Anda di halaman 1dari 4

Tata nama (nomenklatur) enzim

Tata nama enzim dibagi menjadi 2

1. penamaan trivial

1. Nama enzim diakhiri dengan “ase”contohnya lipase (mengkatalisa hidrolisis lemak).


Amylase(mangkatalis hidrolisis alimum) dan protease (mengatalis hidrolisis protein) .
Kecuali beberapa enzim proteolitik yang diakhiri dengan “in”, seperti papain, bromelin,
dan pepsin.
2. Nama menerangkan substrat yang dikatalisis. Contohnya laktase dari laktosa, fumarase
dari fumarate.
3. Menerangkan sifat reaksi, tanpa substrat spesifik, contohnya transkarboksilase,
mengkatalisis perpindahan karboksil dari satu substrat ke lainnya.
4. Sering mempunyai beberapa nama untuk ensim tertentu

2. penamaan sistematis
1. Penamaan berdasarkan Sistem Klasifikasi menurut Enzyme Commission (EC) dari
International Union of Biochemistry (IUB)
2. Setiap enzim dilengkapi dengan E.C. number sebanyak 4 dijit yang dipisahkan dengan
titik
 Dijit ke-1 menunjukkan kelas enzim
 Dijit ke-2 dan ke-3 merupakan subkelas yang menerangkan lebih rinci dari kelas
enzim. Bergantung kelas enzimnya
 Dijit ke-4 menerangkan lebih spesifik dan biasanya berupa nomor list yang
dibeikan oleh Enzyme Commision
3. Tidak ada aturan umum dari dijit ke-2 sampai dijit ke-4 karena pembagiannya. Artinya
bergantung pada kelas utamanya
4. Enzim yang mengkatalis dengan reaksi sangat mirip akan mempunyai ketiga dijit (1-3)
yang sama, cotoh reaksi hidrolisis terhadap ester
5. Isoenzim adalah enzim yang berbeda tetapi mengkatalis reaksi yang identic, diberi 4
nomor klasifikasi yang sama. Contohnya ada 5 Laktatdehidrogenase (LDH) dalam tubuh
kita dengan komposisi kimia berbeda tetapi mengkatalis secara ientik, maka diberi nomor
E.C. yang sama
6. Penamaan untuk reaksi kesetimbangan diberikan ke reaksi yang penting secara biokimia.
Contoh reaksi redoks yang melibatkan NADH dan NAD, maka arahnya adalah dimana
NAD bertindak sebagai akseptor proton
7. Enzim yang mempunyai aktivitas terhadap 2 reaksi, nama diberkan ke reaksi yang
penting secara biokimia, nama (aktivitas) kedua ditunjukkan ke dalam kurung. Contoh :
fungsi redoks dan dekarboksilasi, maka oksidoreduktase (dekarboksilasi)
8. Penamaan sistematik sering terlalu panjang, maka dalam komunikasi sering digunakan
Nama Trivial (E.C. number)

Tinjauan Umum

Definisi

Kata enzim berasal dari bahasa Yunani “enzyme” yang berarti “di dalam sel”. Enzim merupakan
biokatalisator yang sangat efektif yang akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik
secara nyata, dimana reaksi ini tanpa enzim akan berlangsung lambat (Lehninger, 1995).

Enzim dapat mempercepat reaksi biologis. Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat
ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai
protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dan reaksi yang sederhana, sampai ke reaksi
yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang
bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi. Percepatan reaksi terjadi karena enzim
menurunkan energy pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi.

Berdasarkan biosintesisnya, enzim dibedakan menjadi enzim konstitutif dan enzim


induktif. Enzim konstitutif adalah enzim yang selalu tersedia di dalam sel mikroba dalam
jumlah yang relatif konstan, sedangkan enzim induktif adalah enzim yang ada dalam
jumlah sel yang tidak tetap, tergantung pada adanya induser. Enzim induktif ini
jumlahnya akan bertambah sampai beberapa ribu kali bahkan lebih apabila dalam
medium mengandung substrat yang menginduksi, terutama bila substrat penginduksi
merupakan satu-satunya sumber karbon.
Berdasarkan tempat bekerjanya, enzim dibedakan dalam 2 golongan, yaitu endoenzim dan
eksoenzim. Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, dihasilkan di dalam sel yaitu pada
bagian membran sitoplasma dan melakukan metabolisme di dalam sel. Eksoenzim (enzim
ekstraseluler) merupakan enzim yang dihasilkan sel kemudian dikeluarkan melalui
dinding sel sehingga terdapat bebas dalam media yang mengelilingi sel dan bereaksi
memecah bahan organik tanpa tergantung pada sel yang melepaskannya.

Sifat sifat enzim

Enzim sebagai suatu senyawa yang berstruktur baik murni mapupun protein yang terikat pada
gugus non protein, memiliki sifat yang sama dengan protein lain. Diantaranya :

a. Dapat terdenaturasi oleh panas


b. Terpresipitasikan atau terendapkan oleh senyawa-senyawa organik cair seperti etanol dan
aseton juga oleh garam-garam organik berkonsentrasi tinggi seperti ammonium sulfat.
c. Memiliki bobot molekul yang relatif besar sehingga tidak dapat melewati membran semi
atau dapat terdialis

Aktivitas enzim

Enzim sebagai biokatalisator berstruktur protein, dalam mekanisme kerja aktivitasnya


dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kosentrasi substrat, konsentrasi enzim,
kehadiran activator atau inhibitor.

Potensial Hidrogen (pH) merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan apabila
bekerja dengan enzim, hal ini dikarenakan enzim hanya mampu bekerja pada kondisi pH tertentu
saja. Suatu kondisi pH dimana enzim dapat bekerja dengan aktivitas tertinggi yang dapat
dilakukannya dinamakan pH optimum. Sebaliknya pada pH tertentu enzim sama sekali tidak
aktif atau bahkan rusak. Hal ini dapat dijelaskan bahwa enzim merupakan molekul protein,
molekul protein kestabilannya dapat dipengaruhi oleh tingkat keasaman lingkungan, pada
kondisi keasaman yang ekstrim molekul-molekul protein dari enzim akan rusak.

Seperti halnya pH, aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan dimana enzim
bekerja. Sama seperti reaksi biasanya, suhu biasanya dapat mempercepat proses reaksi, namun
demikian padaa titik suhu tertentu kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim akan mulai
menurun bahkan aktivitasnya tidak lagi nampak. Kondisi suhu dimana enzim dapat
menghasilkan aktivitas tertinggi dinamakan suhu atau temperatur optimum. Oleh karena enzim
berstruktur protein, sebagaimana diketahui bahwa protein dapat dirusak oleh panas, sehingga
pada suhu tinggi tertentu aktivitas enzim mulai menurun dan bahkan aktivitasnya menghilang.
Hal ini sangat memungkinkan karena terjadinya denaturasi atau kerusakan struktur enzim yang
dapat menyebabkan kerusakan enzim baik berupa keseluruhan maupun sebagian terutama sisi
aktifnya.

Reaksi-reaksi biokimia yang dikatalis oleh enzim dipengaruhi pula oleh jumlah substrat. Jika
melakukan pengujian konsentrasi substrat dari rendah ke tinggi terhadap kecepatan reaksi
enzimatis, maka pada awalnya akan diperoleh hubungan kesebandingan yang menyatakan
kecepatan reaksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi substrat, naun
kemudian akan doiperoleh data yang menyatakan pada konsentrasi substrat tinggi tertentu
kecepatan reaksi tidak lagi bertambah. Pada kondisi ini konsentrasi substrat menjadi jenuh dan
kecepatan reaksi menjadi maksimum (Vmax).

Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah
dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

Sejumlah besar enzim membutuhkan komponen lain untuk dapat berfungsi sebagai katalis.
Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
gugus protestik, koenzim, dan akivator. Akivator pada umumnya ialah ion-ion logam yang dapat
terikat atau mudah terlepas dari enzim. Contoh akivator logam adalah K+, Mn+, Mg++, Cu++, atau
Zn++.

Anda mungkin juga menyukai