Anda di halaman 1dari 6

PERJANJIAN JUAL BELI KAYU

Pada hari ini, Rabu, tanggal 14 Januari 2015, telah dibuat dan ditandatangani
Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah dan Rumah hunian (untuk selanjutnya disebut
“Perjanjian”), oleh dan antara :

I. Nama : MALEMTA PRANGIN-ANGIN


Tempat/tanggal lahir : Kabanjake / 01 Juli 1962
Pekerjaan : Karyawan Swasta;
Alamat : Jalan Persatuan II No. 46, RT. 005, RW. 001,
Kelurahan Pasir Gunung Selatan,
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
No. KTP/NIK : 6402060107620024.

Untuk selanjutnya disebut sebagai “Pihak Pertama”.

II. Nama : EDDY SANTOSO


Tempat/tanggal lahir : Madiun / 23 Maret 1948
Pekerjaan : Wiraswasta;
Alamat : Regency Melati Mas F-3/37, RT. 083, RW. 011,
Kelurahan Jelupang, Kecamatan Serpong Utara,
Kota Tangerang Selatan.
No. KTP/NIK : 3674022303480001.

Untuk selanjutnya disebut sebagai “Pihak Kedua”.

Pihak Pertama dan Pihak Kedua secara bersama-sama dalam Perjanjian ini akan
disebut sebagai “Para Pihak”, sedangkan masing-masing pihak akan disebut sebagai
“Pihak”.

Para Pihak menyatakan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :

a. Bahwa Pihak Pertama telah memiliki dan mempunyai persediaan kayu-kayu jenis
kayu Sengon dan Akasia di Desa Saketi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten;

b. Bahwa Pihak Pertama bermaksud menjual kedua jenis kayu tersebut kepada Pihak
Kedua yang menyatakan bermaksud membeli kedua jenis kayu tersebut dari Pihak
Pertama.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas Para Pihak antara yang satu dengan yang lainnya
telah saling sepakat dan setuju untuk membuat, menandatangani dan melaksanakan
Perjanjian Jual Beli Kayu (untuk selanjutnya disebut sebagai ”Perjanjian”), yang
dilakukan dengan syarat-syarat/ketentuan- ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
JENIS KAYU DAN UKURAN

1. Pihak Pertama dengan ini berjanji dan mengikat diri untuk menjual kepada Pihak
Kedua, yang dengan ini berjanji dan mengikat diri untuk membeli dari Pihak Pertama
berupa kayu-kayu jenis Sengon dan Akasia yang dimiliki dan berada dalam
penguasaan Pihak Pertama di daerah Banten dan Kalimantan.

2. Kayu yang menjadi obyek dalam Perjanjian ini adalah sebagai berikut:

a. Jenis: : Sengon dan Akasia;


b. Ukuran Diameter : 25 cm sampai dengan 29 cm
dan 30 cm ke atas;
c. Ukuran Panjang : 2,6 m (dua koma enam meter);
d. Asal daerah : Desa Saketi, Kecamatan Menes, Pandeglang, Banten.
e.

3. Untuk Tahap Pertama, penjualan dan pembelian Kayu telah disepakati dan disetujui
oleh Para Pihak sebanyak 1.000 m3 (seribu meter kubik), sedangkan untuk tahap-
tahap berikutnya akan dilakukan dengan harga dan syarat-syarat yang akan ditetapkan
oleh dan antara Para Pihak secara bersama.

4. Setiap pengiriman Kayu yang diperjual belikan pada setiap Tahapnya harus dilakukan
Pihak Pertama setelah diterima oleh pihak pabrik dan sesuai dengan penerimaan
pabrik berdasarkan jumlah, jenis dan ukuran yang dipesan oleh Pihak Kedua

Pasal 2
HARGA DAN CARA PEMBAYARAN

1. Harga jual beli Kayu untuk Tahap Pertama telah disetujui oleh Para Pihak dan tidak
akan berubah baik untuk sekarang maupun untuk nantinya, yaitu ditetapan sebagai
berikut:

a. Untuk kayu berdiamter 25 cm sampai dengan 29 cm seharga Rp 425.000,00


(empat ratus dua puluh lima ribu Rupiah) per meter kubik;

b. Untuk kayu berdiamter 30 cm ke atas seharga Rp 500.000,00 (lima ratus ribu


Rupiah) per meter kubik.

2. Perhitungan dan pembayaran harga harus disesuaikan dengan pesanan (jumlah, jenis,
ukuran diameter Kayu), yang disampaikan oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama
dengan berdasar pada harga yang dimaksud dalam Pasal 1 di atas.
3. Cara pembayaran adalah sebagai berikut:

a. Uang muka (Down Payment) sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta Rupiah)
wajib dibayar oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama pada saat penanda-
tanganan Perjanjian ini, dan untuk penerimaan uang sejumlah tersebut Perjanjian
ini oleh Para Pihak dinyatakan berlaku pula sebagai tanda terima (kuitansi) yang
sah.

Paling lambat dalam waktu 5 (lima) hari setelah Pihak Pertama menerima
Uang muka (Down Payment) tersebut, maka Pihak Pertama wajib untuk segera
mengirimkan Kayu sesuai dengan pesanan Pihak Kedua.

b. Pembayaran harga berikutnya akan dilakukan oleh Pihak Kedua kepada Pihak
Pertama pada setiap pengiriman per truck (dengan muatan sebanyak lebih kurang
25 m3) berdasarkan pesanan Pihak Kedua dan akan dipotong 25 % (dua puluh
lima persen) dari total harga per pengiriman/per truck.

c. Pemotongan 25 % (dua puluh lima persen) dari total harga per pengiriman/per
truck tersebut sebagai perhitungan dengan Down Paymen yang telah diterima oleh
Pihak Pertama dari Pihak Kedua, sehingga apabila dari hasil pemotongan tersebut
Down Payment sudah habis sama sekali, maka pembayaran harga per
pengiriman/per truck tidak dilakukan pemotongan lagi.

4. Apabila pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek/bilyet giro, maka


pembayaran yang demikian itu dianggap sah apabila cek/bilyet giro tersebut telah
dapat diuangkan/dicairkan/dipindah-bukukan sebagaimana mestinya pada saat jatuh
temponya.

Pasal 3
BEBAN BIAYA/ONGKOS

1. Biaya/ongkos apa pun yang timbul untuk truck (kucuali untuk turck pengangkut
dengan tujuan akhir tempat yang ditunjuk Pihak Kedua), pengapalan dan bongkar
muat di pelabuhan asal dan pelabuhan akhir, termasuk biaya yang mungkin terjadi
akibat terjadi peristiwa Force Majeure menjadi beban dan wajib dibayar oleh Pihak
Pertama.

2. Biaya/ongkos apa pun yang timbul sejak Kayu yang dipesan berada di atas truck
pengangkut dengan tujuan akhir tempat yang ditunjuk oleh Pihak Kedua), termasuk
biaya yang mungkin terjadi akibat terjadi peristiwa Force Majeure, menjadi beban
dan wajib dibayar oleh Pihak Kedua..

3. Biaya/ongkos untuk rental truck, biaya/upah sopir, kernet, jembatan timbang, menjadi
beban dan tanggungan Pihak Kedua.
4. Apabila terjadi suatu peristiwa Kayu yang dikirim Pihak Pertama tidak sesuai dengan
pesanan Pihak Kedua (baik jumlah, jenis, ukuran diameter dan ukuran panjang
maupun kualitasnya), maka akan diambil dua opsi sebagai berikut:

a. Apabila Pihak Kedua menolak, maka biaya pengiriman kembali ke tempat


Pihak Pertama dan biaya pengiriman ulang ke tempat Pihak Kedua, seluruhnya
menjadi beban dan tanggungan Pihak Pertama;

b. Apabila Pihak Kedua menerima/tidak menolak kesalahan pengiriman tersebut,


maka pembayaran akan dilakukan sesuai dengan cara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat 3 di atas.

Pasal 4
PERNYATAAN JAMINAN PIHAK PERTAMA

1. Pihak Pertama dengan ini menyatakan menjamin Pihak Kedua:

a. Bahwa Kayu yang dikirim kepada Pihak Kedua adalah benar-benar kayu legal
(sah) kepemilikan dan penguasaannya, bukan dari tebangan hasil illegal logging,
memiliki dokumen pengiriman yang sah serta termasuk jenis kayu yang tidak
dilarang oleh peraturanan/perundang-undangan yang berlaku untuk dapat
diperjual-belikan;

b. Setiap pengiriman ke tempat Pihak Kedua akan selalu sesuai dengan pesanan
Pihak Kedua.

2. Apabila pernyataan jaminan Pihak Pertama tersebut ternyata tidak benar atau terjadi
permasalahan hukum (baik kepemilikan maupun dokumen lainnya), perdata maupun
pidana, maka Pihak Pertama dengan ini menyatakan secara tegas membebaskan Pihak
Kedua dari hal-hal tersebut dan juga menyatakan bahwa Pihak Kedua bukan sebagai
penadah kayu illegal, sehingga satu dan lain halnya menjadi tanggung jawab, risiko
dan beban Pihak Pertama.

Pasal 5
BERLAKUNYA PERJANJIAN

1. Perjanjian ini mulai berlaku efektif sejak ditandatangani oleh Para Pihak.

2. Perjanjian ini akan berlaku secara terus menerus sepanjang Para Pihak menghendaki,
akan tetapi apabila untuk Tahap-Tahap berikutnya terjadi perubahan harga dan cara
pembayaran, maka Para Pihak setuju untuk mengubah ketentuan Pasal 2 saja yang
nantinya akan dituangkan dalam suatu bentuk Perjanjian Tambahan (Addendum) dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Perjanjian ini. Kecuali
apabila Para Pihak menentukan lain.
3. Apabila Perjanjian ini diakhiri oleh salah satu Pihak maupun atas kesepakatan
bersama Para Pihak, maka Pihak yang belum memenuhi kewajibannya harus
menyelesaikannya sehingga Pihak yang satu tidak lagi mempunyai kewajiban
terhadap Pihak lainnya dalam Perjanjian ini.

4. Untuk pengakhiran Perjanjian ini, Para pihak setuju mengesampingkan ketentuan


Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.

Pasal 6
PERISTIWA FORCE MAJEURE

1. Yang dimaksud dengan keadaan Force Majeure adalah peristiwa-peristiwa yang


disebabkan atau ditimbulkan karena kejadian di luar kemampuan Para Pihak, yang
mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya kewajiban Para Pihak seperti: embargo,
huru-hara, pemberontakan, pertempuran, peperangan, kebakaran, peledakan,
sabotase, aksi terorisme, badai, banjir, gempa bumi, tanah longsor, epidemi, tindakan
Pemerintah dalam bidang Moneter dan semua keterlambatan atau kegagalan yang
karenanya tidak boleh dianggap sebagai kesalahan pihak yang mengalaminya.

2. Apabila terjadi keadaan Force Majeure, maka pihak yang mengalami Force Majeure
harus memberitahukan kepada pihak lainnya secara tertulis selambat-lambatnya
dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak terjadinya keadaan Force Majeure tersebut.
Apabila pemberitahuan tersebut tidak dilaksanakan, maka pihak yang mengalamai
Force Majeure tidak dapat lagi menggunakan peristiwa force majure sebagai alasan
keterlambatan atau kegagalan pelaksanaan kewajibannya.

Pasal 7
KETENTUAN LAIN

1. Apabila terdapat hal-hal yang tidak atau belum cukup diatur dalam Perjanjian ini,
maka segala sesuatunya akan diputuskan oleh dan antara Para Pihak secara
musyawarah untuk mufakat dan nantinya akan dituangkan dalam suatu bentuk
Perjanjian Tambahan (Addendum) yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan Perjanjian ini.

2. Apabila ada ketentuan dalam Perjanjian ini yang batal demi hukum atau dibatalkan,
maka Para Pihak sepakat bahwa ketentuan yang batal tersebut tidak akan
mengakibatkan batalnya atau membatalkan ketentuan-ketentuan lain dalam Perjanjian
ini dan Para Pihak berkewajiban untuk menggantikan ketentuan yang batal atau
dibatalkan tersebut dengan ketentuan lain yang sah menurut hukum dan sedapat
mungkin mencerminkan maksud dan tujuan komersial dari ketentuan yang batal atau
dibatalkan tersebut.
Pasal 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Setiap perselisihan yang (mungkin) taimbul di antara Para Pihak berkaitan dengan
Perjanjian ini, Para Pihak akan menyelesaikannya terlebih dahulu secara musyawarah
untuk mufakat oleh dan antara Para Pihak.

2. Apabila dengan cara musyawarah untuk mufakat tersebut tidak tercapai kesesuaian,
maka Para Pihak telah sepakat untuk menyelesaikannya melalui Kantor Panitera
Pengadilan Negeri Tangerang, di Tangerang.

DEMIKIAN PERJANJIAN ini dibuat dan ditandatangani oleh masing-masing Pihak di


atas meterai cukup dalam rangkap dua, masing-masing rangkap mempunyai tulisan/bunyi
dan kekuatan hukum yang sama, tanpa paksaan/tekanan dari siapa pun serta untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya oleh yang berkepentingan

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA

(EDDY SANTOSO) (MALEMTA PRANGIN-ANGIN)

SAKSI-SAKSI:

.................................................... ...........................................

Anda mungkin juga menyukai