Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 8

Filsafat Hukum
Muhammad Afrizal Saputra
01
21103040119

Roby Alansyah
02
21103040135
KELOMPOK 8
Auliza Prasetyo
03
21103040142

Nugi Triyovi Yanto


04
21103040143

M Ghiyatsulmaula A
05
21103040157
PERSOALAN

01
PENCURI SANDAL SEHARGA RP 50RB DIHUKUM 5 TAHUN, KORUPTOR PENCURI UANG RAKYAT MILYARAN
RUPIAH DIHUKUM BERAPA TAHUN?
Bicara tentang keadilan, semua orang pasti sepakat keadilan itu hanya memihak kebenaran. Bahkan, Keadilan
dianggap sebagai satu-satunya prinsip hukum yang paling diutamakan di antara 2 prinsip hukum lain yakni
kemanfaatan dan kepastian. Adil berarti mendudukkan sebagai mana mestinya (sesuai porsinya) suatu perkara.
Sikap adil memunculkan hak dan kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Hakim ibarat ‘wakil’ tangan
Tuhan di muka bumi, dalam mengadili suatu perkara wajib mengedepankan prinsip keadilan. Namun
bagaimana realitas pengadilan di Indonesia? Tengoklah kasus remaja pencuri sandal buntut yang terancam
hukuman 5 tahun penjara. AAL remaja berusia 15 tahun tak pernah menyangka jika sepasang sandal jepit
butut warna putih kusam yang ditemukannya di pinggir Jalan Zebra, Kota Palu, akan menyeretnya ke meja
hijau. Jaksa mendakwa AAL dengan Pasal 362 KUHP dengan ancaman hukuman lima tahun penjara. Lalu
bagaimana dengan para koruptor yang telah mencuri uang milyaran rupiah? Sebut saja beberpa pelaku
korupsi macam dengan terdakwa Budi Mulya dalam kasus korupsi pemberian FPJP Bank Century yang telah
merugikan negara Rp 7 triliun dengan hanya vonis 10 tahun, terdakwa Indar Atmanto dalam kasus korupsi
penggunaan jaringan telekomunikasi yang telah merugikan negara Rp 1,3 triliun dengan hanya vonis 8 tahun,
atau mantan presiden PKS Luhfi Hasan Ishaq bersama rekannya Ahmad Fathanah yang menerima suap Rp 1,3
miliar dari Direktur Utama PT Indoguna Utama dalam kasus korupsi impor sapi yang hanya dihukum 16 tahun
penjara dan denda Rp1 milliar. Memang baik kasus pencurian maupun korupsi sama sama mempunyai
kesamaan yakni sama-sama mengambil barang milik orang lain yang artinya kedua perbuatan tersebut adalah
“terlarang”. Namun adakah keduanya sama persis? Apakah sama hasil curian sandal yang harganya tidak lebih
dari Rp 50rb yang hanya merugikan satu orang saja dibandingkan dengan hasil korupsi milyaran rupiah yang
telah menyengsarakan lebih dari 200 juta penduduk di Negeri ini?
Jelaskan mengenai hubungan Hukum dan Keadilan, Hukum dan
Kekuasaan serta Hukum dan Nilai Sosial Budaya yang dikaitkan
dengan wacana tersebut!
Hukum dengan Keadilan
Hukum sangat erat hubunganya dengan keadilan. Hukum sama dengan keadilan,
hukum yang tidak adil bukan hukum. Oleh karenanya keadilan merupakan hakekat
dari hukum sendiri. Kali kita kaitkan dengan kasus Remaja mencuri sandal Rp 50k
di hukum di hukum 5 tahun sedangkan koruptor yang mengambil uang rakyat
dengan jumlah yang sangat banyak cuma di hukum beberapa tahun. Maka dapat
disimpulkan bahwa hakim yang menjatuhkan hukuman kepada remaja yang
mencuri sandal terlalu berpatokan kepada hukum positif yang terkadang hukum
positif tidak menjamin sepenuhnya rasa keadilan, dan sebaliknya rasa keadilan
seringkali tidak memiliki kepastian hukum. Untuk mencari jalan tengahnya maka
komprominya adalah bagaimana agar semua hukum positf yang ada selalu
merupakan cerminan dari rasa keadilan itu sendiri.
Hukum dengan Kekuasaan
Hubungan hukum dan kekuasaan yang pertama terjadi karena hukum pada dasarnya bersifat
memaksa, dan kekuasaan dipergunakan untuk mendukung hukum agar ditaati oleh anggota
masyarakat. Namun ada pendapat lain bahwa kuasaanlah yang menciptakan hukum, karena
hukum di gunakan untuk mencapai tujuan dari kekuasaan tsb. Kekuasaan tersebut diperlukan
hanya pada anggota masyarakat yang tingkat kesadaran hukumnya rendah, sehingga dalam
pelaksanaan hukum di masyarakat akan mengalami hambatan-hambatan. Semakin tertib dan
teratur suatu kelompok masyarakat atau dengan kata lain bahwa masyarakat semakin tinggi tingkat
kesadaran hukumnya, maka makin berkurang dukungan yang diperlukan oleh kekuasaan untuk
melaksanakan hukum. Jika kalau kita kaitan dengan kasus tidak heran kalau pelaku koroptur
mendapatkan hukuman yang ringan atau dispensasi, karena pelaku koruptor lebih tahu atau lebih
paham tentang hukum sehingga dia tahu gimana cara mengcounter (melawan) hukum tersebut
dan tau gimana cara mengurangi hukumannya yaitu dengan menyuap hakim dan menyewa
pengacara untuk membantu nya. Beda dengan seorang remaja yang mencuri sandal, dia tidak tau
atau kurang paham mengenai hukum. Maka ketika dia di vonis dengan hukuman 5 tahun penjara
dia hanya bisa menerima, tanpa bisa mengurangi hukumannya karena sandal saja dia mencuri
apalagi untuk menyewa pengacara lebih-lebih menyuap sang hakim
Hukum dengan Sosial Budaya
Hukum mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-nilai social budaya. Kaitan yang erat
antara hukum dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat itu ternyata bahwa hukum yang baik
tidak lain adalah hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Kalau
berkaca dari kasus remaja yang mencuri sandal yang kemudian dikenakan hukuman 5 tahun
penjara, maka hukum tidak mencerminkan nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat
seperti halnya sila 5 kelima yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, dan hakim sebagai
penegak kurang menelaah kasus remaja yang mencuri sandal, karena hakim harus bisa
menelaah apa penyeb remaja itu mencuri sandal, dan apa mudarot nya, jika mudarot nya
tidak terlalu besar maka hakim harus bisa mengambil jalan tengah yang sekiranya juga tidak
memberatkan kepada si remaja. Yang terakhir, ubahlah kebudayaan untuk menyelesaikan
masalah lewat jalur hukum, karena hukum sebagi "Ultimum remidim" Yaitu hukum sebagai
jalur terakhir untuk menyelesaikan masalah. Maka lebih disarankan melalui jalur mediasi
atau kekeluargaan.
PERSOALAN

02
BALI BERLAKUKAN PERDA KAWASAN TANPA ROKOK
Dengan pemberlakuan Perda KTR, sekolah-sekolah di Bali kini diingatkan untuk tidak lagi
menggunakan sponsor rokok dalam kegiatan di sekolah.Sekolah-sekolah di Bali diingatkan untuk
tidak lagi menggunakan atau menggandeng sponsor rokok dalam setiap kegiatan sekolah.
Peringatan ini menyusul pemberlakuan Peraturan daerah (perda) nomor 10 tahun 2011 tentang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang mulai berlaku efektif mulai hari Jumat, 1 Juni 2012. Hal tersebut
disampaikan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (Kadisdikpora) Bali Drs. Anak Agung
Ngurah Gde Sujaya di Denpasar Bali pada Jumat siang. Sujaya mengakui telah menyampaikan surat
edaran larangan ke masing-masing sekolah karena sekolah menjadi salah satu bagian dari kawasan
bebas rokok. Menurut Sujaya, penggunaan sponsor rokok pada kegiatan di sekolah hanya akan
memunculkan perokok- perokok pemula. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
(Kadisdikpora) Bali Drs. Anak Agung Ngurah Gde Sujaya (foto: Muliarta). Gde Sujaya menjelaskan,
“Yang kena iklan rokok adalah anak-anak pemula ini, bagi yang tua-tua, sosialisasi misalnya
dilarang merokok menyebabkan penyakit paru-paru, berkali-kali pun kita sampaikan kalau dia
tidak mau berhenti susah, jangan sampai budaya merokok terlahir sejak usia dini.” Sujaya juga
mengakui telah memberlakukan larangan penjualan rokok di kantin-kantin sekolah. Sebelumnya,
peneliti dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Made Kerta Duana, M.P.H menyebutkan dari hasil survey di Denpasar menunjukkan sekitar 34,5
persen remaja umur 13 sampai 22 tahun merupakan perokok aktif.
Diskusikan dan presentasikan mengenai Hukum Sebagai Alat
Pembaharuan Masyarakat dan Dasar Mengikatnya Hukum yang
dikaitkan dengan wacana tersebut!
Sekolah bebas sponsor rokok dan hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat memiliki hubungan yang
erat karena keduanya bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan bertanggung jawab
secara sosial. Sekolah bebas sponsor rokok adalah program yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh
rokok terhadap generasi muda. Dalam program ini, sekolah-sekolah tidak menerima sponsor atau donasi
dari perusahaan rokok atau produk-produk yang terkait dengan rokok. Dengan cara ini, sekolah berupaya
untuk menghilangkan pengaruh rokok dalam lingkungan sekolah dan memberikan pesan yang jelas
tentang bahaya rokok bagi kesehatan. untuk menjamin kefektifan pemberlakuan peraturan tersebut tentu
harus dilakukan dan penelitian terlebih dahulu sebelum membentuk peraturan tersebut, karena hukum
yang baik adalah hukum yang hidup di masyarakat. Untuk melakukan perubahan dalam masyarakat pasti
tidak mudah. perlu tahapan tahapan untuk memulai seperti, survey kepada masyarakat lalu dilanjutkan
sosialisasi kepada masyarakat.

Selain itu, Hukum juga digunakan untuk memberikan aturan dan sanksi bagi perilaku yang merugikan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Contohnya, hukum tentang larangan merokok di tempat umum
atau peraturan tentang pajak rokok yang tinggi. Dalam hal ini, sekolah bebas sponsor rokok dan hukum
sebagai alat pembaharuan masyarakat memiliki kesamaan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang
sehat dan mempromosikan perilaku yang bertanggung jawab secara sosial. Dalam jangka panjang,
keduanya dapat membantu mengurangi pengaruh rokok dalam masyarakat dan menciptakan masyarakat
yang lebih sehat dan produktif. Dalam konsep ini juga diperlukan aparat penegak hukum untuk menjamin
pelaksanaan peraturan tersebut.
berdasarkan wacana tersebut, pemerintah berperan besar dalam penciptaan hukum
tersebut. Negara atau pemerintah memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk
mewujudkan cita-cita dan keinginan warga negaranya. selain itu perlu adanya kesepakatan
dalam masyarakat dalam pemberlakuan hukum tersebut, agar terjadi penyalahgunaan
wewenang. Masyarakat akan mematuhi hukum apabila hukum tersebut dapat memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Peraturan tersebut dapat ditaati karena peraturan tersebut
dibentuk oleh pemerintaah serta diakui masyarakat sebagai hukum yang hidup dalam
masyarakat.
Sekian

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai