Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semenjak bergulirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan representasi dari semangat
otonomi daerah, mengharuskan pemerintah pusat menyerahkan sebagian
kewenangannya kepada daerah dalam rangka desentralisasi. Dengan
desentralisasi tersebut menuntut Pemerintah Daerah untuk mampu
mengoptimalkan dan memaksimalkan pengelolaan Pemerintahan menuju
tata kelola pemerintahan yang berorientasi pada good governance dan
clean government dimana tata kelola pemerintahan yang baik merupakan
isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan Administrasi Publik
dewasa ini.

Sebagai implementasi ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah. Maka setiap Perangkat Daerah wajib menyusun
Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah yang merupakan dokumen
perencanaan Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan daerah yang sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki, Dinas Pariwisata Kabupaten Badung (Dispar)
mempunyai tugas yaitu melaksanakan fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang kepariwisataan, sebagai unsur pelaksana
penyelenggara pembangunan pemerintahan daerah yang mengemban tugas
dan tanggung jawab agar proses pembangunan kepariwisataan di
Kabupaten Badung dapat berjalan secara partisipatif, koordinatif, sinergis,
dan komprehensif serta tersusun secara sistematis sehingga sepenuhnya
mengarah kepada pencapaian visi dan misi Kepala Daerah Kabupaten
Badung.

Rencana Strategis (Renstra) Semesta Berencana Dinas Pariwisata


Kabupaten Badung didasarkan pada pemahaman akan pentingnya
pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan, informasi yang akurat,
utuh, lengkap, dan RENSTRA SEMESTA BERENCANA DISPAR 2021-
2026 2 komprehensif tentang potensi daerah, penguatan komunikasi,
koordinasi, sinergi dan konsultasi secara terus menerus dengan para
pemangku kepentingan. Dengan demikian akan menghasilkan
pembangunan daerah yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dan
dilaksanakan secara sistematis mulai dari tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap
pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasilnya.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


Penyusunan Renstra Semesta Berencana Dinas Pariwisata Kabupaten
Badung Tahun 2021-2026 dimaksudkan untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang tujuan dan berbagai kebijakan, program dan kegiatan
serta indikator kinerja Dinas Pariwisata lima tahun ke depan dalam rangka
mendorong pencapaian Visi dan Misi Pemerintahan Daerah Kabupaten
Badung yang tertuang dalam RPJMD Semesta Berencana Kabupaten
Badung Tahun 2021-2026. Tujuan penyusunan Renstra Semesta
Berencana Bappeda Kabupaten Badung Tahun 2021-2026 adalah sebagai
pedoman untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten
Badung dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah serta
sebagai acuan penyusunan perencanaan tahunan Dinas Pariwisata
Kabupaten Badung guna mendukung pencapaian tujuan pembangunan
daerah sebagaimana tertuang dalam RPJMD Semesta Berencana
Kabupaten Badung Tahun 2021-2026.

Sasaran

 Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung.


 Pengembangan DTW yang berbasis agrowisata.
 Pelatihan SDM pariwisata dan ekonomi kreatif.
 Meningkatnya Pendapatan Retribusi dari obyek wisata di
Kabupaten Badung.
 Pembinaan dan pengawasan industri pariwisata dan ekonomi
kreatif

1.3 Keluaran
Keluaran dalam penyusunan RIPPDA ini sebagai berikut:
1. RIPPDA ini adalah usulan draft perencanaan dan pengembangan
pariwisata Kabupaten Badung Bali.
2. Usulan RIPPDA ini dapat menjadi pedoman dan pijakan bagi
pemerintah daerah dan stakeholder dalam merencanakan dan
mengembangkan pariwisata daerah.
3. RIPPDA ini memuat informasi mengenai potensi pariwisata
Kabupaten Badung Bali, produk-produk pariwisata kabupaten
badung, dan segala informasi yang dapat menjadi penunjang
pengembangan pariwisata kabupaten badung.
4. Usulan RIPPDA ini juga memuat strategi pengembangan priwisata
daerah yang di usulkan oleh penulis. Karena itu usulan ini dapat
menjadi rujukan ilmiah bagi stakeholeder pariwista yang ada di
kabupaten Badung Bali
5. Usulan RIPPDA ini adalah kontribusi penulis dalam memikirkan,
merencanakan, dan menganalisis kabupaten badung sebagai daya
tarik pariwisata di indonesia. Produk ( RIPPDA) adalah bentuk
nyata kontribusi penulis.

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Lingkup Wilayah
Penulisan RIPPDA ini terdiri dari bagian lingkup wilayah. Lingkup
wilayah pertama adalah Kabuptaen Badung Bali sebagai bagian dari
destinasi nasional. Yang ke 2 (dua) adalah kabupaten Badung sebagai
destinasi provinsi Bali. Yang ke 3 (tiga) adalah kabupataen Badung Bali
sebagai destinasi yang akan menjadi bagian dari pengembangan pariwisata
indonesia. Kabupaten Badung Bali memiliki 6 kecamatan dan setiap
kecamatan memiliki potensi dan produk wisata yang dapat dikemas dan
dipasarkan sebagai prosuk wisata. Karena itu usulan draft RIPPDA ini
meliputi kecamatan dan desa yang ada di kabupaten Badung Bali. Dengan
demikian, RIPPDA ini mengatur pengembangan pariwisata diseluruh
kabupaten Badung Bali.

1.4.2 Lingkup Materi


Lingkup Materi pada pebuatan penyusunan RIPPDA ini, terbagi atas 2
(Dua) bagian yang diuraikan sebagai berikut:

1. Ruang lingkup materi pertama adalah konsep atau gagasan


perencanaan dan pengembangan pariwisata daerah yang telah
disusun oleh penulis.
2. Ruang Lingkup materi kedua adalah informasi yang di himpun
oleh penulis diambil dari berbagai sumber yang menjadi data
penting dalam penyusunan RIPPDA ini.

1.4.3 Lingkup Kegiatan


Lingkup kegiatan ini terbagi atas 3 ( tiga ) bagian ata

1. Kegiatan penyusunan draft RIPPDA oleh Mahasiswa Destinasi


Pariwisata POLTEKPAR MAKASSAR.
2. Kegiatan implementasi program pengembangan pariwisata yang
akan dijalakan oleh stakeholder pariwisata berdasarkan
penyusunan RIPPDA ini.
3. Kegiatan Kepariwisataan yang dilaksanakan oleh industri
pariwisata dan pelaku pariwisata dalam menunjang pariwisata
daerah dan berdasarkan pada RIPPDA ini.

1.5 Metodologi
1.5.1 Kerangka Pendekatan
Penulisan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
RIPPDA didasarkan pada 3 kerangka pendekata. Pendekatan pertama
adalah memanfaatkan data data atau informasi kualitatif . Penulis mencari
data-data yang relavan dengan Kabupaten Badung Bali yang bersumber
dari internet ( internet sources ) internet sources yang di maksud berupa
informasi dari blog, website, karya ilmiah/jurnal dan data-data yang yang
tersedia di internet sehingga mendukung penyempurnaan RIPPDA ini.
Penulis menulis sumber informasi sebagai bentuk tanggung jawab dalam
menuliskan data-data dalam RIPPDA. Pendekatan ini disebut sebagai
metode kualitatif . Pendekatan kedua dengan memanfaatkan informasi
yang di peroleh dari beberapa sumber misalnya buku, majalah, koran.
Penulis juga memiliki pengalaman dan informasi mengenai destinasi
tersebut dan di tuliskan dalam RIPPDA ini. Selain data data kualitatif,
penulis juga melengkapi RIPPDA ini dengan menggunakan Data Statistik
yang diperoleh dari berbagai sumber. Pendekatan ketiga adalah
memnfaatkan konsep konsep atau teori teori yang berkaitan dengan
Perencaan destinasi pariwisata. Dalam RIPPDA ini penulis menggunakan
konsep-konsep pariwisata, konsep pertama yang di ambil yaitu CBT yang
merupakan……..

1.5.2 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Penulisa RIPPDA ini adalah sebagai berikut.
1. Pengampuh mata kuliah ( Dosen ) menjelaskan konsep-konsep dan
teori.
2. Penulis mempelajari dan menganalisis sistematika penulisan
RIPPDA.
3. Penulis melakukan kunjungan lapangan ( destinasi ) untuk
membandingkan antara konsep perencanaan perencanaan destinasi
wisata dan realita di lapangan.
4. Penulis memulai penulisan draft RIPPDA sesuai dengan bab bab
dan sub bab RIPPDA tersebut.
5. Penulis melakukan penulisan RIPPDA dengan mencari dumber
sumber informasi dan menuangkannya dalam RIPPDA ini.
6. Penulis melakukan finalisasi laopran RIPPDA dan
mempresentasikan di Stake holder pariwisata.

1.6 Jangka Waktu Perencanaan


Jangka waktu penulisan RIPPDA Kabupaten Badung Bali ini
adalah 5 bulan dengan proses penulisan yang berangsur angsur sesuai
dengan waktu dan kecukupan data yang diperoleh. Idealnya RIPPDA
segera disahkan dalam bentuk Peraturan pemerintah darah agar menjadi
pedoman pengembangan pengembangan pariwisata daerah. Peraturan ini
akan berlaku dengan jangka waktu 5 ( lima ) tahun.

1.7 Sistematika Pelaporan

Sistematika penulisan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata


Daerah RIPPDA kabupaten Badung Bali disusun berdasarkan urutan Bab
RIPPDA. Rirppda ini terdiri dari 11 (Seblas) Bab yang memiliki sub-sub
BAB sebagai penjelasan dari Bab tersebut. Bab 1 (Satu) adalah
pendahuluan yang mencakup latar belakang, Maksud tujuan dan Sasaran,
Keluaran, Ruang lingkup, Lingkup wilayah, Lingkup materi, Lingkup
kegiatan, Metodologi, Kerangka pendekatan, Tahapan pelaksanaan
pekerjaan, dan Sistematika pelaporan.
Bab 2 (Dua) adalah kepariwisataan Kabupaten Badung Bali. Pada
bab ini terdiri dari Kepariwisataan Provinsi atau Kabupaten Badung Bali
dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Kepariwisataan
Kabupaten Badung Bali dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten Badung Bali, dan Kepariwisataan Kabupaten Badung Bali
dalam Kebijakan dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Badung Bali. Bab
3 (Tiga) adalalah Kondisi wilayah Kabupaten Badung Bali. Pada bab ini
terdiri dari Kondisi Fisik, Sejarah Sebagai Potensi Pariwisata, Kekayaan
Ekologis Sebagai Potensi Pariwisata, Kondisi Sosial Budaya Sebagai
Potensi Pariwisata, dan Perekonomian. Bab 4 (Empat) adalah Kabupaten
Badung Bali Sebagai Destinasi Pariwisata. Pada bab ini terdiri dari Daya
Tarik dan Sumber Daya Wisata Khusu Kabupaten Badung Bali, Fasilitas
Pariwisata, Aksesibilitas Pendukung Pariwisata, Prasarana Umum
Pendukung, Prasarana Umum Pendukung Pariwisata, dan Pendukung
Sebagai Potensi Sumber Daya Manusia Pariwisata. Bab 5 (Lima) adalah
Industri Pariwisata. Pada bab ini terdiri dari Sumber Daya Manusia
Pariwisata, Karakteristik Pasar Wisatawan, dan Upaya Pemasaran yang
Dilakukan Pemerintah Kabupaten Badung Bali.

Bab 6 ( Enam) Pasar Pariwisata dan Upaya Pemasaran. Pada bab


ini terdiri dari Jumlah dan Perkembangan Pasar Wisatawan, Karakteristik
Pasar Wisatawan, dan Upaya Pemasaran dilakukan Pemerintah Kabupaten
Badung Bali. Bab 7 (Tujuh) adalah Kelembagaan Pariwisataan. Pada bab
ini terdiri dari Sumber Daya Manusia Pariwisata, Asosiasi Pariwisata,
Kelembagaan Pemerintah Terkait pariwisata, dan Kelembagaan Lain
Terkait Pariwisata. Bab 8 (Delapan) adalah Prinsip dan Konsep
Pembangunan Kepariwisataan. Pada bab ini terdiri dari Tantangan dan Isu
Strategis Pembangunan Kepariwisataan, Konsep Pembangunan
Kepariwisataan, Visi, Misi, dan Tujuan. Bab 9 (Sembilan) adalah
Kebijakan dan Staretgi Pembangunan Kepariwisataan. Pada bab ini teridiri
dari Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan, dan Strategi Pembangunan
Kepariwisataan. Bab 10 (Sepuluh) adalah Rencana Pengembangan
Perwilayahan Pariwisata. Pada bab ini teridiri dari Rencana Struktur
Perwilayahan Pariwisata, dan Rencana Kawasa Pengembangan Pariwisata.
Bab 11 (Seblas) adalah Program dan Indikasi Kegiatan Pembangunan
Pariwisata.
BAB 2

KEPARIWISATAAN KABUPATEN BADUNG BALI DALAM


KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

2.1 Kepariwisataan Provinsi atau Kabupaten Badung Bali dalam Kebijakan


Pembangunan Kepariwisataan Nasional
2.2 Kepariwisataan Kabupaten Badung Bali dalam Kebijakan Pembangunan
Kepariwisataan Kabupaten Badung Bali
2.3 Kepariwisataan Kabupaten Badung Bali dalam Kebijakan dan
Pembangunan Wilayah Kabupaten Badung Bali

BAB 3

KONDISI WILAYAH KABUPATEN BADUNG BALI DALAM


MENDUKUNG PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

3.1 Kondisi Fisik


Badung adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia.
Daerah ini juga meliputi Kuta dan Nusa Dua adalah objek wisata yang
terkenal. Ibu kotanya berada di Mangupura, dahulu berada di Denpasar.
Pada tahun 1999 terjadi kerusuhan besar di mana Kantor Bupati Badung di
kawasan Lumintang, Dauh Puri Kaja, Denpasar dibakar sampai rata
dengan tanah. Kini bekas ibukota Kabupaten Badung telah menjadi
Gedung Sewaka Dharma, Kantor Camat Denpasar Utara, Lapangan
Lumintang, serta Taman Kota Denpasar. Seluruh wilayah daratan
Kabupaten Badung dengan luas 418,52 Km² atau 41.852 Ha yang terletak
pada koordinat 08º 14′ 20” – 08º 50′ 48” LS (lintang selatan) dan 115º 05′
00” – 115º 26′ 16” BT (Bujur Timur), dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :

1. Utara : Wilayah Kabupaten Buleleng


2. Timur : Wilayah Kabupaten Bangli
3. Selatan : Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar
4. Barat : Samudera Hindia Wilayah Kabupaten Tabanan

Seluruh wilayah laut sesuai kewenangan Kabupaten Badung dengan jarak


4 mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan dan sejauh jarak garis tengah antar wilayah laut
Kabupaten/Kota yang berdekatan. Kabupaten Badung beriklim tropis yang
bertipe iklim monsun (Am) dengan dua perbedaan musim, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Badung
terjadi akibat dari hembusan angin monsun baratan yang bersifat basah,
lembap, serta banyak membawa uap air penghasil awan hujan dan musim
penghujan biasanya terjadi antara bulan November hingga April dengan
puncaknya biasa terjadi antara bulan Januari ataupun Februari. Sementara
itu, musim kemarau di wilayah Badung berlangsung pada
periode Mei hingga Oktober yang disebabkan oleh tiupan angin monsun
timuran yang bersifat kering dan dingin. Suhu udara di wilayah Badung
bervariasi berdasar ketinggian muka daratannya. Namun, secara umum

suhu udara di wilayah Badung berkisar antara 22°–34°C, kecuali untuk


wilayah perbukitan dan pegunungan yang suhu reratanya umumnya
kurang dari 26°C. Tingkat kelembapan relatif di wilayah Badung biasanya
berkisar antara 50%–90%.

Secara topografis, wilayah Kabupaten Badung memiliki kontur muka


daratan yang beragam. Di wilayah selatan, kontur muka daratan yang
dominan adalah dataran rendah hingga wilayah pesisir pantai. Sementara
itu, wilayah tengah didominasi oleh dataran rendah yang kemudian diikuti
kontur muka daratan perbukitan dan pegunungan di wilayah utara.
Ketinggian muka daratan di Kabupaten Badung bervariasi antara 0 hingga
±2000 mdpl. Berdasarkan ketinggiannya, wilayah kecamatan Kuta
Selatan, Kuta Utara, dan Kuta berada di ketinggian 0–65 mdpl, wilayah
kecamatan Mengwi berada pada ketinggian 0–350 mdpl, wilayah
kecamatan Abiansemal berada di ketinggian 75–350 mdpl, dan wilayah
kecamatan Petang berada di ketinggian antara 250–2075 mdpl.
3.2 Sejarah Sebagai Potensi Pariwisata
Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti
oleh Gusti Ngurah Made Pemucatan pada akhir abad ke-18. Dengan
memiliki keris dan cemeti pusaka, Ia dapat menundukkan Kerajaan
Mengwi dan Jembrana hingga tahun 1810, sampai ia akhirnya diganti oleh
2 orang raja berikutnya. Kematiannya seolah sudah diatur oleh
penerusnya, barangkali saudaranya, Raja Kesiman, yang kemudian
memerintah dan mencapai puncaknya tahun 1829-1863. Kerajaan ini
dipengaruhi oleh kekuatan dari luar Bali dan menggantungkan harapan
kepada Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu. Setelah menyerang
Badung, Belanda menyerbu kota Denpasar, hingga mencapai pintu
gerbang kota, mereka belum mendapatkan perlawanan yang berarti.
Namun tiba-tiba mereka disambut oleh sekelompok orang berpakaian
serba putih, siap melakukan "perang puputan" (mati berperang sampai
titik darah terakhir). Dipimpin oleh raja, para pendeta, pengawal, sanak
saudara, laki-laki perempuan menghiasi diri dengan batu permata dan
berpakaian perang keluar menuju tengah-tengah medan pertempuran.
Puputan dilakukan sesuai ajaran agama Hindu Bali saat itu bahwa tujuan
ksatria adalah mati di medan perang sehingga arwah dapat masuk
langsung ke surga. Menyerah dan mati dalam pengasingan adalah hal yang
paling memalukan.
Sebelum Indonesia merdeka, kekuasaan ada ditangan Belanda. Hal
ini membuat siastem pemeruntahan, politik, sosial dan ekonomi menjadi
berubah. Badung mulai dikenal dalam penulisan sejarah sejak abad 17.
Nama Badung tercantum dalam surat Gubernur Jenderal J.P. Coen kepada
Dewan ke XVII di Belanda, bulan Oktober 1619. Jauh sebelum Belanda
datang sistem pemerintahan di Bali berupa kerajaan. Namun setelah
Belanda menguasi pulau Bali sistem pemerintahannya berganti menjadi
sistem kolonial. Kerajaan-kerajaan di Bali dipecah belah dan diadu domba
oleh pemerintahan kolonial Belanda. Setelah berakhirnya masa penjajahan
pada tahun 1945, banyak perubahan dalam sistem pemerintahan di Bali.
Dengan menjunjung tinggi dasar filosofis Pancasila dan Bhinneka Tunggal
Ika. Tidak hanya terkenal dengan pantai Kuta, kabupaten Badung juga
memiliki keindahan panorama alam pantai lainnya, seperti Pantai
Pandawa, Pantai Legian, Pantai Seminyak, dan Pantai Batu Bolong, yang
tak kalah menakjubkan dari pantai Kuta.

Selain itu, ada pula kekayaan alam dan budaya yang tak kalah
menarik untuk dikunjungi wisatawan di Bali, yaitu Pura Uluwatu, tempat
menikmati tempat ibadah umat Hindu di atas tebing, Sangeh yang khas
dengan hutan dan monyetnya; dan Puri Taman Ayun, tempat keindahan
taman Kerajaan Mengwi. Masyarakat setempat sangat menjaga warisan
budaya dari leluhur. Sehingga meskipun sudah banyak pembangunan,
namun suasa tradisional khas Bali maaih bisa dirasakan. Tak hanya itu,
area pesawahan juga sangat dijaga. Tujuannya jika sawah tetap bertahan,
maka persediaan beras tidak akan kurang.

3.3 Kekayaan Ekologis Sebagai Potensi Pariwisata


Danau Batur yang terletak di Kecamatan Kitamani, Kabupaten
Bangli, merupakan danau terbesar di Pulau Bali. Danau ini menjadi
tumpuan utama secara alami sebagai cadangan air untuk Bali serta
keberadaannya menciptakan ekosistem spesifik di sekitarnya untuk
menjaga keberlangsungan daur hidrologi bagi Bali secara keseluruhan.
Danau Batur merupakan salah satu dari 15 (limabelas) danau yang menjadi
prioritas pemulihan kerusakan danau di Indonesia berdasarkan
kesepakatan Bali tahun 2009 tentang pengelolaan danau berkelanjutan.
Kesepakatan tersebut dideklarasikan atas keprihatinan kondisi ekosistem
danau di Indonesia yang semakin terancam akibat kerusakan dan
pencemaran lingkungan pada daerah tangkapan air (DTA) hingga perairan
danaunya.
Sebagai suatu sistem sumber daya air, perairan ekosistem Danau
Batur mengandung potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang belum
terdata dan terinventarisasi secara memadai dalam rangka pendayagunaan
bagi pengembangan aktivitas pertanian dan perikanan perairan umum.
Pengembangan pertanian dan perikanan Danau Batur mempunyai arti yang
strategis dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar danau,
pelestarian keanekaragaman hayati dan pengembangan pariwisata. Lokasi
sekitar Danau Batur memiliki beragam kondisi topografi dengan tingkat
kemiringan berkisar antara 0 sampai dengan 25%, 25 sampai dengan 40%
dan lebih dari 40%. Selain itu berdasarkan ketinggian dari permukaan air
laut, Danau Batur terletak antara 1000m di atas permukaan laut. Dataran
tertinggi terletak antara 3000m – 4000m diatas permukaan air laut. Luas
permukaan danau mencapai 16,05 km2 dengan luas daerah tangkapan
menurut hitungan pada peta Bakosurtanal sebesar 102,50 km2 (Dinas PU
Prov.Bali). Menurut Kemmeling (1918) dan Stehn (1928), kaldera Batur
merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x 10 km. Kaldera ini tertutup dari
segala arah yang merupakan salah satu kaldera terbesar dan terindah di
dunia. Pematang kaldera ini tingginya berkisar antara 1267m – 2115m
(puncak Gunung Abang). Tekstur tanah pada daerah tangkapan danau
Batur berkisar dari tekstur pasir berlempung sampai lempung berpasir.
Tekstur pasir berlempung tersebar pada daerah sebelah timur dan selatan
danau, yaitu pada penggunaan lahan tegalan (kebun sayur mayur). Pada
penggunan lahan hutan tekstur tanahnya didominasi oleh lempung
berpasir, demikian pula pada daerah sebelah barat dan utara danau.
Danau Batur memiliki potensi yang sangat penting untuk
mendukung kehidupan manusia. Fungsi danau selain sebagai fungsi
ekologi dan kaya dengan keanekaragaman hayati, juga memiliki fungsi
untuk menunjang kehidupan manusia disekitar danau Batur. Danau Batur
memiliki 4 potensi kegiatan utama yaitu pariwisata, perikanan, pertanian
hortikultura dan fungsi lingkungan. Keempat potensi ini tertuang di dalam
RTRW Kabupaten Bangli No. 9 Tahun 2013. Pemanfaatan Danau Batur
sebagai salah satu obyek wisata di Bali berkaitan dengan potensi yang
dimilikinya, yaitu wisata alam dan wisata budaya. Wisata alam merupakan
bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keindahan alam yang
sangat mempesona, dimana Danau Batur berada tepat di kaki Gunung
Batur. Sedangkan wisata budaya, sebagai pendukung wisata alam yang ada
di danau Batur salah satunya adalah desa Trunyan, Desa Trunyan memiliki
ciri khas dan keunikan tradisi dalam melakukan pemakaman mayat,
dimana prosesi orang yang telah meninggal tidak dikubur ataupun dibakar
melainkan diletakkan di bawah pohon yang harum “Taru Menyan”,
sehingga tidak menimbulkan bau sama sekali dan ini menjadi obyek
wisata budaya andalan di Kabupaten Bangli. Disamping itu Danau Batur
juga merupakan salah satu warisan budaya dunia yaitu sebagai Batur
Global Geopark yang diumumkan oleh UNESCO.

Potensi lain yang ada di danau Batur juga adalah fungsi


lingkungan hidup, dimana ekosistem danau Batur merupakan danau alam
yang merupakan sumber air permukaan terbesar di Pulau Bali dengan luas
kawasan kurang lebih 1.667 ha. Disamping itu danau Batur juga memiliki
fungsi sebagai sumber keanekaragaman hayati, baik biota darat maupun
biota air. Berbagai aktivitas yang memanfaatkan ekosistem Danau Batur
diantaranya; sebagai air baku bagi beberapa daerah di Bali, sempadan
danau untuk pertanian, perikanan tangkap dan perikanan budidaya,
pariwisata, sumber plasma nuftah, tempat berlangsungnya siklus hidup
jenis flora dan fauna yang penting, reservoir alam, tempat penyimpanan
kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, memelihara
iklim mikro dimana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi
kelembaban dan tingkat curah hujan setempat, dan tempat sarana
pendidikan. Pemanfaatan Danau Batur yang dilakukan tanpa adanya upaya
pengelolaan menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan di Danau
Batur.

Berbagai permasalahan yang terjadi di pada kawasan Danau Batur :

1. Kerusakan dan penyempitan area hutan


2. Alih fungsi lahan
3. Erosi dan sedimentasi
4. Pencemaran air danau
5. Pemanfaatan air yang berlebihan
6. Eutrofikasi
Kebijakan dan strategi Provinsi Bali dalam pengembangan kawasan
strategis adalah :

1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan


hidup
2. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam
pengembangan perekonomian provinsi yang produktif, efisien, dan
mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional
3. Pelestarian dan peningkatan nilai sosial budaya daerah Bali

Dalam pengelolaan ekosistem danau Batur beberapa program yang


dicanangkan oleh pemerintah provinsi Bali adalah :

1. Masterplan Pengelolaan Ekosistem Danau Batur.


2. RADT Pengelolaan Ekosistem Danau Batur.
3. Kajian Daya Tampung Beban Pencemaran Danau Batur.
4. Grand Design Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Batur.
5. Kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan Danau Batur
tertuang di dalam RTRW Kabupaten.

Adapun upaya lainnya yang harus dilakukan adalah :

1. Melakukan konservasi pada zona penyangga dan hulu yang


menjadi sumber pendangkalan Danau Batur.
2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap
pelestarian Danau Batur.
3. Memulihkan keanekaragaman hayati danau melalui pemantauan
kualitas air danau dan identifikasi biota air.
4. Restorasi dan rehabilitasi kerusakan daerah tangkapan air,
sempadan dan perairan kawasan ekosistem danau Batur.
3.4 Kondisi Sosial Budaya Sebagai Potensi Pariwisata
Di Bali, pariwisata merupakan salah satu sector unggulan selain
sektor pertanian dan industry kecil dan menengah (Wihadanto dan
Firmansyah, 2013). Pariwisata Bali telahtumbuh dan berkembang
sedemikian rupa memberikan sumbangan yang besar terhadap
pembangunan daerah dan masyarakat Bali baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengembangan sektor ini menjad isalah
satu langkah dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat
(Widiastuti,2013). Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota yang ada di Baliuntuk mengembangkan potensi-potensi
local untuk membuat wisatawan domestik maupun mancanegara tetap
tertarik mengunjungi pulau dewata. Pariwisata yang dikembangkan di
Bali adalah pariwisata budaya. Hal ini menjadi salah satu keunikan yang
khas dibandingkan dengan destinasi-destinasi lainnya yang ada
diIndonesia. Penetapan pengembangan pariwisata budaya sesuai dengan
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun2012 tentang
Kepariwisataan Budaya Bali. Peraturan ini menggantikan Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang
Pariwisata Budaya yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
kebijakanke pariwisataan nasional sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Desa wisata
merupakan kegiatan wisata yang ditujukan kepada wisatawan
yang ingin menikmati suasana pedesaan sebagai tempat untuk
beristirahat, sebagai tempat belajar suatu daerah (seperti belajar
menari, melukis,memahat) dan tempat untuk mendapatkan
pengalaman hidup yang berbeda dari daerah asalnya. Konsep
pengembangan desa wisata sejalan dengan program Bali Mandara
yang digagas oleh Gubernur Bali untuk mencetak 100 desa wisata di Bali.
Pengembangan desawisata dianggap menjadi salah satu strategi
dalam memutus rantai kemiskinan dipedesaan. Ekowisata merupakan
bentuk wisata alternatif yang menaruh perhatian besarterhadap
kelestarian sumber daya wisata atau perjalanan wisata alam yang
bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan lokal (TIES dalam Damanik dkk, 2006).
Ekowisata merupakan salah satu tren pariwisata di tahun2015. Konsep ini
berawal dari keprihatinan dunia terhadap kerusakan lingkungan
yang salah satunya diakibatkan oleh pembangunan pendukung
pariwisata. Termasuk juga mulai terkikisnya nilai tradisi dan budaya
lokal akibat komersialisasi wisata. Kota Denpasar merupakan salah
satu daerah yang mengembangkan konsep ekowisata melalui
pengembangan Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
Dengan demikian, kebudayaan menjadi sangat penting perannya bagi
pariwisata. Kebudayaan tidak serta mertahanya dinikmati, tetapi
sekaligus menjadi media untuk membina sikap saling
pengertian,toleransi, dan hormat-menghormati antar bangsa. Derah
Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia mengalami pengembangan dan
peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya sektor pariwisata
di Balimisalnya, tidaklah berarti bahwa seluruh place (desa) telah
tersentuh dan dapat menikmati manfaat dari kegiatan tersebut. Hal ini
sangat terkait dengan potensi wilayah dan pembangunan
infrastruktur yang ada terkait dengan pariwisata, seperti:
akomodasi, jasa transportasi, pelayanan (service), seni danatraksi,
termasuk lingkungan sosiokulturalnya. Desa Adat Kuta merupakan
pioneer dalam perkembangan pariwisata di Bali. Berada diwilayah
selatan, Kuta sangat terkenal dengan pantai pasir putihnya yang indah
dibalut dengan kesenian khas budaya Bali. Potensi yang ada menjadikan
daya tarik bagi wisatawan mancanegara maupun domestik. Kegiatan
yang menjadi favorit wisatawan adalah melihat sunset dan bermain
surfing. Seiring dengan semakin terkenalnya Pantai Kuta, hal tersebut
secara langsung juga menyebabkan arus investasi yang sangat
besar disana, semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kuta
kebutuhan akan akomodasi dan tempat bernaung dalam wisata
menyebabkan hotel-hotel muncul secara tidak terkendali. Tentu saja saja
pembangunan hotel secara tidak terkendali ini menyebabkan dampak
terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, khususnya
masyarakat lokal Kuta. Perkembangan Kawasan pariwisata Kuta
mempengaruhi peran masyarakat yang berada di sekitar Kawasan
terutama penduduk lokal baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam makalah ini akan dibahas dan dianalisis bagaimana dampakdari
perkembangan pariwisata dan pembangunan hotel terhadap
komodifikasi budaya serta struktur ruang sosial masyarakat Kuta.

3.5 Perekonomian
Pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan
ekonomi di negara berkembang (Sukirno, 2002). Pertumbuhan ekonomi
secara regional dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Kabupaten Badung merupakan salah
satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Bali yang mampu memberikan
kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yaitu
menyumbang sebesar Rp 29.178,33 miliar atau 22,56 persen (BPS
Propinsi Bali, 2016). Perkembangan pariwisata membuat wilayah Badung
Selatan dengan perekonomian yang terus berkembang jika dibandingkan
dengan wilayah Badung Utara dan Badung Tengah yang masih didominasi
oleh pertanian, dimana sebagian besar masyarakat wilayah tersebut dengan
mata pencaharian sebagai petani (BPS Kabupaten Badung, 2016). Hal
tersebut yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan yang
berdampak terhadap distribusi pendapatan masyarakat (Rahardja dan
Manurung, 2008). Sebagian besar perekonomian Kabupaten Badung
didominasi oleh lapangan usaha jasa terutama lapangan usaha jasa
pariwisata yang merupakan penunjang perekonomian Kabupaten Badung.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa adanya kemungkinan terjadinya
pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Badung. Berdasarkan uraian
sebelumnya, terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah di
Kabupaten Badung, sehingga diperlukannya penelitian mengenai
identifikasi sektor dan subsektor unggulan pada sektor pertanian untuk
mengetahui potensi wilayah Badung Utara dan Badung Tengah, serta
penelitian mengenai transformasi ekonomi di Kabupaten Badung Bali.

BAB 4

KABUPATEN BADUNG BALI SEBAGAI DESTINASI


PARIWISATA
4.1 Daya Tarik dan Sumber Daya Wisata Khusu Kabupaten Badung Bali
Kabupaten Badung merupakan destinasi Pariwisata di Provinsi
Bali yang di minati oleh banyak wisatawan manca negara. Karena
memiliki daya tarik wisata yang menarik dan unik. Potensi wisata di
badung sangat cukup besar, baik dari wisata alam, wisata buatan, wisata
budaya wisata remaja dan memiliki penunjang pariwisata seperti
akomodasi makan dan minum.

Daya Tarik Wisata yang terdapat di Badung Selatan, yaitu:

 Kawasan Luar Pura Uluwatu


 Pantai Suluban
 Pantai Nyang – Nyang
 Pantai Padang – Padang
 Pantai Labuan Sait
 Pantai Batu Pageh
 Pantai Samuh
 Pantai Geger Sawangan
 Pantai Nusa Dua
 Pantai Tanjung Benoa
 Pelestarian Penyu Deluang Sari
 Taman Rekreasi Hutan Bakau Tanjung Benoa
 Pantai Jimbaran
 Garuda Wisnu Kencana (GWK)
 Pantai Kedonganan
 Pantai Kuta
 Waterboom
 Pantai Legian
 Pantai Petitenget
 Pantai Pandawa
 Pantai Melasti
 Water Blow Peninsula Nusa Dua
 Paralayang Gunung Payung
 Via Ferrata Malini Agro Park

Daya Tarik Wisata yang terdapat di Badung Tengah, yaitu:

 Pantai Canggu
 Pantai Seseh
 Pantai Berawa
 Pura Sada Kapal
 Kawasan Luar Pura Taman Ayun
 Bumi Perkemahan Blahkiuh
 Alas Pala Sangeh
 Tanah Wuk
 Pancoran Solas Taman Mumbul

Daya Tarik Wisata yang terdapat di Badung Utara, yaitu:

 Air Terjun Nungnung


 Wisata Agro Plaga
 Kawasan Luar Pura Puncak Tedung
 Kawasan Pura Kereban Langit
 Bali Elephant Camp
 Kawasan Jembatan Tukad Bangkung
 Taman Bunga Belok/Sidan
 Penglukatan Air Panas Pinikit
 Klinik Sadha Jiwa
 Bali Swing
 Healing Tanah Hyang
 Royal Sporthorse Bali
4.2 Fasilitas Pariwisata
Fasilitas wisata merupakan suatu sarana dan prasarana yang harus ada
atau disediakan oleh suatu daerah untuk kebutuhan wisatawan atau tempat
wisata yang akan di datanginya.

 Pura Taman Ayun


Pura Taman Ayun ini di dirikan pada tahun 1634 oleh Gusti
Ngurah Agung Sakti, fungsi dari pura ini adalah sebagai tempah
ibadah, pura ini di dirikan sebagai sumber irigasi bagi para
pertanian. Terdapat wadah yang menampung genangan air di
sekeliling candi. Genangan air inilah yang biasanya di pakai
petani untuk mengairi pertaniannya.
 Pura Keraban Langit
Pura Keraban Langit berasal dari kata "kerep" dan "langit".
"Kerep" memiliki arti atap, sedangkan "langit" adalah langit.
Untuk itu, pura ini berarti pura yang beratapkan langit. Candi
utama dari Pura Keraban Langit terletak di dalam gua. Banyak
yang mengatakan bahwa air dalam gua tersebut dapat membawa
berkah bagi pasangan yang hendak memiliki anak. Pada bagian
atas gua terdapat lubang, sehingga sinar matahari tetap bisa
masuk ke dalam.
 Pura Puru Sada
Pura Puru Sada Sebagai Cagar Budaya karya I Putu agus Eka
Sanjaya, pura ini berdiri sejak abad ke-12, yakni pada masa
pemerintahan Sri Maharaja Jaya Sakti. Pura Puru Sada
menggunakan struktur Tri Mandala, yang terdiri atas:
 Nisa Mandala (Jaba Sisi)
 Madya Mandala (Jaba Tengah)
 Utama Mandala (Jeroan)
Pada masing-masing mandala, terdapat bangunan suci sebagai
tempat ibadah. Pura Puru Sada juga sempat hancur akibat
gempa bumi di tahun 1917 dan kembali dibangun di tahun
1979.
 Krisna Oleh Oleh Bali
Tempat ini menyediakan beragam produk lokal, mulai dari batik
khas Bali, kerajinan tangan, hiasan, hingga berbagai produk
makanan khas Pulau Dewata. Toko ini juga buka selama 24
jam.
 Pasar Badung
Pasar Badung bisa dibilang merupakan pusat perbelanjaan di
Bali. Pasar yang buka selama 24 jam ini menawarkan berbagai
macam produk, mulai dari makanan hingga cendera
mata. Sebagai pasar terbesar di Pulau Dewata, Pasar Badung
memiliki luas area yang cukup besar dan terdiri dari beberapa
lantai. Di lantai pertama, dapat melihat dan membeli aneka
sayur segar, buah, daging serta makanan ringan khas Bali. Di
lantai kedua, bisa menemukan berbagai macam rempah-rempah
dan tanaman herbal untuk membuat jamu. Sedangkan, di lantai
paling atas, dapat berbelanja kain buatan penduduk Bali,
kerajinan tangan, dan pakaian.
 Pasar Seni Kuta
Pasar Seni Kuta adalah surga belanja untuk para wisatawan
yang ingin berburu oleh-oleh dengan harga yang terjangkau.
Pasar yang mengusung konsep outdoor ini berada di sepanjang
Jalan Bakung Sari hingga Jalan Kartika Plaza. Karena letaknya
yang sangat strategis, pasar ini tak pernah sepi pembeli. Banyak
wisatawan yang berjalan-jalan di sini untuk melihat dan mencari
berbagai macam lukisan, gantungan kunci, pakaian, dan produk
lokal lainnya. Ketika berjalan-jalan di pasar ini, wisatawan bisa
sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan Pantai
Kuta yang eksotis, juga bisa mencoba berbagai macam kuliner
khas Bali di restoran maupun penjaja makanan di sekitar area
ini.

4.3 Fasilitas Umum Pendukung Pariwisata


Kabupaten Badung memiliki banyak tempat wisata yang terkenal,
mulai dari pantai hingga desa wisata. Mendatangi tempat ini membuat
banyak wisatawan merasa puas atas lengkapnya fasilitas disana dan mudah
untuk di dapatkan. Dengan fasilitas umum yang memadai, Kabupaten
Badung menjadi daerah yang lebih nyaman dan menyenangkan untuk
dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan dan memberikan dampak positif bagi
perekonomian lokal.

1. Toilet Umum: Pemerintah daerah telah membangun toilet umum


yang mudah diakses oleh wisatawan di sejumlah tempat wisata di
Kabupaten Badung. Toilet umum ini biasanya tersedia secara gratis
atau dengan biaya yang terjangkau.
2. Tempat Parkir: Kabupaten Badung memiliki tempat parkir yang
memadai untuk mobil dan sepeda motor di sejumlah tempat wisata
dan pusat kota. Tempat parkir ini dirancang untuk memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan yang membawa
kendaraan pribadi.
3. Pusat Informasi Wisata: Pemerintah daerah telah membangun
pusat informasi wisata yang mudah diakses oleh wisatawan di
sejumlah tempat wisata dan pusat kota. Pusat informasi wisata ini
memberikan informasi tentang tempat wisata, kuliner, transportasi,
dan penginapan di Kabupaten Badung.
4. Tempat Ibadah: Kabupaten Badung memiliki berbagai tempat
ibadah, seperti pura dan gereja, yang dapat dikunjungi oleh
wisatawan yang ingin mengenal budaya dan agama lokal.
5. Taman: Pemerintah daerah telah membangun berbagai taman yang
dapat dinikmati oleh wisatawan di Kabupaten Badung, seperti
Taman Ayodya dan Taman Kumbasari. Taman-taman ini
menyediakan tempat yang nyaman untuk bersantai dan menikmati
pemandangan.
6. Pusat Perbelanjaan: Kabupaten Badung memiliki berbagai pusat
perbelanjaan, seperti mal dan pasar tradisional, yang menyediakan
berbagai produk lokal dan internasional. Pusat perbelanjaan ini
menjadi tempat yang menyenangkan bagi wisatawan untuk
berbelanja atau sekadar berjalan-jalan.
7. Fasilitas Kesehatan ada 14
8. Fasilitas Pendidikan ( SD ) ada 7
9. Fasilitas Pendidikan ( SMP ) ada 9
10. Fasilitas Pendidikan ( SMA/SMK ) ada 11
11. Fasilitas pendidikan ( Perguruan Tinggi ) ada 1
12. PerBank-kan ada banyak
13. Fasilitas hiburan ada 10

4.4 Aksesibilitas Pendukung Pariwisata


Untuk meningkatkan aksesibilitas bagi wisatawan, pemerintah daerah
telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan infrastruktur pendukung
pariwisata di daerah ini.
1. Transportasi: Pemerintah daerah telah membangun beberapa jalan
baru yang menghubungkan daerah wisata utama di Kabupaten
Badung, seperti Seminyak, Kuta, dan Nusa Dua. Selain itu,
transportasi publik seperti angkutan umum, taksi, dan ojek juga
tersedia di daerah ini.
2. Akomodasi: Kabupaten Badung memiliki berbagai pilihan
akomodasi, mulai dari hotel mewah hingga penginapan murah.
Banyak dari akomodasi ini berada di dekat tempat-tempat wisata
utama seperti pantai dan kuil-kuil.
3. Fasilitas Publik: Pemerintah daerah telah membangun berbagai
fasilitas publik di Kabupaten Badung, seperti toilet umum, tempat
parkir, pusat informasi wisata, dan tempat ibadah.
4. Pengembangan Destinasi Wisata: Pemerintah daerah terus
mengembangkan destinasi wisata baru di Kabupaten Badung,
seperti Waterbom Bali dan Pantai Pandawa. Hal ini bertujuan
untuk menarik wisatawan ke daerah ini dan memberikan
pengalaman yang berbeda.
5. Akses Internet: Koneksi internet yang stabil dan cepat kini tersedia
di banyak tempat di Kabupaten Badung, sehingga memudahkan
wisatawan untuk berkomunikasi dan mencari informasi tentang
tempat wisata.

4.5 Prasarana Umum Pendukung Pariwisata


Badung adalah salah satu kabupaten di Bali yang terkenal dengan
wisata pantai dan keindahan alamnya. Semua prasarana umum pendukung
pariwisata ini sangat penting untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke
Badung, Bali. Berikut adalah beberapa contoh prasarana umum pendukung
pariwisata di Badung, Bali:

1. Bandara Internasional Ngurah Rai - Bandara yang terletak di


daerah Tuban, Kuta, Badung ini merupakan pintu masuk utama
bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali.
2. Pelabuhan Benoa - Pelabuhan yang terletak di daerah Benoa,
Badung ini merupakan pelabuhan utama untuk kapal pesiar dan
juga kapal feri yang menghubungkan Bali dengan pulau-pulau
sekitarnya.
3. Jalan Raya Kuta - Jalan raya utama yang menghubungkan antara
bandara Ngurah Rai dengan kawasan wisata Kuta, Legian, dan
Seminyak. Jalan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti
toko, restoran, dan hotel.
4. Hotel dan Akomodasi - Terdapat banyak pilihan hotel dan
akomodasi di Badung yang dapat memenuhi kebutuhan para
wisatawan. Beberapa contohnya adalah Hotel Grand Hyatt Bali,
The Laguna Resort & Spa, dan Courtyard by Marriott Bali
Seminyak.
5. Restoran dan Kafe - Terdapat banyak restoran dan kafe yang
menyajikan berbagai jenis makanan dan minuman di Badung,
seperti di kawasan Seminyak, Legian, dan Kuta.
6. Tempat Wisata - Badung memiliki banyak tempat wisata yang
menarik, seperti Pantai Kuta, Pantai Seminyak, Tanah Lot, Garuda
Wisnu Kencana Cultural Park, dan Waterbom Bali.
7. Pusat Informasi Wisata - Terdapat banyak pusat informasi wisata
yang dapat memberikan informasi tentang tempat-tempat wisata
dan acara-acara yang berlangsung di Badung, seperti di pusat
informasi wisata di kawasan Kuta, Legian, dan Seminyak.

4.6 Penduduk Sebagai Potensi Sumber Daya Manusia Pariwisata


Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya manusia
dalam industri pariwisata di Badung, Bali. Hal ini karena penduduk
setempat dapat menjadi tenaga kerja dalam industri pariwisata, baik
sebagai pengelola hotel, restoran, pusat perbelanjaan, hingga sebagai
pemandu wisata atau tour guide. Selain itu, penduduk juga dapat menjadi
sumber inspirasi bagi para wisatawan untuk mengenal budaya dan adat
istiadat Bali. Budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh penduduk
setempat dapat menjadi daya tarik wisata yang unik dan menarik bagi
para wisatawan.
Dalam hal ini, penting bagi pemerintah dan pengelola industri
pariwisata di Badung, Bali untuk memberikan pelatihan dan pendidikan
kepada penduduk setempat agar mereka memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang memadai dalam melayani para wisatawan. Selain itu,
pemerintah juga harus berperan dalam memperhatikan kesejahteraan dan
hak-hak para pekerja pariwisata, termasuk para penduduk setempat.
Dengan memanfaatkan potensi sumber daya manusia penduduk setempat
secara optimal, diharapkan dapat meningkatkan kualitas industri
pariwisata di Badung, Bali serta memberikan manfaat yang signifikan
bagi penduduk setempat dan perekonomian daerah.
BAB 5

INDUSTRI PARIWISATA

5.1 Usaha Pariwisata


Usaha pariwisata di Badung, Bali merupakan salah satu sektor utama
dalam perekonomian daerah. Pariwisata di Badung terkenal dengan pantai-
pantai indah, keindahan alam, budaya dan tradisi yang kaya, serta beragam
jenis aktivitas wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Beberapa usaha
pariwisata yang berkembang di Badung, Bali antara lain:

1. Pengelolaan hotel dan villa: Badung memiliki sejumlah hotel dan


villa yang menawarkan penginapan berkualitas dan layanan yang
memuaskan bagi para wisatawan.
2. Pusat perbelanjaan: Badung memiliki sejumlah pusat perbelanjaan
terbesar di Bali seperti Beachwalk Shopping Centre, Discovery
Shopping Mall, dan Mall Bali Galeria yang menawarkan beragam
produk dari merek internasional dan lokal.
3. Restoran dan kafe: Badung juga memiliki banyak pilihan restoran
dan kafe yang menawarkan beragam jenis kuliner mulai dari
makanan lokal hingga internasional.
4. Pemandu wisata: Para wisatawan dapat menggunakan jasa
pemandu wisata untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di
Badung, Bali. Pemandu wisata biasanya merupakan penduduk
setempat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang
objek wisata di sekitar Badung.
5. Aktivitas wisata: Badung juga menawarkan berbagai jenis aktivitas
wisata seperti surfing, snorkeling, diving, trekking, dan bersepeda.
Para wisatawan dapat memilih aktivitas wisata yang sesuai dengan
minat dan kemampuan mereka.
Dalam mengembangkan usaha pariwisata di Badung, perlu dilakukan
upaya pengembangan infrastruktur, peningkatan kualitas pelayanan, serta
pemeliharaan kelestarian alam dan budaya setempat agar pariwisata di
Badung dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang signifikan
bagi penduduk setempat dan perekonomian daerah.

5.2 Usaha Kecil dan Menengah Pendukung Pariwisata


Usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peran penting sebagai
pendukung industri pariwisata di Badung, Bali. Beberapa usaha kecil dan
menengah yang menjadi pendukung pariwisata di Badung, Bali antara lain:

1. UMKM kuliner

UMKM kuliner seperti warung makan dan kafe menjadi tempat


wisatawan untuk mencicipi kuliner khas Bali. Mereka menawarkan
makanan dan minuman lokal dengan harga terjangkau dan
mempertahankan cita rasa tradisional Bali.

2. UMKM kerajinan tangan

Badung, Bali terkenal dengan kerajinan tangan yang khas seperti


tenun, ukiran kayu, keramik, dan perak. UMKM kerajinan tangan ini
menawarkan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga yang
terjangkau. Produk-produk ini menjadi oleh-oleh yang banyak dicari
oleh wisatawan.

3. UMKM souvenir

UMKM souvenir di Badung, Bali menawarkan produk-produk


berupa cenderamata atau suvenir yang mengingatkan wisatawan akan
liburan mereka di Bali. Produk-produk suvenir ini meliputi kaos, topi,
tas, kalung, dan lain-lain.
4. UMKM transportasi

UMKM transportasi seperti penyewaan sepeda motor, mobil, dan


ojek menjadi pilihan untuk wisatawan yang ingin menjelajahi Bali
secara mandiri. Mereka menawarkan harga yang terjangkau dan juga
menyediakan tour guide yang handal.

Untuk mendukung pertumbuhan UMKM pendukung pariwisata di


Badung, Bali, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas produk
dan pelayanan, mempromosikan produk UMKM secara lebih luas, serta
memberikan pelatihan dan pendidikan bagi para pelaku UMKM agar dapat
mengelola usaha mereka dengan lebih baik. Selain itu, pemerintah juga
dapat memberikan dukungan finansial dan non-finansial untuk membantu
pengembangan UMKM pendukung pariwisata di Badung, Bali.

BAB 6
PASAR PARIWISATA DAN UPAYA PEMASARAN

6.1 Jumlah dan Perkembangan Pasar Wisatawan


Badung adalah salah satu kabupaten di Bali yang memiliki banyak
destinasi wisata yang terkenal di seluruh dunia, seperti Kuta, Seminyak, dan
Nusa Dua. Pasar wisatawan di Badung telah berkembang pesat selama
beberapa tahun terakhir. Menurut data dari Badung Tourism Office, pada
tahun 2019, Badung telah menerima sekitar 6,3 juta wisatawan, yang terdiri
dari 4,4 juta wisatawan mancanegara dan 1,9 juta wisatawan domestik.
Namun, pada tahun 2020, jumlah wisatawan turun drastis karena pandemi
COVID-19, dan hanya ada sekitar 1,7 juta wisatawan yang datang ke Badung.

Namun, Badung tetap menjadi salah satu tujuan wisata yang populer
di Indonesia, dan jumlah wisatawan diharapkan akan meningkat setelah
pandemi berakhir. Pemerintah Kabupaten Badung terus melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan infrastruktur dan fasilitas pariwisata untuk
menarik lebih banyak wisatawan ke daerah tersebut. Dari sisi perkembangan
pasar wisatawan, Badung juga terus berinovasi dengan menawarkan berbagai
jenis paket liburan yang menarik seperti water sport, edukasi budaya,
olahraga ekstrem, dan lain-lain. Selain itu, Badung juga terus meningkatkan
kualitas dan jumlah akomodasi untuk memenuhi permintaan para wisatawan.

6.2 Karakteristik Pasar Wisatawan


Pasar wisatawan Badung Bali memiliki beberapa karakteristik namun,
perlu dicatat bahwa karakteristik ini dapat berubah sesuai dengan
perkembangan trend dan permintaan pasar, berikut karakteristik yang dapat di
jelaskan:

1. Dominasi wisatawan mancanegara: Wisatawan mancanegara menjadi


dominan di pasar wisatawan Badung Bali, dengan sekitar 70% wisatawan
berasal dari luar negeri. Wisatawan mancanegara yang datang ke Badung
Bali berasal dari berbagai negara seperti Australia, China, Jepang, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat.
2. Wisatawan yang mencari liburan pantai dan keindahan alam: Salah satu
karakteristik pasar wisatawan Badung Bali adalah wisatawan yang
mencari liburan pantai dan keindahan alam. Wisatawan banyak tertarik
untuk mengunjungi tempat-tempat seperti Kuta, Seminyak, Nusa Dua, dan
Pantai Jimbaran, yang terkenal dengan keindahan pantainya.
3. Minat pada budaya dan tradisi Bali: Selain liburan pantai, wisatawan juga
tertarik untuk mengenal budaya dan tradisi Bali. Pariwisata budaya Bali
menawarkan keindahan seni tari, musik, seni lukis, kerajinan tangan, serta
upacara keagamaan yang sangat menarik bagi wisatawan.
4. Berkembangnya pariwisata halal: Badung Bali juga mengalami
perkembangan dalam pariwisata halal, dengan semakin banyaknya
wisatawan muslim yang datang ke Bali. Kebutuhan akan makanan halal,
fasilitas sholat, dan penginapan yang ramah muslim semakin meningkat
dan Badung Bali berusaha memenuhi permintaan ini.
5. Wisatawan yang mencari pengalaman yang unik: Wisatawan di Badung
Bali cenderung mencari pengalaman yang unik dan berbeda, seperti
melakukan water sport, berbelanja di pasar tradisional, mengunjungi pura,
hingga menikmati kuliner lokal. Hal ini juga mendorong perkembangan
wisata petualangan dan budaya yang semakin berkembang di Badung Bali.

6.3 Upaya Pemasaran yang Dilakukan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten


Badung Bali
BAB 7

KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN

7.1 Sumber Daya Manusia Pariwisata


7.2 Asosiasi Pariwisata
7.3 Kelembagaan Pemerintah Terkait Pariwisata
7.4 Kelembagaan Lain Terkait Pariwisata

BAB 8

PRINSIP DAN KONSEP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

8.1 Tantangan dan Isu Strategis Pembangunan Kepariwisataan


8.2 Prinsip Pembangunan Kepariwisataan
8.3 Konsep Pembangunan Kepariwisataan
8.4 Visi
Visi pembangunan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam pasal
3 huruf b yaitu terwujudnya Destinasi Pariwisata yang berkualitas, berdaya
saing global, berkelanjutan, dan berbasis budaya lokal berdasarkan Tri
Hita Karana.

8.5 Misi
Misi pembangunan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 huruf b meliputi :

a. Mengembangkan Daerah sebagai Destinasi Pariwisata berkualitas yang


memiliki DTW alam, budaya, dan buatan, sehingga memberikan
pengalaman yang berkesan bagi wisatawan.
b. Mengembangkan Industri Pariwisata Daerah yang berdaya saing global
melalui peningkatan kualitas produk, layanan, kepedulian terhadap
lingkungan alam, sosial dan budaya, sertifikasi dan akreditasi usaha kecil
dan menengah yang mempertimbangkan daya dukung.
c. Meningkatkan citra Kepariwisataan sebagai Destinasi Pariwisata
berkualitas melalui Pemasaran Pariwisata yang terpadu dan inovatif
dengan target pasar Wisatawan berkualitas.
d. Mewujudkan tata kelola Kepariwisataan secara integrasi dan berbasis
Masyarakat didukung oleh sumber daya manusia yang profesional.

8.6 Tujuan
a. Destinasi Pariwisata :
1. Mewujudkan Destinasi Pariwisata Daerah yang bersih, indah,
aman dan nyaman sebagai basis keunggulan daya saing
kepariwisataan;
2. Meningkatkan keragaman DTW serta terwujudnya perkembangan
Pariwisata secara merata sesuai daya dukung;
3. Meningkatkan kualitas higiene dan sanitasi, kelestarian lingkungan
dan keanekaragaman hayati, serta kelestarian budaya untuk
meningkatkan citra destinasi;
4. Meningkatkan aksesibilitas dan daya dukung kawasan; dan
5. Meningkatkan kontribusi Pariwisata bagi pelestarian tradisi dan
budaya, peningkatan kapasitas sosial dan perekonomian
masyarakat lokal secara berkeadilan.
b. Industri Pariwisata :
1. Mewujudkan struktur Industri Pariwisata yang kuat dan produk
Pariwisata berdaya saing tinggi serta berkelanjutan;
2. Mewujudkan manajemen dan pelayanan Usaha Pariwisata yang
kredibel dan berdaya saing tinggi; dan
3. Meningkatkan kesempatan berusaha dan akses pasar terhadap
produk industri kecil dan menengah dan usaha Pariwisata skala
mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal.
c. Pemasaran Pariwisata :
1. Meningkatkan citra Kepariwisataan Daerah sebagai Destinasi
Pariwisata yang aman, nyaman, dan berdaya saing tinggi; dan
2. Menciptakan komunikasi dan relasi yang baik dengan Wisatawan
dan pasar-pasar utama serta semakin bertumbuhnya pasar baru
yang sedang berkembang guna meningkatkan jumlah kunjungan
Wisatawan secara berkelanjutan.
d. Kelembagaan Pariwisata :
1. Mengoptimalkan peran organisasi Kepariwisataan baik di
lingkungan Pemerintah Daerah maupun swasta sebagai pilar
strategis pembangunan Kepariwisataan yang berdaya saing dan
berkelanjutan;
2. Mewujudkan sumberdaya manusia pariwisata di lingkungan
pemerintah yang berkemampuan tinggi dan profesional, serta di
tingkat dunia usaha dan masyarakat yang kompeten dan
mempunyai kemampuan kewirausahaan;
3. Mewujudkan tatakelola Kepariwisataan yang baik dan bertanggung
jawab, mencakup aspek perencanaan, koordinasi, implementasi,
dan pengendalian; dan
4. Membangun jejaring kerja dan kerjasama yang harmonis antar
pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas
pengelolaan Pariwisata.
BAB 9

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


KEPARIWISATAAN

9.1 Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan


9.2 Strategi Pembangunan Kepariwisataan

BAB 10

RENCANA PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN PARIWISATA

10.1 Rencana Struktur Perwilayahan Pariwisata


10.2 Rencana Kawasan Pengembangan Pariwisata dan Kawasan Strategis
Pariwisata

BAB 11

PROGRAM DAN INDIKASI KEGIATAN PEMBANGUNAN


KEPARIWISATAAN

DATAR PUSTAKA

RENSTRA DISPAR 2021-2026.pdf (badungkab.go.id)


Kabupaten Badung - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Daya Tarik Wisata | Dispar Badung (badungkab.go.id)
Sejarah Kabupaten Badung, Kini Jadi Pusat Wisata di Bali, Dulu Seperti Apa? -
Suarabali.id

View of Analisis Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Kelurahan Legian Kuta,


Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Dari Sisi Pariwisata (mahadewa.ac.id)

Pertumbuhan Ekonomi Bali 2022, Ini Proyeksinya (bisnis.com)

Pengelolaan Ekosistem Danau Batur | (menlhk.go.id)

10 Pura Yang Ada di Kabupaten Badung Beserta Lokasinya (detik.com)

Mau Belanja Oleh-Oleh di Bali? Kunjungi 7 Tempat Ini! - Indonesia Travel

https://dispar.badungkab.go.id/storage/files/Perda-No.-17-Tahun-2016.pdf

Kabupaten Badung - Info Area (pinhome.id)

Anda mungkin juga menyukai