Anda di halaman 1dari 23

ANGKUTAN UMUM

Oleh : Ir. Joko Siswanto, MSP


Karakteristik Pelayanan Sistem Angkutan Umum

Pada dasarnya sistem transportasi perkotaan terdiri dari sistem angkutan
penumpang dan sistem angkutan barang. Selanjutnya sistem angkutan
penumpang sendiri bisa dikelompokkan menurut penggunaannya dan
cara pengoperasiannya (Vuchic,1981), yaitu :
Angkutan pribadi, yaitu angkutan yang dimiliki dan dioperasikan oleh
dan untuk keperluan pribadi pemilik dengan menggunakan prasarana
baik pribadi juga maupun prasarana umum.
Angkutan umum, yaitu angkutan yang dimiliki oleh operator yang bisa
digunakan untuk umum dengan persyaratan tertentu.
Paratransit, yaitu tidak ada jadwal yang pasti dan kendaraan dapat
berhenti (menaikkan/menurunkan penumpang) di sepanjang rutenya.
Contohnya adalah angkutan kota.
Mass transit, yaitu jadwal dimana tempat pemberhentiannya lebih
pasti. Contohnya bus kota.
Sistem sewa, yaitu kendaraan bisa dioperasikan baik oleh operator
maupun oleh penyewa, dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal
tertentu yang harus diikuti oleh pemakai. Sistem ini sering disebut
juga sebagai demand responsive system, karena penggunaannya yang
tergantung pada adanya permintaan. Contoh sistem ini adalah jenis
angkutan taksi.
Sistem penggunaan bersama, yaitu kendaraan dioperasikan oleh
operator dengan rute dan jadwal yang biasanya tetap. Sistem ini
dikenal sebagai transit system. Terdapat 2 jenis sistem transit, yaitu :
Terdapat 2 sistem pemakaian sistem angkutan umum, yaitu :
Karakteristik Pelayanan

Dalam melihat karakteristik pelayanan angkutan umum, deskripsi yang
paling mudah adalah dengan membandingkan dengan pelayanan
kendaraan pribadi.
Tabel
Karakteristik Pelayanan Angkutan Umum dibandingkan dengan
Kendaraan Pribadi.
Angkutan Umum Angkutan Pribadi
Peruntukkan Umum Pemilik
Pemasok jasa Operator Pemilik
Penentuan rute perjalanan Operator (fixed) Pengguna / pemilik (flexible)
Penentuan kapan digunakan Operator (fixed) Pengguna / pemilik (flexible)
Penentuan biaya Operator (fixed) Sesuai pemakaian
Moda Bus, streecar, LRT, rapid Mobil, motor, sepeda
Kerapatan daerah pelayanan yang
optimal
Rendah Medium Medium tinggi
Pola rute pelayanan yang optimal Menyebar Terkonsentrasi (radial)
Waktu pelayanan yang terbaik Off Peak Peak
Trip-purpose Rekreasi, Shopping, bisnis Kerja, Sekolah, bisnis


Karakteristik Pengguna Angkutan Umum

Ditinjau dari pemenuhan akan kebutuhan mobilitasnya, masyarakat
perkotaan dapat dibagi dalam dua (2) segmen utama, yaitu kelompok
choice dan kelompok captive.

Kelompok choice, sesuai dengan artinya, adalah orang-orang yang
mempunyai pilihan (choice) dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya.
Mereka terdiri dari orang-orang yang dapat menggunakan kendaraan
pribadi karena secara finansial, legal dan fisik hal itu dimungkinkan. Atau
dengan kata lain, mereka memenuhi ketiga syaratnya, yaitu secara
finansial mampu memiliki kendaraan pribadi; secara legal dengan memiliki
SIM memungkinkan untuk mengemudikan kendaraan tersebut tanpa takut
berurusan dengan penegak hukum; dan secara fisik cukup sehat dan kuat
untuk mampu mengemudikan sendiri kendaraannya. Dengan demikian,
kelompok ini terdiri dari orang-orang yang ada pada strata menengah ke
atas, yang berumur di antara 17 tahun sampai 70 tahun dan sehat badan
dan jiwanya. Jumlah ataupun prosentase kelompok ini sangat tergantung
pada tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu negara. Di kota-kota yang
ada di negara maju dan kaya, jumlah kelompok ini biasanya sangat
signifikan, dan bahkan dapat dikatakan sebagai mayoritas. Sebaliknya, di
kota-kota di negara berkembang dan negara miskin, jumlah ataupun
prosentase kelompok relative tidak begitu banyak, bahkan dapat
dikatakan jumlahnya sangat marginal. Bagi kelompok choice mereka
mempunyai pilihan dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya dengan
menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan angkutan umum.
Kelompok captive, di lain pihak, adalah kelompok orang-orang yang
tergantung (captive) pada angkutan umum untuk pemenuhan
kebutuhan mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang-orang yang tidak
dapat menggunakan kendaraan pribadi karena tidak memenuhi salah
satu diantara tiga syaratnya (financial, legal dan fisik). Sebagian dari
mereka adalah orang-orang yang secara financial cukup mampu untuk
memiliki mobil, tetapi tidak cukup sehat ataupun tidak memiliki SIM
untuk mengendarai sendiri. Dan mayoritas dari kelompok ini terdiri
dari orang-orang yang secara financial tidak mampu untuk memiliki
kendaraan pribadi, meskipun secara fisik maupun legal mereka dapat
memenuhinya. Bagi kelompok ini tidak ada pilihan tersedia bagi
pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, kecuali menggunakan angkutan
umum.
Mengacu pada karakteristik kelompok captive dan choice di atas, maka
jelaslah bahwa pengguna angkutan umum pada dasarnya terdiri dari
seluruh kelompok captive dan sebagian dari kelompok choice yang
kebetulan menggunakan angkutan umum untuk pemenuhan kebutuhan
mobilitasnya. Jika prosentase kelompok choice yang menggunakan
angkutan umum adalah sebesar x, maka secara matematis jumlah
penggunaan angkutan umum adalah :

Penggunaan angkutan umum = kelompok captive + x% kelompok choice
Dengan demikian jelas bahwa jumlah pengguna angkutan umum pada
suatu kota pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama,
yaitu :
Kondisi perekonomian dari kota yang dimaksud, dengan asumsi
bahwa aspek finansial adalah faktor dominan yang mempengaruhi
seseorang untuk accessible atau tidak ke kendaraan pribadi.
Kondisi pelayanan angkutan umum.
Karakteristik Pola Waktu (Non-Spasial )
Secara umum pola (ridership) dari penumpang angkutan umum sangat
bervariasi terhadap waktu, baik ditinjau dari variasi jam maupun variasi
harian dalam seminggu. Hal ini berkaitan dengan alasan dari penggunaan
angkutan umum itu sendiri. Mengingat bahwa pengguna mayoritas dari
pengguna angkutan umum adalah bagi kepentingan kerja, sekolah dan
belanja, maka pola ridership dari pengguna angkutan umum sangat
dipengaruhi oleh pola aktifitas kerja, pendidikan maupun belanja.
Tabel
Karakteristik Penggunaan Angkutan Umum Berdasarkan Waktu
dan Trip-Purpose
Periode Waktu
Sibuk
Pagi
Off-Peak
Siang
Sibuk
Sore
Off-Peak
Malam
Jam Pelayanan 3 6 3 6
% Penumpang harian 33 25 31 11
Trip-Purpose
- Rumah ke kantor (%) 76 16 6 2
- Kantor ke rumah (%) 10 16 61 13
- Rumah ke sekolah (%) 86 8 4 2
- Sekolah ke rumah (%) 0 25 65 10
- Rumah ke belanja (%) 12 56 16 16
- Belanja ke rumah (%) 0 40 30 30
- Non home based (%) 0 65 29 6
Sistem Rute
Karena sifatnya yang tetap, baik ditinjau dari aspek spasial geografis
maupun jika ditinjau dari waktu pelayanan, maka penumpang dengan
berbagai kepentingan dapat menggunakan rute angkutan umum secara
bersama-sama. Dalam hal ini tentu saja, suatu rute angkutan umum
akan melayani calon penumpang yang mempunyai asal dan tujuan yang
berbeda-beda atau penumpang yang mempunyai jarak perjalanan yang
berbeda-beda.
Selain karakteristik perjalanan yang berbeda-beda, suatu rute angkutan
umum juga harus melayani penumpang yang mempunyai karakteristik
sosial ekonomi yang berbeda dan karakteristik aktivitas yang berbeda-
beda. Ditinjau dari karakteristik sosial-ekonomi, suatu rute angkutan
umum pada dasarnya melayani dua kelompok masyarakat, yaitu
kelompok choice, atau kelompok orang yang mempunyai pilihan antara
menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi, dan kelompok
captive, yaitu kelompok orang-orang yang tidak mempunyai altrenatif,
kecuali menggunakan angkutan umum untuk kebutuhan mobilitasnya.
Di lain pihak, jika ditinjau dari karakteristik aktivitasnya, maka sistem
rute angkutan umum harus melayani kebutuhan mobilitas penumpang
yang bervariasi dari waktu ke waktu. Ada saat jumlah kebutuhan
pergerakan penumpang sangat tinggi (waktu jam puncak), dan di lain
waktu harus melayani kebutuhan pergerakan penumpang yang relative
rendah. Untuk malayani karakteristik penumpang yang demikian, suatu
rute angkutan umum tidak mungkin melayaninya dengan cara
pengaturan lokasi rute yang berbeda dari waktu ke waktu, karena hanya
akan membuat bingung penumpang. Hal yang mungkin adalah dengan
tetap menggunakan lokasi rute yang sama, tetapi dengan melakukan
pengaturan frekuensi yang berbeda dari waktu ke waktu.
Klasifikasi Rute


Rute dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, seperti tipe
pelayanan, tipe jaringan dan peran dalam jaringan.
Ditinjau dari tipe pelayanannya, rute dapat dikelompokkan menjadi 4
(empat) jenis, yaitu :
Rute tetap
Rute tetap dengan deviasi tertentu
Rute dengan batasan koridor
Rute dengan deviasi penuh (demand-responsive routing)
Sedangkan ditinjau dari perannya dalam struktur jaringan, maka rute
dapat dibagi menjadi 7 (tujuh), yaitu :
Trunk route
Principal routes
Secondary routes
Branch rout
Local reutes
Feeder routes
Double feeder routes
Deviasi pada Rute
Yang dimaksud deviasi pada rute adalah kemungkinan dari bus untuk
menyusuri daerah-daerah yang sebenarnya bukan rutenya. Hal ini dapat
disebabkan karena alasan khusus, misalnya pada jam-jam tertentu ada
calon penumpang yang cukup banyak menunggu di daerah bukan jalur
rutenya. Atau, karena alasan lain. Tingkat deviasi dari suatu rute pada
dasarnya adalah seberapa bebas suatu sistem angkutan umum boleh
menyimpang dari rute yang telah dicanangkan. Makin bebas suatu
system angkutan umum untuk menyimpang dari rute yang dicanangkan,
maka makin tinggi tingkat deviasinya.
Rute Tetap (Fixed Routes)

Rute tipe ini merupakan rute yang paling disukai oleh penumpang,
karena penumpang tahu dengan pasti di mana dan kapan sebaiknya
mereka menunggu bus. Selain itu, mereka juga tahu dengan pasti, di
mana dan kapan mereka seharusnya turun untuk mencapai tujuan
perjalanannya. Dengan demikian, rute ini mempunyai identitas yang
sangat jelas, terutama bagi para calon penumpangnya. Biasanya rute
tipe ini dirancang itu daerah-daerah yang tingkat demandnya cukup
tinggi.
Rute Tetap dengan Deviasi Khusus

Pada rute ini pengemudi diberi kebebasan untuk melakukan deviasi
untuk alasan-alasan khusus seperti misalnya untuk menaikkan dan
menurunkan sekelompok calon penumpang yang arena alasan fisik
ataupun alasan usia. Untuk alasan lain, pengemudi tidak
diperkenankan untuk mengemudikan kendaraannya diluar rute yang
telah ditentukan, kecuali alasan emergensi.
Penentuan kapan sebaiknya suatu rute dilakukan deviasi khusus ini
tergantung pada beberapa faktor, yaitu meliputi :
Seberapa besar pihak operator mau mentolelir berkurangnya
kapasitas operasi pada rute yang telah ditentukan.
Seberapa besar tundaan atau delay yang akan ditolelir oleh para
penumpangnya
Banyaknya kendaraan yang dimiliki oleh operator
Seberapa besar biaya tambahan yang akan timbul yang masih dalam
batas kewajaran
Seberapa besar perubahan tingkat pelayanan yang akan terjadi yang
masih dapat ditolerir

Pengemudi wajib untuk menghampiri (untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang) beberapa lokasi perhentian tertentu,
yang jumlahnya terbatas, misalnya 3 sampai 4 perhentian.
Di luar perhentian yang diwajibkan tersebut, pengemudi diizinkan
untuk melakukan deviasi sepanjang tidak melewati daerah atau
koridor yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada rute jenis ini pengemudi diberikan kebebasan sepenuhnya untuk
mengemudikan ke mana dia suka, sepanjang dia mempunyai rute awal
dan rute akhir yang sama. Dengan adanya pengaturan seperti ini
pengemudi sepenuhnya mengarahkan kendarannya sesuai dengan
pengalamannya dan juga sesuai dengan keinginan penumpang. Tentu
saja dengan pengaturan seperti ini penumpang tidak bisa tahu secara
persis di mana dan kapan mereka dapat menaiki bus jika mereka tidak
mengontak terlebih dahulu ke pusat pengelolaan.
Coridor Routing

Pada rute tipe ini pengemudi diijinkan untuk melakukan deviasi dari
rute yang telah ditentukannya dengan batasan-batasan tertentu,
yaitu :
Rute dengan Deviasi Penuh (demand-responsive routing)

Ujung Rute


Yang dimaksud dengan ujung rute adalah tempat awal dan tempat akhir
dari sebuah rute. Mengingat bahwa suatu rute biasanya melayani daerah
perumahan di daerah pinggir kota dan daerah pusat kota, maka
permasalahan yang dihadapi adalah di mana sebaiknya menempatkan
ujung rute di ke dua daerah tersebut. Untuk daerah pusat kota, biasanya
ujung rute ditempatkan di terminal yang sekumpulan rute lain
mengakhiri perjalanannya. Sedangkan untuk daerah perumahan, maka
persoalannya menjadi lain. Hal ini disebabkan karena di daerah
perumahan untuk kondisi tertentu terkadang tidak dijumpai terminal,
sehingga perlu dipikirkan secara matang, yang sebaiknya ditempatkan
ujung rute itu.

Dalam menentukan di mana sebaiknya menempatkan ujung rute di
daerah perumahan, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
Luasnya daerah pelayanan yang ingin dicakup
Adanya jalan dengan geometric yang memadai sehingga bus dapat
memutar arah.
Hirarki Rute Berdasarkan Beban Pelayanan

Suatu rute biasanya direncanakan, baik dari segi teknologinya,
kapasitasnya maupun strategi operasionalnya, didasarkan pada kondisi
demand yang akan dilayaninya. Makin besar tingkat demand yang akan
dilayaninya, maka makin besar pula kapasitas angkut dari rute yang
dimaksud. Berkaitan dengan masalaah kemmapuan melayani
penumpang ini, ataupun berdasarkan beban pelayanan yang diberikan,
rute angkutan umum dikelompokkan dalam kelas-kelas yang
mencerminkan hirarki. Kelas kelas yang dimaksud adalah :
Trunk Routes
Principal Routes
Secondary Routes
Branch Routes
Local Routes
Feeder Routes
Double Routes
Kapasitas Rute

Kapasitas rute adalah kemampuan maksimal dari rute yang bersangkutan
dalam melayani pergerakan penumpang per satuan waktu. Faktor
operasional yang menentukan besarnya kapasitas angkut dari suatu rute
adalah :
Jenis Teknologi, terutama berkaitan dengan tipe kendaraan yang akan
digunakan untuk melayani rute yang bersangkutan. Jenis teknologi yang
dimaksud meliputi besarnya kendaraan yang akan digunakan dan kemampuan
teknis operasional (mis, kecepatan.

Metoda pengaturan perjalanan di jalan yang dilaluinya, apakah
dilakukan pengaturan khusus, ataukah dibiarkan apa adanya. Pengaturan
khusus biasanya dilakukan jika kondisi lalu lintasnya macet.

Pelayanan Ekspress, yaitu dengan pengaturan khusus sehingga bus dibatasi
perhetiannya hanya pada perhentian-perhentian utama saja.
Maksud dari pengaturan factor operasional di atas pada dasarnya dalam
usaha untuk mempengaruhi aspek-aspek operasional yang berpengaruh
terhadap besarnya kapasitas suatu rute, yaitu :
Kecepatan rata-rata
Waktu tempuh
Headway
Kriteria Evaluasi Rute

Kriteria dan standar yang sering digunakan untuk mengukur apakah suatu rute
adalah baik yaitu :
Kemampuan melayani daerah pelayanan, yaitu dengan ukuran-ukuran
sebagai berikut :

Besarnya headway, dengan ukuran-ukuran sebagian berikut
Daerah pelayanan dengan lebar 0,8 km dan melayani 100% dari populasinya
Daerah pelayanan selebar 0,5 km dan melayani 80 s/d 100% dari populasinya
Daerah pelayanan selebar 0,4 km dengan 60 s/d 80% dari populasinya.
Maksimum tidak lebih dari 60 menit
Waktu pelayanan, dibedakan sesuai dengan tipe rutenya, yaitu :

Tipe Rute Waktu Pelayanan
Trunk dan principal routes

Branch dan local routes

Local industrial routes

Trunk routes di kota besar
18 jam per hari, 7 hari per minggu

12 jam per hari, 5-6 hari per minggu

pada waktu sibuk

24 jam
Dasar dari evaluasi biasanya adalah tingkat kemanfaatan yang
dirasakan oleh masyarakat pemakai rute dan juga terhadap
masyarakat luas.
Daerah pelayanan rute (area coverage)
Daerah pelayanan rute dapat didefinisikan sebagai daerah dimana
seluruh warganya dapat menggunakan atau memanfaatkan rute yang
bersangkutan untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya. Daerah
tersebut juga dapat dikatakan sebagai daerah yan orang masih cukup
nyaman untuk berjalan ke rute bersngkutan untuk selanjutnya
menggunakan jasa pelayanan angkutn umum yang ada untuk kebutuhan
mobilitasnya. Dengan definisi tersebut, maka besarnya daerah pelayanan
suatu rute sangat tergantung pada seberapa jauh berjalan kaki itu masih
nyaman. Jika digunakan batasan 5 menit jalan kaki, maka jarak yang
dimaksud adalah sekitar 400 meter, sehingga daerah pelayanan rute
adalah koridor dikiri kanan rute dengan lebar sekitar 800 meter (400
meter di kiri rute dan 400 meter dikanan rute).
Route Directness
Aspek lain berkaitan dengan masalah daerah pelayanan rute adalah
route direcness, yaitu suatu tolok ukur yang menunjukan rasio antara
jarak yang ditempuh oleh rute antara titik asal ke titik tujuan terhadap
jarak terdekat dari kedua titik tersebut jika berupa garis lurus. Makin
besar harga dari route direcness ini, maka makin berbelok belok rute
yang ada, yang pada gilirannya menyebabkan makin jauhnya dan makin
lamanya perjalanan yang harus ditempuh seseorang jika menggunakan
angkutan umum.
Aksesibilitas
Aksesibilitas masnyarakat terhadap suatu rute merupakan salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu rute. Karena
pada kenyataannya rute yang menyebabkan tingkat aksesibilitas
masyarakat yang tinggi, ditinjau dari sudut pandang masyarakat adalah
rute yang terbaik. Atau dengan kata lain, jika masyarakat dapat dengan
mudah menggunakan atau akses ke suatu rute, maka rute tersebut akan
melayani masyarakat secara baik.


SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai