Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

Pendidikan Agama Kristen

Dosen: Samuel Gunawan

Disusun oleh:
Nama: Given Angeline Vredes M.
Kelas: 1BA03 NPM: 22230093
Fakultas/Prodi: Ilmu Komunikasi
Mata Kuliah: Pendidikan Agama Kristen
Dosen: Samuel Gunawan

UNIVERSITAS GUNADARMA

AKMRTV JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur, saya panjatkan kepada Tuhan Yesus, karena atas berkat dan
anugerah-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan makalah mengenai “Kehidupan-
kehidupan Kristen”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen dan mengajak orang Kristen untuk hidup
kudus sesuai firman yang Ia ajarkan.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Samuel Gunawan selaku dosen mata
kuliah Pendidikan Agama Kristen. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena, pengetahuan, pengalaman dan waktu yang terbatas. Namun, saya telah
berusaha dan bekerja keras supaya makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan
kiranya kita semua dapat menjadi orang Kristen yang taat kepada Allah dan Firman Tuhan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 2
C. Tujuan ………………………………………………………………………3
D. Manfaat ……………………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Bersukacita di dalam Tuhan……………………………………………………4
B. Sukacita dari Allah kepada bangsa Israel.…………………………………...5
C. Hati yang Gembira adalah Obat…………………………………………………..6
D. Bersukacita menurut Alkitab ………………………………………………..7
E. Sukacita dalam pengharapan ………………………………………………..9
BAB III PEMBAHASAN 11
A. Hasil Penelitian………………………………………………………………11
B. Pembahasan…………………………………………………………………. 14
BAB IV PENUTUP 20
A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidup bahagia adalah salah satu hal penting yang selalu diimpikan dan dirindukan

semua manusia. Dalam kehidupan manusia setiap hari, tentu ada berbagai macam usaha

yang dilakukan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati. Tak heran, manusia kerap

menggunakan berbagai cara untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Bahkan manusia mulai

melupakan Kristus karena melakukan sesuatu atau pekerjaan yang bertentangan dengan

ajaran gereja dan Kristus adalah sumber kebahagiaan. Manusia tidak lagi melihat Kristus

sebagai Tuhan yang mereka percayai. Manusia juga sudah tidak lagi membentuk kebiasaan

untuk selalu mengandalkan Tuhan setiap hari dalam hidup mereka.

B. Perumusan Masalah

Pada bagian ini, penulis memaparkan persoalan-persoalan pokok yang akan menjadi

titik acuan bagi penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai tema dan membantu mendalami

tema tersebut. Persoalan-persoalan tersebut dirumuskan dalam bentuk beberapa pertanyaan

yakni sebagai berikut:

1. Apa itu bersukacita dalam Alkitab?


2. Bagaimana caranya agar kita selalu bersukacita?
3. Mengapa kita harus bersukacita dalam pengharapan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Memahami apa itu bersukacita dalam Alkitab


2. Memberi wawasan tentang sukacita kehidupan yang sebenarnya
3. Mengetahui makna dan pentingnya bersukacita dalam pengharapan
BAB II

PEMBAHASAN

Sukacita

A. Bersukacita di dalam Tuhan

Dalam Alkitab berulang-ulang dikatakan, “bersukacitalah di dalam Tuhan,


bersukacitalah di dalam Tuhan.” Pemazmur juga mengatakan, “Tuhan adalah
kegembiraanku,” artinya bahwa Tuhan menjadi sumber sukacita kita. Sikap hati seperti ini
harus kita kembangkan di dalam diri kita walaupun sungguh sangat tidak mudah, Sementara
persoalan-persoalan yang kita hadapi di depan mata sangat berat. Tetapi kita harus menuruti
Firman ini. Sebab dengan kita bersukacita di dalam Tuhan berarti kita mengakui dan
menganggap bahwa Allah lebih besar dari segala hal, Allah lebih besar dari segala
sesuatu. Kalau kita tenggelam dengan persoalan, pergumulan, menjadi dukacita, berarti kita
menganggap Allah itu kecil, dan Allah tidak mengasihi kita.

Kita ingat Tuhan memberikan Firman-Nya kepada kita, “bersukacitalah di dalam


Tuhan.” Dan ini menjadi petualangan yang hebat, yang luar biasa di dalam hidup kita.
Ketika kita bersukacita di dalam Dia, Memuliakan Allah bukan hanya dengan syair lagu
dan nyanyian, melainkan dengan sikap hidup. Makin besar masalah kita, makin
terancam keadaan kita, tetapi kita makin bersukacita; Allah dimuliakan, Allah ditinggikan.
Itu berarti kita juga mengakui Allah itu baik. Tuhan tentu tidak membuat kita celaka, kecuali
kita memang hidup di dalam dosa. Kalau kita hidup benar—paling tidak kita belajar terus
untuk hidup benar—Tuhan pasti melindungi kita. Dengan sikap seperti itu maka bisa terjalin
hubungan yang harmoni dengan Allah karena kita memercayai Pribadi-Nya.
B. Sukacita dari Allah kepada bangsa Israel

Sejarah Kerajaan Allah—yaitu perjalanan hidup bangsa Israel—memberikan


kepada kita pelajaran yang berharga, bagaimana Allah sebagai Bapa memelihara anak-anak-
Nya. Memang tidak selalu dibawa kepada keadaan yang aman dan nyaman. Sering Tuhan
mengizinkan bangsa Israel, bahkan membawa bangsa Israel, kepada keadaan-keadaan yang
sulit. Mereka dibawa ke seberang Laut Teberau, sementara Firaun bersama algojo-algojo
dan tentara-tentaranya memburu mereka dan mereka ada di antara dua bukit. Bangsa Israel
tidak bisa ke kanan tidak bisa ke kiri, tetapi justru di situlah Tuhan mau menunjukkan
kemuliaan dan kebesaran-Nya. Tuhan juga membawa mereka ke tempat di mana tidak ada
air. Kalau ada pun, airnya pahit. Namun jangan kita lupa, Tuhan tidak mungkin memberi
kita hal yang pahit supaya kita mati, tetapi memberi hal yang pahit supaya kita sehat.

Ia membawa kita kepada keadaan-keadaan yang sulit, yang terjepit, dalam ancaman
dan bahaya, dalam kesulitan dan kekurangan; usaha merosot, bisnis sepi; atau masalah
lainnya, tetapi di situ kita diajar untuk percaya kepada Pribadi Allah. Bukan percaya kepada
sesuatu yang kita harapkan untuk terwujud, yakin yang kita ingini dapat terwujud, yakin
apa yang kita gapai, kita tangkap, bukan itu. Objek percaya kita bukan sesuatu yang kita
ingini, tetapi Pribadi Allah. Makin berat perkara kita, makin sukar, makin pelik, makin
besar Allah yang kita alami, makin dahsyat pengalaman yang kita bisa terima.
C. Hati yang gembira adalah obat

Bersukacita dalam Tuhan berarti kita yakin Allah itu besar, Allah itu baik dan
membangun hubungan yang harmoni kita dengan Dia. Sebab kalau hubungan tidak disertai
dengan rasa saling percaya, tidak mungkin. Dalam hal ini kita memercayai Allah bahwa Dia
bisa dipercayai. Allah juga memandang kita sebagai anak-anak-Nya yang bisa dipercayai.
Kapan kita bisa dipercayai? Pertama, waktu kita hidup benar; kedua, ketika kita rela
mempersembahkan apa pun untuk kepentingan Kerajaan Surga. Dan ketiga, ketika
kita tidak merugikan, tidak menyakiti, tidak melukai orang lain.

Makin berat perkara kita, makin sukar, makin pelik, makin besar Allah yang
kita alami, makin dahsyat pengalaman yang kita bisa terima. Maka kita mau
bersukacita di dalam Tuhan, apa pun yang terjadi. Yang penting kita jangan berbuat dosa,
jangan melukai Allah. Dengan bersukacita di dalam Tuhan kita pasti jadi panjang umur,
enzim-enzim kita tidak mati. Kalau kita takut, kita khawatir, kita cemas, maka enzim-enzim
positif kita bisa mati. Tetapi kalau kita sukacita seperti Firman Tuhan katakan, ‘hati yang
gembira adalah obat’; kita punya obat setiap hari, yaitu ‘sukacita’. Kita minta ampun
kepada Tuhan atas sikap kita yang tidak patut kepada-Nya. Kita menjadi susah hati, kusut,
stress, depresi dan lain-lain karena masalah-masalah berat.

D. Bersukacita menurut Alkitab

Kegembiraan verbal yang menyenangkan atau umum menunjukkan bahwa


seseorang sedang dalam suasana hati yang baik. Dalam Alkitab, perasaan ini digambarkan
sebagai sukacita. Sukacita itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari iman, pengharapan dan
kasih. Bersukacita dalam Tuhan berarti kita yakin Allah itu besar, Allah itu baik dan
membangun hubungan yang harmoni kita dengan Dia. Sebab kalau hubungan tidak disertai
dengan rasa saling percaya, tidak mungkin. Dalam hal ini kita memercayai Allah bahwa Dia
bisa dipercayai.
E. Sukacita dalam pengharapan

Habakuk 3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki
rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. Biasanya orang hanya bisa bersukacita
ketika segala sesuatu berjalan dengan lancar, keluarga baik-baik saja, tubuh sehat, pekerjaan
maju, pelayanan berjalan dengan damai. Akan tetapi ketika pencobaan mulai datang, dan
ujian ada di depan kita, seringkali banyak orang kehilangan sukacitanya. Akan tetapi kalau
kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, maka kita akan bisa tetap bersukacita
melalui pencobaan, kesulitan, dan permasalahan yang terjadi dalam hidup kita.

Habakuk 3:17-18 mengatakan: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur
tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak
menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada
lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di
dalam Allah yang menyelamatkan aku.” Inilah yang dinamakan dengan ‘sukacita
sekalipun.’ Saat kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, maka sukacita yang kita
rasakan sumbernya dari Tuhan, bukan dari pohon anggur yang berbuah, pohon zaitun yang
menghasilkan, kambing domba yang banyak. Bukan!

Kelanjutan dari tulisan nabi Habakuk itu adalah “Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia
membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” (ayat 19).
Kekuatan dari Tuhan inilah yang memberikan sukacita yang tidak tergantung situasi kondisi
dalam hidup kita. Sebab sumber sukacita kita didasarkan pada pengharapan di dalam Tuhan
yang pasti akan menyelamatkan kita, sehingga apapun masalah dan pergumulan yang terjadi
dalam hidup kita, tidak bisa merampas sukacita ilahi yang Tuhan berikan dalam hati kita.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:


Bersukacitalah!" Filipi 4:4. Bagaimanakah caranya agar kita dapat senantiasa bersukacita?
Kata kunci di sini adalah "dalam Tuhan." Di luar Tuhan mustahil kita dapat senantiasa
bersukacita.
Bersukacita merupakan sebuah perasaan dan pilihan yang tidak terus menerus kita
rasakan. Mustahil dan tidaklah sehat bila kita selalu bersukacita apa pun kondisi yang kita
hadapi. Itu sebabnya Firman Tuhan menegaskan, "ada waktu untuk menangis, ada waktu
untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari." (Pengkhotbah 3:4).
Lantas, bagaimana caranya agar kita selalu bersukacita?

1. Beriman
"Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan
pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7) Orang yang bersukacita dalam Tuhan
adalah orang yang menyandarkan hidupnya pada Tuhan. Ia tahu bahwa Tuhan
berkuasa dan mengasihinya; jadi, Tuhan mampu melakukan segalanya dan akan
memberi yang terbaik kepadanya. Ia damai sebab Ia tahu siapakah yang memelihara
hidupnya.
2. Bersyukur
"Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal
dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik
dalam hal kenyang maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan
maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13) Orang yang bersukacita menerima porsi
kehidupannya sebab ia tahu bahwa Tuhan memberi tepat dan sesuai dengan rencana-
Nya yang terbaik. Ia belajar menerima rencana Tuhan dalam hidupnya dan
bergantung pada kekuatan Tuhan untuk memampukannya menerima.

3. Baik hati
"Hendaklah kebaikan hatimu diketahui oleh semua orang. Tuhan sudah dekat."
(Filipi 4:5) Orang yang bersukacita adalah orang yang baik; ia murah hati sebab ia
tahu bahwa apa pun yang ada padanya merupakan pemberian Tuhan. Ia memberi
sebab ia yakin pada pemeliharaan Tuhan atas hidupnya. Memberi tidak akan
membuatnya kekurangan, sebaliknya, memberi membuatnya menerima lebih dari
Tuhan. Baik Hati

4. Bersih
"Jadi akhirnya saudara saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang
adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8) Orang
yang bersukacita adalah orang yang berpikiran dan berhati bersih. Ia tidak mengisi
benaknya dengan yang najis; sebaliknya, ia mengisi pikirannya dengan muatan yang
indah dan bersih.
B. Pembahasan

Jika sukacita kita bertambah, manfaat yang kita dapatkan juga bertambah. Misalnya,
Tuhan Yesus akan berkenan pada kita jika kita terus melayani Dia dengan bersukacita
meski ada banyak masalah. Kalau kita benar-benar bersukacita, kita tahu bahwa hal-hal
materi bukanlah yang terpenting. Kita pun akan membuat lebih banyak pengorbanan
demi Kerajaan Allah. (Mat. 13:44) Saat kita melihat hasil baik dari pengorbanan kita,
kita akan semakin bersukacita dan merasa puas, serta membuat orang lain bahagia.—
Kis. 20:35; Flp. 1:3-5.

Bersukacita juga bisa membuat kita lebih sehat. Seorang peneliti di bidang kesehatan
dari University of Nebraska, di Amerika Serikat, berkata, ”Jika Anda bahagia dan puas
sekarang, Anda kemungkinan besar akan lebih sehat di masa depan.” Kata-katanya
cocok dengan apa yang Alkitab katakan: ”Hati yang gembira itu obat yang manjur.”
—Ams. 17:22.

Jadi, walaupun kita hidup di masa yang sulit, kita bisa bersukacita jika kita menerima
kuasa kudus Allah. Untuk mendapatkannya, kita perlu terus berdoa serta belajar dan
merenungkan Firman Allah. Kita juga perlu merenungkan berkat-berkat dari Allah
meniru iman hamba-hamba-Nya, dan melakukan kehendak-Nya. Dengan begitu, kita
akan merasakan benarnya kata-kata di Mazmur 64:10 ini: ”Orang benar akan
bergembira karena Yehuwa dan berlindung kepada-Nya.”
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jika kita sudah bersukacita, apakah kita bisa semakin bersukacita? Yesus berkata,
”Aku mengatakan ini supaya sukacita yang kumiliki ada dalam diri kalian, dan kalian
benar-benar bersukacita.” (Yoh. 15:11) Ayat ini menunjukkan bahwa kita bisa semakin
bersukacita. Sukacita mirip seperti api. Supaya api semakin besar, kita harus menambah
lebih banyak kayu. Ingatlah bahwa yang membantu kita bersukacita adalah kuasa kudus
Allah. Jadi, agar semakin bersukacita, kita harus terus berdoa meminta kuasa kudus.
Kita juga harus terus merenungkan Alkitab, yang ditulis dengan bimbingan kuasa kudus.
—Mz. 1:1, 2; Luk. 11:13.

Jika kita sibuk melakukan hal-hal yang menyenangkan Tuhan Yesus, kita bisa
semakin bersukacita. (Mz. 35:27; 112:1) Mengapa? Karena kita memang diciptakan
untuk melakukan kehendak Allah. Alkitab berkata, ”Takutlah kepada Allah yang benar
dan jalankan perintah-Nya, karena ini adalah seluruh kewajiban manusia.” (Pkh.
12:13) Ya, jika kita melayani Tuhan Yesus, kita akan benar-benar bahagia.

Anda mungkin juga menyukai