Sosum Praktikum V b04170045 Anisa Kartika Kusumadewi
Sosum Praktikum V b04170045 Anisa Kartika Kusumadewi
Praktikum V
“ANALISIS MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN”
Oleh:
Nama Asisten:
Fathiya Nabila (I34140139)
Ikhtisar Bacaan 1
Suku Batak terdiri dari berbagai macam sub-etnis, salah satunya Batak
Toba dengan ciri khas orangnya ceplas-ceplos, berwatak keras, senang menyanyi
dan berwajah khas dengan dagu persegi. Ompu Monang, seorang ketua Parbato,
memiliki nama asli Daniel Napitulu yang merupakan ciri khas kekerabatan
masyarakat Batak Toba yang mengambil nama cucu. Dalam upacara perkawinan
Batak Toba, ada tradisi seluruh keluarga datang karena setiap orang penting dan
punya hubungan kekerabatan yang membawa arus positif yaitu membuat rasa
tanggung jawab pada perawatan anak nantinya jadi melebar. Sedangkan sisi
negatif dari kekerabatan seperti itu adalah menghamburkan uang untuk ajang
gengsi saat memberikan kain ulos dari setiap undangan kepada mempelai dan
pemberian nasihat dari semua kerabat untuk mempelai yang membuang waktu.
Menurut Ompu Monang Napitulu, banyak masalah yang hanya bisa di dekati
secara etnis, karena ini adalah pendekatan yang paling individual dan paling kena
untuk kondisi Indonesia yang multi-etnis. Selain itu, penting untuk setiap etnis di
Indonesia memiliki kesadaran menggalang solidaritas dan bergerak nyata.
Ikhtisar Bacaan 2
Analisis Bacaan 1
Gerak kebudayaan
Integrasi sosial diperlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun
menghadapi berbagai macam tantangan. Ompu Monang berusaha untuk
memodifikasi kebudayaan Batak Toba yang memiliki segi negatif di bidang
pemborosan waktu, nasihat dari undangan, dan uang, pemberian kain ulos, agar
menjadi lebih efisien dan tidak terjadi kesenjangan dalam budaya tersebut
namun tidak mengurangi ciri khas dari budaya Batak Toba tersebut.
Keragaman budaya Batak Toba yang masih dipertahankan yaitu tradisi saat
acara perkawinan dengan memberi kain ulos kepada pengantin serta adanya
pemberian nasehat dari tamu undangan kepada pengantin.
Analisis Bacaan 2
Gerak kebudayaan
Masyarakat suku Dayak berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat
kota yang menyebabkan tereduksinya kebudayaan suku Dayak karena mereka
mengadopsi kebiasaan masyarakat kota sehingga terbentuk masyarakat suku
Dayak dengan sifat dan kebiasaan yang baru. Hal ini dibuktikan dengan budaya
berkumpul di Lamin diganti dengan berkumpul di warung sambil minum
minuman keras. Suku luar yang masuk ke suku Dayak sebagai pedagang dari
Kutai, Bugis dan Toraja juga mengalami integrasi kebudayaan. Namun suku
tersebut tidak mengalami disentegrasi budaya dan tetap mempertahankan
budaya mereka. Hal ini dibuktikan dengan sifat dari para pedagang Bugis, Toraja
dan Kutai yang selalu menjadi pusat perdagangan bagi suku yang lainnya karena
mereka mempertahankan kebudayaan baik mereka dalam mengatur
perdagangan.
Keragaman budaya Dayak masih dipertahankan suku Dayak Umak Tau di
Kampung Tanjung Manis. Mereka tetap gotong royong hingga mereka bisa
membangun Lamin tradisional dari rumah-rumah untuk anggota masyarakat.