Anda di halaman 1dari 14

L.

Sekolah tatap muka yang akan dibuka dianggap tidak realistis

Argumentasi kontra

1. Kita tidak bisa memastikan sampai kapan Pendem ini akan berakhir, justru jika kita tetap
menunggu ini selesai lalu baru merealisasikan sekolah offline justru hal tersebutlah yang
tidak realistis
2. Kita harus segera merealisasikan sekolah tetap muka karena online school memberikan efek
negatif pada kualitas belajar siswa
3. percuma sekolah ditutup dengan tujuan menurunkan kasus penyebaran covid akan tetapi
tempat wisata dan Mall masih dibuka
4. Mekanisme dengan PTM tetap mengutamakan prokes
(Argumentasi 3 dan 4 tempat ami)

1. Kami meyakini bahwasanya sekolah tatap muka yang akan dibuka sangatlah realistis
Mengapa?
pandemi covid 19 yang sedang menjangkiti hampir seluruh negara-negara di dunia tidak bisa
kita prediksi kapan berakhirnya pandemi ini

kita juga tidak tahu kapan kita bisa bebas dari pandemi ini sehingga sangat tidak mungkin
jika kita harus menunggu berakhirnya Pandmi ini terlebih dahulu yang kita tidak tahu kapan
pastinya akan berakhir baru kita bisa merealisasikan sekolah tatap muka
Sedangkan kita tahu bahwa pembelajaran secara online atau daring telah memberikan
banyak efek negatif bagi kualitas belajar siswa tersebut dan sangatlah tidak efektif

Sehingga sangatlah realistis jika kita membuka sekolah tatap muka


Karena guru tidak bisa mengontrol langsung siswa tersebut
Apakah siswa tersebut mengikuti pelajaran dengan serius atau tidak

Guru juga tidak dapat memastikan apakah materi yang disampaikan dapat dipahami dan
ditangkap dengan baik oleh siswa tersebut
bahkan tidak sedikit siswa yang mengeluh dan merasa jenuh akibat dari adanya sikap
pembelajaran daring ini

sehingga hal tersebut mengakibatkan kemunduran kualitas pembelajaran siswa itu sendiri
hal tersebut sangat sangat merugikan Indonesia jika kita terus membiarkan hal seperti ini

Karena tentu hal ini bisa menimbulkan kualitas pendidikan Indonesia merosot turun
kita tidak bisa terus-terusan mengorbankan lebih banyak generasi muda yang tidak
berkualitas

Bayangkan jika 1, 2, bahkan hingga 5 tahun kedepan sekolah masih ditutup dengan sistem
pembelajaran yang sama
Berapa berapa banyak lagi generasi yang harus kita korbankan? Dan tentu hal tersebut
sangat menunjang kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
2. Kami meyakini bahwasanya jika sekolah tetap muka tidak dibuka justru hal tersebut sangat
tidak realistis karena banyak sekali kelemahan kelemahan dari sistem pembelajaran jarak
jauh atau daring ini. Dan kelemahan dari sistem pjj inilah yang menjadi urgensi untuk kita
harus melaksanakan ptm ini, karna kami tidak ingin sistem pjj ini akan menyebabkan
kemunduran bagi pendidikan di Indonesia
A. Keterbatasan akses internet
Tentu kita semua tahu bahwasanya tidak semua daerah di Indonesia yg
mendapatkan jangkauan internet yang bagus dan juga stabil
dan tentu saja hal tersebut sulit untuk siswa mengakses layanan pembelajaran
online seperti platform belajar
Sehingga dengan keterbatasan akses internet dengan proses pembelajaran tidak
dapat berjalan dengan baik dan maksimal di daerah-daerah tertentu
Dan hal tersebut merupakan sebuah organisasi bahwa kita harus untuk
merealisasikan pembelajaran tatap muka, Karena tidak semua sekolah mampu
melaksanakan pembelajaran online ini dengan baik.

B. Berkurangnya interaksi dengan pelajar


seperti yang kita ketahui bahwasanya metode pembelajaran dari itu bersifat satu
arah
Dan hal tersebut menyebabkan interaksi mengajar dengan siswa itu menjadi
berkurang.
Meskipun dalam hal ini kami tidak memungkiri bahwa ada aplikasi aplikasi seperti
WhatsApp yang membantu menghubungkan antar siswa dengan guru
akan tetapi tentu tidak maksimal seperti kita berinteraksi langsung dengan guru
tersebut.
sehingga akan sulit bagi siswa mendapatkan penjelasan lebih lanjut jika ada materi
yang sulit dipahami.

C. Minimnya pengawasan dalam belajar.


kurangnya pengawasan dalam melakukan pembelajaran secara daring membuat
siswa terkadang sulit untuk fokus belajar.
Dan justru dengan kemudahan akses dan siswa merasa tidak diawasi dengan guru,
akibatnya siswa cenderung untuk menunda-nunda waktu belajar.

Meskipun dalam hal ini ada orang tua yang melakukan WFH dirumah, akan tetapi
tentu orang tua tersebut tidak bisa 100% menggantikan peran guru di sekolah.
Karena orang tua juga memiliki kesibukan lain dan bukan tugas mereka untuk
mengawasi anak mereka dalam proses pembelajaran.

dan hal tersebut mengakibatkan banyak siswa yang mengalami penurunan kualitas
pembelajaran, sehingga sangat sangat tidak realistis jika kita harus menunggu
pandemi berakhir baru bisa membuka sekolah tatap muka
karena pembelajaran secara daring lebih banyak membawa dampak negatif dan juga
tidak efektif.

D. Peran guru jadi berkurang


Dengan sistem pembelajaran daring, kebanyakan guru hanya berkewajiban
memberikan materi kepada siswanya, baik itu berupa file pdf, ppt, atau bahkan
video pembelajaran di youtube, akan tetapi guru tersebut tidak memastikan apakah
siswanya bisa memahami materi tersebut dengan baik, meskipun tak jarang ada
guru yang melakukan zoom meet, akan tetapi tentu persentase nya hanya sedikit
guru yang melakukan hal tsbt.

E. Learning lose pada siswa


F. Orang tua tidak bisa menggantikan peran guru 100%
Karena mereka tentu memiliki pekerjaan lain seperti bekerja, atau wfh sehingga
tidak bisa mengontrol dan mengawasi pembelajaran anaknya.
Pada akhirnya siswa tersebut menjadi bermalas-malasan dan menunda tugas yang
djberikan.

3. dengan dibukanya sistem pembelajaran tatap muka bukan berarti kita tidak melakukan lagi
pembelajaran daring

karena kami mengerti bahwa waktu yang digunakan untuk sekolah tatap muka itu adalah
waktu yang sangat singkat.

akan tetapi dengan waktu yang sangat singkat tersebut tetap berjalan dengan efektif karena
dibukanya sekolah tetap buka akan lebih memprioritaskan materi-materi pelajaran yang
esensial.

sehingga guru dapat memilih materi materi apa saja yang sekiranya sulit untuk dipahami
siswa tersebut sehingga pada saat sekolah tetap muka berlangsung guru tersebut dapat
menjelaskan secara langsung kepada siswanya dan siswanya yang tidak memahami materi
tersebut dapat langsung bertanya kepada gurunya.

Dan kami tetap melakukan pembelajaran daring, karena sekolah tatap muka itu hanya
memprioritaskan materi materi yang esensial saja dan materi lainnya masih bisa diberikan
melalui platfrom belajar, karena jelas waktu nya tidak akan cukup jika hanya mengandalkan
sekolah tatap muka, dan dibukanya sekolah tatap muka ini tidak serta merta langsung
dibuka secara penuh, akan tetapi juga akan secara bertahap sehingga waktu yang diberikan
untuk sekolah tatap muka juga tidak akan banyak.

Meskipun dengan dengan waktu yang sangat singkat ini akan tetapi lebih baik kita ada
melakukan sekolah tatap muka dibandingkan tidak sama sekali.

4. Dana dan pembiayaan pjj yang besar


seperti yang kita tahu bahwasanya jika kita tetap menggunakan sistem pembelajaran secara
online maka tentu ini akan menambah pembiayaan kepada sistem PJJ tsbt

seperti misalnya pemerintah harus memastikan bahwa seluruh siswa di Indonesia itu
mendapatkan bantuan kuota internet gratis dan juga fasilitas-fasilitas belajar yang mumpuni
seperti gadget, laptop, dan lain sebagainya

Belum lagi kepada gurunya, yang kita tahu bahwa tidak semua guru menguasai teknologi
dalam mengimplementasikan pembelajaran secara daring ini. Sehingga perlu dilakukannya
pelatihan kepada guru tersebut agar dapat melaksanakan pembelajaran pjj ini secara
maksimal.

Akan tetapi kita juga harus melihat kondisi saat ini bahwasanya kita sedang dilanda oleh
pandemi covid 19, yang mana artinya kita tidak bisa terfokus kepada satu masalah saja itu
masalah pendidikan saja karena ada masalah masalah lain yang lebih urgensi dibandingkan
dengan masalah pendidikan ini, yaitu pemerintah Indonesia saat ini lebih memprioritaskan
penanganan pandemi covid 19.

Sehingga kita harus merealisasikan sekolah tetap muka ini karena kami menganggap bahwa
hal tersebut realistis saja dilihat dari ketidak efektifan pembelajaran secara daring yang
menyebabkan kemunduran bagi sistem pendidikan di Indonesia dan juga pembiayaan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pjj ini sangatlah besar

meskipun dalam hal ini tim pemerintah akan mengkawatirkan mengenai lonjakan kasus
covid 19 yang akan terjadi jika dibukanya sekolah tatap muka akan tetapi dengan
mekanisme yang telah kami sampaikan, maka kita dapat mencapai 2 tujuan sekaligus yaitu
tetap dapat menekan kasus covid 19 tanpa ada lonjakan kasus dan juga kita dapat
memperbaiki sistem pendidikan yang ada di Indonesia

Mekanisme : syarat vaksinasi, sistem 3T, masker, cuci tangan, face shield (mencontoh
Inggris)

ARGUMENTASI PRO

Limitasi: siswa sd

1. Masih terjadinya peningkatan kasus covid 19 di Indonesia

Seperti yang kita ketahui bahwasanya kasus covid yang ada di Indonesia itu masih tinggi dan
masih sangat sulit untuk dikendalikan
Tingkat positif di Indonesia berada di angka sekitar 13% yang artinya memiliki penularan
tinggi dan berbahaya bagi murid jika harus bersekolah.

Sehingga akan sangat berbahaya jika kita tetap membuka sekolah tatap muka dan sangat
tidak realistis, kami mengerti bahwa pendidikan di Indonesia memanglah penting akan tetapi
sebelum memutuskan sesuatu kita harus melihat kondisinya terlebih dahulu, apakah bisa
atau tidak?, jangan sampai ketika kita memaksakan pembukaan sekolah tatap muka ini
justru akan menimbulkan klaster baru virus covid-19 di sekolah.

Jika hal ini terjadi tentu kita akan mendapat masalah baru, guru-guru terpapar, siswa pun
juga, dan tentu hal tersebut juga akan berdampak kepada pendidikan itu sendiri
kedepannya.
dan tentu kita semua tidak ingin hal tersebut terjadi, sehingga akan lebih baik jika kita tetap
menunggu pandemi covid 19 ini reda baru kita bisa merealisasikan pembukaan sekolah tatap
muka.

Di China yang sudah zona hijau saja, positivity rate di bawah 5%, melaksanakan protokol
ketat dan mahal, saja masih bocor, apalagi jika di terapkan di Indonesia justru yang terjadi
malah akan semakin parah lagi, karena teknologi kita yang masih jauh dibandingkan dengan
Cina.

Dewan juri yth, siswa sd tentu lebih membutuhkan pengawasan yang lebih ketat
dibandingkan dengan siswa SMP dan SMA.

Dan kita tidak dapat memastikan apakah seluruh siswa sd tersebut bisa melakukan protokol
kesehatan dengan baik, dan kita tidak dapat memastikan guru tersebut bisa mengawasi dan
mengontrol siswanya 100%

Siswa sd juga lebih rentan terkena paparan virus covid 19, yg mana di usia mereka yang
masih dini belum cukup untuk melakukan vaksinasi, belum lagi akhir-akhir ini dihebohkan
dengan virus covid dengan varian baru, yg mana virus tersebut tentu lebih kuat
dibandingkan dengan virus covid 19 sebelum nya

Dan kami rasa dengan protokol kesehatan saja masih belum cukup, krna masih sangat rawan
sekali untuk terpapar. Meski dengan protokol kesehatan belum tentu bisa menjamin
keselamatan siswa tersebut dari bahaya penularan Covid-19..

Bahkan untuk anak SMP dan SMA saja belum bisa didisiplinkan seratus persen, apalagi anak-
anak sd itu masih kurang paham dan belum terlalu mengerti mengenai bahayanya virus
covid 19.

Selain itu, meskipun dalam hal ini guru sudah diberikan vaksinasi, akan tetapi diberikannya
vaksin tidak menjamin tidak akan terpapar virus covid 19.

Hanya dengan pengecekan suhu saja tidak dapat memastikan apakah siswa atau guru
tersebut positif covid 19 atau tidak, bagaimana jika mereka adalah OTG, tentu hal tersebut
sangat berbahaya sekali.

Kita juga tidak tau apakah guru atau siswa tersebut mungkin saat perjalanan menuju ke
sekolah bisa saja terpapar covid 19.

Misalnya jika siswa tersebut terpapar oleh covid 19 akibat dari adanya pelaksanaan PTM,
tentu tidak hanya membahayakan bagi guru dan siswa yang berteman dengannya, akan
tetapi siswa tersebut juga sangat mungkin sekali untuk menularkan kepada keluarga nya
dirumah.

Tidak hanya itu bagaimana jika ptm ini dilaksanakan justru semakin banyak siswa yang
terpapar, guru guru juga, justru hal tersebut membawa sistem pendidikan kita semakin
menurun karena mereka tentunya harus melakukan isolasi dan fokus untuk penyembuhan,
sehingga justru proses pembelajaran tidak akan bisa maksimal atau bahkan lebih buruk
dibandingkan dengan kita tetap dengan sistem pjj

Sehingga hal ini tidak hanya akan menimbulkan klaster baru di sekolah akan tetapi juga di
keluarga, bagaimana jika di rumahnya terdapat lansia, atau orang-orang yang rentan
terpapar virus covid 19

Dan kami rasa hal tersebut sangat mengkhawatirkan sekali, apakah kita ingin terjadi lonjakan
kasus akibat kita tetap memaksakan pembukaan sekolah tatap muka di masa Pandemi
sekarang ini.

Sehingga tujuan yg tadinya ingin membuka sekolah tatap muka karena ingin memperbaiki
sistem pendidikan di Indonesia yang terdampak pandemi justru yang terjadi lebih parah lagi.

Yang terjadi justru menimbulkan klaster baru dan lonjakan kasus covid yang semakin
meningkat.

Oleh karena itu kami meyakini bahwasanya dibukanya sekolah tatap muka sangat tidak
realistis karena kasus covid yang masih meningkat, dan masih banyak celah untuk dapat
terpapar atau menyebarkan virus covid 19

2. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas atau dana untuk melaksanakan PTM
Dewan juri yth, tentu untuk melaksanakan sekolah tatap muka itu dibutuhkan fasilitas dan
dana yang memadai, dan kami rasa tidak semua di sekolah memiliki hal tersebut.

Jangan kan fasilitas untuk pelaksanaan ptm di sekolah nya, fasilitas untuk belajar saja tidak
semua sekolah itu memiliki fasilitas yang mendukung, seperti yang kita tau masih banyak
sekolah di Indonesia yang gedungnya tidak layak, tidak memiliki meja dan kursi, dan lain
sebagainya, apalagi fasilitas pelaksanaan ptm seperti handsanitizer, sabun tangan, wastafel,
masker, termogun, face shield.

Dan tentu dana yang digunakan lebih besar dibandingkan dengan kita yang tetap
melaksanakan sistem pjj, karena harus menyediakan fasilitas” tersebut, karna kalo pjj
pemerintah hanya memastikan internet, gadget, dan lain sebagainya yang menurut kami
tidak seberapa dengan pelaksanaan ptm.

Belum lagi saat ini tentu Ekonomi Indonesia itu masih harus memprioritaskan penanganan
pandemi covid 19. Dan dana yang dibutuhkan tidak sedikit, dan kami rasa di masa pandemi
sekarang ini kita harus mengorbankan sektor pendidikan kita, karena di masa pandemi kita
tidak bisa ingin memaksimalkan semuanya karena dana yang dimiliki tidak sebanyak itu.

Jika pandemi di Indonesia dapat memulih maka tentu sektor sektor lain pun akan mengikuti
seperti sektor pendidikan. Sehingga kita cukup bersabar.
Toh masih ada sistem pembelajaran jarak jauh yang dapat menjadi solusi, dan kami rasa
ketidakefektifan pjj masih bisa kita perbaiki kedepannya, bukannya kita malah menyerah laly
memaksakan pembukaan sekolah tatap muka ini.

3. PTM tidak efektif


Karena waktu yang digunakan sangat singkat, dan dengan waktu yang singkat kita tidak
dapat memastikan apakah materi” yang diajarkan bisa tersampaikan dengan baik kepada
siswa tersebut, apakah sistem PTM lebih efektif dibandingkan sistem PJJ.

Dan kami rasa dengan waktu yang sangat singkat itu justru tidak bisa memaksimalkan
pemberian materi, apalagi kita tau dengan PTM ini yang diprioritaskan nantinya adalah
materi materi esensial atau materi yang sulit saja, bukankan materi yang sulit justru
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa tersebut memahami materinya, tidak
cukup hanya 2-3 jam saja, belum lagi materi materi esensial itu tidak hanya di satu mata
pelajaran saja akan tetapi hampir di semua mata pelajaran pasti memiliki materi esensial,
dan bagaimana dengan waktu sesingkat itu yang bahkan hanya untuk seminggu sekali bisa
maksimal, dan kami rasa hal tersebut sangat tidak efektif.

Sistem PJJ sekarang ini kami rasa efektif efektif saja, dan kami juga tidak memungkiri
bahwasanya sistem PJJ ini memiliki kekurangan, akan tetapi hal tersebut masih bisa diatasi
dan seharusnya menjadi evaluasi dan perbaikan agar sistem PJJ lebih baik lagi kedepannya.

Perbaikan tersebut antara lain:


 Pemerintah akan fokus untuk melakukan pemerataan akses jaringan internet, kuota
internet, listrik, dan juga fasilitas lainnya seperti gawai sehingga tidak akan ada lagi siswa
yang mengalami kendala tersebut
 Akan memastikan guru tidak hanya memberikan materi dan tugas saja kepada siswa, akan
tetapi bagaimana materi tersebut dapat ditangkap dan dipahami dengan baik siswa tersebut
misalnya materi tersebut dikemas dengan semenarik mungkin agar siswa juga tidak bosan
saat proses pembelajaran sehingga meminimalisasi learning lose pada siswa
 Guru harus rutin melakukan zoom meeting untuk memaparkan materi materi esensial yang
sekiranya sukar dipahami oleh siswa, sehingga akan terjadi komunikasi dua arah antara
siswa dan guru, sehingga siswa dapat berkomunikasi secara leluasa kepada guru
 Pada saat melaksanakan zoom meeting, siswa harus menggunakan seragam dengan rapi,
dan tepat waktu agar tetap membiasakan siswa disiplin meskipun menggunakan sistem pjj.
 Memberikan batasan tenggat waktu pada tugas yang diberikan
 Harus tepat waktu saat absen
 Sebelum belajar harus berdoa bersama dan juga saat mengakhiri Pelajaran
 Kegiatan literasi dan juga keagamaan tetap dilaksanakan

4. Guru dan siswa yang belum siap


Masih banyak guru yang belum divaksin, dgn vaksin saja masih ada peluang untuk terpapar
apalagi tidak sama sekali
Jangan kan untuk mengawasi dan mengontrol siswanya, guru saja kadang masih ada yang
melanggar prokes (tidak memakai masker dengan benar, tidak jaga jarak)
Masih banyak siswa yang belum paham dan mengerti mengenai bahayanya virus covid 19,
karena umurnya yang masih belum cukup untuk memahami hal tsbt, bagaimana bisa
menjamin mereka melakukan prokes dengan baik mulai dari berangkat ke sekolah sampai
pulang ke rumah

5. Tempat pariwisata masih dibuka karena merupakan sumber pendapatan daerah (option aja)
M. BROKEN HOME MERUPAKAN FAKTOR UTAMA PENYEBAB TURUNNYA PRESTASI DAN SALAH
PERGAULAN BAGI SEORANG ANAK.

Argumentasi pro:

 Limitasi: prestasi akademik, remaja


 Broken home: kondisi keluarga yang diselimuti perselisihan dan pertengkaran, tidak selalu
tentang perceraian.
 Latar belakang:
Tentu kita semua tahu bahwa tidak semua anak dilahirkan di keluarga yang rukun.
Banyak faktor yang menyebabkan broken home tersebut dapat terjadi, seperti
tersumbatnya komunikasi di keluarga, ada pihak ketiga, perbedaan pemahaman dan
pendapat, egoisme, perekenomian, sehingga menimbulkan perselisihan di keluarga
tersebut.

Masa remaja adalah masa di mana seseorang sedang mengalami masa labil
dengan ditandai oleh rasa keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang baru
sebab akan menginjak masa dewasa. Dalam masa peralihan itu pula remaja
sedang mencari identitas jati dirinya. Dalam proses perkembangan ini, remaja
yang sedang mencari jati diri membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang
yang dicintai dan dekat dengannya terutama orangtua dan keluarganya.
Agar para remaja yang sedang mencari jati diri tidak semakin terjerumus ke dalam pergaulan
yang bebas tentunya diperlukan peranan orangtua.

Selain itu latar belakang keluarga tentunya sangat berpengaruh terhadap prestasi akademik
 Status kuo : kita tidak asing lagi sekarang, dan sudah banyak anak yg menjadi korban karena
keluarga yang memiliki permasalahan di dalam keluarga nya, sehingga banyak anak yang
tidak dipedulikan lagi krna orang tua nya sibuk dengan permasalahan mereka.

 Argumentasi

1. Broken home berdampak kepada turunnya prestasi anak.

 Karena anak tersebut tidak bisa fokus belajar


Anak yang broken home biasanya cenderung suka menyendiri, pemurung,
menjauh dari teman-teman nya karena mereka merasa minder karena
kondisi orang tua yang mengalami masalah dan juga perasaan sedih yang
berlarut larut membuat mereka tidak bisa menjalankan kewajiban mereka
sebagai pelajar.

Tentu kita semua tahu, latar belakang keluarga tentu sangat berpengaruh
terhadap akademik siswa tersebut di sekolah. Dan jika siswa tersebut
mengalami broken home tentu sangat mempengaruhi mental siswa tersebut
sebagai pelajar.

Anak yang mempunyai kondisi keluarga yang tidak harmonis tentu tidak
akan bisa fokus untuk belajar, karena suasana rumah yang tidak nyaman,
Suasana rumah yang tidak nyaman membuat anak akan kesulitan untuk
konsentrasi penuh saat belajar, saat belajar pastinya pikiran dan juga
lingkungan kita harus mendukung.

Meskipun dalam hal ini, bisa saja anak tersebut untuk belajar di lain tempat,
akan tetapi tetap saja tidak memungkinkan karena mereka akan terbawa
bawa perasaan sedih, stres mengingat kondisi keluarganya yang tidak baik
akan membuat siswa tersebut tidak bisa maksimal dalam proses belajar nya.

Karena anak broken home itu cenderung memiliki perasaan sedih yang
berlarut larut sehingga dimanapun siswa tersebut belajar, baik di rumah dan
juga di sekolah, tentu perasaan tersebut masih terbayang bayang

Karena ia merasa tertekan akibat dari adanya kondisi keluarga nya yang
berantakan sehingga mereka tidak ada keinginan belajar yang menyebabkan
prestasi anak tersebut menjadi turun

 Anak berasa bahwa pendidikan mereka itu tidak diperhatikan atau tidak
dipedulikan lagi oleh orang tuanya sehingga mereka merasa bahwa tidak
ada gunanya untuk belajar.

Karena orang tuanya hanya terfokus kepada perselisihan yang terjadi, orang
tua pada akhir nya hanya memperdulikan masing-masing dari mereka saja,
sehingga pendidikan anak tidak lagi diperhatikan sehingga anak akan merasa
bahwa tidak perlu lagi belajar.

Toh untuk apa juga karena tidak diawasi dan juga tidak diperhatikan juga
oleh orang tua, karena proses belajar tentunya membutuhkan dukungan
juga dorongan dari orang tua, tidak hanya dari diri sendiri dan juga sekolah.

Sehingga anak yang merasa tidak ada gunanya belajar menyebabkan


prestasi anak tersebut turun.

Mereka menjadi tidak mengerjakan tugas, sering bolos, nilai ulangan turun,
dan lain sebagainya.

Karena anak merasa meskipun nilai turun, siapa juga yang akan peduli dan
memarahi nya, orang tua nya saja tidak memperhatikan nya dan hanya
memikirkan masalah mereka saja
 Tidak ada penyemangat dan perhatian dari ortu

dan tentunya motivasi yang paling penting atau yang paling berpengaruh
terhadap anak tersebut adalah orang tua.

seorang anak yang didorong atau disupport oleh orang tuanya dalam proses
belajar tentu akan semakin semangat belajar.
karena motivasi belajar seorang anak itu tidak hanya untuk mencapai cita-
cita anak tersebut akan tetapi juga mereka ingin untuk membanggakan
orang tua mereka dengan pencapaian proses belajar mereka.

Sehingga kami rasa bahwa peran orang tua dalam proses belajar sangatlah
penting, karena jika orang tua tersebut tidak bisa mendukung proses belajar
anak tersebut dengan baik karena terjadi perselisihan di keluarganya yang
menyebabkan orang tua menjadi kurang peduli terhadap minat belajar anak
tersebut sehingga anak tersebut tidak memiliki motivasi dan dorongan dari
orang terdekatnya yaitu orang tua yang menyebabkan prestasi anak
tersebut menjadi turun.

2. Broken home penyebab salah pergaulan bagi seorang anak.

 Broken home membuat anak jadi gampang marah karena mereka terlalu
sering melihat orangtua bertengkar , namun kemarahan juga bisa muncul
karena :

a. Dia harus hidup dalam ketegangan dan dia tidak suka hidup dalam
ketegangan

b. Dia harus kehilangan hidup yang tentram, dan dia jadi marah
pada orang tuanya kenapa mereka memberikan hidup yang seperti
ini kepadanya

Selain itu anak broken home cenderun agresif, berani, tidak disiplin,
melawan aturan, seperti misalnya mereka menjadi berani dengan guru,
merokok, minum minuman dan obat-obatan bahkan ada yang sampai
terjerumus ke sex bebas.

Tidak hanya karena perubahan sikap mereka saja yang membuat mereka
terjerumus ke hal negatif tsbt akan tetapi karena mereka merasa
membutuhkan pelampiasan rasa kekecewaan dan kesedihan mereka,
sehingga mereka merasa jika melakukan hal tsbt akan melupakan masalah
tersebut.

Karena mereka ingin mencari ketenangan dan berusaha ingin kabur dari
permasalahan tersebut dengan mencari masalah baru.

Seorang anak broken home itu tidak lagi berpikir apakah yang dilakukan itu
salah atau benar, Iya tidak bisa berpikir panjang karena dia terlalu terlarut
larut dalam perasaan sedih dan juga tertekan akibat dari kondisi keluarganya
yang tidak baik.

 Kurangnya kasih sayang


SEORANG anak yang tumbuh besar di lingkungan keluarga tidak harmonis
atau broken home sering merasa terabaikan dan kurang kasih sayang.
Menyaksikan orangtua yang bertengkar di depannya atau bahkan memiliki
orangtua yang sudah bercerai membuat anak merasa rumah sudah bukan
tempat yang membuatnya nyaman.

Tanpa tindakan tepat yang dilakukan oleh orangtua, bisa-bisa anak


kehilangan figur yang bisa dijadikan panutan. Tidak mendapat perhatian dan
kasih sayang yang diinginkan, anak broken home sering mencari kegiatan
lain sebagai pelariannya dari segala kekacauan di rumah.

Berbagai dampak jangka pendek mau pun jangka panjang bisa terjadi
kepada anak broken home. Salah satunya adalah anak menjadi pendiam,
kesepian, depresi, trauma, bahkan memiliki kecenderungan untuk
melakukan hal-hal yang negatif seperti kenakalan remaja tersebut.

Anak merasa lebih bebas karena merasa bahwa orang tua tidak sayang dan
juga tidak peduli lagi dengan mereka

Anak merasa tidak berguna sehingga merasa perbuatan yang dilakukan


wajar saja karena tidak ada yang melarang mereka.

Argumentasi Kontra

1. Faktor internal (diri sendiri)


 Keinginan untuk selalu bermain lebih tinggi dibandingkan dengan keinginan
belajar
Misal keinginan bermain game, game itu dapat membuat orang kecanduan
untuk selalu memainkannya, Akibat dari kecanduan game online tersebut
menyebabkan anak-anak menjadi lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai
anak usia sekolah yang seharusnya giat untuk belajar.

Tidak hanya itu, lebih parahnya lagi mereka sudah berani tidak masuk
sekolah atau membolos hanya untuk bisa bermain game online melalui
pc ataupun gadget mereka. Kebanyakan hal itu mereka lakukan tanpa
sepengetahuan orangtua ataupun guru di sekolah.

Hal ini merupakan hal yang tidak bisa dianggap sepele,pasalnya karena
pengaruh game online bila dilakukan secara berlebihan dapat
menurunkan prestasi belajar anak,mereka lebih mementingkan bermain
game online daripada mengerjakan tugas yang sudah diberikan guru
untuk dikerjakan dirumah atau sekedar mempelajari ulang apa yang
sudah diajarkan guru di sekolah,akibatnya nilai mereka menjadi turun
karena tugas-tugas yang diberikan guru tidak mereka kerjakan.

Meskipun dalam hal ini sudah diawasi atau dikontrol oleh orang tua nya
akan tetapi masij ada celah bagi anak tersebut untuk selalu mencari
kesempatan agar bisa bermain game.

Sehingga keluarga bukanlah faktor utama


 Faktor lingkungan teman-teman

Jika berasal dari broken home akan tetapi jika memiliki teman yang
berpengaruh positif, kita tidak akan terjerumus ke dalam hal-hal negatif.

Jika teman temannya ambis maka ia akan ikut ambis supaya tidak
tertinggal dengan temannya.

Teman yang membawa pengaruh positif akan menghibur dan


memberikan dukungan kepada anak yang mengalami broken home,
sehingga perasaan sedih, kecewa dan lainnya dapat terlupakan.

Sehingga dalam hal ini tidak semua anak itu melampiaskan perasaan nya
ke hal hal negatif.

Dan anak broken home tidak merasa sendiri lagi akibat masalah yang
dihadapinya, karena ada teman teman yang selalu mendukungnya.

Jika seorang anak dari awal sudah memiliki pergaulan yang negatif, misal
suka merokok, ugal ugalan, bolos dan lain sebagainya maka anak
tersebut akan terpengaruh oleh teman temannya tersebut.

Meskipun kondisi keluarganya baik baik saja akan tetapi karena memiliki
lingkungan pertemanan yang negatif, akan berpengaruh terhadap
menurunnya prestasi anak tersebut dan terjerumus ke dalam hal hal
negatif tersebut. Karena di usia remaja itu rentan sekali terpengaruh oleh
teman bermainnya dan sikap remaja yang masih labil sehingga mereka
ikut-ikutan temannya agar bisa diakui oleh temannya.

Jelaskan sebaliknya!!!

Sehingga faktor lingkungan pertemanan lah yang menjadi faktor utama


penyebab turunnya prestasi dan juga salah pergaulan bagi anak tersebut.

Broken home juga berpengaruh terhadap turunnya prestasi dan salah


pergaulan bagi anak tersebut akan tetapi bukan menjadi faktor utama.

 Faktor sekolah

Orang tua kedua kita di sekolah adalah guru, sehingga jika kita memiliki
kondisi keluarga yang tidak baik akan tetapi kita masih memiliki guru di
sekolah yang peduli terhadap kita

Ada guru BK, wali kelas yang menjadi tempat pengadu anak yang
memiliki masalah keluarga, atau bahkan guru tersebut yang tau sendiri
dilihat dari perilaku anak tersebut.

Sehingga guru akan akan menjadi pengganti peran orang tua dalam
mengontrol dan juga mengawasi anak tersebut agar tidak terjerumus ke
dalam hal-hal negatif dan juga menjadi penyebab turunnya prestasi anak
tersebut.

Meskipun tidak 100% bisa menggantikan dengan baik, akan tetapi


setidaknya masih ada peran orang dewasa yang bisa memberikan
motivasi, dorongan, dan melakukan pengawasan terhadap anak tersebut.

# Metode belajar yang membosankan (lebih jelas kan)

 Mental stiap anak itu berbeda

Kita tidak bisa memukul rata bahwa anak yang mengalami broken home
itu pasti akan mengalami penurunan prestasi belajar dan juga akan
terjerumus kedalam pergaulan yang salah.

meskipun dalam hal ini jika anak tersebut terjerumus ke dalam hal-hal
tersebut atau menjadi turunnya prestasi siswa tersebut itu adalah karena
faktor dari lingkungan pertemanan. Jika lingkungan pertemanan yang
positif maka tentu ia tidak akan berpengaruh terhadap prestasinya dan
juga dia tidak akan terjerumus ke dalam hal-hal negatif tersebut.

Banyak orang yang menganggap bahwa anak yang broken home itu
cenderung anak yang nakal.

Stereotip ini sangatlah berbahaya karena dapat membuat anak tersebut


menjadikan wajar hal-hal buruk tersebut seperti misalnya merokok
minum-minuman balapan liar sebagai hal yang biasa yang dilakukan oleh
anak yang mengalami broken home.

Bukti bahwa broken home tidak menyebabkan penurunan prestasi dan juga menjadikan anak
tersebut salah pergaulan:

Di Indonesia saja sudah banyak anak yang berasal dari keluarga broken
home yang sukses. Kita ambil contoh saja Mantan Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono yang berasal dari keluarga broken home. Orang tua
beliau bercerai saat beliau masih berusia remaja. Beliau pun sempat
merasa terguncang dengan perceraian orang tuanya namun kemudian
beliau bertekad untuk mengubah hidupnya sambil berkata,
“dipersimpangan itu saya bersumpah harus keluar dari situasi broken
home dan menjadi seseorang.” Hal ini terbukti dengan beliau menjadi
presiden hingga 2 priode. Lalu adapula aktris sukses tanah air yang
berasal dari keluarga broken home seperti Reza Rahardian dan Nia
Ramadhani. Walaupun berasal dari keluarga broken home tidak
mematahkan semangat dan perjuangan mereka untuk menjadi seorang
aktris. Banyak pula tokoh dunia yang berasal dari keluarga broken home
salah satunya adalah Barack Obama. Beliau merupakan mantan Presiden
Amerika Serikat yang ternyata terlahir sebagai anak broken home. Dirinya
hanya diasuh oleh Ibunya. Namun Obama membuktikan bahwa keluarga
broken home bukan alasan untuk tidak sukses. Walaupun merasakan
sakit karena ayahnya tidak bersamanya, namun dia tetap bertahan dan
terus berusaha untuk sukses.

Contoh orang sukses yang lahir dari keluarga broken home di atas
membuktikan bahwa keluarga yang tidak utuh bukan penghambat
seseorang menjadi sukses.

Anda mungkin juga menyukai