NAMA : Diov Hafizh

NIM : 2005030014

“Menganalisis kasus kebebasan saiful jamil menggunakan teori Durkheim”

Saiful jamil adalah seorang musisi dangdut terkenal di tanah air. Nama nya sudah tidak asing
lagi terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Namun, reputasi nya rusak karena ia terjerat
kasus pencabulan terhadap sesama jenis. Akhirnya saiful jamil yang biasa di sapa bang ipul itu di
vonis hukuman 5 tahun penjara. "Kala itu, hakim menyatakan pedangdut itu terbukti melanggar
pasal 292 KUHP tentang perbuatan cabul , karena mencabuli korban yang tinggal di rumahnya,
dan korban saat itu masih usia dini,". Bukan hanya kasus pencabulan tapi juga kasus suap
sebagaimana di sampaikan stasiun berita "Selain kasus pencabulan, Saipul Jamil juga diadili di
kasus suap. Pangkal masalahnya adalah Saipul lewat pengacaranya menyogok majelis hakim,"
sambungnya.

Saiful jamil pun harus mempertanggung jawabkan perbuatan nya dalam jeruji besi. Singkat
cerita setelah 5 tahun berlalu, pelaku pedofilia itu pun bebas. Namun, yang jadi masalah adalah
ketika pembebasan nya ia di sambut oleh para fans nya seperti pahlawan dengan menggunakan
mobil mewah dan kalung bunga. Hal ini merupakan hal yang sangat tidak wajar bahkan setelah
bebas ada statsiun tv yang mengundangnya kembali.

Hal ini berkaitan dengan teori Durkheim yaitu hukuman solidaritas organik. Solidaritas
organic merupakan dasar hubungan solidaritas saling ketergantungan dari orang-orang dan grup
yang luas dengan fungsi yang beraneka ragam.Masyarakat modern yang heterogen. Ini mengacu
pada masyarakat perkotaan yang mana sesuai dengan kasus saiful jamil. Solidaritas organic juga
meliputi Hukuman dievaluasi sebagai pola untuk menentukan hukuman apa yang paling baik
dijatuhkan kepada pelanggar dan dapat digunakan sebagai upaya rehabilitasi pelanggar.

Berdasarkan uraian “Hukuman dievaluasi sebagai pola untuk menentukan hukuman apa yang
paling baik dijatuhkan kepada pelanggar dan dapat digunakan sebagai upaya rehabilitasi
pelanggar”. Maka bisa di simpulkan bahwa kasus saiful jamil telah termasuk dalam kategori
solidaritas organic karena bisa di saksikan bersama. Masyarakat yang heterogen di perkotaan
sangat menolak penyambutan bang ipul dan penampilan nya di tampil kan kembali di tatsiun TV
hal ini di buktikan dengan adanya 200.000 lebih petisi yang di tanda tangani untuk memboikot
atau memblokir saiful jamil.

Pemboikotan yang di lakukan oleh 18 stasiun tv dan kecaman public , merupakan hukuman
yang sesuai untuk di terima beliau. Karena melihat teori Durkheim tentang shukum solidaritas
organic disitu di katakana hukuman yang paling baik di jatuhkan kepada pelanggar dan dapat di
gunakan sebagai upaya rehabilitasi.
 Jika di analisis apabila saiful jamil di boikot dan di kecam itu merupakan bagian dari
rehabilitasi atas kesalahan nya. Karena jika tidak sama sekali, tidak menutup kemungkinan ia
akan melakukan nya kembali atau mengulang perbuatan nya. Saiful jamil juga di beri job oleh
kementrian yang mana membuat masyarakat tidak senang.

Adapun hokum restitutif dalam solidarotas organic Hukum restitutif meletakkan nilai tinggi
atas individu dan menghindari perusakan atas aktifitas sosial yang sedang berjalan. hukum ini
akan mengajari pelaku kejahatan untuk dapat kembali ke masyarakat dengan cara mendidik dan
mereformasi mereka, juga ia diharuskan mengganti rugi korban kejahatannya atas semua
kehilangan. Hukum restitutif membangun kembali hubungan antara individu dan lembaga
sehingga gangguan terhadap aktifitas yang sedang berlangsung dapat diminimalisasi (Turkel,
t.th.: 33).

Namun sayang untuk memaksimal hokum restituif perlu kerjasama yang baik antara
pemerintah dan masyarakat. yang terjadi disini sayang nya pemerintah terlihat mendukung
meskipun tidak semua. Mendukung dar segi memberikan nya job.namun, Untuk masyarakat
sendiri yang menyuarakan pemboikotan nya sudah baik. Masyarakat banyak yang merasa bahwa
belum setimpal hokuman 5 tahun penjara itu karena saiful jamil sendiri tinggal di kota besar
yang mayoritas masyarakat bersifat heterogen maka perlu hukuman solidaritas organic agar
setimpal.