Anda di halaman 1dari 8

Nama : Emelia Apriana Br Meliala

Nim : 17.01.15.10

Tingkat/Jurusan : II-D/Teologi

Mata Kuliah : Dogmatika I

Dosen Pengampu : Pardomuan Munthe M.Th

Doktrin Trinitatis (=Hakikat Ke-Allahan dari ke-3 Oknum Trinitas)

a. Metodologi Ontologis (Kebenaran-kebenaran akaliah)

1. Akar masalah timbulnya ide-ide Trinitas

2. Munculnya keragaman ide tentang Trinitatis abad 1-4

3. Konsili Nicea dan Konsili Konstantinopel I

I. Pendahuluan

Pada minggu lalu kita telah membahas tentang teologi Allah yang mati dan Allah
menurut teologi krisis, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Doktrin
Trinitas, metodologi ontologis, yang dimana di dalamnya terdapat 3 poin yaitu akar masalah
timbulnya ide-ide Trinitas, munculnya keragaman ide Trinitas abad 1-4 serta konsili nicea
dan konsili konstantinopel. Semoga sajian ini bisa menambah wawasan kita bersama.

II. Pembahasan

2.1.Pengertian Trinitas

Trinitas adalah doktrin kristen mengenai ketritunggalan Allah. 1 Tritunggal atau


Trinitas terdiri dari Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus Ketiganya adalah esa. 2
Setiap pribadi didalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam
pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga pribadi Allah Tritunggal. Namun,
didalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak dan Roh
Kudus.3

2.2. Latar Belakang Trinitas

Pada zaman Perjanjian Baru, orang Yahudi sangat menekankan kesatuan Allah dan
terus dipertahankan dalam gerejaNya. Sebenarnya istilah Tritunggal dicetuskan pertama kali
oleh Tertulianus. Pada 325 M diadakan konsili Nicea untuk merumuskan doktrin Tritunggal.4

1
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2014), 458
2
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011), xi
3
R.C. Sproul , Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen (Seminar Alkitab Asia Tenggara,1992), 44
4
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011),11

1
Doktrin gereja tentang Trinitatis lahir dari latar belakang pemahaman tafsir yang
berbeda, sehingga terjadi polemik dan perumusan tentang Allah yang berbeda-beda. 5 Ketika
orang kristen Yunani masih bertengkar tentang keilahian Kristus serta hubunganNya dengan
Allah Bapa, Tertulianus sudah berupaya menyatukan kepercayaaan itu dan menjelaskan
posisi ortodoks. Ia pun merintis formula yang sampai pada hari ini masih kita pegang; Allah
adalah satu hakikat yang terdiri dari tiga pribadi.6

2.3. Tujuan Pokok Istilah Trinitas

Perumusan Allah Trinitas dimaksudkan untuk menjelaskan keberadaan Allah, sifat


dan hakekatnya. Melalui perbuatannya, dengan demikian melalui Allah Trinitas dapat
diketahui bahwa Allah itu adalah Allah yang berada dalam proses kemenjadian dan
kehidupan di dunia ini. Dengan demikian Doktrin Trinitas Allah adalah merupakan alat
bantu, alat peraga atau media untuk mengenal Allah yang sebenarnya.7

2.4. Metedologi Ontologis

Argumen Ontologis, Berbagai bentuk argumen ini telah dikemukakan oleh


Anselmus, Descartes, Samuel Clarke, dan yang lainnya. Dalam bentuk yang paling sempurna
argumen ini telah disusun oleh Anselmus. Anselmus berpendapat bahwa manusia mempunyai
ide tentang adanya suatau keberadaan yang sempurna secara mutlak; bahwa keberadaan
adalah suatu sifat dari kesempurnaan; dan bahwa sebab itu satu keberadaan yang sempurna
mutlak harus ada. Akan tetapi jelas bahwa kita tidak dapat menyimpulkan dari pemikiran
abstrak adanya suatu keberadaan yang nyata. Fakta bahwa kita mempunyai ide tentang Allah
belum dapat membuktikan keberadaan-Nya yang objektif. Lebih jauh lagi, argumen ini
mengandaikan, bahwa pengetahuan tentang keberadaan Allah yang memang ada dalam akal
manusia, mungkin diturunkan dari demonstrasi logis. Kant menekankan bahwa argumen ini
tidak dapat dipertahankan, akan tetapi Hagel menghargainya sebagai argumen terpenting
tentang keberadaan Allah. Para Idealis modern menyarankan, lebih baik argumen itu disusun
berbeda, yang oleh Hocking disebut sebagai “laporan pengalaman”. Berdasarkan anjuran tadi
kita dapat berkata, “saya mempunyai ide tentang Allah, karena itu saya mempunyai
pengalaman tentang Allah”. 8

2.5. Akar Masalah Timbulnya Ide-ide Trinitas

Pada zaman Perjanjian Baru, orang Yahudi sangat menekankan kesatuan Allah dan
terus dipertahankan dalam gereja-Nya. Istilah Tritunggal atau Trinitas dicetuskan pertama
kali oleh Tertulianus.9 Ia adalah pengacara kelahiran Afrika yang berbahasa Yunani. Ia
memilih menulis dalam bahasa Latin dan karya-karyanya mencerminkan unsur-unsur moral
dan praktis orang Romawi yang berbahasa Latin. Ketika orang Kristen Yunani masih
bertengkar tentang keilahian Kristus serta hubungan-Nya dengan Allah Bapa, Tertulianus
5
Darwin Lumbantobing , Teologi Pasar Bebas , (Pematang Siantar : L-SAPA,2007),134
6
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011),12
7
Darwin Lumbantobing , Teologi Pasar Bebas , (Pematang Siantar : L-SAPA,2007), 162-163
8
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Volume 1 : Doktrin Allah, (Surabaya: Momentum Christian Literature,
2018), 21
9
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011), 11

2
sudah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Ia pun
merintis formula yang sampai pada hari ini masih kita pegang; Allah adalah satu hakikat yang
terdiri dari tiga pribadi.10 Sekalipun gereja pada itu tidak menerima ajaran Tertulianus akan
tetapi perumusannya mempengaruhi pemikiran gereja-gereja dari zaman sesudah Tertulianus.
Demikian banyak teolog berpendapat, disebabkan karena istilah-istilah yang dipergunakan
dalam bahasa Latin dan Yunani bagi pengertian-pengertian substansi dan terlebih pandangan
mengenai “tabiat ilahi” atau “ketuhanan”.11

2.6. Munculnya Keragaman Ide Tentang Trinitatis abad 1-4

2.6.1. Ide Trinitas Abad 1

a. Paulus

Paulus menyatakan bahwa Tuhan Allah hanya dapat dipandang sebagai satu
Pribadi. Tetapi dalam diri Allah dapat dibedakan antara Logos (Firman) dan hikmat. Logos
dapat disebut Anak sedangkan hikmat dapat disebut Roh. Logos bukan satu pribadi
melainkan suatu kekuatan yang tidak berpribadi. Paulus mempertahankan perbedaan antara
Allah Bapa dan Yesus, keduanya di pisahkan hingga berdiri sendiri-sendiri, ia
mempertahankan ke-Tritunggalan (ke-Dwitunggalan) dengan melepaskan ke-Esaannya.12

2.6.2. Ide Trinitas Abad 2

a. Origenes

Origenes lahir dari sebuah keluarga Kristen yang sangat saleh pada tahun 185
di kota Aleksandria, mesir. Sejak kecil ia diperkenalkan dengan kitab suci oleh orang
tuanya.13 Menurut Origenes, Tuhan adalah satu atau Esa, sebagai lawan dari segala yang
banyak. Tuhan ini menjadi sebab segala sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau
Firman, Tuhan Allah, yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini
berdiri sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi dan asas-asas duniawi. Ia
adalah gambaran Allah yang sempurna. Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah. Karena
kekuasaan kehendak ilahi ia terus menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia memiliki tabiat yang
sama dengan Allah, oleh karena itu dapat di katakan bahwa Ia satu dengan Allah, akan tetapi
sebagai yang keluar dari Allah Bapa, Ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Roh Kudus
sianggap sebagai zat yang ada pada Allah. Roh Kudus ini adanya karena Anak. Hubungannya
dengan Anak sama dengan hubungan Anak dengan Bapa. Bapa adalah asas beradanya segala
sesuatu, sedangkan Subordinasianisme. Perbedaan diantara Bapa, Anak dan Roh Kudus
dipertahankan, akan tetapi kesatuannya ditiadakan.14

b. Yustinus Martir

10
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011), 12
11
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 109
12
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 106-107
13
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,(Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2015),
150-151
14
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 107

3
Yustinus Martir dilahirkan di Flavia Neapolis (Nablus) atau Sikhem (nama
pada zaman kuna) di Samaria, pada tahun 95.15 Yustinus Martin lahir dalam keluarga Yunani
di Palestina abad ke 2. Ia mencari kebenaran dalam Filsafat Yunani. 16 Dalam Apologinya
Yustinus berusaha melemahkan tuduhan kaum kafir yang menuduh orang kristen adalah
ateis. Yustinus mengakui bahwa orang-orang Kristen memang menolak ilah-ilah kafir palsu,
tetapi, selanjutnya berkata, orang-orang Kristen tidak menyangkal Allah yang benar, yang
adalah Bapa keadilan dan kesucian dan segala kebijakan lainnya, dan yang tidak mempunyai
sangkut-paut dengan kejahatan. Selanjutnya ia berkata “baik Bapa maupun Anak berasal dari
padaNya dan yang akan mengajarkan kita hal-hal ini, dan sejumlah besar malaikat yang baik
yang mengikuti dan yang diciptakan seperti Dia, dan Roh yang bersifat nabiah yang kami
sembah, oleh sebab kami menghormati Dia dalam akal dan kebenaran.17

2.6.3. Ide Trinitas Abad 3

a. Praxeas

Muncul di Roma yang mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Roh. Sebagai
Roh Tuhan Allah disebut Bapa. Allah ini telah mengenakan daging atau menjadi manusia.
Allah yang mengenakan daging disebut Anak. Di sini Praxeas membedakan antara daging
(Anak) dan Roh (Bapa) di dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Sebenarnya, menurut Praxeas,
Bapa dan Anak (Roh dan daging, atau Krsitus dan Yesus) ini adalah Pribadi yang satu, yaitu
Allaah. Praxeas mempertahankan keesaan Allah. Tuhan Allah adalah satu. Bapa dan Anak
adalah satu Pribadi, yaitu pribadi Tuhan Allah. Tetapi Praxeas melepaskan ketritunggalan
atau disebut : kedwitunggalan. Sebutan Bapa dan Anak tidak menunjukkan perbedaan,
kecuali sebagai Roh dan daging di dalam diri juru selamat Yesus Kristus.18

b. Tertullianus

Tertullianus dilahirkan sekitar tahun 160 di Kartago (kota Tunis zaman


Modern) dari keluarga Romawi kafir.19 Istilah Tritunggal pertama kali dicetuskan oleh
Tertullianus. Tertullianus merintis formula yang sampai hari ini masih kita pegang: Allah
adalah satu hakikat yang terdiri dari tiga pribadi (Bapa, Putra, Roh Kudus) dapat berbagi satu
hakikat (Kedaulatan ilahi).20 Allah menurut Tertullianus adalah pencipta segala sesuatu
termasuk materi. Allah memiliki hakikat ilahi dan Putra Allah adalah bagian dari hakikat itu.
Putra Allah datang bersama Allah Bapa untuk penciptaan serta Putra Allah menyatakan diri
dalam dunia lewat inkarnasi-Nya.21 Inti perumusannya adalah bahwa Tuhan Allah adalah satu
di dalam substansinya atau zatNya dan tiga di dalam personaNya atau oknumNya. Bapa,
Anak dan Roh Kudus memiliki satu substansi, sedang mereka tiga pribadi.22

15
F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja,(Jakarta;BPK-GM,1999),149
16
Tony Lene, Runtut Pijar,(Jakarta:BPK-GM 2015), 7
17
Bernhard Loshe, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta:Gunung Mulia,2015), 53-54
18
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 108
19
Tony Lene, Runtut Pijar,(Jakarta:BPK-GM 2015),11
20
Jenus Junimen, Trinity Of God , 11-13
21
F.D. Wellem, Riwayat Hidhup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,(Jakarta:BPK-Gunung
Mulia,2015),180
22
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 108

4
2.6.4. Ide Trinitas Abad 4

a. Athanasius

Anthanasius adalah seorang bapa gereja Yunani yang berkali-kali mengalami


pengusiran dari kedudukannya sebagai uskup di Aleksandria karena ia gigih mempertahankan
ajaran-ajaran Konsili Nicea.23 Anthanasius berkata logos sama sekali sehakekat dengan Allah
Bapa sungguhpun Logos dan Allah harus dibedakan, tetapi pada hakekatnya mereka satu
saja. Zat Logos menyerupai zat Bapa.24

b. Arius

Arius mengakui adanya ketiga oknum dalam diri Allah, yaitu Bapa, Anak, dan
Roh Kudus. Namun menurut Arius, Anak memiliki posisi di bawah Bapa, demikian juga Roh
Kudus. Oleh karena itu, Anak tidak memiliki kekelan yang sama (co-eternal) dengan Bapa.
Anak juga tidak dapat disejajarkan dengan Bapa, tetapi lebih rendah dari Bapa, sedangkan
Roh Kudus lebih rendah dari Anak.25

2.7 Konsili Nicea (325)

2.7.1. Latar Belakang Konsili Nicea

Konsili Oikumenis pertama diadakan di kota Nicea pada tahun 325


atas undangan Kaisar Konstantinus Agung yang baru saja memberi
kebebasan kepada gereja. Tujuannya untuk menyelesaikan sesuatu pertikaian
yang mengancam keesaan gereja. Masalah yang dipertikaikan adalah masalah
keilahian Kristus. Apakah Kristus ilahi penuh, seperti Allah Bapa atau tidak?
Berkaitan dengan pertanyaan ini, dikemudian hari ditambahkan lagi
hubungan Roh Kudus dengan Allah dan Kristus, sehingga pertikaian ini
disebut pertikaian tentang Trinitas.26
Konsili Nicea dilatar belakangi oleh Kaisar Konstantinus untuk
menyelesaikan pertikaian tentang Trinitatis (Arianisme).27

Pada awal abad keempat, seorang imam di Alexandria, Mesir, Arius menyebut
dirinya Kristen. Namun Arius menerima juga teologi Yunani yang mengajarkan bahwa Allah
itu unik adanya dan tidak dapat dikenal. Menurut pemikiran itu, Allah begitu beda, yaitu
bahwa Dia tidak dapat membagi hakikat-Nya dengan apapun. Hanya Allah yang bisa menjadi

23
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,(Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2015),21
24
H. Berkof, Sejarah Gereja,(Jakarta:Gunung Mulia,2015),55
25
Jenus Junimen, Trinity of God, 25
26
Christian De Jonge, Gereja Mencari Jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009), 2-3.
27
F. D Wellem,Kamus Sejarah Gereja,(Jakarta : BPK Gunung Mulia,2006), 240

5
Allah. Dalam bukunya yang berjudul Thalia, Arius menyatakan bahwa Yesus memiliki sifat
keilahian, namun bukan Allah. Hanya Allah Bapa, kata Arius, abadi adanya. Jadi, Putra-Nya
itu merupakan manusia yang diciptakan ia seperti Bapa, tetapi bukan Allah.28

Hal inilah yang menjadi awal mulanya perdebatan tentang keilahian Yesus. Dan juga
Arius menolak jika Kristus memiliki pengetahuan yang sempurna. Baginya Kristus bahwa
Yesus memiliki pengetahuan yang terbatas, tak dapat mengerti kedalaman rahasia Allah
Bapa.29

2.7.2. Keputusan Konsili Nicea

Keputusan dari Konsili Nicea ini adalah Anak adalah Allah Artinya Anak
sehakekat dengan Bapaa yang di dalam istilah Yunani disebut “Homo Usios” yang memiliki
arti yakni “hakikat, wujud zat”. Konsili Nicea menolak dan mengutuk pandangan Arius.
Konsili ini mengutuk Arius dan menyusun pengakuan Iman anti-Arius yaiyu pengakuan Iman
Nicea yang berbunyi “aku percaya kepada satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa, Pencipta
segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak
Allah yang diperanakkan dari Bapa, yang dari hakekat Bapa. Allah dari Allah, Terang dari
Terang, Allah sejati dari Allah Sejati, yang diperanakkan, bukan dijadikan, sehakikat
(homoousios) dengan Bapa, yang olehnya sesuatu dijadikan yaitu apa yang disurga dan
dibumi yang demi kita manusia dan demi kesalahan kita, turun menjadi daging, menjelma
menjadi manusia, menderita, sengsara, dan bangkit pula pada hari yang ketiga, naikkesurga
dan akan dataang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Dan pada Roh
Kudus”.30

2.7.3. Dampak Konsili Nicea

Konsili Nicea memecah belah Gereja dalam dua kelompok utama, di satu
pihak kelompok Nicea (Gereja Barat, aliran Antiokhia dan lain-lain dari Timur seperti
Athanasius) jelas menerima sepenuhnya keAllahan Yesus Kristus tetapi sikapnya kurang
jelas mengenai ketigaan dipihak lain terdapat kelompok Origenes yang sangat mengenai
ketigaan Allah namun kurang jelas mengenai keAllahan Yesus Kristus.31

2.8. Konsili Konstantinopel I

2.8.1. Latar Belakang Konsili Konstantinopel I

Konsili Konstantinopel terjadi akibat panggilan oleh Kaisar Theodosius untuk


menyelesaikan persoalan Arianisme yang tidak diselesaikan secara tuntas oleh konsili
Nicea. Konsili ini dihadiri oleh 150 orang Uskup yang Ortodoks dan 36 Uskup Bidah
28
A. Kenneth Curtis, terj. A. Rajendran, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2007), 20-21.
29
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat; Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2015), 15.
30
Tony Lane, Runtut Pijar,24
31
Tony Lane, Runtut Pijar,25

6
di bawah pimpinan Melitus, Uskup Antiokhia. 32 Konsili ini berlangsung di
Konstantinopel mulai dari Mei sampai Juli 381. 33 Konsili ini diselenggarakan
sebenarnya dilatarbelakangi oleh pertikaian antara Arius dan Athanasius yang sudah
berabad-abad lamanya bertikai dan deselesaikan pada Konsili Nicea, tetapi tidak
terselesaikan akibat teologi Arius yang tetap dapat bertahan beberapa decade
lamanya. Sehingga perlawanan tetap terjadi antara Athanasius dan pengikut ajaran-
ajaran Arius.34 Pokok persoalan mengenai Kristologi ialah bahwa didalam Alkitab
dinyatakan dua hal mengenai kristus yang juga tidak bias disejajarkan dengan logis.
Yang pertama ialah Kristus benar-benar Allah atau Tuhan. Yang kedua adalah Kristus
benar-benar manusia.35

2.8.2. Keputusan konsili Konstantinopel I

Konsili menegaskan keputusan konsili Nicea tentang hakikat Kristus dan


meyempurnakan pengakuan iman Nicea. Konsili ini menghasilkan pengakuan iman yang
disebut pengakuan iman Nicea-Konstantinopel.36 “Aku percaya kepada satu Allah, bapa yang
Maha Kuasa. Yang lahir dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat
dengan Sang Bapa, yang dengan perantaraaanNya segala sesuatu yang dibuat; yang telah
turun dari sorgaa untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, dan menjadi daaging, oleh
Roh Kudu, dari anak dara Maria, dan menjadi manusia; yang disalibkan bagi kita dibaawah
pemerintahan Pontius Pilatus, menderita, dan dikuburkan; yang bangkit pada hari ketiga,
sesuai dengan isi kitab-kitab, dan anik ke sorga; yang duduk disebelah kanan Sang Bapa dan
Sang Anak, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak Disembah, dan
dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi. Aku percaya kepada satu
gereja yang kudus dan am dan rasuli. Aku mengaku satu babtisan untuk pengampuan dosa.
Aku menantikan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin”.37

2.8.3. Dampak Konsili Konstantinopel I

Konsili Konstantinopel membenarkan bahwa Yesus Kristus adalah Allah


sepenuhnya (ini melawan Arianisme) dari manusia sepenuhnya (ini melawan
Apollianarisme). Dari kelompok Antiokhia majulah Nestorius, yang membagi-bagikan Yesus
Kristus menjadi Allah yang firman itu dan Yesus yang manusia.38

III. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa, Trinitas adalah doktrin kristen
mengenai ketritunggalan Allah. Istilah Trinitas ini memunculkan banyak pandangan-
pandangan yang berbeda. Sehingga muncullah ide-ide Trinitas pada abad 1-4 yang
dikemukakan pendapat tokoh-tokoh. Dalam perdebatan itu juga dibahas dalam konsili yaitu
32
F. D. Wellen, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 236-237
33
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 32
34
A. Kenneth Churtis, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,(Jakarta: BPK-GM, 2015), 21
35
Th. Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : BPK-GM, 2011), 65
36
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 237
37
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma, (Jakarta:Gunung Mulia,2015), 81
38
Tony Lane, Runtut Pijar,33

7
konsili nicea dan konsili konstantinopel, yang akhirnya mendapat keputusan berdasarkan
persetujuan dalam konsili yaitu pengakuan iman Nicea-Konstantinopel.

IV. Daftar Pustaka

Berkhof Louis, Teologi Sistematika Volume 1 : Doktrin Allah, Surabaya: Momentum


Christian Literature, 2018

Berkof H., Sejarah Gereja, Jakarta:Gunung Mulia,2015

Browning W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta:BPK-GM,2014


Churtis A. Kenneth, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,Jakarta: BPK-GM,
2015

End Th. Van den, Harta Dalam Bejana, Jakarta : BPK-GM, 2011

Hadiwijono Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia,2016

Jonge Christian De, Gereja Mencari Jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009

Junimen Jenus, Trinity of God, Yogyakarta: Andi,2011

Lene Tony, Runtut Pijar, Jakarta:BPK-GM 2015

Loshe Bernhard, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, Jakarta:Gunung Mulia,2015

Lumbantobing Jenus , Teologi Pasar Bebas , Pematang Siantar : L-SAPA,2007

Sproul R.C. , Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen , Seminar Alkitab Asia


Tenggara,1992

Wellem F. D,Kamus Sejarah Gereja, Jakarta : BPK Gunung Mulia,2006

Wellem F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta:BPK-
Gunung Mulia,2015

Anda mungkin juga menyukai