Anda di halaman 1dari 5

9-10.

KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI DI SD

Kurikulum dapat diartikan sebagai urutan dari berbagai kegiatan belajar yang
secara sengaja dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa
(Eisner, 1983). Bagi pelaksana, kurikulum berfungsi sebagai panduan untuk
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di sekolah guna
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu sebelum
anda merancang, melaksanakan dan mengevaluasi suatu kegiatan pembelajaran
terpadu anda perlu menelaah kurikulum yang berlaku (dalam hal ini kurikulum
1996) dan menyusun peta konsep tentang mata kajian yang akan dipadukan.
Dalam kegiatan belajar telah dijelaskan pula bahwa sifat dan ciri khas dari
mata pelajaran kesenian adalah: (a) Bertitik tolak dari segi praktika sedang teori
atau pengetahuan lebur di dalamnya, serta (b) Bahan kajian mata pelajaran ini
yang meliputi seni rupa, kerajinan tangan, musik, dan tari dilaksanakan secara
terpadu (Kamaril, 2007: 6.5).
Pendidikan seni di negara kita telah mengalami berbagai pembaharuan dari
waktu ke waktu. Pembaharuan dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan
seni. Salah satu usaha pemerintah yang secara sentral memperbaharui sistem
pelaksanaan pendidikan seni adalah penyempurnaan kurikulum.
Kurikulum yang sedang dilaksanakan senantiasa dievaluasi dan disempurnakan
setiap periode tertentu untuk menghadapi perkembangan masyarakat, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan dinamika kebudayaan secara keseluruhan.
Kurikulum Pendidikan Seni telah beberapa kali mengalami perubahan dan
penyempurnaan. Pada tahun 1975 terjadi perubahan yang menyeluruh pada
mata pelajaran ekspresi, yang sebelum itu dalam kurikulum sekolah umum
dikenal dengan nama mata pelajaran menggambar dan seni suara.
Pembaharuan dapat dilihat dengan penggantian nama mata pelajaran itu menjadi
'Pendidikan Kesenian'.
Istilah mata pelajaran juga diganti menjadi 'bidang studi', sehingga pembaharuan
itu selengkapnya menjadi 'bidang studi pendidikan kesenian'. Isi bidang studi
pendidikan kesenian itu merupakan penggabungan pelajaran menggambar dan
seni suara ditambah sub bidang studi lain yaitu seni tari dan teater, yang pada
kurikulum sebelumnya tidak ada. Pelajaran menggambar dan seni suara diubah
namanya menjadi seni rupa dan seni musik. Selengkapnya bidang studi
pendidikan kesenian berisi sub-sub bidang studi seni rupa, seni musik, seni tari,
dan seni teater (drama).
Kurikulum 1975 disempurnakan lagi pada tahun 1984 dengan sebutan kurikulum
1984. Penyempurnaan ini ditandai oleh penggantian istilah pendidikan kesenian
menjadi pendidikan seni.
Kurikulum 1994 Sekolah Dasar yang berlaku sekarang sangat jauh berbeda
dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan itu meliputi sistem pembelajarannya
yang menggunakan 'integrated learning' atau pembelajaran terpadu antara
beberapa cabang seni. Nama pendidikan seni berubah pula menjadi 'Kerajinan
Tangan dan Kesenian'. Ruang lingkup materi kerajinan tangan meliputi berbagai
kegiatan sederhana kerumahtanggaan yang mudah dilakukan oleh anak-anak
untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan termasuk di dalamnya pekerjaan
kesenirupaan. Sedangkan yang dimaksud kesenian meliputi seni tari (seni
gerak), seni musik (seni suara). Antara pengajaran kerajinan tangan dan
kesenian dianjurkan menjadi suatu larutan yang benar- benar terpadu dan
terintegrasi dalam satu topik (bahasan) pengajarannya. Pengajaran terpadu
dalam Kerajinan Tangan dan Kesenian (disingkat: KTK) ini bermuatan wawasan
kedaerahan (muatan lokal), sebab di dalamnya diharapkan para guru dan siswa
mampu menggali seni kriya (kerajinan) yang tumbuh di daerah sekitarnya.
Seni kerajinan sebagai cabang seni rupa merupakan seni yang tertua dan
bahkan mengakar di setiap pelosok daerah Nusantara ini. Perkembangan seni
kerajinan tradisional ini diangkat menjadi prioritas karena ternyata dunia
pariwisata serta konsumsi kesenian dunia lebih tertarik terhadap seni kerajinan
tradisional yang berkembang di daerah. Selain seni kerajinan tersebut unik, juga
mencerminkan citra estetik khas daerah tertentu, dan menjadi salah satu
identitas budaya bangsa kita.
Jika diteliti perubahan nama sub-sub bidang studi pada setiap kurikulum yang
disempurnakan, ternyata perubahan itu tidak hanya sekedar penggantian nama,
akan tetapi mengubah pula ruang lingkup pengajarannya. Perubahan itu
dilandasi oleh konsep dasar pendidikan yang berbeda pada setiap kurikulum.
Konsep pendidikan seni yang sekarang kita kenal jauh berbeda dengan konsep
pendidikan (mata pelajaran) menggambar dan seni suara. Perubahan konsep
tentu membawa konsekuensi didaktis dan metodis yang menuntut berbagai
persyaratan yang harus dipenuhi jika kita ingin melaksanakan pendidikan seni
dengan memadai

G. CONTOH KURIKULUM SENI RUPA DI SD


Seni Budaya dan Ketrampilan
Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan bertujuan agar peserta didik
memilikikemampuan sebagai berikut.Memahami konsep dan pentingnya seni
budaya dan keterampilanMenampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan
keterampilanMenampilkan kreativitas melalui seni budaya dan
keterampilanMenampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan
dalam tingkat lokal,regional, maupun global.

10-11. Merekonstruksi karya 2 dimensi dan 3 dimensi

Karya seni rupa 2 dimensi adalah Karya seni rupa yang hanya memiliki dimensi
panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang
saja.

Contohnya : seni lukis, seni grafis, seni ilustrasi, relief dan sebagainya.

Seni rupa tiga dimensi adalah seni rupa yang memerlukan ruang, karena
mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tebal. Karena seni rupa tiga dimensi tidak
mempunyai bidang datar dan tidak datar, sehingga penempatannya berdiri lepas
artinya tidak tergantung pada dinding sebagai dasarnya, sebagai contohnya
patung, seni bangunan, (arsitektur) dan seni terapan misalnya perabotan rumah
tangga.

13. Perkembangan seni rupa

Perkembangan Zaman Seni Rupa Indonesia


Masa Sejarah (Paskasejarah, lawan dari Prasejarah) di Indonesia dimulai setelah
ditemukannya bukti prasasti-prasasti awal (bertarikh sekitar abad ke-4 M)
ditemukan di wilayah Kutai, Kalimantan Timur yang menyebut nama raja
Mulawarman dan Jawa bagian barat yang menyebutkan Kerajaan Tarumanagara
dengan rajanya Purnnawarmman.

Prasasti-prasasti itu menggunakan aksara Pallava dengan bahasa Sansekerta


(Suleiman, 1974: 14—15); sedangkan nafas keagamaan yang terkandung dalam
prasasti-prasasti tersebut bercorak Veda kuno, masih belum memuja Trimurti.
Dalam masa sejarah itulah pengaruh kebudayaan India mulai datang dan
berkembang secara eksklusif di beberapa bagian Nusantara.

Namun kedepannya pengaruh kebudayaan India awal yang menyebarkan ajaran


Veda-Brahmana tersebut tampak kurang diminati lagi oleh masyarakat
nusantara. Runtuhnya kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat juga ikut
mempengaruhi hal ini.

Tidak ada lagi yang meneruskan ritual Veda Kuno yang didominasi oleh kaum
Brahmana. Justru muncul kerajaan baru yang bernafaskan Hindu Trimurti di
wilayah Jawa Tengah pada abad ke-8 M. Kerajaan itu adalah Mataram Kuno
yang membangun Prasasti Canggal pada tahun 732 M.

Dalam prasasti itu dinyatakan nama raja yang menitahkan pembangunan


prasasti, yaitu Sanjaya. Nafas keagamaan yang cukup kentara dalam prasasti itu
adalah Hindu-saiva, karena bait-baitnya banyak memuliakan Siva Mahadeva
(Poerbatjaraka 1952: 53—55).

Bersamaan dengan masuknya pengaruh Hindu-saiva, datang pula pengaruh


agama Buddha dari aliran Mahasanghika (Mahayana) ke tengah-tengah
masyarakat Jawa Kuno. Akhirnya di Jawa bagian tengah antara abad ke-8—10
M berkembang 2 agama besar, yaitu Hindu-saiwa (Hindu-saiva) dan Buddha
Mahayana yang berasal dari India.

Dalam perkembangannya banyak dihasilkan berbagai bentuk kesenian, seni


yang masih bertahan hingga sekarang adalah bukti-bukti seni rupa yang berupa
arca dan relief serta dan karya arsitektur bangunan suci.
14-15. Proses belajar mengajar (pendahuluan, inti, penutup, dan RPP)

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan


pendahuluan, inti dan penutup.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru wajib untuk menerapkan


pembelajaran yang awali dengan kegiatan pendahuluan, inti dan kegiatan
penutup, hal ini dilakukan agar proses pembelajaran berjalan baik dan sesuai
dengan rencana pembelajaran.

Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib :


Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran; Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta
disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta didik;
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari
Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media


pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik
terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.

Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan
kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.

Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar
dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan
aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan
saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik
individual maupun kelompok, disarankan yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).

Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,


menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata
pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik
untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan
keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning).

Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual
maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi :
seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak
langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung memberikan umpan
balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; melakukan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok
menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai