Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS CENDRAWASI
JAYAPURA 2021
1. Sejarah Thailand
Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur
pendek, Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan
Kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar
dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan
India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun
mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia
Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman
kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak
kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania. Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932
menyebabkan dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam,
negara ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah
pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut,
Thailand bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Thailand menjadi sekutu
Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang, tetapi
Thailand mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an.
1) Sukhothai
Kerajaan Sukhothai adalah salah satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat
di sekitar kota Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438. Sebelumnya wilayah
kerajaan ini adalah bagian dari Kerajaan Khmer. Pada puncak kejayaannya di bawah raja
ketiga Ramkhamhaeng, Sukhothai diperkirakan terbentang dari wilayah yang sekarang
termasuk Myanmar) sampai ke dalam wilayah Laos modern, serta ke arah selatan di
Semenanjung Malaya. Setelah kematian Ramkhamhaeng, Sukhothai melemah dan
berbagai kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Pada tahun 1438, status Sukhothai
berubah hanya menjadi sekadar provinsi dari Ayutthaya.
2) Ayutthaya
Kerajaan Ayutthaya didirikan pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong),
yang mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti
Kerajaan Sukhothai pada tahun 1376. Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif
melakukan perdagangan dengan berbagai negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang,
Persia dan beberapa negara Eropa. Setelah melalui pertumpahan darah perebutan
kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua
abad ke-18. Pada masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraan dan
pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar.
Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) pada
tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas Kamboja. Meskipun demikian
ancaman terbesar datang dari Burma dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru
berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah
Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Burma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya.
Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah
pengepungan yang berlarut-larut.
3) Siam
Setelah serbuan Burma yang membumihanguskan ibu kota Ayutthaya, Jenderal
Taksin mendirikan kerajaan baru pada tahun 1769 yang beribu kota di Thonburi
(sekarang termasuk dalam Bangkok) dan menyatukan kembali bekas kerajaan Ayutthaya.
Taksin kemudian dianggap gila dan dieksekusi tahun 1782,[4] dan digantikan oleh
Jenderal Chakri, yang menjadi raja pertama dinasti Chakri dengan nama Rama II. Tahun
yang sama dia mendirikan ibu kota baru di Bangkok, di seberang sungai Chao Phraya
dari ibu kota lama yang didirikan Jenderal Taksin. Pada tahun 1790-an Burma berhasil
diusir dari Siam. Para penerus Rama I harus menghadapi ancaman kolonialisme Eropa
setelah kemenangan Britania di Burma tahun 1826. Pada tahun yang sama Siam
menandatangani perjanjian dengan Britania Raya, dan tahun 1833 Siam menjalin
hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Perjanjian Inggris-Siam 1909 menentukan
batas-batas Siam dengan Malaya, sedangkan serangkaian perjanjian dengan Prancis
mematok batas timur dengan Laos dan Kamboja. Kudeta tahun 1932 mengakhiri monarki
absolut di Thailand, dan mengawali munculnya kerajaan Thailand modern.
4) Thailand modern
Kudeta tahun 1932 mengubah Siam menjadi Thailand modern yang berupa
monarki konstitusional. Perubahan nama dari Siam menjadi Thailand sendiri baru
diumumkan Perdana Menteri Plaek Pibulsonggram (Phibun) pada tahun 1939.
Pemerintahan Perdana Menteri Phibun ini ditandai dengan bangkitnya nasionalisme Thai.
Pada bulan Januari 1941, Thailand menginvasi Indochina Prancis, dan memulai perang
Thai-Prancis. Thailand berhasil merebut Laos, sedangkan Prancis memenangkan
pertempuran laut Koh-Chang. Perang tersebut berakhir lewat mediasi Jepang. Prancis
dipaksa Jepang untuk melepaskan wilayah sengketa kepada Thailand.
Dalam perang dunia II Thailand memberi hak kepada Jepang untuk
menggerakkan pasukannya dalam wilayah Thailand menuju Malaya, yang pada saat itu
dikuasai Inggris. Pada bulan Desember 1941 Thailand dan Jepang menyetujui
persekutuan militer yang berisi persetujuan Jepang untuk membantu Thailand untuk
merebut kembali wilayah yang diambil Britania dan Prancis (Shan, Malaya, Singapura,
sebagian Yunnan, Laos dan Kamboja). Sebagai imbalannya, Thailand akan membantu
Jepang menghadapi Sekutu. Setelah kekalahan Jepang, Thailand diperlakukan sebagai
negara yang kalah oleh Britania dan Prancis. Namun dukungan Amerika Serikat terhadap
Thailand membatasi kerugian yang diderita Thailand. Thailand harus mengembalikan
wilayah yang diperolehnya dari kedua negara Eropa tersebut, tetapi Thailand sendiri tidak
diduduki. Thailand kemudian menjadi sekutu Amerika Serikat menghadapi ancaman
komunisme dari negara-negara tetangganya. Pada tahun 1967, bersama-sama dengan
Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina, Thailand mendirikan ASEAN dan aktif
sebagai anggota di dalamnya.