SEMESTER VII
TOPIK 4
Tim Penyusun
Dr. drg. Dewi Agustina, MDSc., MDSc.
Dr. dr. I Dewa P. Pramantara S., Sp. PD-Ger (K)
dr. Vita Yanti Anggraeni, Sp.PD, Sp.JP, M.Sc, Ph.D
drg. Sri Budiarti, M.S.
Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio (K)
drg. Wignyo Hadriyanto, MS, Sp.KG (K)
Prof. drg. Supriatno, M.Kes, MDSc., Ph.D.
drg. B. Esti Chrismawaty, M.Kes., MDSc.
drg. Hendri Susanto, M. Kes., Ph.D, Sp.PM
drg. Fimma Naritasari, MDSc
drg. Ayu Fresno Argadianti, Sp.PM
Dr. drg. Sri Budi Barunawati, M.Kes, Sp.Pros (K)
Dr. drg. Indah Titin, SU, Sp.KGA (K)
drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp.BM (K)
drg. Bambang Dwi Rahardjo, Sp.BM (K)
drg. Maria Goreti Widiastuti, Sp. BM (K)
drg. Cahya Yustisia Hasan, Sp.BM (K)
drg. Pinky Krisna Arindra, Sp.BMM (K)
drg. Yosaphat Bayu R, MDSc, Sp.BMM
drg. Erdananda Haryosuwandito
drg. Bramasto Purbo S, Sp.BMM
drg. Adyaputra Indrapradana
drg. Yanuarti Retnaningrum, Sp.Ort (K)
drg. Rr. Paramita Noviasari, Sp.Ort (K) Program Studi S1Kedokteran Gigi
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
Modul
Semester 7 Topik 4
Tim Penyusun
Dr. drg. Dewi Agustina, MDSc., MDSc.
Dr. dr. I Dewa P. Pramantara S., Sp. PD-Ger (K)
dr. Vita Yanti Anggraeni, Sp.PD, Sp.JP, M.Sc, Ph.D
drg. Sri Budiarti, M.S.
Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio (K)
drg. Wignyo Hadriyanto, MS, Sp.KG (K)
Prof. drg. Supriatno, M.Kes, MDSc., Ph.D.
drg. B. Esti Chrismawaty, M.Kes., MDSc.
drg. Hendri Susanto, M. Kes., Ph.D, Sp.PM
drg. Fimma Naritasari, MDSc
drg. Ayu Fresno Argadianti, Sp.PM
Dr. drg. Sri Budi Barunawati, M.Kes, Sp.Pros(K)
Dr. drg. Indah Titin, SU, Sp.KGA (K)
drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp.BM(K)
drg. Bambang Dwi Rahardjo, Sp.BM(K)
drg. Maria Goreti Widiastuti, Sp. BM (K)
drg. Cahya Yustisia Hasan, Sp.BM(K)
drg. Pinky Krisna Arindra, Sp.BMM(K)
drg. Yosaphat Bayu R, MDSc, Sp.BMM
drg. Erdananda Haryosuwandito
drg. Bramasto Purbo S, Sp.BMM
drg. Adyaputra Indrapradana
drg. Yanuarti Retnaningrum, Sp.Ort (K)
drg. Rr. Paramita Noviasari, Sp.Ort (K)
Diterbitkan oleh :
Program Studi S1 Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Telp./Faks. 0274-515307
e-mail: fkg@ugm.ac.id
Agustus 2021
x + 189 hlm.
Revisi : Ke-2
Tanggal : 14 September 2021
Dikaji ulang : Koordinator dan Tim Topik Kompromis Medis
(Semester VII Topik 4/drg. Hendri Susanto,
M.Kes., Ph.D., Sp.PM)
Fakultas Kedokteran Gigi UGM
Dikendalikan oleh : Penanggungjawab Semester VII
(drg. Intan Ruspita, M.Kes., Ph.D)
Fakultas Kedokteran Gigi UGM
Disetujui oleh : Dekan Fakultas Kedokteran Gigi UGM
MODUL
Topik : Penyakit Kompromi Medis
Kode Topik : KG3115
Pelaksanaan : Semester VII
Jumlah SKS : 5 SKS (Kuliah)
Status mata kuliah : Wajib / Pilihan
drg. Ayu Fresno A., Sp.PM drg. Hendri Susanto, M.Kes., Ph.D,Sp.PM
NIP.197103121999032001 NIP. 197609022005011002
Mengetahui
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran Gigi UGM
TINJAUAN TOPIK
Deskripsi singkat topik ....................................................................... 1
Tujuan pembelajaran .......................................................................... 1
Capaian Pembelajaran Lulusan............................................................ 2
Kompetensi yang akan dicapai. ........................................................... 4
5
Referensi selama kuliah ..................................................................... 10
7
Materi pembelajaran............................................................................ 11
8
Jadwal pembelajaran........................................................................... 37
22
MATERI
1. Penyakit Kardiovaskular....................................................................... 41
26
2. Penyakit Renal ................................................................................... 45
28
3. Penyakit Respirasi............................................................................... 49
33
4. Penyakit Endokrin…………………......................................................... 55
38
5. Penyakit Neuromuskular...................................................................... 68
50
6. Penyakit Gastrointestinal................................................................... 80
56
7. Penyakit Hematologi............................................................................ 84
65
8. Penyakit Perdarahan dan sistem Pembekuan Darah............................. 91
71
9. Identifikasi & penatalaksanaan Dental pada pasien dengan
Oral lesion related Syndrome ............................................................... 98
79
10. Manajemen Eksodonsi pada psien dengan Kelainan Jantung…………... 105
84
11. Pengelolaan Pencabutan gigi pada pasien dengan Hipertensi………..….. 110
89
12. Manajemen Eksodonsi pada pasien dengan penyakit Ginjal…………..… 115
93
13. Manajemen Eksodonsi pada pasien dengan Penyakit
& gangguan Endokrin ......................................................................... 98
121
14. Manajemen Eksodonsi pada pasien dengan penyakit
Hepatogastrointestinal.......................................................................... 127
103
15. Manajemen Eksodonsi pada pasien wanita Hamil dan menyusui …...... 131
106
16. Manejemen Eksodonsi pada pasien dengan penyakit Neuromuskular… 134
108
17. Manajemen Eksodonsi pada pasien dengan imunodefisisensi .............. 139
112
18. Manajemen Eksodonsi pada pasien dengan gangguan Perdarahan …… 143
116
19. Manajemen Eksodonsi pada pasien Geriatri ......................................... 126
154
20. Periodontal treatment terkait dengan penyakit Sistemik....................... 130
158
21. Penatalaksanaan kompromis medis pada bidang Konservasi Gigi …….. 135
163
22. Perawatan Ortodonsi pada pasien Medically Compromised ……............ 138
166
23. Penatalaksanaan Perawatan Prostodonsia pada pasien dengan
kompromis medis …………………………………………………..……….…….. 146
176
24. Manajemen Dental Anak dengan Kompromis Medis ……………….……… 149
179
PENUTUP………………………………………………………………………………..….… 154
184
LAMPIRAN ………………………………………………………………………………....… 155
185
Penyusun
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilaksanakan di FKG UGM sejak tahun ajaran
2020-2021 untuk mencegah penyebaran SARS-Cov-2 pada kondisi pandemi,
dengan memenuhi ketentuan berikut:
1. Kuliah daring dilaksanakan secara sinkron (dosen dan mahasiswa harus
berada dalam jaringan secara bersamaan) dan asinkron (dosen dan
mahasiswa tidak perlu berada dalam jaringan secara bersamaan)
menggunakan media pembelajaran yang disampaikan pada kontrak
pembelajaran.
2. Asesmen pembelajaran mengikuti Tata Cara Ujian Daring yang telah
ditentukan oleh Fakultas.
3. Seluruh materi dan bahan (modul) kuliah yang diberikan kepada mahasiswa
dari Fakultas, Prodi, dan team teaching hanya digunakan oleh dosen team
teaching dan mahasiswa untuk keperluan menunjang pembelajaran.
4. Mahasiswa tidak diperbolehkan :
a. Menyebarkan dan/atau mengunggah materi dan bahan kuliah non-cetak
(softfile) melalui media yang dapat diakses oleh masyarakat umum.
b. Memperbanyak, menggandakan, merubah, dan/atau menjualbelikan
materi dan bahan kuliah tanpa ijin tertulis dari FKG UGM.
c. Membuat pernyataan di media sosial terkait pembelajaran tanpa
melakukan klarifikasi ke team teaching / Prodi / Fakultas terlebih
dahulu.
d. Melakukan aktivitas yang mengganggu pembelajaran sinkron maupun
asinkron.
e. Melakukan perbuatan curang pada ujian daring.
5. Pelanggaran terhadap ketentuan di atas akan dikenakan sanksi akademik
sesuai peraturan yang berlaku.
6. Mahasiswa diperbolehkan :
a. Membentuk kelompok belajar untuk mempermudah komunikasi dengan
dosen team teaching.
b. Memilih perwakilan sebagai narahubung yang bertugas untuk
berkomunikasi dengan Penanggung Jawab Semester/Topik/Mata Kuliah
dan/atau Manajer Topik.
c. Menyampaikan permasalahan terkait pembelajaran melalui team
teaching, kontak hotline akademik S1 Kedokteran Gigi, maupun melalui
evaluasi pembelajaran yang diadakan oleh Prodi atau Tim Koordinasi
Semester (TKS) FKG UGM.
Persiapan :
1. Ujian daring (ujian topik, responsi, dan ujian akhir semester) pada prodi S1
kedokteran gigi menggunakan platform eLok UGM (elok.ugm.ac.id).
2. Pengawasan ujian menggunakan ‘ruang ujian daring’ pada media
synchronous (zoom meeting, webex spark UGM atau google meet).
3. Kapasitas masing-masing ‘ruang ujian daring’ maksimal 30 mahasiswa.
4. Manajer Topik memberitahukan jadwal ujian kepada akademik Prodi
selambat-lambatnya satu minggu sebelum ujian dilaksanakan.
5. Akademik prodi mengatur pembagian pengawas tenaga pendidik (tendik)
dan mengatur pembagian ‘ruang ujian daring’, serta menginfokan
pembagian pengawas dan ruang ujian tersebut kepada manajer topik.
6. Manajer Topik menginfokan meeting link yang digunakan sebagai ‘ruang
ujian daring’ kepada mahasiswa selambat-lambatnya 2 hari sebelum ujian.
7. Pengawas pada setiap ‘ruang ujian daring’ minimal terdiri dari 1 staf tendik
dan disarankan didampingi oleh seorang anggota dosen team teaching.
8. Mahasiswa harus sudah bergabung di elok.ugm.ac.id sesuai dengan course /
Topik yang diikuti, paling lambat sehari sebelum ujian.
9. Mahasiswa wajib menggunakan akun UGM untuk registrasi dan login pada
elok.ugm.ac.id maupun pada media synchronous yang digunakan untuk
ujian.
Pelaksanaan :
1. Mahasiswa menyiapkan sarana ujian daring, berupa:
a. Komputer (untuk mengakses eLok UGM). Disarankan mematikan
antivirus dan update otomatis sistem sebelum ujian.
b. Koneksi internet yang lancar dan stabil serta kuota data yang mencukupi
(minimal 4G/10Mbps).
c. Smartphone yang telah dilengkapi aplikasi zoom/cisco webex spark
UGM/google meet. Smartphone digunakan untuk bergabung ke ‘ruang
ujian daring’. Selama ujian, smartphone harus dalam kondisi nada getar.
d. Tripod/lazy pod atau sarana pemegang handphone lain.
e. Kondisi baterai pada seluruh perangkat dipastikan mencukupi, atau
perangkat dikondisikan tersambung dengan sumber listrik agar tetap
menyala selama ujian.
f. Berpakaian sopan dan rapi.
(a) (b)
Gambar 1. Menu breakout room (a) dan tampilan ‘ruang ujian daring’ (b)
pada smartphone yang digunakan peserta ujian
2. Tujuan pembelajaran :
a. Mengenal dan memahami berbagai pengaruh kondisi medis pada
kesehatan jaringan oro maksilofasial dan penatalaksanaan
perawatan oral yang diperlukan baik pada anak-anak hingga lanjut
usia.
6.1 Mampu menguasai 6.1.1. Memahami ilmu a) Mengkaji ilmu kedokteran klinik yang
konsep-konsep teoritis kedokteran klinik yang bermanifestasi di rongga mulut
Ilmu kedokteran klinik relevan sebagai padapasien medik kompromis secara
yang relevan sebagai pertimbangan dalam holisticdan komprehensif.
sumber keilmuan dalam melakukan tindakan b) Mengkaji tatalaksana kedokteran
melakukan tindakan kedokteran gigi pada klinik sebagai dasar dalam
kedokteran gigi pasien medik kompromis melakukantindakan pengembalian
5
6
8.1 Mampu menggunakan 8.1.1. Menerapkan prinsip a) Mengkaji ilmu-ilmu yang relevan
ilmu kedokteran gigi pelayanan kesehatan gigi dengan tindakan promotif, preventif,
klinik sebagai dasar mulut yang meliputi kuratif dan rehabilitatif.
untuk melakukan tindakan promotif, b) Mengkaji ilmu-ilmu kedokteran gigi
pelayanan kesehatan gigi preventif, kuratif dan klinik yang berkaitan dengan
mulut yang efektif dan rehabilitatif. tatalaksana pengembalian fungsi
efisien 8.1.2. Menerapkan prinsip-prinsip sistem stomatognatik.
tatalaksana kedokteran
gigi klinik untuk
mengembalikan fungsi
sistem stomatognatik.
24.1.Mampu melakukan 24.1.1. Melakukan pemeriksaan a) Mengidentifikasi keluhan utama
prosedur klinis yang fisik secara umum dan penyakit atau gangguan sistem
10.1.Mampu membuat 10.1.1 Menegakkan diagnosis dan a) Menegakkan diagnosis sementara dan
kesimpulan yang valid menetapkan prognosis diagnosis kerja (sesuai ICD-DA10)
dan mengambil penyakit/kelainan gigi berdasarkan analisis hasil
keputusan yang tepat mulut melalui interpretasi, pemeriksaan riwayat penyakit,
atas kelainan/ penyakit analisis dan sintesis hasil temuan klinis, laboratoris, radiografis,
gigi mulut baik yang pemeriksaan pasien dan alat bantu yang lain.
ringan maupun yang
kompleks berdasarkan b) Mengkaji kelainan/ penyakit jaringan
analisis dan interpretasi keras dan jaringan lunak gigi serta
data klinik. jaringan pendukung gigi.
c)
11.1.Mampu merumuskan 11.1.2. Merencanakan tahapan a) Mengembangkan rencana perawatan
solusi secara mandiri perawatan penyakit gigi yang komprehensif dan rasional
maupun kelompok mulut yang memerlukan dengan memperhatikan kondisi
untuk penyelesaian tatalaksana perawatan sistemik pasien.
masalah-masalah yang komprehensif dan b) Mengkomunikasikan hak dan
penyakit gigi mulut baik adekuat tanggung jawab pasien yang
yang ringan maupun berkenaan dengan rencana perawatan
kompleks secara c) Bekerjasama dengan intraprofesional
komprehensif dan dan interprofesional untuk
merencanakan merencanakan perawatan yang
pencegahannya dengan akurat.
pendekatan psikososial
dan ekonomi
12.1. Mampu mengelola dan 12.1.1. Mengendalikan nyeri dan a) Meresepkan obat-obatan secara benar
menyelesaikan masalah- kecemasan pasien disertai dan rasional.
masalah nyeri dan sikap empati. b) Mengatasi nyeri, dan kecemasan
kecemasan dengan pendekatan farmakologik dan
non farmakologik.
13.2. Mampu 13.2.1. Bekerja dalam tim secara a) Bekerja sama secara
mengembangkan efektif dan efisien untuk terintegrasiintradisiplin bidang ilmu
hubungankerjasama mencapai kesehatan gigi kedokteran gigisecara professional
dengan pihak lain mulut yang prim dalam melakukanpelayanan
yangterkait dalam kesehatan gigi mulut.
rangka mencari b) Bekerja sama interdisiplin
solusimasalah kesehatan secaraprofesional dalam melakukan
gigi mulut pasien pelayanankesehatan gigi mulut.
c) Melakukan rujukan kepada sejawat
yang lebih kompeten secara
interdisiplin danintradisiplin
16.1.Mengembangkan strategi 16.12. Melaksanakan prinsip- a) Melaksanakan pengendalian infeksi
pelaksanaanmanajemen prinsip keselamatan pasien silang.
praktik dan (patien safety) dalam b) Melaksanakan keselamatan kerja.
tatalaksanalingkungan praktik kedokteran gigi c) Mengantisipasi faktor-faktor
kerja kedokteran kegagalantindakan medis yang telah
gigidengan direncanakan(nyaris cidera, kejadian
mempertimbangkan tidak diharapkan/KTD)
aspekaspek sosial
12
penegakan diagnosis
Penyakit
Kardiovakular
Mengetahui
Penatalaksanaan
penyakit
Kardiovaskular
2 Penyakit Acute Renal failure IPD 100 menit 1 Dr.dr.I Memahami definisi
Renal/Ginjal Chronic Renal Dewa P penyakit-penyakit
failure Pramantar Mengatahui jenis-
Uremic Syndrome a S, Jenis Penyakit
Chronic Kidney Sp.PD-Ger Renal/ginjal
Disease (K) Mengidentifikasi
Renal etiologi dan faktor
14
etiologi dan faktor
resiko Endokrin
Mendeskripsikan
tanda dan gejala dari
masing-masing
penyakit Endokrin &
membedakannya
dengan penyakit lain
Mengetahui
patogenesis penyakit
Endokrin
Mengetahui
penegakan diagnosis
Penyakit Endokrin
15
Mengetahui
16
penatalaksanaan
penyakit
Gastrointestinal
7 Penyakit Anemia IPD 100 menit 1 dr. Vita Memahami definisi
Hematologi White blood cell Yanti penyakit-penyakit
disorders Anggraeni, Mengatahui Jenis-
Sp.PD, Jenis Penyakit
Sp.JP, Hematologi
M.Sc,
Ph.D Mendeskripsikan
tanda dan gejala dari
masing-masing
penyakit
Gastrointestinal dan
Mengetahui
penegakan diagnosis
Penyakit
Gastrointestinal
Mengetahui
penatalaksanaan
penyakit
Gastrointestinal
8 Penyakit Vessel wall disorder IPD 100 menit 1 dr. Vita Memahami definisi
Perdarahan dan Platelet Disorder Yanti penyakit-penyakit
Pembekuan Coagulation Anggraeni, Mengatahui Jenis-
darah disorder Sp.PD, Jenis Penyakit
(Hemophilia) Sp.JP, Perdarahan dan
M.Sc, Pembekuan darah
Ph.D
Mendeskripsikan
tanda dan gejala dari
masing-masing
penyakit Perdarahan
dan membedakannya
dengan penyakit lain
Mengetahui
patogenesis penyakit
Perdarahan dan
Pembekuan darah
Mengetahui
penegakan diagnosis
Penyakit Perdarahan
Mengetahui
penatalaksanaan
penyakit Perdarahan
dan pembekuan
darah
9 Onkologi Leukemia IPD 100 menit 1 dr. Vita Memahami definisi
Lymphoma Yanti penyakit-penyakit
Anggraeni, Mengatahui Jenis-
Sp.PD, Jenis Penyakit
Sp.JP, Onkologi
17
Mendeskripsikan
18
tanda dan gejala dari
masing-masing
penyakit Onkologi
dan membedakannya
dengan penyakit lain
Mengetahui
patogenesis penyakit
Onkologi
Mengetahui
penegakan diagnosis
Penyakit Onkologi
Mengetahui
20
dan mampu
menjelaskan rencana
perawatan dan
perawatan berbagai
macam manifestasi oral
penyakit
kardiovaskular.
2 Manifestasi dan Manifestasi Oral IPM 100 1 Dr. drg.
Penatalaksanaan Penyakit Renal menit Dewi
penyakit ginjal.
Dental Pasien Agustina,
1. Menjelaskan kategori
manifestasi oral
Penyakit Renal
penyakit ginjal.
22
beberapa gangguan
neuromuskuler dengan
kesehatan gigi dan
mulut.
4. Merencanakan dan
melakukan tata kelola
kesehatan gigi dan
mulut pasien dengan
gangguan
neuromuskuler sesuai
dengan indikasinya.
6 Manifestasi Oral Manifestasi Oral IPM 100 1 drg. Sri 1. Mengetahui dan
dan Penyakit menit Budiarti, memahami kelainan
Penatalaksanaan Gastrointestinal MS. oral karena penyakit
24
Penatalaksanaan Sweet Syndrome menit Esty sindroma yang
Dental Pada Marshal IPM Chrismaw melibatkan jaringan
Pasien dengan syndrome aty, mulut,
Oral Lesion- PFAPA M.Kes., 2. Mengidentifikasi dan
related Plummer Vinson MDSc. dapat menegakkan
Syndrome syndrome diagnosis kerja lesi oral
Magic syndrome terkait terkait
Sjogren syndrome sindroma
3. Merencanakanperawat
anlesi oral
terkaitterkaitsindromas
esuaiindikasinya
25
3 Manajemen 1. Penyakit BMM 100 1 drg. Cahya 1. Memahami dan
26
Eksodonsi ginjal akut menit Yustisia menjelaskan kembali
Pasien dengan (acute kidney Hasan, persiapan tindakan
Penyakit Ginjal injury/acute Sp.BM(K) eksodonsia pada pasien
renal failure) dengan penyakit ginjal
2. Penyakit 2. Memahami dan
ginjal kronis menjelaskan kembali
(chronic tindakan eksodonsia
kidney pada pasien dengan
disease) penyakit ginjal
3. Memahami dan
menjelaskan kembali
resiko, komplikasi dan
penanganan tindakan
eksodonsi pada pasien
28
Eksodonsi pada 2. menit Pingky menerangkan kembali
pasien dengan Gastrointestinal Krisna persiapan tindakan
Penyakit Arindra, eksodonsia pada pasien
Hepatogastroint Sp.BMM dengan penyakit
estinal hepatogastrointestinal.
2. Memahami dan
menerangkan kembali
tindakan eksodonsia
pada pasien dengan
penyakit penyakit
hepatogastrointestinal.
3. Memahami dan
menerangkan kembali
resiko, komplikasi dan
29
resiko, komplikasi dan
30
penanganannya pada
pasien dengan penyakit
dan gangguan
neurologis pasca
tindakan eksodonsia.
8 Manajemen HIV/AIDS BMM 100 1 drg. 1. Memahami dan
Eksodonsi pada Penyakit menit Bambang menerangkan kembali
pasien dengan autoimun (Oral Dwirahard persiapan tindakan
penyakit lichen planus, jo, Sp.BM eksodonsia pada pasien
imunodefisiensi sindroma (K) dengan penyakit
sjogren, imunodefisiensi.
pemphigoid, 2. Memahami dan
pemphigus, menerangkan kembali
Anemia tindakan eksodonsia
32
menerangkan kembali
resiko, komplikasi dan
penanganan komplikasi
tindakan eksodonsia
pada pasien geriatri
33
2 Perawatan Perawatan Ortodonsi 50 1 drg. Memahami tentang
34
Ortodonsi pada ortodonti pada menit Yanuarti manajemen perawatan
Pasien pasien dengan Retnaning ortodonti pada pasien
Medically penyakit rum, Sp. medically compromised
Compromised I respirasi Ort
Perawatan Mampu membedakan
ortodonti pada manajemen perawatan
pasien dengan ortodonti pada masing-
penyakit masing penyakit
endokrin dan
kehamilan
3 Perawatan Pendahuluan drg. Memahami tentang
Ortodonsi pada Paramita manajemen perawatan
Pasien Noviasari., ortodonti pada pasien
Medically Sp. Ort medically compromised
35
36
Materi Kuliah Kedokteran Gigi Anak
No Materi Sub-Materi Pengampu Waktu Jumlah Dosen Capaian Pembelajaran
Pekuliahan Perkuliahan Tatap Pertemuan Pemateri
Muka
1 Dental Dental KGA 100 1 Dr. drg. 1. Mengetahui dan
management magemen pada menit Indah memahami penyakit
pada anak anak dengan Titin, S.U, sistemik pada anak
dengan penyakit Sp.KGA (K) dan manifestais
kompromis epilepsy, oralnya
medis leukemia 2. Memahami tata laksana
2 Dental Dental 100 1 pasien Anak dengan
management management menit penyakit sistemik
pada anak pada anak
dengan dengan
Senin
Senin Selasa
Selasa Rabu Rabu Kamis Kamis JumatJumat
Jam
Jam
20/9/2021
20/9/2021 21/9/2021
21/9/2021 22/9/2021
22/9/2021 23/9/2021 23/9/2021 24/9/2021
24/9/2021
Pengantar Pengantar
07.00-07.50 (drg. Hendri Susanto,
(drg. Hendri
07.00-07.50 MKes, PhD,Susanto,
Sp.PM) MKes,
PhD, Sp.PM)
08.00-08.50 Penyakit Penyakit
Kardiovaskular Penyakit Gastrointestinal (Dr.dr.
Penyakit
08.00-08.50 Dewa
(Dr.dr. I Kardiovaskular Pramantara S,
I DewaGastrointestinal
09.00-09.50 Topik III Topik III Topik III Pramantara, Sp.PD-G
(Dr.dr. I(K)
Dewa Sp.PD-Ger
(Dr.dr. (K))
I Dewa
Pramantara, Sp.PD- Pramantara S,
09.00-09.50 Topik III Topik III Topik III G (K) Sp.PD-Ger (K))
Manifestasi Oral
10.00-10.50 Penyakit
KardiovaskularManifestasi
(Prof. Oral BMM
10.00-10.50 drg. Supriatno, M.Kes,
Penyakit
11.00-11.50
MDSc., Ph.D.)
Kardiovaskular
BMM
(Prof. drg.
12.00-13.00 ISTIRAHAT
11.00-11.50 Supriatno, M.Kes,
MDSc., Ph.D.)
13.00-13.50 Manifestasi Oral
12.00-13.00 ISTIRAHAT Penyakit
BMM
Gastrointestinal
Manifestasi Oral
14.00-14.50
13.00-13.50 (drg. Sri Budiarti,
Penyakit MS)
BMM Gastrointestinal
15.00-15.50 (drg. Sri Budiarti,
14.00-14.50 MS)
15.00-15.50
38
Jam Senin Selasa Jumat
Jam 27/9/2021 28/9/2021 Rabu 29/9/2021 Kamis30/9/2021 1/10/2021
07.00-07.50 27/9/2021 28/9/2021 29/9/2021 30/9/2021 1/10/2021
07.00-07.50
Penyakit
08.00-08.50 Penyakit
PenyakitRenal Penyakit Penyakit
Penyakit Penyakit Respirasi Onkologi (dr. Vita
08.00-08.50 Respirasi Neuromuskular
Penyakit
(Dr.dr. I Dewa
Renal (Dr.dr. Endokrin
Endokrin (Dr.dr. I (Dr.dr. I Dewa P Yanti Anggraeni,
(Dr.dr. I Dewa Neuromuskular Vita
(dr.(dr. YantiOnkologi (dr. Vita Yanti
Vita
Pramantara
I Dewa S, Dewa Pramantara
(Dr.dr. I Dewa Pramantara S, Sp.PD, Sp.JP,
Anggraeni, Sp.PD, M.Sc,
Sp.JP,
P Pramantara Yanti Anggraeni,
Anggraeni, Sp.PD,Sp.PD,
09.00-09.50 Sp.PD-Ger (K) S, Sp.PD-Ger
Pramantara S, Pramantara S, (K)) Sp.PD-Ger (K) Ph.D)
M.Sc, Ph.D)
09.00-09.50 S, Sp.PD-Ger Sp.JP,
Sp.JP, M.Sc, Ph.D M.Sc, Ph.D
Sp.PD-Ger (K) Sp.PD-Ger (K))
(K) Manifestasi Oral
10.00-10.50 Manifestasi Oral
Manifestasi Oral Manifestasi
Manifestasi Penyakit
Manifestasi Oral
10.00-10.50 Penyakit Penyakit
Renal Oral Penyakit
Oral Penyakit Neuromuskular
Penyakit
Endokrin
(Dr.drg. Dewi Endokrin (drg.(drg. BMM BMM
Renal (Dr.drg. BMM Neuromuskular (drg. Hendri
(drg. BMM
Agustina, MDSc, Fimma
FimmaNaritasari,
11.00-11.50 Agustina,
DewiMDSc) Susanto,
Hendri Susanto, MKes,MKes,
11.00-11.50 MDSc)
Naritasari, PhD, Sp.PM)
39
Senin Selasa PerawatanRabu Kamis Jumat
40
Jam
11/10/2021 12/10/2021 Ortodonsi13/10/2021 14/10/2021 Prosedur perawatan
15/10/2021
07.00-07.50 pada Pasien pasien prostodonsia
08.00-08.50 Medically dengan Kompromis
13.00-13.50
09.00-09.50 Compromised Identifikasi & Medis
10.00-10.50 I Penatalaksanaan dental (Dr. drg. Sri Budi
(drg. Yanuarti pada pasien dengan Abruwanti, M.Kes,
11.00-11.50 BMM
Retnaningrum Oral lesion related Sp.Pros (K)))
12.00-13.00 ISTIRAHAT ., Sp. Ort(K)) Syndrome (drg. B. Esti
Hari Tenang Topik V Topik V Topik V
Manifestasi C, M.Kes, MDS.c) Perawatan Ortodonsi
13.00-13.50 Oral Penyakit pada Pasien Medically
14.00-14.50 Ujian Topik dan Sistem Compromised II
14.00-14.50 Perdarahan (drg. Paramita Noviasari.,
Pembekuan Sp. Ort(K))
15.00-15.50 Darah
A. Metode Penyajian
Penyajian materi dalam mata kuliah ini menggunakan metode kuliah
tata pmuka.
B. Luaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan manifestasi oral
penyakit Kardiovaskular.
2. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan berbagai macam
manifestasi oral penyakit Kardiovaskular.
3. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan etiologi dan
patofisiologi berbagai macam manifestasi oral penyakit
Kardiovaskular.
4. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan cara
mendiagnosis berbagai macam manifestasi oral penyakit
Kardiovaskular.
5. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan rencana
perawatan dan perawatan berbagai macam manifestasi oral
penyakit Kardiovaskular.
C. MATERI
1. Overview
Penyakit Kardiovaskular adalah salah satu penyebab utama
kematian di negara berkembang dan negara maju. Dua kondisi
penyakit kardiovaskular yang menyebabkan kematian terbanyak
adalah penyakit jantung iskemik dan cerebrovaskular, diikuti gagal
jantung (hearth failure). Pasien dengan penyakit kardiovaskular
mempunyai risiko tinggi dalam praktek kedokteran gigi, terutama jika
tidak ada kontrol medis yang memadai. Karena itu penting bagi dokter
gigi untuk mengetahui masalah medis masing-masing pasien,
manifestasi oral yang terjadi, perawatan yang diterima termasuk
perawatan gigi dan mulut. Selain itu, dokter gigi harus dapat
mengidentifikasi keadaan darurat medis dan mengadopsi langkah-
langkah yang tepat untuk menghindarinya atau mengobatinya dengan
cepat dan efektif.
A. Metode penyajian
Penyampaian di kelas dengan tatap muka selama 100 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan
mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan kategori penyakit ginjal.
2. Memahami dan dapat menjelaskan manifestasi oral penyakit ginjal.
3. Memahami dan dapat menjelaskan konsep tata laksana dental pasien
dengan penyakit ginjal.
C. Materi
1. Overview Penyakit Renal
Pada prinsipnya penyakit ginjal secara garis besar dapat dibagi
atas : (i) Acute renal failure (ARF atau acute kidney injury), (ii) Chronic
renal failure. Kondisi akut terjadi jika ada gangguan fungsi ginjal
secara tiba-tiba, luar biasa dan dalam waktu singkat misalnya
berkurangnya pasokan darah (iskemia) karena syok, ginjal terpapar
dengan bahan yang toksik, sumbatan pada saluran kemih. ARF yang
tidak dirawat secara adekuat akan berisiko untuk menjadi kronis.
Kondisi kronis jika kerusakan yang terjadi pada ginjal dengan proses
yang lebih lambat (tidak tiba-tiba) seperti glomerulonefritis,
pielonefritis dan perubahan pada ginjal karena hipertensi. Gagal ginjal
terutama terkait dengan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus
(glomerular filtration rate, GFR). Kondisi gagal ginjal kronis,
merupakan kondisi menurunnya fungsi ginjal secara progresif dan
ireversibel yang paling banyak berimplikasi pada kondisi oral. Gagal
ginjal kronis (chronic renal failure, CRF) didefinisikan jika GFR kurang
dari 60 mL/min/1,73 m2 atau jika ada bukti terjadinya kerusakan
ginjal (micro- atau macroalbuminuria, persistent hematuria,
radiological anomalies) selama periode lebih 3 bulan. CRF dicirikan
dengan adanya pengurangan jumlah nefron yang fungsional secara
bertahap. Pada topik perkuliahan ini akan dibahas secara umum
temuan oral yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal
kronis dan konsep penatalaksanaan dentalnya.
A. Metode penyajian
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama 100 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Memahami definisi penyakit Respirasi dan jenis-jenisnya
2. Memahami manifestasi oral beberapa penyakit Respirasi
3. Memahami penatalaksanaan dental penyakit Respirasi
C. Materi
1. Overview Penyakit Respirasi
Penyakit Respirasi terbagi menjadi dua kelompok yaitu penyakit
saluran respirasi bagian atas dan penyakit saluran nafas bagian bawah.
Penyakit saluran nafas bagian atas terdiri atas penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Virus, Rhinitis Alergi, Sinusitis, Laringitis dan
Laringotracheobronhitis. Penyakit saluran nafas bagian bawah terdiri
atas : Bronkitis akut, Pneumonia, Bronkiolitis, Asma, Chronic
obstructive pulmunory diseease (COPD), Cyctic fibrosis, Pulmonary
Embolism dan Neoplasm. Penyakit saluran nafas atas yang disebabkan
oleh virus yang penting adalah disebabkan oleh Rhinovirus, selain itu
dapat disebabkan oleh Influenza virus, Corona Virus, Adenovirus,
Enterovirus, Coxsackievirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV)6.
a) Chronic Obstructive pulmunory disease (COPD) merupakan suatu
penyakit pada sistem respirasi yang dikarakteristikkan oleh adanya
obstruktif kronis reversibel yang tidak menyeluruh sebagai contoh
bronkitis kronis dan emfisema
b) Bronkitis akut merupakan penyakit infeksi pada trachea dan bronchi
yang menyebabkan batuk hingga lebih dari 3 minggu disebabkan
oleh virus seperti Influenza, Parainfluenza, RSV, Coronavirus,
Rhinovirus, Adenovirus. Bronkitis akut juga dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri seperti Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
pneumoniae, Bordetella pertussis. Staphylococcus dan bakteri gram
negatif merupakan bakteri penyebab bronkitis akut pada pasien
rawat inap.
A. Metode penyajian
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama @100 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Memahami fungsi sistem endokrin dan pengaruhnya gangguan atau
penyakit sistem endokrin pada tubuh termasuk perubahan pada
kondisi kehamilan
2. Memahami manifestasi gangguan pada sistem endokrin dan
kehamilan pada rongga mulut
3. Memahami manajemen oral pada pasien dengan gangguan pada
sistem endokrin dan kehamilan.
C. Materi
1. Overview Penyakit Endokrin dan Kehamilan
Sistem endokrin merupakan sistem yang bertanggung jawab terhadap
sekresi hormon. Beberapa fungsi sistem endokrin yaitu :
a. Regulasi dan perawatan fungsi vital
b. Merespon terhadap stres dan jejas
c. Pertumbuhan dan perkembangan
d. Metabolisme Energi
e. Reproduksi
Yang termasuk dalam sistem endokrin dan gangguannya yaitu :
Hiperparatiroidime
Hiperparatiroidime ditandai dengan berlebihnya sekresi hormon
paratiroid yang dapat terjadi secara :
Primer : hiperfunsi salah satu atau kedua kelenjar paratiroid
biasanya disebabkan tumor atau hiperplasi kelenjar yang
menyebabkan peningkatan hormon PTH yang menyebabkan
hiperkalsemia dan hipofosfatemia.
Sekunder : pada pasien dengan sindrom malabsorbsi intestinal
atau gagal ginjal kronis sehingga menurunkan produksi vitamin
D atau disertai kondisi hipokalsemia sehingga menyebabkan
kelenjar memproduksi PTH berlebih.
Tertier : Kondisi yang sangat jarang, terjadi paska tranplantasi
ginjal
Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan adanya hipokalsemia dan hipofosfatemia karena
kekurangan atau ketiadaan hormon paratiroid. Kondisi ini bisa
terjadi karena penyebab yang tidak diketahui secara pasti
(idiopathic hypoparathyroidism), gangguan autoimun, atau
gangguan perkembangan. Kondisi hipokalsemia pada pasien
hipoparatiroidisme dapat menyebabkan kondisi seperti parestesia
dan kejang. Gangguan ektodermal seperti alopecia (tidak adanya
rambut), kulit bersisik, dan gangguan bentuk kuku dapat dijumpai
pada kondisi ini.
Acromegaly
Akromegali ditandai dengan disfigurasi somatik progresif pada
wajah dan ekstremitas. Perbedaan kerangka kraniofasial yang
paling khas adalah glabella yang menonjol dan peningkatan
tinggi muka anterior. Mandibula prognatik dan penebalan rahang
yang disebabkan oleh penumpukan tulang periosteal sebagai
respons terhadap kelebihan hormon pertumbuhan. Perubahan
intraoral lainnya adalah spacing gigi, maloklusi, aperthognathia,
makroglosia, hipertrofi jaringan palatal yang dapat menyebabkan
sleep apnea, gigi miring ke arah bukal karena pembesaran lidah.
Radiografi gigi dapat menunjukkan ruang pulpa besar
(taurodontisme) dan endapan sementum yang berlebihan pada
akar. Menurut studi analisis morfologis yang dilakukan di
Jepang, pasien laki-laki cenderung menunjukkan kemajuan
rahang bawah dan crossbite, sementara perempuan
menunjukkan ramus mandibula yang panjang, sehingga rahang
tampak panjang ke bawah dengan bimaksiler protusif dan gigitan
edge to edge.
b. Hipopituitarisme
Manifestasi oral pada hipopituirarisme yaitu maksila dan
mandibula pasien yang terkena lebih kecil dari normal dan wajah
tampak lebih kecil, pola erupsi gigi permanen tertunda.
Seringkali pola pergantian gigi permanen tertunda beberapa
tahun, dan juga perkembangan akar gigi permanen tampaknya
tertunda. Lengkung gigi lebih kecil dari normal yang
mengakibatkan maloklusi gigi. Temuan lain yaitu agenesis gigi
incisuvus sentralis atas dan geraham ketiga bahkan hingga
dekade keempat kehidupan.
c. Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme
Hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan dan
pematanganjaringan, metabolisme energi dan pergantian kedua
seldan nutrisi Manifestasi oral yang dapat dijumpai pada kondisi
sekresi yang berlebihan ataupun kurang dari hormon ini secara
umum yaitu :
d. Hiperparatiroidismedan Hipoparatiroidisme
Manifestasi oral yang dapat dijumpai pada kondisi sekresi yang
berlebihan ataupun kurang dari hormon ini secara umum yaitu :
Hipoparatiroidisme Hiperparatiroidisme
1. Abnormalitas gigi : 1. Abnormalitas gigi
- Pelebaran kamar pulpa - Hipoplasi enamel
- Gangguan perkembangan - Poorly calcified dentin
- Perubahan erupsi gigi - Pelebaran kamar pulpa
- Gigi yang rapuh - Pemendekan akar gigi
- Maloklusi - Hipodonsia
2. Brown tumor - Terlambatnya atau
3. Hilangnya kepadatan tulang berhentinya pertumbuhan
4. Kalsifikasi jaringan lunak gigi
2. Torus mandibularis
3. Kandidiasis kronis
4. Parestesia pada lidah dan
bibir
5. Perubahan pada otot fasial
e. Diabetes Mellitus
Secara umum manifestasi oral dari DM yaitu : mulut kering,
karies, penyakit periodontal dan gingivitis, oral candidiasis,
d. Hipotiroidisme
Sebelum dilakukan tindakan dental, anamnesis riwayat medis
yang lengkap dan konsultasi dengan spesialis endokrin yang
merawat sangat direkomendasikan.
Secara umum manajemen oral pasien hipertiroid adalah sebagai
berikut:
1) Pada pasien dengan kondisi terkontrol kita perlu menghindari
terjadinya infeksi oral
2) Pada pasien dengan kondisi tidak terkontrol, tindakan yang
memiliki resiko infeksi dan penggunaan obat yang dapat
menyebabkan depresi syaraf pusat (narkotik dan barbiturat)
harus dihindari karena dapat menyebabkan respon yang
berlebihan salah satunya adalah koma myxedematous. Ciri-ciri
koma myxedematous diantaranya : hipotermia, brakikardia,
hipotensi berat, dan kejang. Pada kondisi ini tindakan dental
harus dihentikan dan perlu dilakukan tindakan emergensi.
e. Hiperparatiroidisme
Manajemen oral secara umum tidak memerlukan pertimbangan
khusus, namun adanya resiko patah tulang yang lebih besar perlu
diwaspadai khususnya pada tindakan bedah. Selain itu
identifikasi brown tumor yang merupakan manifestasi oral khas
dari kondisi ini perlu dipahami untuk menghindari tindakan yang
tidak diperlukan.
f. Hipoparatiroidisme
Pasien hipoparatiroidisme memiliki kerentanan yang lebih
terhadap karies karena adanya anomali pada gigi geligi.
Manajemen dental pada pasien ini termasuk pencegahan karies
secara periodik, terkait dengan instruksi oral hygiene dan diet.
Sebelum pelaksanaan manajemen oral perlu dipastikan serum
kalsium diatas 8mg/100 ml untuk mencegah cardiac arrhythmias,
seizures, laryngospasme atau bronchospasme.
g. Diabetes Mellitus
Pada penatalaksanaan DM perlu dilakukan asesmen riwayat DM
untuk menentukan perlunya konsultasi medis sebelum dilakukan
tindakan dental. Pada penatalaksanaan tipe diabetes dan jenis
medikasi yang digunakan perlu dipertimbangkan. Berikut
beberapa poin rekomendasi manajemen pada pasien DM:
Perjanjian di pagi hari lebih diutamakan
Untuk tindakan bedah medikasi terkait DM harus dilakukan
seperti biasa
Antibiotik perlu diberikan jika ada resiko infeksi
h. Addison Disease
Pasien Addison Disease umumnya memperoleh terapi
kortikosteroid. Perlu dibedakan tahap supresi adrenal terkait
penggunaan kortikosteroid, yaitu :
Stage I : dosis kortikosteroid tidak menyebabkan supresi
adrenal
Stage II : glokokortikoid di darah menghambat tubuh
memproduksi kortisol secara fisiologis sehingga pemberian
dosis kortikosteroid tetatp tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan tubuh dalam menghadapi situasi yang membuat
stres.
Stage III : pemberian dosis kostikosteroid sangat tinggi untuk
menyebabkan supresi pada kelenjar adrenal, namun
mencukupi kebutuhan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
kortisol pada kejadian stres.
Hal ini menjadi dasar tindakan dental yang akan kita lakukan.
Pemberian suplementasi kortikosteroid dapat dibutuhkan maupun
tidak dibutuhkan pada pasien.
Pasien dengan terapi kortikosteroid dosis rendah (low-dose
corticotherapy /LDC) yaitu < 30mg of hydrocortisone/hari :
1) Pasien dengan riwayat penggunaan kortikosteroid rutin
tidak memerlukan suplementasi kortikosteroid baik untuk
tindakan rutin maupun bedah, karena umumnya tidak
terjadi supresi adrenal
2) Pasien yang baru saja konsumsi kortikosteroid :
suplementasi kortikosteroid tidak diperlukan.
Pasien dengan terapi kortikosteroid dosis tinggi (high-dose
corticotherapy/HDC) yaitu > 40 mg of hydrocortisone/hari):
1) Pasien dengan riwayat penggunaan HDC secara teratur
untuk periode singkat (kurang dari satu bulan): supresi
adrenal bersifat sementara, pemulihan respons stres terjadi
dalam waktu 14 hari setelah penghentian steroid. Oleh
karena itu, untuk prosedur gigi rutin, prosedur bedah,
i. Cushing Syndrome
Manajemen oral pada pasien ini terdiri atas pencegahan infeksi,
fraktur patologis pada tindakan bedah serta perlunya
A. Metode penyajian
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama 100 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Mengelola kesehatan gigi dan mulut pasien dengan gangguan
neuromuskuler, seperti Epilepsi, Stroke, Parkinson Disease,
Myasthenia Gravis, Multiple sclerosis, Bell’s palsy, dan Dysphagia.
Sebagai tujuan khusus adalah :
2. Menjelaskan strategi dantata kelola kesehatan gigi dan mulut pasien
dengan gangguan neuromuskuler,
3. Menjelaskan relevansi beberapa gangguan neuromuskuler dengan
kesehatan gigi dan mulut.
4. Merencanakan dan melakukan tata kelola kesehatan gigi dan mulut
pasien dengan gangguan neuromuskuler sesuai dengan indikasinya.
C. Materi
1. Overview
Gangguan neuromuskuler secara harfiah berarti gangguan karena
kelainan pada otot dan saraf terkait. Gangguan neuromuskuler ini
memiliki tingkat prevalensi kolektif seumur hidup antara 3% hingga
5% yang membuatnya bertemu dengan praktek dokter gigi.
Sejumlah besar gangguan Neuromuskuler memerlukan
pertimbangan tata kelola khusus, termasuk perencanaan sebelum
perawatan, teknik terapi, dan tindak lanjut setelah perawatan. Kondisi
neuromuskuler yang dihadapi dokter gigi antara lain dapat berupa
kelainan yang terkait dengan saraf kranial, defisit sensorik dan
motoric, seperti: Epilepsi, Parkinson Disease, Myasthenia Gravis,
Multiple Sclerosis, Bell’s Palsy, dan Dysphagia.
c. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson terjadi akibat degenerasi sel-sel di substantia
nigra, menyebabkan sejumlah gejala motorik yang dapat mempersulit
perawatan gigi. Gangguan seperti tremor, gerakan tak sadar,
kekakuan wajah dan anggota badan, bradikinesia (terutama yang
berkaitan dengan menelan), dan akathisia (yaitu, gelisah)harus
dipertimbangkan selama perawatan gigi. Berikut ini adalah daftar
rekomendasi khusus untuk mengelola pasien gigi dengan penyakit
Parkinson.
d. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis menyebabkan kelemahan otot secara umum,
termasuk otot-otot wajah, lidah, dan leher. Pasien dengan myasthenia
gravis dapat memegang rahang mereka dalam posisi kendur dengan
mulut terbuka. Masalahnya akan menjadi lebih buruk menjelang
akhir hari dan dengan kelelahan atau stres.
Derajat Kriteria
g. Disfagia
Menelan, seperti yang kita tahu adalah peristiwa multisystem;
melibatkan otot-otot yang terlibat dan transmisi saraf ke otak, serta
bantuan pengunyahan oleh gigi dan kelenjar ludah dalam pelumasan
dan aksi enzimatik pada makanan. Lebih lanjut, akan dipengaruhi oleh
masalah apapun yang mempengaruhi laring atau kerongkongan.
Disfagia atau kesulitan menelan biasanya menyerang orang dewasa
yang lebih tua meskipun juga bisa memengaruhi bayi. Empat puluh
persen penghuni panti jompo terkena dampak penyakit ini.
Disfagia memiliki banyak etiologi, beberapa penyebab yang lebih
umum meliputi: stroke, tumor, radiasi dan kemoterapi, defisit motorik
terkait usia, achalasia, strictures, gangguan neurologic yang lain.
Disfagia dapat disebabkan oleh penyumbatan, seperti GERD (penyakit
refluks gastroesofagus) atau ketidakmampuan otot untuk melakukan
peristaltik karena penyakit neurologis yang mendasarinya seperti
distrofi otot, Parkinson , atau multiple sclerosis.
Pasien dengan disfagia akan menunjukkan gejala kesulitan
menelan, mungkin memiliki masalah dengan mengunyah karena
kurangnya fungsi menelan, atau memiliki masalah memindahkan
makanan dari mulut mereka melalui kerongkongan. Mereka mungkin
merasa ada benjolan di tenggorokan. Mereka juga dapat menunjukkan
kekurangan gizi, dehidrasi, serta aspirasi partikel makanan karena
batuk dan tersedak ketika mereka mencoba untukmembersihkan
kerongkongan mereka.
Sekelompok gejala potensial dari pasien yang mengalami disfagia
(seperti; kesulitan mengunyah, makanan sulit ketenggorokan untuk
memulai menelan, seringmembersihkan tenggorokan dengan batuk,
merasakan ada sesuatu yang terperangkap di belakang tenggorokan
mereka, batuk saat makan,air liur berlebihan atau drooling,
tenggorokan teriritasi, keluhan refluks dari makanan masuk ke mulut,
hidung, atau tenggorokan, infeksi saluran pernapasan atau
pneumonia). Pasien-pasien ini mungkin memiliki masalah
neuromuskuler yang mendasarinya, sehingga menjadi titik awal untuk
mengkaji lebih lanjut tentang gangguan menelan mereka.
A. Metode penyajian
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama 100 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Mengetahui dan memahami kelainan oral karena penyakit
gastrointestinal
b. Menjelaskan berbagai macam etiologi lesi oral karena gangguan
gastrointetinal yang muncul serta tanda dan gejalanya
c. Menjelaskan berbagai lesi oral yang muncul karena gangguan
gastrointestinal
d. Memahami prinsip penatalaksaaan lesi oral akibat gangguan
gastrointestinal
C. Materi
1. Overview
Saluran gastrointestinal
Rongga mulut merupakan pintu masuk menuju saluran
gastrointestinal/saluran pencernaan yang berakhir di saluran
pembuangan / anus. Saluran gastrointestinal dibagi menjadi saluran
pencernan atas dan bawah. Saluran pencernaan atas mulai dari mulut,
faring, lambung dan hati beserta asesorisnya , sedangkan saluram
pencernaan bawah terdiri dari usul kecil dan usus besar sampai ke
anus.
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama 2 x 50 menit
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mengetahui berbagai jenis kelainan hemato-onkologis.
b. Mengetahui aspek klinis dan manifestasi kelainan hemato-onkologis
pada jaringan gigi dan mulut.
c. Menentukan rencana perawatan gigi dan mulut pada pasien dengan
kelainan hemato-onkologis
C. Materi Pembelajaran
1. Pendahuluan
Sejumlah penyakit sistemik termasuk kelainan hematologis memiliki
manifestasi di wilayah orofasial. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta
bahwa rongga mulut dianggap sebagai jendela tubuh. Sebagian besar
manifestasi tersebut tidak spesifik atau non-patognomonik, tetapi
harus menjadi perhatian, baik ahli hematologi maupun dokter gigi
tentang kemungkinan kelainan hematologis yang disertai
memanifestasi oral. Manifestasi oral ini harus dikenali dengan benar,
ditegakkan diagnosis dan dilakukan rujukan yang tepat. Sangat
pentingnya memahami manifestasi orofasial, manifestasi oral sering
kali merupakan tanda awal dari penyakit hematopoietik yang
melatarinya.
2. Aspek klinis kelainan hemato-onkologis dan manifestasinya pada
jaringan gigi dan mulut
Hematology-oncology mengacu pada diagnosis, perawatan dan
pencegahan penyakit darah (hematology) dan kanker (oncology).
Klasifikasi gangguan hematologis dapat dibedakan berdasar
keterlibatan sel komponen darah, yaitu gangguan sel darah merah
(anemia, eritrositosis, dan Bone marrow failure syndrome) dan
gangguan sel darah putih (leukemia).
a) Gangguan sel darah merah. Gangguan hemolitik menyebabkan
anemia, ketika sumsum tulang tidak mampu mengganti sel darah
merah yang rusak secara memadai. Anemia dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, Tipe anemia: anemia normokromik, normositik
(anemia hemolitik, anemia aplastic, anemia akibat hemoragi akut
A. Metode penyajian
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama 100 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami dan menjelaskan kelainan perdarahan dan pembekuan
darah dalam tubuh
2. Memahami dan menjelaskan manifestasi kelainan perdarahan dan
pembekuan darah pada rongga mulut
3. Memahami dan menjelaskan kelola kasus pasien dengan kelainan
perdarahan dan pembekuandarah pada rongga mulut
C. Materi
1. Overview
Kelainan perdarahan dan pembekuan darah merupakan kondisi
adanya perubahan pembuluh darah, platelet dan faktor koagulasi dalam
mempertahankan hemostasis. Gangguan ini dapat diakibatkan oleh
penyakit kongenital atau penyakit yang didapat (acquired) dan
menyebabkan abnormalitas pada elemen darah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
a. Kelainan Pembuluh Darah
Kelainan pembuluh darah dapat diakibatkan dari malformasi
struktural pembuluh darah atau dari kelainan jaringan ikat.
Kelainan ini dapat menyebabkan tampakan hemoragik, meskipun
biasanya perdarahan yang terjadi ringan dan terbatas pada kulit,
mukosa dan gingiva.
1) Scurvy
Scurvy terjadi akibat defisiensi vitamin C, banyak ditemukan di
lingkungan miskin apabila konsumsi vitamin C sehari-hari di
bawah 10 mg/d. Vitamin C penting untuk sintesis hidroksiprolin,
penyusun penting dari kolagen. Kolagen abnormal menyebabkan
kerusakan jaringan pendukung perivaskuler sehingga
menyebabkan kerapuhan kapiler dan penghambatan
penyembuhan luka. Salah satu tanda klinisnya adalah hemoragi
b. Kelainan Platelet
Perdarahan yang berkaitan dengan platelet dapat diakibatkan oleh
abnormalitas kuantitatif maupun kualitatif. Penurunan jumlah
platelet (trombositopenia) dapat terjadi akibat penurunan produksi
platelet dari disfungsi sumsum tulang, peningkatan sekuestrasi limpa,
atau peningkatan konsumsi platelet dalam kondisi medis yang didapat,
misalnya ITP (idiopathic thrombocytopenic purpura) dan TTP (thrombotic
thrombocytopenic purpura). ITP dan TTP memiliki gejala munculnya
peteki dan purpura pada badan, leher dan anggota badan. Perdarahan
mukosa dapat terjadi pada rongga mulut, saluran cerna dan
genitourinaria.
Medikasi juga dapat mengurangi jumlah platelet atau mengganggu
fungsinya sehingga menyebabkan hemoragi setelah tindakan bedah.
Supresi sumsum tulang belakang dari kemoterapi sitotoksik dapat
menyebabkan trombositopenia parah. ASA (aspirin) adalah antiplatelet
yang banyak digunakan. Aspirin akan berikatan secara ireversibel
dengan enzim COX (siklooksigenase) sehingga menyebabkan
penghambatan sintesis tromboksan dan prostaglandin, akhirnya
mencegah pelepasan platelet dan agregasinya selama kurang lebih 7 – 9
hari. Obat-obatan NSAID juga menghambat COX tapi bersifat reversibel
sehingga efeknya hanya berlangsung selama obat bersirkulasi.
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama 2 x 50 menit
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui berbagai sindroma yang melibatkan jaringan mulut,
2. Mengidentifikasi dan dapat menegakkan diagnosis kerja lesi oral
terkai tterkait sindroma
3. Merencanakan perawatan lesi oral terkait terkait sindroma sesuai
indikasinya.
C. Materi
1. Pendahuluan
Kata SYNDROME berasal dari literatur Yunani‘sundrome’: yang
berarti, berjalan bersama" (syn: bersama dan dromos:berjalan). Sindrom
merupakan asosiasi dari ‘tanda’ (yang diamati oleh dokter), ‘gejala’ (yang
dilaporkan oleh pasien),gambaran/perangai klinis, fenomena atau
karakteristikyang dapat dikenali dan sering terjadibersama-sama,
sehingga keberadaan salah satu temuan klinis menimbulkan
kewaspadaan dokter terhadap kehadiran temuan klinis lainnya (Ghom et
al, 2014).MenurutAnuthama et. Al (2013), sindrom berkaitan dengan
berbagai gambaran, tanda, gejala, fenomena atau karakteristik klinis
yang dapat diidentifikasi/dikenali.Lebih dari 300 entitas sindrom
diketahui melibatkan struktur kraniofasial termasuk jaringan gigi.
2. Etiopathogenesis/patofisiologi sindroma
Istilah‘Syndrome’mengacu pada kombinasi gejala yang disebabkan
oleh satu penyebab tunggal atau terjadi secara bersamaan dan
membentuk entitas klinis tertentu. Ghom et.al (2014) membedakan
berbagai etiologi dan kausa sindroma sebagai berikut: a.genetik, b.
Penyimpangan kromosomal, c.disfungsiimun, d.responimun abnormal,
e.disfungsikelenjar/glandular, f.disfungsi vaskular, g.disfungsisaraf, dan
h.gangguan metabolic.
pasien sindromik .
Mengenali, mengelola, dan merawat semua masalah kesehatan gigi
dan mulut pasien dengan sindroma orodental merupakan satu tugas
dokter gigi umum. Langkah awal, dokter gigi harus mengetahui dan
dapat mengenali atau mengidentifikasi suatu kelainan/lesi oral terkait
dengan tanda dan gejala lain yang mengarah pada entitas sindromik,
memberikan perawatan inisial dan selanjutnya dapat melakukan
rujukan sesuai indikasinya.
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi, diskusi, dan kuis di kelasdengan tatap muka
selama50 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan menerangkan kembali persiapan tindakan eksodonsia
pada pasien dengan kelainan jantung.
2. Memahami dan menerangkan kembali tindakan eksodonsia pada pasien
dengan kelainan jantung.
3. Memahami dan menerangkan kembali resiko, komplikasi dan
penanganannya pada pasien dengan kelainan jantung pasca tindakan
eksodonsia.
C. Materi
1. Infective Endocarditis (IE)
a. Potensi Permasalahan Medis pada Tindakan Pencabutan Gigi
i. Bakterimia
ii. Perdarahan berlebihan dan/atau berkepanjangan. Hal ini dapat
terjadi karena konsumsi antikoagulan yang biasa digunakan
pada pasien yang memakai katub jantung buatan
b. Manifestasi Oral yang Bisa Menjadi Tanda
i. Petechiae
c. Pencegahan Terjadinya Permasalahan
i. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi, yaitu pasien dengan:
- Katub jantung buatan
- Riwayat IE yang telah terdiagnosis sebelumnya
- Riwayat transplantasi jantung
ii. Penggunaan antibiotik profilaksis
- 30-60 menit sebelum tindakan
- Standar: Amoxicilin 2 g
- Alergi penicilin: Cefadroxyl 2 g, clindamicin 600 mg,
azythromycin 500 mg
A. Metode Pembelajaran
Pembelajaran ini diberikan 50 menit dalam bentuk ceramah dan diskusi
di dalam kelas.
B. Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa memahami dan mampu menceriterakan kembali cara
pengelolaan pasien yang akan dilakukan tindakan ekstrasi pada
pasien hipertensi,yang meliputi persiapan, saat periode tindakan dan
pengelolaan paska tindakan.
2. Mahasiswa memahami dan dapat menyebutkan komplikasi tindakan
ekstrasi pada pasien hipertensi.
3. Mahasiswa memahami dan dapat menyebutkan obat - obatan yang
diberikan pasca tindakan dan interaksi obat - obatan yang diberikan
dengan obat – obat hipertensi.
C. Materi
1. Pendahuluan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan arterial yang tidak normal,
systole ≥ 140 mmHg atau diastole ≥ 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi
meliputi prehipertensi, Stage 1 hipertensi, dan stage 2 hipertensi (table
3.1).Penderita hipertensi pada awal kadang asymptomatic hanya ditandai
dengan peningkatan tensi saja dan/atau dengan tambahan gejala yang
tidak spesifik, seperti pusing, sakit kepala dan tinnitus, namun akhirnya
pada jangka panjang dan tidak terkontrol, kasus – kasus advanced akan
menyebabkan gangguan pada beberapa organ ,seperti ginjal, jantung, otak
dan mata (Box3.2).
3. Pascatindakan Pencabutan
Komplikasi perdarahan massive akibat hipertensi kemungkinan dapat
terjadi namun jarang terjadi. Pasca tindakan harus dilakukan usaha usaha
untuk mereduksi faktor- faktor yang dapat memicu naiknya tekanan darah
pasien, seperti kecemasan dan rasa sakit. Selain itu, adanya interaksi obat
obatan harus dipertimbangkan. Pemberian analgetik harus adekuat bila
diperlukan dapat diberikan preemtive analgesia, sebelum tindakan. Jenis
pemilihan analgetik harus disesuaikan dengan kondisi medis pasien
Obat antiinflamasi nonsteroid tertentu,seperti ibuprofen, indomethacin
atau naproxen dapat berinteraksi dengan obat – obat hipertensi seperti
golongan beta blocker,diuretic,ACEi (angiotensin-converting enzyme
inhibitor),yang dapat menurunkan aksi dari obat hipertensi, oleh karena itu
tidak boleh diresepkan untuk periode lebih dari 5 hari.Eritromisin dan
klaritromisin harus dipertimbangkan Karena dapat menimbulkan efek
hipotensi pada pasien hipertensi yang mengkonsumsi obat obatan calsium
chanel blocker(CCB), seperti: nifedipine ,amlodipine dll),yang dapat
mengakibatkan trauma akut pada ginjal.
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi, diskusi, dan kuis di kelas dengan tatap muka 50
menit
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan tentang materi ini, diharapkan
mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan kembali persiapan tindakan eksodonsi
pada pasien dengan penyakit ginjal
2. Memahami dan menjelaskan kembali tindakan eksodonsi pada
pasien dengan penyakit ginjal
3. Memahami dan menjelaskan kembali resiko, komplikasi dan
penanganan tindakan eksodonsi pada pasien dengan penyakit ginjal.
C. Materi
Pasien dengan problem penyakit ginjal seringkali mempunyai
permasalahan medis yang serius, sehingga seorang dokter gigi perlu
mengenali status klinis pasien, mewaspadai komplikasi yang mungkin
terjadi dan penanganannya, serta menguasai manajemen pencabutan gigi
yang tepat. Penyakit ginjal yang progresif bisa menyebabkan penurunan
fungsi ginjal dan kegagalan ginjal yang berefek pada system multi organ.
Manifestasi yang perlu kita waspadai meliputi anemia, perdarahan
abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, hipertensi,
intoleransi obat, dan abnormalitas skeletal, yang dapat mempengaruhi
tindakan dan perawatan gigi. Selain itu, pasien-pasien dengan penyakit
ginjal yang parah dan progresif perlu menjalani hemodialysis dan
transplantasi ginjal.
Secara garis besar, penyakit ginjal dibagi menjadi 2, yaitu gagal ginjal
akut (acute kidney injury/acute renal failure) dan kronis (chronic kidney
disease/chronic kidney failure)
1. Penyakit ginjal akut (acute kidney injury/acute renal failure)
Gagal ginjal akut merupakan penurunan secara mendadak fungsi
ginjal dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari, ginjal tidak
mampu menjalankan fungsinya. Ditandai dengan penurunan glomerular
filtration rate secara tiba-tiba, bermanifestasi klinis sebagai peningkatan
ureum dan kreatinin yang mendadak dan berkelanjutan, tetapi sifatnya
reversibel.
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi, diskusi, dan kuis di kelasdengan tatap muka
selama 50 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan menerangkan kembali persiapan tindakan eksodonsia
pada pasien dengan penyakit dan gangguan endokrin termasuk diabetes
melitus tipe 1 dan 2, gangguan tiroid berupa hipertiroid dan hipotiroid.
2. Memahami dan menerangkan kembali tindakan eksodonsia pada pasien
dengan penyakit dan gangguan endokrin termasuk diabetes melitus tipe
1 dan 2, gangguan tiroid berupa hipertiroid dan hipotiroid.
3. Memahami dan menerangkan kembali resiko, komplikasi dan
penanganannya pada pasien dengan penyakit dan gangguan
endokrintermasuk diabetes melitus tipe 1 dan 2, gangguan tiroid berupa
hipertiroid dan hipotiroid pasca tindakan eksodonsia.
C. Materi
1. Overview
Hasil riskesdas tahun 2018 menyebutkan bahwa penderita diabetes
melitus di Indonesia meningkat dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir, dengan prevalensi 8,9 per 1000 penduduk menderita
diabetes melitus pada tahun 2018. Berdasarkan data tersebut bisa
dipastikan bahwa angka kunjungan pasien ke dokter gigi dengan
gangguan endokrin tentunya akan meningkat. Kunjungan ke dokter
gigi salah satunya adalah untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi.
Penderita diabetes melitus, hipertiroid, hipotiroid harus diidentifikasi
terutama untuk mengatasi perubahan kondisi pada pasien yang
mungkin terjadi.
2. Tatalaksana tindakan pencabutan gigi pada pasien endokrin
Diabetes Melitus
Pre operatif :
a. Anamnesis: pertanyaan yang diajukan dengan kalimat sederhana
dan jelas dengan jawaban pertanyaan ya/tidak, berdiri atau
Durante Operasi
a. Anestesi lokal
b. Jumlah minimal larutan anestesi, konsentrasi epinefrin harus
sangat rendah (1:100.000 atau 1:200.000). Kontrol nyeri yang
baik selama tindakan, tetapi dosis ephinefrin dibatasi maksimal 2
carpule
c. Lakukan tindakan pencabutan gigi secara atraumatik,
penggunaan gelfoam, penekanan pada luka dan lakukan
penjahitan. Persiapkan nonadrenergik agen hemostatik dan
alatnya (elektrokauter).
d. Pantau Tekanan darah dan saturasi oksigen.
e. Diperlukan tindakan penjahitan pasca pencabutan gigi.
Post operasi
a. Perlu perhatian khusus pada interaksi obat-obatan:
b. Beta-blocker drugs (propanolol, bisoprolol)dapat meningkatkan
kondisi hypoglycemia pada pasien yang mengkonsumsi
sulfonylureas.Corticosteroids akan menurunkan
aksisulfonylureas(amaryl/glimepiride).
3. Perhatian Khusus
a. Insulin pump harus digunakan dengan benar dan dipastikan
bekerja dengan baik.
b. Pasien diinstruksikan untuk tetap makan sesuai porsi normal
dan dosis insulin atau obat yang seperti biasa.
Hipertiroid
Pre operatif :
a) Anamnesis: pertanyaan yang diajukan dengan kalimat sederhana dan
jelas dengan jawaban pertanyaan ya/tidak, berdiri atau duduk di
depan pasien, tanpa masker, kontak mata, gerak tubuh pelan.
Anamnesis meliputi faktor resiko pasien: gejala hipertiroid, seperti
mudah lemas, tremor, takikardi, penurunan berat badan, tidak
toleran terhadap suhu udara panas, mudah berkeringat, penampilan
exoptalmus, hipertensi.
b) Riwayat krisis tiroid : kapan (tanggal), keparahan, perawatan yang
diberikan.
c) Ukur tekanan darah dan skala nyeri.
d) Waktu kunjungan lebih baik di pagi hari, dengan kunjungan singkat.
Pasien yang menderita hipertiroid sangat mudah tercetus oleh kondisi
stress.
e) Sebelum tindakan pencabutan gigi :
a) Analgesik aspirin dan NSAIDs dapat meningkatkan jumlah
circulating T4, menyebabkan kontrol tiroid semakin sulit.
b) Antibiotik ciprofloxacin sebaiknya tidak diberikan berbarengan
dengan levothyroxine karena dapat menyebabkan pernurunan
absopsi hormon tiroid.
c) Efek samping dari obat anttiroid (methimazole and
propylthiouracil) antara lain rash, pruritus, demam, and
arthralgias. Agranulocytosis dan hepatitis merupakan komplikasi
yang jarang terjadi tetapi salah satu jenis komplikasi yang serius
dari antithyroid drugs
Post operasi
a. Perdarahan masif dapat terjadi pada pasien dengan
trombositopenia tidak terkontrol, permasalahannya jarang
trombositopenia terdeteksi.
b. Penggunaan epinefrin dan (gingival retraction cords atau untuk
kontrolbleeding) harus dihindari pada pasien dengan hipertiroid
tidak terkontrol.Pasien Emergensi dengan pengobatan antitiroid
antara lain dapat berupa demam, nyeri tenggorokan, atau oral
ulcer harus segera dibawa ke IGD (kemungkinan agranulocytosis).
Pasien dengan jaundice dan abdominal pain (kemungkinan
hepatitis) harus segera dibawa ke IGD.
c. Krisis tiroid dapat terjadi di klinik gigi: sedia peralatan emergensi,
vital sign pasien harus dimonitor, dapat diaplikasijan ice pack,
injeksi 100 to300 mg of hydrocortisone, IV glucose solution;
pemberian propylthiouracil(PTU) dan segera pindahkan pasien ke
IGD terdekat.
d. Krisis tiroid dapat dicetus oleh infeksi maupun tindakan
pembedahan
Hipotiroid
Pre operatif :
a) Anamnesis: pertanyaan yang diajukan dengan kalimat sederhana
dan jelas dengan jawaban pertanyaan ya/tidak, berdiri atau
duduk di depan pasien, tanpa masker, kontak mata, gerak tubuh
pelan. Anamnesis meliputi faktor resiko pasien: riwayat hipotensi,
bradikardi, penambahan berat badan, puffy face-hand-eyes, tidak
toleran dengan suhu dingin, nyeri sendi, sering keram. Kongenital
Durante Operasi
a) Anestesi lokal
b) Jumlah minimal larutan anestesi, konsentrasi epinefrin harus
sangat rendah (1:100.000 atau 1:200.000). Kontrol nyeri yang
baik selama tindakan, tetapi dosis ephinefrin dibatasi maksimal 2
carpule
c) Lakukan tindakan pencabutan gigi secara atraumatik,
penggunaan gelfoam, penekanan pada luka dan lakukan
penjahitan. Persiapkan nonadrenergik agen hemostatik dan
alatnya (elektrokauter).
d) Pantau Tekanan darah dan saturasi oksigen.
e) Diperlukan tindakan penjahitan pasca pencabutan gigi.
Perhatian khusus
a) Analgesik hindari CNS depressants seperti narcotics,barbiturates,
dan sedatives
b) Antibiotics dapat diberikan pada pasien dengan poorly hipotiroid
terutama pada kasus yang membutuhkan incisi dan drainase
c) Phenytoin, phenobarbital, carbamazepine, danrifampin sebaiknya
dipertimbangkan penggunaannya karena dapat meningkatkan
metabolism obat thyroid replacement drugs.
d) Ferrous sulfate, calcium carbonate, dan aluminum hydroxide
dapat mempengaruhi absorpsi thyroxine (dosis thyroxineharus
dibagi menjadi per 4 jam atau lebih).
e) Emergencies
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi manajemen eksodonsi pada pasien dengan
kompromis medis dengan penyakit hepatogastrointetinal meliputi penyakit
Hepatitis, Liver Disease, Sirosis, Ulkus intestinal, dan gastritis dengan
metode presentasi dilanjutkan dengan diskusi, dan kuis di kelasselama50
menit.
B. LuaranPembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan menerangkan kembali persiapan tindakan eksodonsia
pada pasien dengan penyakit hepatogastrointestinal.
2. Memahami dan menerangkan kembali tindakan eksodonsia pada pasien
dengan penyakit penyakit hepatogastrointestinal.
3. Memahami dan menerangkan kembali resiko, komplikasi dan
penanganannya pada pasien dengan penyakit penyakit
hepatogastrointestinal pasca tindakan eksodonsia.
C. Materi-Hepar
1. Overview
Pasien dengan riwayat penyakit viral hepatitis biasanya sebagai
pembawa penyakit asimptomatik dan dapat menularkan secara tidak
diketahui ke petugas kesehatan atau pasien lainnya. Kontrol infeksi
yang ketat dan resiko perdarahan yang memanjang patut
diperhatikan. Selain itu beberapa obat dimetabolisme di hati
termasuk analgesic dan obat lokal anestesi.
2. Tatalaksana tindakan pencabutan gigi pada pasien dengan
penyakit hepar
Pre operatif : Evaluasi pasien dan asesmen resiko :
a. Evaluasi riwayat kesehatan dan diskusikan tentang riwayat
penyakit yang diderita atau pernah diderita oleh pasien
b. Identifikasi obat-obatan yang diminum atau obat yang akan
dikonsumsi oleh pasien
c. Pemeriksaan tanda dan gejala penyakit yang dideritan pasien.
d. Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium dan ro foto
Durante Operasi
a. Anestesi lokal : Anestesi lokal dengan dosis yang lebih tinggi
diperlukan terutama pada pasien dengan alkoholik liver disease.
Perlu diketahui fungsi liver saat ini dengan test laboratorium.
Pasien harus dimonitor secara ketat terkait pemberian anestesi
lokal ini.
b. Lakukan tindakan pencabutan gigi secara atraumatik,
penggunaan gelfoam, penekanan pada luka.
c. Pantau Tekanan darah dan saturasi oksigen.
d. Jika diperlukan lakukan tindakan penjahitan pasca pencabutan
gigi.
Post operasi
a. Pemberian antibiotik: hindari metronidazole dan vankomisin.
b. Pemberian Analgesik: hindari penggunana Asam Asetilsalisilat dan
Paracetamol
c. Tata laksanan kegawatdaruratan : terutama pada pasien dengan
penyakti hati yang parah lakukan perawatan di Rumah Sakit
dengan konsultasi medis dari sejarat Penyakit Dalam.
Perhatian khusus
a. Resiko perdarahan penurunan metabolisme obat.
b. Kontrol post operasi untuk memastikan ada tidaknya komplikasi
post operasi.
Materi-Gastrointestinal
1. Overview
Pasien dengan penyakit lambung dan usus perlu diperhatikan
pemberian obat pasca tindakan pencabutan gigi. Beberapa obat akan
langsung mengiritasi saluran cerna yang akan menyebabkan nyeri
lambung dan colitis.
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi, diskusi, dan kuis di kelasdengan tatap muka
selama50 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan menerangkan kembali persiapan tindakan eksodonsia
pada pasien hamil dan menyusui.
2. Memahami dan menerangkan kembali tindakan eksodonsia pada pasien
pasien hamil dan menyusui.
3. Memahami dan menerangkan kembali resiko, komplikasi dan
penanganannya pada pasien pasien hamil dan menyusui pasca tindakan
eksodonsia.
C. Materi
i. Overview
Manajemen dental pada pasien hamil dan menyusui membutuhkan
perhatian khusus.Dimana pada pasien hamil perlu diperhatikan
pemilihan obat, jenis tindakan dental dan waktu dilakukan tindakan
harus diperhatikan dengan seksama. Pasien menyusi diperlukan
perhatian pemilihan obat yang diberikan agar aman bagi anak .Salah
satu tindakan dental yang perlu diwaspadai selama kehamilan adalah
tindakan bedah.
Durante Operasi
a. Anestesi local
b. Kontrol nyeri yang baik selama tindakan
c. Lakukan tindakan pencabutan gigi
d. Pantau Tekanan darah dan saturasi oksigen.
Post operasi
a. Pemberian antibiotik: sesuai yang disarankan oleh FDA
b. Pemberian Analgesik: sesuai yang disarankan oleh FDA
Durante Operasi
a. Anestesi local
b. Kontrol nyeri yang baik selama tindakan
c. Lakukan tindakan pencabutan gigi
Post operasi
a. Pemberian antibiotik: sesuai yang disarankan oleh FDA
b. Pemberian Analgesik: sesuai yang disarankan oleh FDA
Perhatian khusus
a. Pasien-pasien hamil harus diingat bahwa segala tindakan dan
obat yang kita berikan dapat mempengaruhu dari perkembangan
janin
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi manajemen eksodonsia pada pasien dengan
kompromis medis neuromuskuler meliputi penyakit stroke, epilepsi,
Parkinson, dan penyakit laiannya dengan metode dilanjutkan dengan
diskusi, dan kuis di kelasselama50 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan menerangkan kembali persiapan tindakan eksodonsia
pada pasien dengan penyakit dan gangguan neurologis.
2. Memahami dan menerangkan kembali tindakan eksodonsia pada pasien
dengan penyakit dan gangguan neuromuskuler.
3. Memahami dan menerangkan kembali resiko, komplikasi dan
penanganannya pada pasien dengan penyakit dan gangguan neurologis
pasca tindakan eksodonsia.
C. Materi-Stroke
1. Overview
Penderita stroke mempunyai faktor predisposisi seperti hipertensi
dan diabetes, yang harus diidentifikasi terutama untuk mengatasi
perubahan kondisi pada pasien yang mungkin terjadi. Diperhatikan
konsumsi obat antikoagulan dan atau antiplatelet sebelum tindakan
pencabutan gigi.
2. Tatalaksana tindakan pencabutan gigi pada pasien stroke
Pre operatif :
a. Anamnesis: pertanyaan yang diajukan dengan kalimat sederhana
dan jelas dengan jawaban pertanyaan ya/tidak, berdiri atau
duduk di depan pasien, tanpa masker, kontak mata, gerak tubuh
pelan. Anamnesis meliputi faktor resiko pasien: riwayat
hipertensi, penyakit jantung, transient vascular accident,
diabetes, dyslipidemia, koronari atheromatosis, riwayat merokok,
usia.
b. Riwayat post stroke yang muncul : kapan (tanggal), keparahan,
perawatan yang diberikan.
c. Ukur tekanan darah dan skala nyeri.
Durante Operasi
a. Anestesi lokal
b. Jumlah minimal larutan anestesi, konsentrasi epinefrin harus
sangat rendah (1:100.000 atau 1:200.000). Kontrol nyeri yang
baik selama tindakan, tetapi dosis ephinefrin dibatasi maksimal 2
carpule
c. Lakukan tindakan pencabutan gigi secara atraumatik,
penggunaan gelfoam, penekanan pada luka dan lakukan
penjahitan. Persiapkan nonadrenergik agen hemostatik dan
alatnya (elektrokauter).
d. Pantau Tekanan darah dan saturasi oksigen.
e. Diperlukan tindakan penjahitan pasca pencabutan gigi.
Post operasi
a. Pemberian antibiotik: hindari metronidazole dan tetrasiklin
karena akan mempengaruhi jendalan darah menurunkan
metabolism warfarin sehingga dapat meningkatkan INR
b. Pemberian Analgesik: Disarankan menggunakan paracetamol,
hindari penggunana Asam Asetilsalisilat dan NSAIDs lainnya
karena resiko meningkatkan perdarahan
c. Tata laksanan kegawatdaruratan :
d. Jika pasien menunjukkan gejala stroke : Beri terapi oksigen
segera dan kirim ke Rumah Sakit terdekat
Materi-Epilepsi
Overview
Pasien dengan penyakit epilepsy mungkin akan mengalami episode
kejang tonik-klonik pada saat berada di kursi gigi. Perlu managemen
perioperative yang baik dalam melakukan tindakan pada pasien
dengan penyakit epilepsy.
Durante Operasi
a. Anestesi lokal :
1. Anestesi lokal dengan dosis terapetik aman untuk diberikan pada
pasien epilepsy, tidak terdapat interaksi dengan obat antiepilepsi.
Anestesi lokal diindikasikan pada pasien epilepsy yang terkontrol
Post operasi
1. Pemberian antibiotik: hindari pemberian eritromisin pada pasien
dengan pengobatan carbamazepine, karena dapat mengganggu
metabolisme carbamazepin sehingga meningkatkan resiko toksik.
2. Pemberian Analgesik: hindari pemberian aspirin dan NSAID pada
pasien yang mengkonsumsi asam valproic dikarenakan akan
menurunkan agregasi platelet sehingga meningkatkan resiko
perdarahan. Pemberian analgetik yang baik terutama paracetamol.
Perhatian khusus
1. Pada kasus kegawatdaruratan akibat kejang; pastikan tanda vital,
pemberian obat, dan respon pasien termonitor dengan baik
2. Dukungan respirasi yang adekuat dikarenakan kejang dapat memicu
henti nafas
3. Rujuk pasien ke Rumah Sakit dengan fasilitas yang lebih memadai
terutama jika kejang tidak tertangani dengan baik.
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi dan diskusi di kelas dengan tatap muka selama 50
menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan menerangkan kembali persiapan tindakan eksodonsia
pada pasien dengan penyakit imunodefisiensi.
2. Memahami dan menerangkan kembali tindakan eksodonsia pada pasien
dengan penyakit imunodefisiensi.
3. Memahami dan menerangkan kembali resiko, komplikasi dan
penanganannya pada pasien dengan penyakit imunodefisiensi dan pasca
tindakan eksodonsia.
C. Materi
1. Overview
Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan
tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem
imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai
bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad,
parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokan organ dan
jaringan. Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen.
Antigen adalah molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas
permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel kanker). Beberapa
antigen ada pada jaringan sendiri tetapi biasanya, sistem imunitas
bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak
terhadap antigen sendiri.
Sistem munitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan
tubuh sendiri sebagai antigen asing dan menghasilkan antibodi (disebut
autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan menyerang jaringan
tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut
menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin
merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan
jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun
Pemphigoid
Merupakan penyakit vesikulobulus autoimun yang jarang terjadi,
dan dapat menyerang kulit dan mukosa mulut. Kondisi ini ditandai
dengan pembentukan bulla sub epitalial. Gambaran oral sangat
bervariasi tetapi kadang-kadang terlihat sebagai daerah-daerah ulserasi
mukosa atau gingivitis deskuamatif.
Pemphigus
Merupakan sekumpulan kelainan vesikulobulous yang ditandai oleh
serangan pada kulit, mulut, serta daerah membran mukosa lainnya.
Gambaran klinis pemphigus tidak spesifik dengan daerah yang
mengalami erosi pada mukosa mana saja. Pemphigus biasannya
penyakit orang tua dan wanita lebih banyak terserang dibandingkan
pria.
Anemia Pernisiosa
Penyakit autoimun ini biasannya terjadi pada wanita tua dan
setengan baya. Pasien tidak mempunyai keluhan spesifik pada saluran
pencernaan tetapi akan mengalami simptom-simptom sebagai akibat
kekurangan vitamin B12. Gambaran oral memperlihatkan adanya
glositis, keilitis, angularitis, sindrom rasa terbakar pada mulut atau
ulserasi oral yang berulang.(Sudoyo, 2006)
Lichen Planus
Lichen Planus adalah suatu penyakit kulit biasa yang seringkali
mempunyai manifestasi mukosa.Etiologi dan patogenesisnya tidak
dketahui , meskipun bukti menunjukkan bahwa lichen planus adalah
kelainan imunologik, kemungkinan suatu penyakit autoimu, dimana
limfosit T merusak lapisan sel basal dari epitel yang terkena.
Lesi-lesi kulit dari lichen planus pada awalnya terdiri atas papula-
papula kecil, puncaknya rata, merah dengan tengahnya berlekuk.
Durante Operasi
a. Anestesi lokal
1. Lakukan tindakan pencabutan gigi secara atraumatik,
penggunaan gelfoam, penekanan pada luka dan lakukan
penjahitan. Persiapkan nonadrenergik agen hemostatik dan
alatnya (elektrokauter).
2. Pantau Tekanan darah.
Post operasi
1. Pemberian antibiotic yang adekwat dan roburansia.
2. Pemberian Analgesik bisa golongan NSID dan anti inflamasi
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi, diskusi, dan kuis di kelasdengan tatap muka
selama50 menit.
B. LuaranPembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan menerangkan kembali persiapan tindakan eksodonsia
pada pasien dengan gangguan perdarahan.
2. Memahami dan menerangkan kembali tindakan eksodonsia pada pasien
dengan gangguan perdarahan.
3. Memahami dan menerangkan kembali resiko, komplikasi dan
penanganannya pada pasien dengan gangguan perdarahan pasca
tindakan eksodonsia.
C. Materi
1. Pendahuluan
Gangguan perdarahan (bleeding disorder) merupakan keadaan
perdarahan yang disebabkan oleh kemampuan pembuluh darah,
platelet, dan faktor koagulasi pada sistem hemostatis. Gangguan
perdarahan dapat bersifat genetik maupun dapatan (acquired). Pada
kelainan dapatan terjadi oleh karena adanya penyakit-penyakit yang
mengganggu integritas dinding pembuluh darah, platelet, faktor
koagulasi, obat-obatan, radiasi, atau kemoterapi saat perawatan
kanker. Beberapa prosedur di dalam perawatan gigi dan mulut dapat
menyebabkan perdarahan. Dalam keadaan normal tindakan ini tidak
menyebabkan gangguan, namun pada pasien dengan gangguan
pembekuan darah tindakan perawatan gigi dan mulut dapat
menyebabkan keadaan pasien menjadi lebih parah. Pemeriksaan
awal yang meliputi pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan
fisik, skrining laboratoris, dan melakukan observasi setelah
dilakukan tindakan bedah merupakan hal-hal yang harus
diperhatikan saat melakukan perawatan gigi. Dokter gigi sebaiknya
mengetahui faktor-faktor dan proses yang terjadi pada pembekuan
darah sehingga tindakan yang akan dilakukan tidak menjadi
penyebab terjadinya keadaan yang fatal. (Patton, 2003; Little et al
2013)
a b
Gambar 2. Spider Angioma
a b
c d
Gambar 3. a. Ecchymosis, b. Hiperplasi Gusi,
c. Ptechiae pada Tangan, dan d. Ptechiae pada Palatum
6. Pemeriksaan laboratoris
Beberapa pemeriksaan laboratoris yang dilakukan bagi penderita
dengan gangguan perdarahan adalah activated partial thromboplastin
time (APTT), plasma prothrombin time (PPT), platelet count/ angka
trombosit (AT), ivy bleeding time, platelet function analyzer 100 (PFA-
100), dan thrombin time. (Little et al, 2013)
Activated partial thromboplastin time (APTT) digunakan untuk
memeriksa sistem intrinsik (faktor VIII, IX, XI, dan XII) dan jalur
utama (faktor V dan X, protrombin, dan fibrinogen). Tes ini juga
merupakan tes terbaik untuk screening gangguan koagulasi. Plasma
prothrombine time(PPT) digunakan untuk memeriksa jalur ekstrinsik
(faktor VII) dan jalur utama (faktor V dan X, prothrombin, dan
fibrinogen). Platelet count(AT) digunakan untuk memeriksa penyebab-
penyebab gangguan perdarahan akibat trombositopenia. Angka
normal platelet count adalah 140.000-400.000/mm3 dari
keseluruhan jumlah darah. Ivy bleeding time digunakan untuk
melihat gangguan fungsi platelet dan trombositopenia. Platelet
function analyzer 100 (FA-100) merupakan pemeriksaan invitro
untuk mendeteksi disfungsi platelet. Trombine time menunjukkan
jumlah fibrinogen yang ada di dalam darah. (Little et al, 2013)
7. Tatalaksana medis
Penyakit-penyakit yang termasuk di dalam defek vaskuler adalah
hereditary hemorrhagic telangiectasia (Osler-Weber-Rendu syndrome),
Ehler-Danlos, osteogenesis imperfekta, pseudoxanthoma elasticum,
dan Marfan syndrome. Penderita penyakit ini sebaiknya menghindari
tindakan pembedahan, namun bila pembedahan tetap dilakukan
sebaiknya dilakukan penanganan khusus terhadap kerusakan
pembuluh darah. (Little et al, 2013)
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi , diskusi, dan kuis di kelas dengan tatap muka
selama 50 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan dapat menerangkan kembali persiapan tindakan
eksodonsia pada pasien geriatri
2. Memahami dan dapat menerangkan kembali prosedur tindakan
eksodonsia pada pasien geriatri
3. Memahami dan dapat menerangkan kembali resiko, komplikasi dan
penanganan komplikasi tindakan eksodonsia pada pasien geriatri
C. Materi
1. Overview (Ikhtisar)
Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit, dan
atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan
secara terpadu dengan pendekatan multi disiplin dan bekerja secara
interdisiplin. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas.
Kelompok lanjut usia mengalami Aging Process atau proses penuaan.
yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh , antara lain sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin . Tubuh semakin rentan terhadap
berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Peningkatan usia menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya
mempengaruhi kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial pasien lanjut usia,
sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living. Oleh
karenanya diperlukan perhatian khusus pada manajemen eksodonsia
pasien geriatri.
4. Multi patologi
Multi patologi yang sering terjadi pada pasien geriatri:
a. Congestive Heart Failure(CHF)
b. Depresi
c. Dementia
d. Chronic Renal Failure(Gagal Ginjal Kronik)
e. Angina Pectoris
f. Osteoartritis
5. Multi medikasi
a. Obat antihipertensi : Diuretika, terutama jenis thiazide atau agonis
aldosteron , Beta Blocker (BB), Calcium Chanel Blocker , Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) , Angiotensin II Receptor Blocker
(ARB)
b. Obat Artritis Rematoid: Analgesik, Obat Anti Inflamatorik Non
Steroid (NSAID), Kortikosteroid, Obat , Anti Rematik dan Obat
imunosupresif
c. Obat Angina Pectoris: Nitroglycerin, Propanolol
d. Obat Infeksi Saluran Kemih: Antibiotik
e. Obat Kemoterapi: Antagonis asam folat, antagonis pyrimidine,
antagonis purin, antibiotic anti tumor, Alkaloid Vinca, obat
ankylating, cisplatin
f. Radioterapi
g. Obat Diabetes Melitus
h . Obat Anti koagulan
i. Obat Transkuiliser
j. Obat Antihistamin
A. Metode Penyajian
Penyampaian materi, presentasi kelompok, diskusi di kelasdengan tatap
muka Selama 50 menit.
B. LuaranPembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Memahami dan menerangkan kembali pengaruh penyakit periodontal
terhadap penyakit sistemik, terutama diabetes melitus.
2. Memahami dan menerangkan kembali pengaruh dan manifestasi
beberapa penyakit sistemik terhadap jaringan periodontal.
3. Memahami dan menerangkan kembali periodontal treatment pada
pasien dengan penyakit dan gangguan endokrin, terutama diabetes
melitus
C. Materi
1. Overview
Faktor penyebab utama penyakit periodontal, baik gingivitis maupun
periodontitis adalah bakteri plak terutama golongan gram negative
anaerob seperti P. gingivalis, A. actinomycetemcommitan, P. intermedia,
dll. Bakteri jenis ini sangat potensial menimbulkan fokal infeksi yang
berpangaruh terhadap beberapa penyakit sistemik, seperti diabetes
mellitus dan penyakit kardiovaskuler. Sebaliknya gangguan sistemik
juga menimbulkan komplikasi pada jaringan periodontal, sehingga ralasi
penyakit periodontal dengan penyakit sistemik bersifat timbal balik atau
two way relationships. Calon dokter gigi perlu memahami permasalahan
tersebut. Selain itu perlu jiuga diberikan pemahaman mengenai
tindakan periodontal pada pasien dengan gangguan atau penyakit
sistemik.
A. Metode penyajian
Penyampaian di kelas dengan tatap muka selama 100 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Mengetahui dan memahami penyakit sistemik pada pasien yang
mendapatkan perawatan Konservasi Gigi
2. Memahami tatalaksana pasien konservasi gigi dengan penyakit sistemik
C. Materi
Dokter gigi tidak mungkin menghindari pasien yang kebetulan memiliki
penyakit sistemik. Kemajuan ilmu kedokteran berhasil menekan mortalitas
danmorbiditas penderita penyakit sistemik (penyakit degeneratif).
Konsekuensi kemajuan ilmu kedokteran meningkatkan angka harapan
hidup manusia. Dokter gigi akan berhadapan dengan pasien dalam 4
kategori ditinjau dari risiko medis yaitu : pasien sehat, pasien dengan risiko
rendah, risiko sedang, risiko tinggi
Pasien sehat tanpa penyakit sistemik boleh dilakukan semua tindakan
kedokteran gigi. Pasien dengan penyakit sistemik ringan, boleh dilakukan
tindakan KG non invasif dan infasif sederhana yang dimodifikasi. Pasien
dengan sistemik sedang hanya tindakan non invasif ringan dan dimodifikasi
sesuai keperluan. Pasien dengan sistemik berat kontra indikasi semua
tindakan KG
A. METODE PENYAJIAN
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama 100 menit
B. LUARAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami tentang manajemen perawatan ortodonti pada pasien medically
compromised
C. MATERI
Kompromise medis (Medically-compromised) adalah suatu keadaan
seorang pasien yang mempunyai kelainan atau kondisi yang harus
dikompromikan ke dokter sebelum dilakukan suatu tindakan apapun
yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Kelainan sistemik yang
merupakan kondisi medically compromised diantaranya adalah kelainan
kardiovaskuler, kelainan hematologi, kelainan metabolik-endokrin,
gangguan koagulasi, kelainan ginjal, dan kehamilan
Perawatan ortodonti pada pasien kompromis medis dihadapkan pada
risiko perawatan, keterbatasan perawatan, dan komplikasi perawatan
yang lebih besar daripada orang sehat (Graber dkk. 2012).
Hal-hal yang harus dilakukan saat melakukan perawatan ortodonti pada
pasien kompromis medis antara lain:
Penandatangan informed consent. Resiko, keuntungan, dan rencana
perawatan harus sudah dijelaskan pada pasien sebelum
penandatanganan informed consent.
Menerapkan strategi perilaku bagi pasien dan orang tua sehingga
perawatan dapat berlangsung dengan baik
Re-evaluasi perawatan
Dokumentasi setiap perawatan yang dilakukan
Timbulnya hasil perawatan yang tidak diharapkan harus dijelaskan
pada pasien sesegera mungkin
Jelaskan bahwa perawatan pada pasien adalah perawatan yang
harus dilakukan oleh tim dokter
A. Metode penyajian
Penyampaian materi di kelas dengan tatap muka selama 2 x 50 menit.
B. Luaran Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan untuk materi ini, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Mengetahui dan memahami penyakit sistemik pada pasien yang dapat
mempengaruhi keberhasilan perawatan Prostodonsia.
2. Memahami prosedur perawatan pasien Prostodonsia dengan penyakit
sistemik
C. Materi
Perawatan Prostodonsia perlu mempertimbangkan kondisi penyakit
sistemik yang dimiliki oleh pasien baik pada perawatan kasus gigi tiruan
lengkap (GTL), gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL), gigi tiruan cekat (GTC).
Kesehatan rongga mulut pasien menjadi hal yang penting diperhatikan pada
perawatan pasien Prostodonsia. Penyakit sistemik yang diderita oleh pasien
dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut pasien. Rongga mulut
merupakan lingkungan kompleks yang tidak hanya terdiri dari bakteri tetapi
juga berbagai organisme lainnya seperti jamur, protozoa, virus yang dapat
memunculkan terjadinya suatu penyakit dari berbagai kategori tersebut.
Berbagai organisme tersebut dapat tetap terkontrol dipengaruhi oleh sistem
imun tubuh manusia.
Seorang dokter gigi harus memperhatikan kondisi pasien penderita
penyakit sistemik pada perawatan prostodonsia seperti posisi pasien pada
kursi gigi, lama perawatan, pemilihan anastesi yang sesuai, kontrol rasa
sakit, rasa mual dan perdarahan, manajemen sinkop, infark miokardial,
stroke. Beberapa penyakit sistemik yang harus diperhatikan pada
perawatan prostodonsia misalnya: diabetes melitus, hipertensi, epilepsi,
osteoporosis.
1. Epilepsi
Epilepsi merupakan manifestasi kronis kekacauan otak yang
menyebabkan aktivitas elektrik/mekanisme rangsang yang abnormal. Kira-
kira 5% mempunyai mental subnormal.
Biasanya menyertai kecacatan yang lain misalnya Cerebral Palsi (spastik
50%, Atetoid 25%). Serangan datang lebih sering pada anak-anak dibanding
dewasa, pada anak-anak usia 18 bulan-3 tahun mengalami serangan
karena kenaikan temperatur yang mendadak disertai demam
Penyebab Epilepsi
Idiopatik
Simtomatik/ epilepsi sekunder
- ketegangan fibril
- sebab-sebab intrakranial
. Adanya lesi yang membutuhkan ruang
. Trauma
. Kerusakan vaskuler
. Infeksi- meningitis
. Cerebral palsi
- Sebab-sebab sistemik: hipoksia, hipoglikemi, gangguan metabolis saat
lahir, ketergantungan obat
Klasifikasi Epilepsi :
a. Grand mal/ general seizure : biasanya mulai terjadi sebelum usia
sekolah. Serangan besar diawali dengan pandangan dan gerakan yang
berubah sebagai peringatan; didahului sakit kepala Awalnya ada
spasmus diseluruh badan dengan hilangnya kesadaran. Wajah pucat,
pupil melebar; bola mata berputar keatas, kepala terdorong kebelakang.
Bila otot pengunyah kontraksi, lidah dapat tergigit. Penderita bangun
dengan sakit kepala dan bingung.
b. Petit mal/ partial seizure: serangan lebih ringan, hilang kesadaran
sekejap. Kejadian kurang dari 30 detik, mungkin kepala pusing dan
tidak dihiraukan. Kondisi ini jarang disertai mental subnormal.
2. Modifikasi Perawatan:
o Preventif: skaling periodik dapat mengurangi gingival enlargement,
obat kumur /gel/spray dapat dianjurkan
o Prostetik fixed dari metal lebih dianjurkan dibanding porselin. Tidak
dianjurkan lepasan karena dapat mengganggu pernafasan atau
tertelan kalau patah saat terjadi kejang.
o Periodontal Surgery: dapat dilakukan insisi periodontal untuk
mengurangi pembengkakan gusi untuk memudahkan pengunyahan
2. Leukemia
Leukemia adalah tumor ganas yang berasal dari sel pembentuk
darah.
Sel-sel yang abnormal tumbuh dan bertambah banyak tak
terkontrol.
Bila penyakit berlanjut, sel-sel leukemia akan bergerak melalui aliran
darah dan invasi ke organ-organ lain seperti limfa, liver dan sietem
saraf pusat.
Produksi darah putih tak terkontrol, banyak yang belum masak dan
bentuk abnormal. Sel darah putih yang paling banyak kena adalah
lymphosit, myelosit atau monosit.
Diagnosis berdasarkan pada anamnesis, tes darah dan biopsi
Etiologi :
Tidak diketahui secara pasti. Faktor-faktor resiko yang
meningkatkan terjadinya Leukemia pada anak-anak adalah sebagai
berikut :
Paparan ion radiasi dosis tinggi . Kemotherapi, yang digunakan
untuk perawatan kanker lain dapat menyebabkan kerusakan DNA
dan meningkatkan risiko berkembangnya leukemia
Infeksi beberapa virus , EBV (Epstein Bar Virus), HTLV-1 (Human
Lymphotropic virus)
Tipe Leukemia :
Leukemia diklasifiksikan dalam 4 tipe utama berdasarkan pada kondisi
penyakit dan sel darah putih yang terlibat :
1. Acute myelogenous leukemia (AML)
2. Chronic myelogenous leukemia (CML)
3. Acute lymphocytic leukemia (ALL) � anak-anak
4. Chronic lymphocytic leukemia (CLL)
Myelogenous leukemia menyerang sel-sel myeloid, granulasi
(neutrofil, basofil, and eosinofil) dan monosit (macrophages).
Lymfositik leukemia melibatkan sel T and B (limfosit).
3. Thalassemia
Penyakit kelainan darah bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada
anaknya
Kelainan darah:
1. terjadi gangguan pada str. rantai globin, rantai abnormal,
hemoglobin abnormal/patologik
2. terjadi gangguan sintesis salah satu, jumlah rantai globin
berkurang, molekul hemoglobin abnormal, Thalassemia
2. Penguasaan pengetahuan
a. Menguasai pengetahuan faktual tentang:
a. Hukum kesehatan;
b. Kebijakan lokal, regional, dan global tentang kesehatan;
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi;
d. Standar kompetensi dokter gigi sesuai dengan standar kompetensi
dokter gigi indonesia.
b. Menguasai prosedur perawatan klinis dalam bidang kedokteran gigi;
c. Menguasai prinsip-prinsip:
1) Psikologi kesehatan;
2) Ilmu biostatistik;
3) Epidemiologi.
d. Menguasai konsep aplikatif:
1) Dasar etik kedokteran;
2) Teknik perawatan klinis di bidang kedokteran gigi.
e. Menguasai konsep teoritis secara umum tentang:
1) Ilmu biomedik meliputi anatomi, histologi, fisiologi tubuh manusia,
patologi dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi tubuh,
mikrobiologi, biologi, biokimia, farmakologi, serta ilmu gizi;
3. Ketrampilan Khusus
a. Mampu melakukan anamnesis secara mandiri dengan menggali riwayat
pasien (riwayat keluarga dan psikososial ekonomi, riwayat kepenyakitan dan
pengobatan, riwayat perawatan gigi mulut, perilaku) yang relevan dengan
keluhan utama melalui metode komunikasi efektif terhadap pasien simulasi;
b. Mampu melakukan pemeriksaan fisik umum dan sistem stomatognatik yang
meliputi pemeriksaan ekstra dan intra oral secara mandiri pada pasien
simulasi dengan akurat serta mampu menetapkan pemeriksaan penunjang
sesuai indikasi dan kode etik;
c. Mampu mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medik yang komprehensif
untuk keperluan identifikasi odontologi forensik sesuai dengan Disaster
Victim Identification (DVI) sebagai bahan untuk menentukan rencana
perawatan gigi mulut secara kelompok;
d. Mampu menegakkan diagnosis awal, diagnosis banding, diagnosis akhir dan
menetapkan prognosis kelainan atau penyakit gigi mulut secara teoritis
berdasarkan patogenesis dengan mempertimbangkan derajat resiko penyakit
melalui interpretasi, analisis, dan sintesis data kasus sesuai standar
klasifikasi penyakit internasional (International Classification of Diseases)
secara mandiri;
4. Keterampilan umum:
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan
bidang kedokteran gigi;
b. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
c. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan
etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik
seni;