Anda di halaman 1dari 2

Berikut adalah contoh perilaku menyimpang yang terjadi di Jakarta tempat saya tinggal

yakni,

Pelanggaran lalu lintas : Lalu lintas di Jakarta terkenal padat, dan sering terjadi pelanggaran
seperti melawan arus, tidak mematuhi lampu lalu lintas, atau menggunakan trotoar sebagai
jalur kendaraan.

Hal tersebut menurut saya adalah contoh perilaku menyimpang yang sangat mudah terlihat.
Karena berkaitan dengan waktu, tempat, situasi dan status sosial. (smelser;1981;165). Oleh
karena itu saya akan mengkaitkan perilaku menyimpang itu dengan 4 aspek pendefinisian
perilaku menyimpang :

1. Waktu

Pada beberapa periode waktu, suatu perilaku mungkin dianggap sebagai perilaku yang
menyimpang, tetapi pada periode waktu lainnya, perilaku tersebut dianggap tidak
menyimpang. Dalam konteks ini, ketika di lampu merah banyak motor, mobil bahkan sampai
angkutan umum yang berhenti melewati garis batas. Sehingga menutupi zebra cross untuk
pejalan kaki. Akan tetapi perilaku tersebut seperti di sebagian kota besar di Indonesia
menjadi ciri khas bahkan dianggap hal yang biasa oleh sejumlah masyarakat.

2. Tempat

Perilaku yang dianggap menyimpang dalam suatu masyarakat dapat dianggap tidak
menyimpang dalam masyarakat lain yang memiliki budaya yang berbeda. Pada konteks ini
banyaknya motor, mobil dan angkutan umum yang melanggar rambu lalu lintas seperti
berhenti dipinggir jalan yang memiliki rambu dilarang stop, melawan arah, berhenti diluar
garis pada saat lampu merah. Hal tersebut sudah dianggap hal yang wajar oleh masyarakat
di Indonesia, akan tetapi bila mana ada contoh seorang turis mancanegara yang berasal dari
negara eropa atau autralia yang sedang mengunjungi Indonesia, tentu saja hal tersebut akan
dianggap sebagai hal buruk karena tidak memiliki ketaatan berkendara maupun rambu lalu
lintas.

3. Situasi

Meskipun berada dalam periode waktu dan daerah yang sama, suatu perilaku dapat
dianggap menyimpang atau tidak menyimpang tergantung pada situasi. jika dikaitkan pada
konteks ini, pengguna kendaraan motor maupun mobil masih terbiasa untuk melakukan
perilaku penyimoangan tersebut. Akan tetapi, menjadi hal yang berbeda bila mana jika
disuatu jalan atau pun di lampu lalu lintas itu ada polisi yang sedang berpatroli atau sedang
melakukan razia. Seketika pengguna kendaraan itu akan tiba - tiba menjadi tertib pada
rambu lalu lintas.

4. Status sosial

Posisi seseorang dalam masyarakat yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ascribed dan
achieved status. Ascribed status merujuk pada posisi yang melekat pada individu tanpa
memerlukan usaha untuk memperolehnya, seperti latar belakang suku atau agama yang
dimiliki. Sementara itu, achieved status adalah posisi yang diperoleh individu melalui usaha
yang dilakukannya. Dalam konteks masyarakat, status sering diibaratkan sebagai sesuatu
yang telah jadi dan siap dipakai seperti layaknya pakaian. Status seseorang dapat
memengaruhi interaksi dan perlakuan yang diterima dalam masyarakat. Dalam konteks ini
para pelanggar rambu lalu lintas biasanya masyarakat sipil, akan tetapi ada juga beberapa
oknum aparat yang melanggar rambu lalu lintas. Sehingga dapat dikatakan cukup aneh,
bagaimana masyarakat sipil dapat taat pada peraturan rambu lalu lintas jika oknum aparat
penegak hukumnya juga ikut melanggar.

Sumber Referensi :

 Parwitaningsih, Yulia Budiwati, Bambang Prasetyo. (2021). Pengantar Sosiologi.


Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Modul 7
 Kompas.com. (2019). Artikel : Viral Polisi Langgar Arus Lalu Lintas, Ini Hukuman yang
Diterima. Diakses pada 24 Mei 2023, dari
https://regional.kompas.com/read/2019/10/17/15263611/viral-polisi-langgar-arus-
lalu-lintas-ini-hukuman-yang-diterima?page=all

Anda mungkin juga menyukai