Nim : 17.01.15.10
Tingkat/Jurusan : II-D/Teologi
I. Pendahuluan
Pada minggu lalu kita telah membahas tentang teologi Allah yang mati dan Allah
menurut teologi krisis, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Doktrin
Trinitas, metodologi ontologis, yang dimana di dalamnya terdapat 3 poin yaitu akar masalah
timbulnya ide-ide Trinitas, munculnya keragaman ide Trinitas abad 1-4 serta konsili nicea
dan konsili konstantinopel. Semoga sajian ini bisa menambah wawasan kita bersama.
II. Pembahasan
2.1.Pengertian Trinitas
Pada zaman Perjanjian Baru, orang Yahudi sangat menekankan kesatuan Allah dan
terus dipertahankan dalam gerejaNya. Sebenarnya istilah Tritunggal dicetuskan pertama kali
oleh Tertulianus. Pada 325 M diadakan konsili Nicea untuk merumuskan doktrin Tritunggal.4
1
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2014), 458
2
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011), xi
3
R.C. Sproul , Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen (Seminar Alkitab Asia Tenggara,1992), 44
4
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011),11
1
Doktrin gereja tentang Trinitatis lahir dari latar belakang pemahaman tafsir yang
berbeda, sehingga terjadi polemik dan perumusan tentang Allah yang berbeda-beda. 5 Ketika
orang kristen Yunani masih bertengkar tentang keilahian Kristus serta hubunganNya dengan
Allah Bapa, Tertulianus sudah berupaya menyatukan kepercayaaan itu dan menjelaskan
posisi ortodoks. Ia pun merintis formula yang sampai pada hari ini masih kita pegang; Allah
adalah satu hakikat yang terdiri dari tiga pribadi.6
Pada zaman Perjanjian Baru, orang Yahudi sangat menekankan kesatuan Allah dan
terus dipertahankan dalam gereja-Nya. Istilah Tritunggal atau Trinitas dicetuskan pertama
kali oleh Tertulianus.9 Ia adalah pengacara kelahiran Afrika yang berbahasa Yunani. Ia
memilih menulis dalam bahasa Latin dan karya-karyanya mencerminkan unsur-unsur moral
dan praktis orang Romawi yang berbahasa Latin. Ketika orang Kristen Yunani masih
bertengkar tentang keilahian Kristus serta hubungan-Nya dengan Allah Bapa, Tertulianus
5
Darwin Lumbantobing , Teologi Pasar Bebas , (Pematang Siantar : L-SAPA,2007),134
6
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011),12
7
Darwin Lumbantobing , Teologi Pasar Bebas , (Pematang Siantar : L-SAPA,2007), 162-163
8
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Volume 1 : Doktrin Allah, (Surabaya: Momentum Christian Literature,
2018), 21
9
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011), 11
2
sudah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Ia pun
merintis formula yang sampai pada hari ini masih kita pegang; Allah adalah satu hakikat yang
terdiri dari tiga pribadi.10 Sekalipun gereja pada itu tidak menerima ajaran Tertulianus akan
tetapi perumusannya mempengaruhi pemikiran gereja-gereja dari zaman sesudah Tertulianus.
Demikian banyak teolog berpendapat, disebabkan karena istilah-istilah yang dipergunakan
dalam bahasa Latin dan Yunani bagi pengertian-pengertian substansi dan terlebih pandangan
mengenai “tabiat ilahi” atau “ketuhanan”.11
a. Paulus
Paulus menyatakan bahwa Tuhan Allah hanya dapat dipandang sebagai satu
Pribadi. Tetapi dalam diri Allah dapat dibedakan antara Logos (Firman) dan hikmat. Logos
dapat disebut Anak sedangkan hikmat dapat disebut Roh. Logos bukan satu pribadi
melainkan suatu kekuatan yang tidak berpribadi. Paulus mempertahankan perbedaan antara
Allah Bapa dan Yesus, keduanya di pisahkan hingga berdiri sendiri-sendiri, ia
mempertahankan ke-Tritunggalan (ke-Dwitunggalan) dengan melepaskan ke-Esaannya.12
a. Origenes
Origenes lahir dari sebuah keluarga Kristen yang sangat saleh pada tahun 185
di kota Aleksandria, mesir. Sejak kecil ia diperkenalkan dengan kitab suci oleh orang
tuanya.13 Menurut Origenes, Tuhan adalah satu atau Esa, sebagai lawan dari segala yang
banyak. Tuhan ini menjadi sebab segala sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau
Firman, Tuhan Allah, yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini
berdiri sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi dan asas-asas duniawi. Ia
adalah gambaran Allah yang sempurna. Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah. Karena
kekuasaan kehendak ilahi ia terus menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia memiliki tabiat yang
sama dengan Allah, oleh karena itu dapat di katakan bahwa Ia satu dengan Allah, akan tetapi
sebagai yang keluar dari Allah Bapa, Ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Roh Kudus
sianggap sebagai zat yang ada pada Allah. Roh Kudus ini adanya karena Anak. Hubungannya
dengan Anak sama dengan hubungan Anak dengan Bapa. Bapa adalah asas beradanya segala
sesuatu, sedangkan Subordinasianisme. Perbedaan diantara Bapa, Anak dan Roh Kudus
dipertahankan, akan tetapi kesatuannya ditiadakan.14
b. Yustinus Martir
10
Jenus Junimen, Trinity of God (Yogyakarta: Andi,2011), 12
11
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 109
12
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 106-107
13
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,(Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2015),
150-151
14
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 107
3
Yustinus Martir dilahirkan di Flavia Neapolis (Nablus) atau Sikhem (nama
pada zaman kuna) di Samaria, pada tahun 95.15 Yustinus Martin lahir dalam keluarga Yunani
di Palestina abad ke 2. Ia mencari kebenaran dalam Filsafat Yunani. 16 Dalam Apologinya
Yustinus berusaha melemahkan tuduhan kaum kafir yang menuduh orang kristen adalah
ateis. Yustinus mengakui bahwa orang-orang Kristen memang menolak ilah-ilah kafir palsu,
tetapi, selanjutnya berkata, orang-orang Kristen tidak menyangkal Allah yang benar, yang
adalah Bapa keadilan dan kesucian dan segala kebijakan lainnya, dan yang tidak mempunyai
sangkut-paut dengan kejahatan. Selanjutnya ia berkata “baik Bapa maupun Anak berasal dari
padaNya dan yang akan mengajarkan kita hal-hal ini, dan sejumlah besar malaikat yang baik
yang mengikuti dan yang diciptakan seperti Dia, dan Roh yang bersifat nabiah yang kami
sembah, oleh sebab kami menghormati Dia dalam akal dan kebenaran.17
a. Praxeas
Muncul di Roma yang mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Roh. Sebagai
Roh Tuhan Allah disebut Bapa. Allah ini telah mengenakan daging atau menjadi manusia.
Allah yang mengenakan daging disebut Anak. Di sini Praxeas membedakan antara daging
(Anak) dan Roh (Bapa) di dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Sebenarnya, menurut Praxeas,
Bapa dan Anak (Roh dan daging, atau Krsitus dan Yesus) ini adalah Pribadi yang satu, yaitu
Allaah. Praxeas mempertahankan keesaan Allah. Tuhan Allah adalah satu. Bapa dan Anak
adalah satu Pribadi, yaitu pribadi Tuhan Allah. Tetapi Praxeas melepaskan ketritunggalan
atau disebut : kedwitunggalan. Sebutan Bapa dan Anak tidak menunjukkan perbedaan,
kecuali sebagai Roh dan daging di dalam diri juru selamat Yesus Kristus.18
b. Tertullianus
15
F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja,(Jakarta;BPK-GM,1999),149
16
Tony Lene, Runtut Pijar,(Jakarta:BPK-GM 2015), 7
17
Bernhard Loshe, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta:Gunung Mulia,2015), 53-54
18
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 108
19
Tony Lene, Runtut Pijar,(Jakarta:BPK-GM 2015),11
20
Jenus Junimen, Trinity Of God , 11-13
21
F.D. Wellem, Riwayat Hidhup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,(Jakarta:BPK-Gunung
Mulia,2015),180
22
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 108
4
2.6.4. Ide Trinitas Abad 4
a. Athanasius
b. Arius
Arius mengakui adanya ketiga oknum dalam diri Allah, yaitu Bapa, Anak, dan
Roh Kudus. Namun menurut Arius, Anak memiliki posisi di bawah Bapa, demikian juga Roh
Kudus. Oleh karena itu, Anak tidak memiliki kekelan yang sama (co-eternal) dengan Bapa.
Anak juga tidak dapat disejajarkan dengan Bapa, tetapi lebih rendah dari Bapa, sedangkan
Roh Kudus lebih rendah dari Anak.25
Pada awal abad keempat, seorang imam di Alexandria, Mesir, Arius menyebut
dirinya Kristen. Namun Arius menerima juga teologi Yunani yang mengajarkan bahwa Allah
itu unik adanya dan tidak dapat dikenal. Menurut pemikiran itu, Allah begitu beda, yaitu
bahwa Dia tidak dapat membagi hakikat-Nya dengan apapun. Hanya Allah yang bisa menjadi
23
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,(Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2015),21
24
H. Berkof, Sejarah Gereja,(Jakarta:Gunung Mulia,2015),55
25
Jenus Junimen, Trinity of God, 25
26
Christian De Jonge, Gereja Mencari Jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009), 2-3.
27
F. D Wellem,Kamus Sejarah Gereja,(Jakarta : BPK Gunung Mulia,2006), 240
5
Allah. Dalam bukunya yang berjudul Thalia, Arius menyatakan bahwa Yesus memiliki sifat
keilahian, namun bukan Allah. Hanya Allah Bapa, kata Arius, abadi adanya. Jadi, Putra-Nya
itu merupakan manusia yang diciptakan ia seperti Bapa, tetapi bukan Allah.28
Hal inilah yang menjadi awal mulanya perdebatan tentang keilahian Yesus. Dan juga
Arius menolak jika Kristus memiliki pengetahuan yang sempurna. Baginya Kristus bahwa
Yesus memiliki pengetahuan yang terbatas, tak dapat mengerti kedalaman rahasia Allah
Bapa.29
Keputusan dari Konsili Nicea ini adalah Anak adalah Allah Artinya Anak
sehakekat dengan Bapaa yang di dalam istilah Yunani disebut “Homo Usios” yang memiliki
arti yakni “hakikat, wujud zat”. Konsili Nicea menolak dan mengutuk pandangan Arius.
Konsili ini mengutuk Arius dan menyusun pengakuan Iman anti-Arius yaiyu pengakuan Iman
Nicea yang berbunyi “aku percaya kepada satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa, Pencipta
segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak
Allah yang diperanakkan dari Bapa, yang dari hakekat Bapa. Allah dari Allah, Terang dari
Terang, Allah sejati dari Allah Sejati, yang diperanakkan, bukan dijadikan, sehakikat
(homoousios) dengan Bapa, yang olehnya sesuatu dijadikan yaitu apa yang disurga dan
dibumi yang demi kita manusia dan demi kesalahan kita, turun menjadi daging, menjelma
menjadi manusia, menderita, sengsara, dan bangkit pula pada hari yang ketiga, naikkesurga
dan akan dataang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Dan pada Roh
Kudus”.30
Konsili Nicea memecah belah Gereja dalam dua kelompok utama, di satu
pihak kelompok Nicea (Gereja Barat, aliran Antiokhia dan lain-lain dari Timur seperti
Athanasius) jelas menerima sepenuhnya keAllahan Yesus Kristus tetapi sikapnya kurang
jelas mengenai ketigaan dipihak lain terdapat kelompok Origenes yang sangat mengenai
ketigaan Allah namun kurang jelas mengenai keAllahan Yesus Kristus.31
6
di bawah pimpinan Melitus, Uskup Antiokhia. 32 Konsili ini berlangsung di
Konstantinopel mulai dari Mei sampai Juli 381. 33 Konsili ini diselenggarakan
sebenarnya dilatarbelakangi oleh pertikaian antara Arius dan Athanasius yang sudah
berabad-abad lamanya bertikai dan deselesaikan pada Konsili Nicea, tetapi tidak
terselesaikan akibat teologi Arius yang tetap dapat bertahan beberapa decade
lamanya. Sehingga perlawanan tetap terjadi antara Athanasius dan pengikut ajaran-
ajaran Arius.34 Pokok persoalan mengenai Kristologi ialah bahwa didalam Alkitab
dinyatakan dua hal mengenai kristus yang juga tidak bias disejajarkan dengan logis.
Yang pertama ialah Kristus benar-benar Allah atau Tuhan. Yang kedua adalah Kristus
benar-benar manusia.35
III. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa, Trinitas adalah doktrin kristen
mengenai ketritunggalan Allah. Istilah Trinitas ini memunculkan banyak pandangan-
pandangan yang berbeda. Sehingga muncullah ide-ide Trinitas pada abad 1-4 yang
dikemukakan pendapat tokoh-tokoh. Dalam perdebatan itu juga dibahas dalam konsili yaitu
32
F. D. Wellen, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 236-237
33
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 32
34
A. Kenneth Churtis, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,(Jakarta: BPK-GM, 2015), 21
35
Th. Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : BPK-GM, 2011), 65
36
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 237
37
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma, (Jakarta:Gunung Mulia,2015), 81
38
Tony Lane, Runtut Pijar,33
7
konsili nicea dan konsili konstantinopel, yang akhirnya mendapat keputusan berdasarkan
persetujuan dalam konsili yaitu pengakuan iman Nicea-Konstantinopel.
End Th. Van den, Harta Dalam Bejana, Jakarta : BPK-GM, 2011
Jonge Christian De, Gereja Mencari Jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009
Wellem F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta:BPK-
Gunung Mulia,2015