maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa, maupun lanjut
penyebab yang berlainan satu sama lainnya. Mantan narapidana yang sudah
ekonomi mereka karena banyak dari mereka yang tidak bisa mendapatkan
lapangan pekerjaan.52
mereka pernah melakukan suatu tindakan kriminal. Hal ini yang kemudian
52
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 125.
46
mendapatkan pekerjaan tersebut, maka akan sulit pula bagi mereka untuk
a. Faktor Ekonomi
cepat.
tindak pidana kembali adalah karena dapat lebih mudah dan cepat
keluar.
roda dua dilakukan oleh lebih, dari satu orang dan para pelakunya
bahwa :
luas.61
60
Wawancara dengan Bapak Rapnauli Purba di Pengadilan Negeri Jambi, tanggal 11 Maret
2020, pada pukul 10.00 WIB
61
G.W. Bawengan, Hukum Pidana Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prada Paramita,
1977, hlm. 90
62
Wawancara dengan Bapak Toni Petugas Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) Jambi, tanggal 2 Maret 2020, pada pukul 10.20 WIB
d. Faktor Kurangnya Efek Jera Penjatuhan Sanksi
tersebut ada yang merupakan residivis dan telah berulang kali masuk
bahwa:
kejahatan tersebut.
63
Wawancara dengan Bapak Rapnauli Purba di Pengadilan Negeri Jambi, tanggal 11 Maret
2020, pada pukul 10.00 WIB
kendaraan bermotor kembali. Berikut wawancara dengan Za tentang
64
Wawancara dengan Rh Narapida Residivis di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jambi,
pada pukul 11.10 WIB
65
Wawancara dengan Md Narapida Residivis di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jambi,
pada pukul 11.20 WIB
Faktor tidak adanya pekerjaan sebetulnya bisa ditanggulangin
masyarakat.
residivis:
“Para residivis tersebut adalah mantan narapidana yang tidak
bisa hidup dilingkungan masyarakat dan mengalami rasa depresi
karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mantan
narapidana mengulangi perbuatan tindak pidana kembali
biasanya mengulang untuk mencoba "ilmu" baru yang
didapatkan, karena mereka bertemu dengan para pelaku tindak
pidana lain, kemudian diterapkan ketika sudah bebas.”66
memilih untuk jalan pintas yang mereka anggap itu lebih efisien.
tersebut:
66
Wawancara dengan Bapak Dedi Petugas Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) Jambi, tanggal 2 Maret 2020, pada pukul 10.00 WIB
67
Wawancara dengan Bapak Rezza Petugas Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) Jambi, tanggal 2 Maret 2020, pada pukul 10.30 WIB
pada kenyataannya mereka itu masih beranggapan kalau itu
tidak penting bagi mereka”68
mereka terpenuhi.
68
Wawancara dengan Bapak Sudarto Petugas Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga
Dengan tidak dimanfaatkannya pelatihan dan pembinaan dari Lapas
mereka, jika mereka ditanya jera atau tidak, mereka pasti menjawab
efek jera.
69
Wawancara dengan Bapak Dedi Petugas Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) Jambi, tanggal 2 Maret 2020, pada pukul 10.20 WIB
70
Wawancara dengan Bapak Sudarto Petugas Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) Jambi, tanggal 2 Maret 2020, pada pukul 10.30 WIB
utama yang timbul dari adanya pemidanaan yang dijatuhkan pengadilan bukanlah
masalah apakah hal tersebut menimbulkan efek jera atau tidak, melainkan adanya
faktor pendorong lain yang lebih memaksa mereka untuk mau mengulangi kembali
a) Penjahat yang akut meliputi pelanggar hukum yang bukan residivis dan
mereka yang berkali-kali telah dijatuhi pidana umum namun antara
masing-masing putusan pidana jarak waktunya jauh, atau perbuatan
pidananya begitu berbea satu sama lain sehingga tidak dapat dilakukan ada
hubungan kriminalitas atau dengan kata lain dalam jarak waktu tersebut
(misalnya 5 (lima) tahun menurut Pasal 486, 487, dan 488 KUHP
Indonesia atau 2 (dua) tahun menurut Pasal 45 KUHP Indonesia)
b) Penjahat kronis, adalah golongan pelanggar hukum yang telah mengalami
penjatuhan pidana yang berlipat ganda dalam waktu singkat di antara
masing-masing putusan pidana.
c) Penjahat berat, yaitu mereka yang paling sedikit telah dijatuhi pidana 2
(dua) kali dan menjalani pidana berbulan-bulan dan lagi mereka yang
karena kelakuan anti sosial sudah merupakan kebiasaan atau sesuatu hak
yang telah menetap bagi mereka.
d) Penjahat sejak umur muda. Tipe ini memulai karirnya dalam kejahatan
sejak ia kanak-kanak dan dimulai dengan melakukan kenakalan anak.
10
Frendrich Stumpl dikutip oleh Stephen Hurwitz dalam bukunya Kriminologi Sansuran
Ny. L. Moeljatno, h. 161.
b) Untuk membimbing terpidana agar sadar dan menjadi anggota masyarakat
yang berbudi baik dan berguna;
c) Untuk menghilangkan noda-noda yang diakibatkan oleh tindak pidana.
Dasar pemberat pidana di atas adalah terletak pada keadaan jabatan dari
kwalitas si pembuat (pejabat atau pegawai negeri). Adapun rasio pemberatan
pidana pada kejahatan residiv ini terletak pada 3 (tiga) faktor :
a. Faktor lebih dari satu kali melakukan tindak pidana;
Namun ketentuan tentang pemberatan pidana ini tidak berlaku untuk anak-
anak. Dalam KUHP terdapat Pasa 45, 56 dan Pasal 47 yang mengatur penerapan
hukum pidana terhadap anak-anak.
Pertama, seorang anak yang melakukan tindak pidana dan belum berumur
Pengadilan Jambi tidak melihat berdasar fakta secara keseluruhan dari data
yang diperoleh, jelas perilaku recidive itu memenuhi rumusan delik seperti
pencurian diatur dalam pasal 362, 363, 364 dan 365 KUHP jelas dapat
recidive diatur dalam Buku ke-II Bab XXXI KUHP. Artinya, pemberatan
tetap atas perbuatan yang sama atau oleh undang-undang dianggap sama,
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 486, 487 dan 488 KUHP harus
kali mencuri lagi atau ini kali menipu, lain kali menipu lagi. “oleh
dan 488);
2. Antara melakukan kejahatan yang satu dengan yang lain sudah ada
71
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 2, Jakarta, Rajawali Pers, 2011, hlm. 80.
3. Harus hukuman penjara (bukan hukuman kurungan atau denda); dan
dijatuhkan72
dari itu, walau aturan tentang pemberatan pidana terhadap recidive sudah
jelas- jelas diatur dalam KUHP, namun belum dapat dipastikan hakim dalam
ancaman pidana.
72
KUHAP dan KUHP, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hlm. 121.
7 Wawancara dengan Bapak Rapnauli Purba di Pengadilan Negeri Jambi, tanggal 11
3
Maret 2020, pada pukul 10.00 WIB
Hal tersebut cukup dalam pertimbangan seorang hakim dalam
dipandang oleh masyarakat luas mengenai pribadi dari pelaku recidive pada
saat tahap penyidikan dan penahanan oleh kepolisian, bahwa hal tersebut
adalah sesuatu yang sulit kalau tidak bisa dikatakan mustahil, sebab selama
yang berbeda, maka selama itu pula pasti ada yang namanya kejahatan
1. Upaya Preventif
sebagai berikut:
karena tindakan kejahatan di Jambi bisa terjadi kapan saja tanpa ada
kenal waktu.
kepada pihak yang berwajib dan melakukan patroli di jalan raya pada
sesuatu usaha yang positif sehingga tercipta suatu kondisi yang lebih
2. Upaya Represif
kejahatan residivis maupun tindak kejahatan lainnya. Salah satu hal yang
atau yang biasa disebut dengan residivis. Para penjahat ini biasanya
kejahatan.
77
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori Dan Kebijakan Pidana, (Bandung:
Alumni, 1998), hlm. 150.
78
Wawancara dengan Bapak Rapnauli Purba di Pengadilan Negeri Jambi, tanggal 11 Maret
2020, pada pukul 10.00 WIB
Bentuk pembinaan terhadap residivis yang diberlakukan di Lembaga
Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus-menerus mencari cara yang paling
Upaya yang dilakukan harus bertumpu pada upaya merubah sikap manusia disamping terus
merubah pula lingkungan dimana manusia tersebut hidup dan bermasyarakat dengan manusia
lainnya. Hal ini disebabkan karena kultur dan respon dari masyarakat pada dasarnya adalah
Menurut A.S Alam penanggulangan kejahatan empirik terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu:
1. Pre-Emtif
Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif di sini adalah upaya-upaya awal yang dilakukan oleh
pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan
norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang.
Meskipun ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran/kejahatan tapi tidak ada niatnya
untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha pre-emtif,
faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan. Cara pencegahan ini berasal dari teori
NKK, yaitu : niat + kesempatan terjadilah kejahatan. Contohnya, di tengah malam pada saat
lampu merah lalu lintas menyala maka pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi aturan
lalu lintas tersebut meskipun pada waktu itu tidak ada polisi yang berjaga. Hal ini selalu
terjadi di banyak negara seperti Singapura, Sydney dan kota besar lainnya di dunia. Jadi
2. Preventif
Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang masih
dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif yang
orang ingin mencuri motor tapi kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang ada
ditempatkan di tempat penitipan motor, dengan demikian kesempatan menjadi hilang dan
3. Represif
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/ kejahatan yang tindakannya berupa
Kleptomania merupakan gangguan mental yang tidak dapat dianggap remeh. Jika
maupun keluarganya.
Sebagian penderita kleptomania menahan rasa malu akibat gangguan tersebut. Bahkan,
mereka takut jika nantinya akan ditangkap dan dipenjara sehingga tidak berani mencari bantuan
profesional.
Hingga kini, belum ada obat khusus yang mampu menyembuhkan kleptomania. Namun,
penanganan dengan psikoterapi dan obat dapat menekan dorongan untuk mencuri pada penderita
kleptomania.
untuk mengatasi kleptomania meliputi Terapi perilaku kognitif, Terapi konseling keluarga,
Selain terapi, serangkaian obat juga diberikan untuk melengkapi terapi psikologis bagi
Jika Anda atau orang yang Anda kenal dicurigai menderita kleptomania, sebaiknya
mengingat tingginya risiko moral, sosial, dan hukum yang bisa dihadapi penderita kleptomania
di lingkungan masyarakat.
Diluar kelompok dalam pasal 486,487,488 itu KUHP juga menentukan beberapa tindak pidana khusus
tertentu yang dapat terjadi pengulangan, misalnya pasal 216 (3) , 489 (2) , 495 (2), 501 (2),512 (3).