Anda di halaman 1dari 11

IMPERIALISME DUNIA BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. Ahmad Fauzan, M.Ag

Disusun Oleh :
1. Fitria Khoirunnisa
2. Siti Aminah
3. Anis Munfarida

: 112282
: 112284
: 112286

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


JURUSAN TARBIYAH/PAI
2014
A. PENDAHULUAN
Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan Besar berkuasa,
yakni kerajaan Usmani, Safawi dan Mughal. Namun, seperti pada masa kekuasaan Islam
terdahulu, lambat laun kekuatan Islam menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan
tersebut, bangsa Barat mulai menunjukkan usaha kebangkitannya. Periode tiga kerajaan tersebut
(1503-1789) bahkan disebutkan sebagai periode-periode kejayaan peradaban Islam, setelah
sebelumnya mengalami kemunduran pasca jatuhnya dinasti Abbasiyah.

Namun, kemajuan pada masa itu lebih kepada aspek material, dan lemah pada bidang
pemikiran, sains, seni dan filsafat. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian, kekuatan militer dan
wilayah teritorial negara yang kuat pada masa itu, namun kemajuan tersebut tidak mendorong
terjadinya

kemajuan

pada

bidang

pendidikan,

kebudayaan

dan

ilmu

pengetahuan.

Ketidakseimbangan inilah yang akhirnya menyebabkan ketidak mampunya menandingi kekuatan


Eropa modern yang didukung oleh sains dan teknologi.
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada semangat keilmuan yang begitu tinggi, yang
telah membawa bangsa Barat menuju penemuan-penemuan baru dan penjelajahan samudra, serta
revolusi industri hingga berujung pada imperialisme terhadap wilayah-wilayah Islam pada
khususnya.
Dengan organisasi dan persenjataan modern, pasukan perang Eropa mampu melancarkan
pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan Islam. Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu
demi satu negara Islam. Perancis menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari
Inggris sembilan tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881, Mesir pada tahun 1882,
Sudan pada 1889. Sementara itu, wilayah Islam di Asia Tengah juga tak luput dari penjajahan
Barat. Umat Islam di Asia Tengah menjadi sasaran pendudukan Uni Soviet.
B.
1.
2.
3.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana bentuk imperialisme dunia barat atas dunia Islam?
Bagaimana usaha umat Islam bangkit dari keterpurukan?
Bagaimana dampak penjajahan bangsa barat atas dunia Islam?

C. PEMBAHASAN
1. Imperialisme dunia barat atas dunia Islam
a. Penjajahan dunia Barat terhadap dunia Islam di Anak Benua India dan Asia Tenggara
India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil
pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke
sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. Pada tahun
1611M, Inggris mendapat izin menanamkan modal; dan pada tahun 1617M Belanda mendapat
izin yang sama. Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha
menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba
mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil
mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke
tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. Pada tahun 1842M,
Keamiran Muslim Sind di India dikuasai. Tahun 1857M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh,

dan raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah kekuasaan
Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879M, Inggris berusaha
menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899M, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke
bawah kekuasaan India-Inggris.1[1]
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang, yang merupakan daerah
penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa.
Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal itu mungkin
karena, dibandingkan dengan Mughal, kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih lemah
sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan. Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad
ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia
Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511M. Sejak itu
peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali
berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya akan
rempah-rempah.
Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil
menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan
Maguindanao, Buayan dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda, Inggris,
Denmark dan Perancis, datang ke Asia Tenggara. Namun, Perancis dan Denmark tidak berhasil
menguasai negeri di Asia Tenggara dan hanya datang untuk berdagang. Belanda dating tahun
1592 M dan dengan segera dapat memonopoli perdaganagn di kepulauan Nusantara. Sedangkan
kekuasaan Inggris tertancap di Semenajung Malaya, termasuk Singapura sekarang, dan
Kalimantan Barat, termasuk Brunai. Inggris bahkan sempat menguasai seluruh Indonesia untuk
jangka waktu yang tidak terlalu lama di awal abad ke-19 M. Sebagaimana di India, di Asia
Tenggara politik negara-negara Eropa itu berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20 M.
b. Ekspansi Barat ke Timur Tengah
Ketika Perang Dunia I meletus, Turki bergabung dengan Jerman yang kemudian
mengalami kekalahan. Akibatnya, kekuasaan kerajaan Turki Usmani semakin ambruk.
Peperangan-peperangan melawan Barat di Eropa Timur terus berkecamuk, memakan dan
1[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hal.
176

menguras tenaga, yang berakhir dengan kekalahan di pihak Turki. Di pihak lain, satu demi satu
daerah-daerah di Asia dan Afrika yang sebelumnya dikuasai Turki Usmani, melepaskan diri dari
Konstantinopel. Dari sekian banyak faktor yang menyebabkan kemunduran Turki Usmani itu,
yang tak kalah pentingnya ialah timbulnya perasaan nasionalisme pada bangsa-bangsa yang
berada di bawah kekuasaannya. Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling
ke Barat, memohon bantuan Barat untuk kemerdekaan tanah airnya. Bangsa Kurdi di
pegunungan dan Arab di padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk melepaskan diri
dari cengkeraman penguasa Turki Usmani.2[2]
Demikianlah, keadaan dunia Islam pada abad ke19 M, sementara Eropa sudah jauh
meninggalkannya. Eropa dipersenjatai dengan ilmu modern dan penemuan yang membuka
rahasia alam. Satu demi satu negeri-negeri Islam yang sedang rapuh itu jatuh ke tangan Barat.
Dalam waktu yang tidak lama, kerajaan-kerajaan besar Eropa sudah membagi-bagi seluruh dunia
Islam. Inggris merebut India dan Mesir. Rusia menyeberangi Kaukasus dan menguasai Asia
Tengah. Perancis menaklukkan Afrika Utara, dan bangsa-bangsa Eropa lainnya mendapat
bagiannya dari warisan itu. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama
dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis, yang memang sudah
bersaing. Inggris terlebih dahulu menanamkan pengaruhnya di India. Perancis merasa perlu
memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur. Oleh Karena itu
pintu gerbang ke India, yaitu Mesir harus berada di bawah kekuasaannya. Mesir dapat
ditaklukkan Perancis tahun 1987M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk
memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat
menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur
jauh.
Persaingan antara Inggris dan Perancis di Timur Tengah memang sudah lama dan terus
berlangsung. Persaingan ini terlihat dari penaklukkan wilayah Islam di Timur Tengah dan Afrika,
yakni:3[3]

1820M : Oman dan Qatar, oleh Inggris

2[2] Ibid, hal. 180


3[3] Karen Amstrong, Islam Sejarah Singkat, Yogyakarta: Jendela, 2002, hal. 200

1830-1857M : Aljazair, oleh Perancis

1839M : Aden, oleh Inggris

1881-1883M : Tunisia, oleh Perancis

1882M : Mesir, oleh Inggris

1898M : Sudan, oleh Inggris

1900M : Chad, oleh Perancis


Pada abad ke-20M, Italia dan Spanyol ikut bersama Inggris dan Perancis memperebutkan

wilayah-wilayah di Afrika, yaitu:

1906M : Kesultanan Muslim Nigeria Utara, oleh Inggris

1912-1913M : Kesultanan Tripoli dan Cyrenaica, oleh Italia

1912M : Maroko, oleh Perancis dan Spanyol

1912-1915M : Maroko, oleh Spanyol

1914M : Kuwait, oleh Inggris

1919-1921M : Sisilia, oleh Perancis

1920M : Irak, oleh Inggris

1920M : Syiria dan Libanon, oleh Perancis

1926-1927M : Somalia, oleh Italia


Sedangkan negeri-negeri muslim yang jatuh ke tangan Rusia, diantaranya:

1834-1859M : Kaukasus, oleh Rusia

1853-1865M : Khoakand dan jatuhnya Tashkent, oleh Rusia

1866-1872M : Daerah sekitar Samarkand dan Bukhara, oleh Rusia

1873-1887M : Uzbekistan, oleh Rusia

1941-1946M : Pendudukan Anglo-Rusia di Iran


Dari sisi ekonomi, kedatangan bangsa Barat bertujuan untuk berdagang, menjual produk

yang mereka hasilkan, selain mencari bahan-bahn mentah yang sebagin besar terdapat di negaranegara Islam di Timur. Tapi lama-kelamaan, tujuan mereka berubah, yang merambah pada
masalah politik. Perubahan orientasi ini disebabkan adanya persaingan di anatar bangsa-bangsa
Barat itu sendiri yang ingin memonopoli sistem perdagangan. Selain itu terdapat pula motif lain
yakni Spanyol dan Portugis dalam menyebarkan agama Kristen. Portugis membawa tiga misi,
yaitu: Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari kejayaan), dan Gospel (menyebarkan agama
Kristen).
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara
muslim adalah ekonomi dan politik. Kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya
membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan
negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian
tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat
dalam proses politik penjajahan barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih
membekas pada sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini
dalam jangka waktu lama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam.4[4]
Menurut Fatah Syukur motif utama Eropa menjelajah dan menjajah wilayah Islam, yaitu:

Menyebarkan Kristen dan sekaligus untuk menghambat serta menaklukkan Islam sebagai
kekuatan yang dapat mengancam Eropa

4[4] Badri Yatim, Op. Cit, hal. 183

Membuka lahan baru untuk memasarkan komoditi mereka dengan cara memonopoli
perdagangan

Mengambil aset negara jajahan, untuk memberikan devisa kepada Eropa

Mengeksploitasi rakyat negara jajahan untuk kepentingan mereka5[5]

2. Usaha Umat Islam Bangkit dari Keterpurukan


Berada di bawah penetrasi dan kolonialisasi Barat ternyata tidak sepenuhnya memberikan
dampak negatif kepada umat Islam. Ada pelajaran berharga yang didapatkan oleh umat Islam
dari persinggungannya dengan peradaban Barat yang sedemikian maju, dari sinilah gerakangerakan yang berusaha untuk mewujudkan sintesa antara Islam dengan peradaban modern
dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan menafsirkannya dengan interpretasi baru.
Selain itu, semangat umat Islam untuk mengobarkan kebudayaan Islam yang pernah jaya mulai
bangkit kembali, dengan mencoba merubah paradigma berfikir.6[6]
Dengan demikian yang dimaksud dengan kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran
keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek kehidupan yang berdasar atau yang sesuai
dengan prinsip Islam. Makna ini mempunyai implikasi kewajiban bagi umat Islam untuk
mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam dikenal dengan sebutan gerakan
pembaharuan. Upaya pembaharuan pun mulai bermunculan. Ada beberapa pola dalam
pembaharuan yang dilakukan oleh umat Islam.
Ada kelompok yang lebih dikenal sebagai kelompok modernis, karena mereka berusaha
untuk meniru pola dan sistem pendidikan modern ala Barat dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya pola ini berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kemajuan Barat disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun
beberapa tokoh pelopor gerakan pembaharuan model ini adalah Sultan Mahmud II dari Turki
Usmani. Ia mendirikan sekolah-sekolah model Barat dan mengirim siswa-siswa ke Eropa untuk
memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern langsung dari sumbernya. Sir Sayyid
5[5] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam II, Semarang: Pustaka Riski Putra, 2009, hal. 166
6[6] Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011, hal.
174

Ahmad Khan dari India,ia mencoba mendirikan pendidikan berdasarkan model Barat untuk
memperbaiki posisi kaum muslimin di bawah kekuasaan Inggris. Dia merupakan seorang
modernis dalam interpretasinya terhadap al-Quran dan ajaran wahyu Islam. Muhammad Ali
Pasya di Mesir, ia menciptakan gagasan dualism system pendidikan yang kemudian menjadi
acuan kebanyakan lembaga pendidikan Islam. Dualisme yang dimaksud adalah dengan
penggabungan antara sekolah-sekolah model barat yang terintegrasi dengan madrasah bercorak
tradisional.
Ada pula kelompok penggagas pembaharuan yang meyakini bahwa penyebab
kemunduran umat Islam adalah karena mereka meninggalkan ajaran Islam yang merupakan
sumber kemajuan dan kekuatan budaya, dan sebaliknya, umat Islam lebih memilih untuk
mengikuti ajaran-ajaran yang telah bercampur dengan ideologi non-Islam. Selain itu,
ditinggalkannya pola pikir rasional dan ditutupnya pintu ijtihad juga diyakini sebagai penyebab
kemunduran Islam. Oleh karena itu, kelompok pembaharuan tipe ini mengajak umat Muslim
untuk kembali pada al-Quran dan Sunnah, dengan tidak mengabaikan ijtihad. Ijtihad senantiasa
diperlukan sebagai upaya penyesuaian ajaran Islam dengan perkembangan zaman yang tentunya
penuh

dengan

berbagai

problematika.7[7]Adapun

beberapa

tokoh

yang

mempelopori

pembaharuan pola ini adalah Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afghani, dan
Muhammad Abduh.
Di sisi lain, muncul gagasan pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini
berdasar pada kenyataan bahwa umat Islam itu terdiri dari berbagai bangsa, yang hidup dalam
daerah dan lingkungan budaya yang berbeda-beda, sehingga memerlukan usaha pengembangan
yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing. Meskipun pada dasarnya ide
nasionalisme berasal dari dunia Barat, namun hal tersebut dianggap tidak bertentangan dengan
Islam. Akhirnya gerakan nasionalisme muncul di berbagai wilayah seperti Mesir, Tunisia,
Aljazair, dan kesemuanya tidaklah sama. Negara-negara tersebut dihadapkan dengan
permasalahan spesifik tentang kekuasaan Eropa, dan peduli terhadap permasalahan dalam negeri
mereka masing-masing, dan berupaya bebas dari kolonialisme bangsa Eropa.8[8]
7[7]Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah Cet. I, Malang: UIN
Malang Press, 2008, hal. 247-248.

8[8] Albert Hourani, A History of Arab Peoples (Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim), diterj. Irfan
Abu Bakar Cet. I, Bandung: Mizan Pustaka, 2004, hal. 590

Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik


merupakan model utama umat Islam untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Adapun negara
mayoritas muslim yang pertama kali memerdekakan diri adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17
Agustus 1945. Pada tahun 1946, Syiria, Jordania, dan Libanon telah mengumumkan
kemerdekaannya. Selanjutnya adalah Pakistan, pada tanggal 15 Agustus 1947. Pada tahun 1951,
Libya memerdekakan diri. Adapun Mesir baru menganggap dirinya benar-benar merdeka pada
tanggal 23 Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan), meskipun sebenarnya Mesir telah bebas
dari Inggris sejak tahun 1922. Sudan dan Maroko merdeka pada tahun 1956, Malaysia (termasuk
Singapura) merdeka dari Inggris pada tahun 1957, Irak baru merasakan atmosfer kemerdekaan
pada tahun 1958, sedangkan Aljazair pada tahun 1962, dan Brunei Darussalam baru merdeka
pada tahun 1984. Selain itu, negara-negara Islam yang dulunya bersatu dengan Uni Soviet seperti
Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan,dan Azerbeijan, baru mendapat
kemerdekaan pada tahun 1992, demikian halnya dengan Bosnia yang juga baru mendapatkan
kemerdekaan dari Yugoslavia pada tahun yang sama.9[9]
3. Dampak Penjajahan Bangsa Barat atas Dunia Islam
Bahaya Bidang Politik:

Penjajahan itu menyebabkan kehancuran politik bangsa yang dijajahnya.

Politi kapitalisme membuat bangsa yang dijajah mempunyai watak ingin mengeruk keuntungan
tanpa menghiraukan penderitaan orang lain, rakyat kecil jadi tertindas.

Paham komunisme yang menumbuhkan sikap yang menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan hingga merusak persatuan bangsa Indonesia, serta umat Islam.
Bahaya Bidang Ekonomi:

Dengan berkembangnya sistem kapitalisme, kemiskinan akan terus bertambah. Kesengsaraan


Umat Islam akan makin parah.

Sistem kapitalisme ini akan menimbulkan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara besar-besaran.
Bidang Sosial Pendidikan:
9[9] Badri Yatim, Op. Cit, hal. 188-189

Penjajah senantiasa membuat jurang pemisah antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil,
sehingga diantara mereka tidak ada persatuan.

Kaum agamis tidak diperbolehkan berpolitik. Penjajah khawatir jika ada orang-orang Islam
menggerakkan organisasi untuk kemajuan umatnya. Rakyat kecil tidak diberi hak untuk sekolah,
yang boleh sekolah hanya anak-anak pejabat saja.
Bahaya Bidang Budaya:

Budaya yang disebarkan penjajah dapat merusak agama yang dimiliki bangsa yang dijajahnya;
seperti minum arak, berjudi, pergaulan bebas dan budaya negatif lainnya yang disebarkan.

Pelajar jauh dari agama, mereka dijauhkan dari agama.

Di Indonesia, adanya PKI atas pengaruh paham komunisme.10[10]


Fakta Sejarah yang Dapat Diambil sebagai Ibrah
Ibrah yang dapat diambil dari peristiwa imperialisme dunia Barat ke dunia Islam,
diantaranya:

Kita harus dapat menata perekonomian bangsa dengan kuat. Kondisi perekonomian yang rapuh
akan menimbulkan penderitaan bagi rakyatnya dan imperialisme akan dengan mudah menjajah
bangsa kita.

Kita harus membendung segala bentuk imperialisme dan mempertahankan tanah air kita.

Kita harus menjaga dan melestarikan kebudayaan Islam.

D. KESIMPULAN
Keadaan dunia Islam pada abad ke19 M tertinggal jauh dibandingkan Eropa. Eropa
dipersenjatai dengan ilmu modern dan penemuan yang membuka rahasia alam. Satu demi satu
negeri-negeri Islam yang sedang rapuh itu jatuh ke tangan Barat. Dalam waktu yang tidak lama,
kerajaan-kerajaan besar Eropa sudah membagi-bagi seluruh dunia Islam. Inggris merebut India
dan Mesir. Rusia menyeberangi Kaukasus dan menguasai Asia Tengah. Perancis menaklukkan
Afrika Utara, dan bangsa-bangsa Eropa lainnya mendapat bagiannya dari warisan itu.
Upaya pembaharuan pun mulai bermunculan. Ada beberapa pola dalam pembaharuan
yang dilakukan oleh umat Islam. Ada kelompok yang lebih dikenal sebagai kelompok modernis
seperti, Sultan Mahmud II dari Turki Usmani, Sir Sayyid Ahmad Khan dari India, Muhammad
10[10] http://imperialisme-islam.blogspot.com

Ali Pasya dari Mesir. Ada pula kelompok pembaharuan yang mengajak umat Muslim untuk
kembali pada al-Quran dan Sunnah, dengan tidak mengabaikan ijtihad, seperti Muhammad bin
Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh.

DAFTAR PUSTAKA
Albert Hourani, A History of Arab Peoples (Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim), diterj. Irfan Abu
Bakar Cet. I, Bandung: Mizan Pustaka, 2004
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah Cet. I, Malang: UIN Malang
Press, 2008
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam II, Semarang: Pustaka Riski Putra, 2009
http://imperialisme-islam.blogspot.com
Karen Amstrong, Islam Sejarah Singkat, Yogyakarta: Jendela, 2002
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011

Anda mungkin juga menyukai