandungan saat umur kehamilan 6 minggu 2 hari. Berdasarkan catatan

dokumentasi buku KIA ibu sudah mendapatkan asuhan standar pelayanan

minimal 10T. Hasil pemeriksaan LiLA: 24 cm, TB: 155 cm TFU: 2 jari di atas

simpisis, reflek patella:

101
+/+, golongan darah: O, Hb: 11,1 g/dL, PPIA: non reaktif, HbsAg: non reaktif,

VDRL: non reaktif, protein urine : negatif dan glukosa urine: negatif. Pengukuran

LiLA dilakukan cukup sekali diawal kunjungan ANC pada trimester pertama yang

bertujuan untuk mengetahui status gizi pada ibu hamil. Satus gizi pada ibu “SR”

dikategorikan normal karena ukuran LiLA lebih dari 23,5 cm. Bila ditemukan

LiLA ibu <23,5 cm, maka menunjukkan ibu hamil mengalami Kurang Energi

Kronik (KEK) yang dapat berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

(Kementerian Kesehatan RI, 2021b). Tinggi badan ibu “SR” 155 cm maka faktor

risiko panggul sempit tidak ada karena tinggi badan di atas 145 cm, kemungkinan

bisa bersalin secara normal (Elda, 2017).

Pemeriksaan laboratorium pada tripel eliminasi ibu “SR” tidak ada

masalah, hal ini sejalan dengan Elda (2017) yang menyatakan jika hasil tripel

eliminasi pada ibu hamil tidak mengalami masalah maka tidak perlu adanya

proses rujukan. Pemeriksaan Hb pada ibu “SR” dilakukan dua kali yaitu pada

kehamilan trimester pertama dengan hasil 11,1 g/dL dan kehamilan trimester

ketiga dengan hasil 12,1 g/dL. Hal ini sesuai dengan (Kementerian Kesehatan RI,

2021b) yang menyatakan bahwa pemeriksaan haemoglobin ibu hamil dilakukan

pada trimester I dan trimester III untuk mengetahui status anemia ibu. World

Health Organization (2011) memaparkan ibu hamil dikatakan mengalami anemia

jika kadar Hb 10-10,9 g/dL, hal ini menunjukkan bahwa ibu “SP” tidak

mengalami anemia dikarenakan hasil pemeriksaan Hb di atas 10,9 g/dL.

Penimbangan berat badan pada ibu “SP” dilakukan secara rutin setiap

kunjungan. Berat badan ibu “SR” sebelum hamil adalah 48 kg. Indeks Masa

Tubuh (IMT) pada ibu “SP” yaitu 20 (tergolong normal). Kenaikan berat badan

ibu “SP”

102
selama masa kehamilan sebnayak 12,5 kg. Hal ini sesuai dengan Kementerian

Kesehatan RI (2020a) yang menayatakn bahwa ibu hamil yang memiliki IMT

normal, total kenaikan berat badan yang dianjurkan adalah 11,35-15,89 kg.

Skrining imunisasi tetatuns (T) dilakukan sejak kunjungan awal

kehamilan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu “SP” didapatkan hasil

bahwa ibu “SP” sudah mendapatkan imunisasi T5 yaitu sudah mendapatkan

imunisasi saat bayi dan saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 1, 2 dan

kelas 3. Kementerian Kesehatan RI (2020a) memaparkan bahwa seseorang yang

sudah mendapatkan imunisasi lengkap saat bayi (DPT-HB-Hib 1, 2 dan 3)

dikatakan status imunisasnya T2, saat kelas 1 SD mendapatkan imunisasi DT

statusnya T3, saat kelas 2 SD mendapatkan imunisasi Td status imunisasinya T4

dan saat kelas 3 SD mendapatkan imunisasi Td status imunisasinya T5.

Selama kehamilan ibu hamil harus mendapatkan tablet tambah darah

minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama

(Kementerian Kesehatan RI, 2021a). Selama kehamilan ini ibu “SP” mendapatkan

tablet tambah darah lebih dari 90 tablet. Jumlah zat besi yang dibutuhkan oleh

kehamilan tunggal dan normal adalah 900 mg. Kebutuhan ini dibagi menjadi dua

yaitu 400 mg untuk pertumbuhan janin dan plasenta serta 500 mg untuk

peningkatan masa sel darah merah pada ibu (Manuaba, 2013).

Selama kehamilan ini ibu memiliki riwayat keluhan mual muntah pada

awal kehamilan. Memasuki kehamilan trimester III ibu sempat mengeluh mulai

merasakan nyeri punggung. Keluhan nyeri punggung pada ibu disebabkan oleh

semakin besarnya janin sehingga menyebabkan postur tubuh berubah. Penanganan

yang disarankan oleh bidan untuk mengatasi nyeri punggung adalah rutin

103
melakukan prenatal yoga dan senam hamil. Hal ini sejalan dengan Cahyani (2020)

yang menyaakan bahwa prenatal yoga memberikan efek signifikan dapat

mengurangi keluhan nyeri punggung pada ibu hamil. Davenport (2019) juga

memaparkan bahwa melakukan senam hamil dapat mengurangi intensitas nyeri

dan dapat meningkatkan stabilitas sendi yang mempengaruhi vertebrae dalam

menopang beban tubuh yang semakin bertambah. Ibu juga dibimbing cara

menstimulasi janin (brain booster) dengan cara mengajak bayi berbicara,

mengelus perut dan mengajak mendengarkan musik klasik setiap hari. Stimulasi

janin di dalam kandungan dilakukan dengan mengajak berbicara, mengobrol,

menyanyikan lagu, membacakan doa, lagu-lagu keagamaan sambil mengelus-elus

perut ibu (Suparni, 2019).

Selama kehamilan ini ibu “SR” sudah mendapatkan asuhan standar

pelayanan minimal 10T asuhan antenatal. Hal ini sudah sesuai dengan

(Kementerian Kesehatan RI, 2021a)

2. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” selama masa persalinan

Ibu “SR” mulai memasuki proses persalinan pada tanggal 4 Maret 2023.

Umur kehamilan ibu “SR” saat itu 39 minggu 4 hari yang menunjukkan bahwa

kehamilan ibu sudah cukup bulan dan dapat bersalin secara normal. Hal ini sesuai

dengan JNPK-KR (2017) yang menyatakan bahwa persalinan dianggap normal

jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu).

Persalinan ibu “SR” berlangsung normal secara pervaginam tanpa ada tanda

bahaya dan komplikasi pada ibu maupun janinnya. Bayi lahir spontan pukul 10.00

WITA segera menangis, tangis kuat, gerak aktif dan warna kulit kemerahan.

104
a. Asuhan persalinan kala I

Ibu “SR” datang ke PMB Rahmi pukul 04.00 WITA mengeluh nyeri perut

semakin kuat dan disertai pengeluaran lendir bercampur darah. Bidan sudah

melakukan pengkajian data subjektif dan melakukan pemeriksaan fisik dengan

hasil dalam batas normal. Ibu juga dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan

laboratorium dalam batas normal dan SARS Covid antigen dengan hasil negatif.

Pemeriksaan dalam dilakukan pukul 04.30 WITA dengan hasil pembukaan 4 cm

dengan his: 4x/10’~35-40”. Pukul 08.30-09.30 WITA his ibu semakin kuat

dengan frekuensi: 5x/10’~45-50”. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan

kontraksi secara bertahap dan kontraksi ibu adekuat. Kontraksi dianggap adekuat

jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40

detik atau lebih (JNPK-KR, 2017).

Selama persalinan kala I fase aktif ibu “SR” dilakukan pemantauan

kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan kesejahteraan janin. Hasil dari asuhan

persalinan kala I tertulis dalam lembar partograf. Asuhan kebidanan yang

diberikan yaitu memfasilitasi pemenuhan nutrisi. Ibu dapat mengkonsumsi ½

bungkus roti dan 50 ml teh manis. Tujuan pemberian makanan lembek untuk

mempercepat proses pencernaan oleh lambung sehingga kebutuhan nutrisi ibu

tetap terpenuhi karena selama proses persalinan terjadi penurunan hormon

progesteron yang menyebabkan sistem pencernaan menjadi lebih lambat sehingga

makanan lebih lama tinggal di lambung (Kementerian Kesehatan RI, 2016b).

Selama proses persalinan ibu didampingi untuk BAK. Ibu BAK sebanyak dua kali

yaitu pada pukul 05.30 WITA dan 08.30 WITA. Selama proses persalinan ibu

dapat berjalan- jalan kecil, miring kanan dan miring kiri.

105
Selama persalinan juga dibutuhkan dukungan dan peran pendamping.

Mengurangi rasa nyeri selama proses persalinan, ibu “SR” dibantu oleh bidan dan

suami untuk memberikan asuhan kebidanan komplementer yaitu teknik pijat

punggung dan relaksasi napas. Suami (pendamping ibu) dibimbing untuk

memberikan pijatan punggung sehingga dapat membantu mengurangi rasa nyeri

pada ibu “SR” dan membuat ibu lebih merasa nyaman. Selain itu, dengan

relaksasi napas membuat ibu merasa rileks dalam menjalani fase aktif persalinan

kala I. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan

nyaman selama persalinan, massage merangsang tubuh melepaskan senyawa

endorfin yang merupakan pereda sakit alami (Puspitasari, 2017). Menurut Potter

dalam Lubis (2020) teknik pijat punggung pada ibu primigravida inpartu kala I

dapat membantu menurunkan skala nyeri yang dirasakan ibu primigravida

sehingga mengurangi ketegangan karena dilepaskannya endorfin.

Asuhan yang diperoleh ibu “SR” selama persalinan kala I sudah sesuai

dengan standar asuhan persalinan kala I menurut JNPK-KR (2017) yaitu

pemantauan kemajuan persalinan dengan memantau pembukaan serviks dan

penurunan bagian terbawah janin setiap empat jam sekali, pemantauan

kesejahteraan ibu dengan menilai nadi, tekanan darah, suhu, hidrasi dan

pengeluaran urine ibu serta pemantauan kesejahteraan janin yang diukur melalui

frekuensi denyut jantung janin secara continue setiap 30 menit, memeriksa kondisi

air ketuban dan penyusupan tulang kepala janin (moulase).

b. Asuhan persalinan kala II

Persalinan kala II ibu berlangsung selama 30 menit tanpa disertai penyulit

atau komplikasi. Perslainan kala II pada primigravida berlangsung selama 60

menit

106
(JNPK-KR, 2017). Faktor-faktor yang memengaruhi persalinan adalah passage,

power, passanger, psikologis dan penolong (Kementerian Kesehatan RI, 2016b).

Selama kala II ibu merasa nyaman, ibu dapat miring kiri dan saat dipimpin

persalinan menggunakan posisi setengah duduk.

Menurut JNPK-KR (2017), penolong persalinan melakukan pertolongan

persalinan yang bersih dan aman sesuai dengan 60 langkah APN. Penanganan

persalinan kala II pada Ibu “SR” dilakukan pertolongan persalinan sesuai dengan

APN.

c. Asuhan persalinan kala III

Persalinan kala III berlangsung selama 10 menit tanpa disertai penyulit

atau komplikasi. Asuhan yang diberikan yaitu pemberian oksitosin 10 IU secara

IM, penegangan tali pusat terkendali dan melakukan massase fundus uteri

selama 15 detik setelah plasenta lahir. Hal ini menunjukan persalinan kala III ibu

berlangsung secara fisiologis tidak lebih dari 30 menit dengan asuhan sesuai

standar. Manajemen aktif kala III bertujuan untuk mempercepat kelahiran plasenta

sehingga mencegah terjadinya perdarahan dan kejadian retensio plasenta (JNPK-

KR, 2017). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga dilakukan segera setelah bayi lahir,

bayi diletakkan tengkurap di dada ibu untuk skin to skin dan dipasangkan topi

serta selimut. Inisasi Menyusu Dini (IMD) dilakukan kurang lebih selama satu

jam.

Jangka waktu untuk dilakukan IMD adalah sesegera mungkin setelah bayi lahir

(JNPK-KR, 2017).

d. Asuhan persalinan kala IV

Proses persalinan kala IV ibu “SR” berlangsung secara fisiologis dan tidak

ada komplikasi. Ibu mengalami laserasi grade II yaitu pada mukosa vagina, kulit

107
dan otot perineum, kemudian dilakukan penjahitan dengan anastesi lidocain 1%.

Pemantauan persalinan kala IV dilakukan selama dua jam yaitu pada satu jam

pertama setiap 15 menit dengan hasil tidak ada masalah, kontraksi uterus baik,

kandung kemih tidak penuh dan tidak ada perdarahan aktif, TFU dua jari di bawah

pusat, kolostrum sudah keluar. Dilanjutkan pemantauan satu jam kedua setiap 30

menit dengan hasil tidak ada tanda bahaya dan komplikasi. Proses IMD sangat

membantu mempercepat proses involusi setelah 2 jam dan 12 jam pasca persalian

(Putri, 2020). Hal ini juga didukung oleh Arwiyantasari (2019) yang menyatakan

bahwa inisiasi menyusu dini mempengaruhi proses involusi uterus saat bayi mulai

menghisap puting ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang

mengakibatkan kontraksi uterus ibu sehingga proses involusi uterus ibu dapat

berjalan normal.

Pemenuhan nutrisi ibu sudah dilakukan untuk mengembalikan energi ibu

yang hilang selama proses persalinan. Selama kala IV ibu dan suami dibimbing

untuk memantau dan mendeteksi kemungkinan komplikasi seperti perdarahan

yang dapat dicegah dengan melakukan massase fundus uteri. Berdasarkan hal

tersebut, asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan standar asuhan persalinan

kala IV dengan melakukan pemantauan selama dua jam yaitu setiap 15 menit pada

satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua (JNPK-KR, 2017).

3. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu “SR” selama masa nifas

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-

kira enam minggu (Saifuddin, 2020). Selama masa nifas ibu mendapat asuhan dari

dua jam post partum sampai 42 hari. Asuhan diberikan melalui kunjungan ke

108
fasilitas kesehatan dan kunjungan ke rumah ibu sebanyak empat kali yaitu KF1,

KF2, KF3 dan KF4. Masa nifas ibu berlangsung secara fisiologis dan sudah

mendapatkan asuhan sesuai standar.

Pengeluaran kolostrum ibu sudah terjadi saat kehamilan dan dilakukan

proses IMD saat bayi baru lahir untuk merangsang produksi ASI. Jumlah

pengeluaran ASI masih sedikit saat awal masa nifas dan semakin bertambah pada

hari kedua masa nifas. Hal tersebut sesuai dengan Kementerian Kesehatan RI

(2018) yang menyatakan bahwa pada hari kedua atau ketiga post partum sudah

mulai diproduksi ASI matur yaitu ASI berwarna. Setyowati (2017) memaparkan

bahwa dilaksanakannya inisiasi menyusu dini pada satu jam pertama maka sangat

bermanfaat bagi bayi dan ibu selain sebagai ikatan batin anatara ibu dan bayi juga

dapat melancaran proses pengeluaran ASI. Selain itu, ibu juga diberikan asuhan

komplementer pijat oksitosin untuk membantu melancarkan produksi ASI.

Magdalena (2020) menyatakn bahwa pijat oksitosin mempengaruhi peningkatan

produksi ASI pada ibu menyusui.

Sejak awal masa nifas (enam jam post partum) ibu “SR” dibimbing untuk

melaksanakan senam nifas khususnya senam kegel. Fitri (2019) menyatakan

bahwa senam kegel dapat mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu

post partum. Hal ini juga didukung oleh Rahmawati (2018) yang menyatakan

intervensi senam kegel merupakan metode yang tepat untuk menurunkan tingkat

inkontinensia urine, mengembalikan elastisitas vagina, meningkatkan pemulihan

setelah melahirkan yang memperkuat otot dasar panggul. Selain senam kegel, ibu

juga diberikan terapi komplementer body massage pada hari keempat tujuannya

untuk memberikan rasa rileks dan menurunkan rasa cemas pada ibu.

Massage

109
therapy pada ibu nifas dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan respon

keinginan untuk melakukan breastfeeding self efficacy karena ibu merasa rileks

dan membantu proses let down reflek yang mampu meningkatkan produksi ASI

(Nazilah, 2021).

Ibu menggunakan KB saat 42 hari masa nifas. Ibu telah mengetahui

berbagai jenis metode kotrasepsi seperti metode pil, suntikan, implant dan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Setelah melakukan konseling dan melakukan

pemilihan dengan alat bantu KLOP KB ibu tetap memilih menggunakan KB

suntik tiga bulan. Metode kontrasepsi yang digunakan tidak mengganggu produksi

ASI (Kementerian Kesehatan RI, 2021b).

4. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada neonatus sampai bayi 42 hari

Neonatus normal adalah bayi baru lahir dari umur kehamilan 37-42

minggu

dengan berat lahir 2500-4000 gram, segera menangis, gerak aktif, kulit bayi

kemerahan dan bayi menyusu dari payudara ibu dengan kuat (Kementerian

Kesehatan RI, 2016a). Berdasarkan hal tersebut, bayi Ibu “SR” tergolong

neonatus normal dengan berat lahir 3100 gram, segera menangis, gerak aktif, kulit

kemerahan dan menyusu kuat dari payudara ibu.

Perawatan bayi baru lahir diantaranya pencegahan infeksi sangat penting

dilakukan oleh petugas kesehatan dan penilaian awal pada bayi baru lahir. Asuhan

yang diberikan pada bayi baru lahir normal yaitu jaga kehangatan bayi, bersihkan

jalan napas (bila perlu), keringkan dan tetap jaga kehangatan bayi, potong dan ikat

tali pusat tanpa membubuhi apapun, lakukan IMD dan kontak kulit bayi dengan

kulit ibu, beri suntikan vitamin K 1 mg secara IM pada paha kiri anterolateral, beri

salep mata antibiotika pada kedua mata bayi, pemeriksaan fisik yang bertujuan

110
untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi, beri imunisasi

Hepatitis B 0,5 ml secara IM pada paha kanan setelah satu sampai dua jam setelah

pemberian vitamin K atau nol sampai tujuh hari pada panduan buku KIA (JNPK-

KR, 2017). Bayi ibu “SR” lahir pukul 10.00 WITA sudah dilakukan pemotongan

tali pusat dua menit setelah lahir yaitu pukul 10.02 WITA, diberikan salep mata

gentamicin sulfate 0,1% pada kedua mata untuk mencegah infeksi mata,

pemberian vitamin K1 di paha kiri setelah IMD untuk mencegah perdarahan dan

imunisasi hepatitis B 0,5 ml pada enam jam setelah kelahiran bayi untuk

mencegah penyakit hepatitis B yang menyebabkan kerusakan hati.

Bayi diberikan kebutuhan asah, asih dan asuh. Perawatan bayi sehari-hari

dibantu oleh suami dan ibu mertua, sehingga semua anggota keluarga turut serta

merawat bayi. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan bayi

juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang meliputi tiga kebutuhan dasar yaitu

asah, asih dan asuh (Soetjiningsih, 2014).

Pelayanan neonatus secara umum dilakukan kunjungan sebnayak tiga kali,

yaitu KN1, KN2 dan KN3 (Kementerian Kesehatan RI, 2021b). Bayi ibu “SR”

sudah mendapatkan asuhan sesuai standar asuhan pelayanan neonatus. Kunjungan

KN1 saat bayi berumur enam jam, KN2 saat bayi berumur enam hari dan KN3

saat bayi berumur 19 hari. Bayi menyusu secara on demand dan ibu berencana

memberikan bayi ASI eksklusif selama enam bulan. Kunjungan KN2 pada hari

keenam dan ibu dibimbing untuk melakukan pijat bayi. Berat badan bayi

mengalami peningkatan sebanyak 200 gram menjadi 3100 gram pada hari keenam

dan pada hari ke-42 menjadi 4000 gram. Pijat bayi atau stimulus touch merupakan

sentuhan komunikasi yang bermanfaat dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan

111
perkembangan bayi seperti meningkatkan penyerapan makanan sehingga bayi

lebih cepat lapar dan sering menyusu (Marni, 2019). Bayi yang diberikan pijat

akan lebih rileks dan beristirahat dengan efektif, sehingga pada saat bangun

membawa energi cukup untuk beraktifitas. Secara optimal bayi akan cepat lapar

sehingga nafsu makan meningkat dan kenaikan berat badan terjadi secara optimal

(Elvira, 2017).

Kunjungan neonatal ke-3 bayi berumur 19 hari dan mendapatkan

imunisasi BCG dan Polio oral 1, hal ini menunjukkan bahwa asuhan sudah sesuai

dengan pedoman buku KIA yang menyatakan pemberian imunisasi BCG

diberikan dalam rentang waktu 0 sampai dua bulan (Kementerian Kesehatan RI,

2021a).

112
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penerapan asuhan kebidanan secara continuity of care dari

masa kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan bayi hingga 42 hari pada ibu

“SR” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil penerapan asuhan kebidanan kehamilan pada ibu “SR” dari umur

kehamilan 17 minggu sesuai dengan standar 10T dan proses kehamilan

berlangsung secara fisiologis.

2. Hasil penerapan asuhan kebidanan persalinan pada ibu “SR” sesuai dengan

standar 60 langkah APN serta berlangsung tanpa adanya penyulit dan komplikasi

sehingga proses persalinan dapat berlangsung normal, ibu dan bayi sehat.

3. Hasil penerapan asuhan kebidanan masa nifas pada ibu “SR” sampai 42

hari dilakukan kunjungan KF1, KF2, KF3 dan KF4. Masa nifas ibu berlangsung

secara fisiologis dan asuhan sesuai standar asuhan masa nifas.

4. Hasil penerapan asuhan kebidanan masa neonatus dan bayi pada bayi ibu

“SP” dilakukan kunjungan KN1, KN2 dan KN3. Tidak ada tanda bahaya dan

komplikasi. Asuhan kebidanan bayi ibu “SR” sampai 42 hari sudah sesuai dengan

standar pelayanan neonatus. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas

normal.
B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat menyediakan lebih banyak

kepustakaan terbaru sesuai dengan evidence based terkait pelayanan kebidanan

untuk menunjang penulisan laporan berikutnya.

2. Bagi ibu dan keluarga

Ibu “SR” diharapkan dapat menerapkan asuhan yang telah diberikan dan

keluarga ikut serta membantu, memberikan dukung serta meningkatkan upaya

mendeteksi dini penyulit dan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi.

3. Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan terutama bidan diharapkan tetap memberikan asuhan

kebidanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan dan standar pelayanan

kebidanan sehingga dapat mendeteksi dini faktor risiko dan komplikasi, sehingga

proses kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus dapat berlangsung secara

fisiologis.
DAFTAR PUSTAKA

Armini, S. dan M. 2017). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. ANDI.

Arwiyantasari, W. 2019. Hubungan Antara Inisiasi Menyusui Dini dengan


Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Normal di Poskesdes Melati Desa
Garon Kab. Madiun. Jurnal Siklus.
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/ article/view/1341.
Diakses tanggal 20 Maret 2022.

Cahyani, P. 2020. Intensitas Nyeri Punggung Bawah Ibu Hamil Trimester III yang
Melakukan Prenatal Yoga. Jurnal Sehat Mandiri. http://jurnal.poltekkes
padang.ac.id/ojs/index.php/jsm/article/view/252. Diakses tanggal 20 Maret
2022.

Cunningham, F.G. 2014. Obstetri Wiliams.Edisi 23. Jakarta: EGC.

Davenport, M. 2019. Exercise for the prevention and treatment of low back,
pelvic girdle and lumbopelvic pain during pregnancy: a systematic review
and meta-analysis. BMJ. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30337344/.
Diakses tanggal 22 Maret 2022.

Dewi, S., Erildy dan Astrid. 2016. Studi Komparatif Prenatal Yoga dan Senam
Hamil terhadap Kesiapan Fisik. Akademi Kebidanan Yayasan Perguruan
Djubleg Ranuatmadja Jakarta. https://journals.stikim.ac.id/index.php/
jikm/article/view/124. Diakses tanggal 20 Maret 2022.

Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2021. Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Tahun 2020. Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2020. Profil Kesehatan Provinsi Bali. Dinas
Kesehatan Provinsi Bali.

Elda, D. 2017. Kebidanan: Teori dan Asuhan. Jakarta: EGC.

Elvira, M. 2017. Baby Massage Giving Effect To The Weight Gain In Infants 0-6
Months At BPS Bunda Bukittinggi. Jurnal Pembangunan Nagari.
https://ejournal.sumbarprov.go.id/index.php/jpn/article/view/16. Diakses
tanggal 22 Maret 2022.

Fitri. E. 2019. Pengaruh Senam Kegel Terhadap Penyembuhan Luka Pada Ibu
Post Partum. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik.
https://ejurnal.poltekkes- tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/1844. 6
April 2022.

Hastuti, P. 2018. Kartu Skor Poedji Rochjati untuk Skrining Antenatal. Jurnal
LINK. https://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link/article/view/
3710. Diakses tanggal 20 Maret 2022.
Husanah. 2019. Pelaksanaan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum di BPM Dince
Syafrina Pekanbaru Tahun 2018. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Multidisiplin. http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jpm/article/view/820.
Diakses tanggal 24 Maret 2022.

JNPK-KR. 2017. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal: Asuhan Esensial


Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: JNPK-KR, POGI, IBI, IDAI, USAID.

Kauziyah. 2020. Paket Edukasi Ibu Hamil untuk Mewujudkan Anak Sehat dan
Cerdas Melalui Pendekatan Asuhan Kebidanan Holistik. Jurnal Berdikari.
https://journal.umy.ac.id/index.php/berdikari/article/view/8331. Diakses
tanggal 24 Maret 2022.

Kementerian Kesehatan RI. 2016a. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Prasekolah. Jakarta: BPPSDMK.

. 2016b. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:


BPPSDMK.

. 2017a. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: BPPSDMK.

. 2017b. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: BPPSDMK.

. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: BPPSDMK.

. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kemenkes RI.

. 2020a. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kemenkes RI.

. 2020b. Permenkes 320 Tahun 2020. Jakarta: Kemenkes RI.

. 2021a. Buku kia kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Kemenkes RI.

. 2021b. Permenkes Nomor 21 Tahun 2021.Jakarta: Kemenkes RI.

Lubis, D. 2020. Efektivitas Massage Punggung dalam Mengurangi Nyeri


Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida & Multigravida. Jurnal
Ilmiah Bidan. https://repository.binawan.ac.id/1070/1/JIB Legina
Anggraeni.pdf. Diakses 1 April 2022.

Magdalena. 2020. Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI Ibu Menyusui
di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Jalan Pekanbaru. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. http://ji.unbari.ac.id/index.php/
ilmiah/article/view/939. Diakses tanggal 28 Maret 2022.

Manuaba, IAC., I. B. dan I. G. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Marni. 2019. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi.
Jurnal Kebidanan Indonesia, 1(1), 83–89. https://doi.org/10.47134/inhis.
v1i1.15. Diakses tanggal 5 April 2022.

Nazilah, R. 2021. The Use of Non-Pharmacological to Decrease Anxiety and


Improve the Breastfeeding Self Efficacy Postpartum Mothers: A
Systematic Literature Review. Jurnal Kebidanan.
https://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/view/7548. Diakses 8 April 2022.

Nugroho, T. dan U. I. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Nurgiwiati, E. 2015. Terapi Alternatif & Komplementer dalam Bidang


Keperawatan. Bogor: In Media.

Puspitasari, I. 2017. Tehnik Massage Punggung untuk Mengurangi Nyeri


Persalinan Kala I. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan.
https://docplayer.info/57120283-Tehnik-massage-punggung-untuk-mengu-
rangi-nyeri-persalinan-kala-i.html. Diakses tanggal 24 Maret 2022.

Putri. R. 2020. Inisiasi Menyusu Dini dan Pencapaian Involusi Uterus pada Ibu
Postpartum. Faletehan Health Journal. https://journal.lppm-
stikesfa.ac.id/index.php/FHJ/article/download/136/65. Diakses tanggal 28
Maret 2022.

Rafika. 2018. Efektivitas Prenatal Yoga terhadap Pengurangan Keluhan Fisik


pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Kesehatan. https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/763. Diakses tanggal 20 Maret 2022.

Rahayuningsih, T., Mudigdo, A., dan Murti, B. 2016. Effect of Breast Care and
Oxytocin Massage on Breast Milk Production: A study in Sukoharjo
Provincial Hospital. Journal of Maternal and Child Health. Diakses
tanggal 5 April 2022.

Rahmawati, I. 2018. Pengaruh Senam Kegel terhadap Tingkat Inkontinensia Urin


pada Wanita Pasca Melahirkan. Indonesian Jurnal of Nursing Health
Science.https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/IJNHS/article/view/2573.
Diakses tanggal 28 Maret 2022.

Saifuddin. 2020). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Setyowati, A. 2017. Initiation of Early Breastfeeding With ASI Production During


First 6 Months. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr.Soetomo.
https://media.neliti.com/media/publications/258451-hubungan-inisiasi me-
nyusui-dini-dengan-p-d2d3938f.pdf. Diakses 8 April 2022.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Suparni, S. 2019. Paket Edukasi Brain Booster pada Ibu Hamil di Kabupaten Pekalongan.
Jurnal Siklus. https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/
siklus/article/view/1095/pdf_15. Diakses tanggal 28 Maret 2021.

Undang-undang RI. 2019. Undang-undang RI No. 4 Tahun 2019. Tentang Kebidanan, 10,
2–4. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/104274/uu- no-4-tahun-
2019#:~:text=Undang-undang (UU) NO,%2C LL SETKAB
%3A 36 HLM.&text=ABSTRAK%3A,Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Diakses tanggal 5 Maret 2022.

Wahyuningsih, H. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kementerian


Kesehatan RI.

Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru. WHO.

2011. Haemoglobin Concentrations for the Diagnosis of Anemia and


Assessment of Severity. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 1–6.
https://doi.org/2011. Diakses tanggal 5 Maret 2022.

. 2020. World Health Statistic. World Health Organization.

Widiyanto, A. 2021. Literatur Review : Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Deep
Breathing Relax) pada Ibu Bersalin Kala I. Journal of Health Research.
https://jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/avicenna/article/view/
538. Diakses tanggal 5 April 2022.

Anda mungkin juga menyukai