Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Cardiac Arrest / Henti Jantung

Cardiac arrest atau yang biasa dikenal henti jantung merupakan suatu kondisi dimana
terjadinya kegagalan organ jantung untuk mencapai curah jantung yang adekuat, yang
disebabkan oleh terjadinya asistole (tidak adanya detak jantung) maupun disritmia (Park et al.,
2020). Dalam penjelasan lain mengatakan bahwa henti jantung dapat juga dikatakan sebagai
henti sirkulasi. Karena dalam (Ngurah & Putra, 2019) menyebutkan bahwa henti jantung terjadi
ketika jantung telah berhenti berdetak yang menyebabkan terhentinya alirah darah di tubuh
sehingga mengakibatkan tidak teralirkannya oksigen ke seluruh tubuh. Tidak ada pasokan
oksigen dalam tubuh akan berdampak fatal, yaitu kerusakan otak. Menurut (Irianti, Irianto, &
Anisa Nuraisa Jausal, 2018) Cardiac arrest atau henti jantung adalah keadaan hilangnya fungsi
jantung yang tiba tiba yang ditandai dengan terjadinya henti napas dan henti jantung.

Etiologi Cardiac Arrest/ Henti Jantung

Dalam (Andrianto, 2020) menjabarkan henti jantung disebabkan karena adanya


gangguan pada kelistrikan jantung yang menyebabkan keadaan-keadaan mengancam jiwa
misalnya seperti aritmia maligna atau adanya masalah pada irama jantung. Selain itu, cardiac
arrest atau henti jantung juga dapat dipicu oleh kelainan yang reversible, seperti hipoksia, 8
hipovelemia, hiportemia, tension pneumothorax, tamponade cardiac, dan hydrogen ion
(asidosis). Menurut (Muttaqin, 2012) terdapat beberapa penyabab lain dari henti jantung, yaitu:

a. Disebabkan karena pernafasan


Pemutusan pemasokan oksigen di otak dan seluruh organ dapat dikatakan
sebagai penyebab ataupun konsekuensi dari henti jantung. Secara medis, keadaan
kurangnya oksigen dalam otak disebut hipoksia yang sebabkan adanya gangguan fungsi
respirasi atau gangguan pertukaran gas di paru. Hipoksia dapat terjadi akibat gangguan
jalan napas, misalnya ada sumbatan pada pangkal lidah di hipofaring pada orang yang
kesadarannya menurun, atau hipoksia juga dapat terjadi pada kasus sumbatan napas
yang dikarena aspirasi isi lambung dan/atau cairan lambung. Selain itu, dapat pula
disebabkan oleh depresi pernafasan atau keracunan, kelebihan obat, bahkan
kelumpuhan otototo pernafasan.
b. Sirkulasi
Syok hipovolemik yang terjadi karena pendarahan dapat menjadi penyebab
henti jantung. Ketika syok hipovolemik terjadi, tubuh kekurangan plasma dan cairan
vascular, hal tersebut mengakibatkan penurunan transport oksigen ke organ-organ
sehingga dapat mengakibatkan henti jantung. Selain itu, reaksi anafilatik terhadap obat
juga dapat menjadi penyebab henti jantung.

Manifestasi klinis cardiac arrest / henti jantung

Adapun manifestasi klinis atau tanda-tanda pasien mengalami cardiac arrest atau henti
jantung menurut (Andrianto, 2020) adalah sebagai berikut.

a. Pada pasien tidak teraba nadi di arteri besar (karotis, radialis maupun femoralis)
b. Pernafasan pasien tidak normal, pada beberapa kasus tidak normalnya pernafasan dapat
terjadi meskipun jalan nafas sudah paten
c. Pasien tidak berespon terhadap rangsangan verbal maupun rangsangan nyeri.
Patofifiologi henti jantung

Patofisiologi henti jantung mendadak  adalah terjadinya gangguan kelistrikan jantung


yang menyebabkan denyut jantung tidak beraturan (aritmia) dan selanjutnya akan
menyebabkan gangguan pompa jantung, sehingga jantung tidak dapat memompa darah ke otak,
paru-paru dan organ tubuh lainnya. Akibatnya, organ-organ tersebut akan mulai berhenti
berfungsi. Hipoksia serebral akan menyebabkan pasien kehilangan kesadaran dan berhenti
bernapas secara normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika henti jantung tidak ditangani
dalam 4 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit.

Anda mungkin juga menyukai