Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 7 Pengantar Sosiologi

Suatu tindakan yang dinyatakan menyimpang dalam satu situasi tidak berarti bahwa akan
menyimpang pula di tempat lain.

Sekarang Anda kemukakan contoh perilaku menyimpang yang ada di sekitar Anda. Sebutkan nama
daerah yang Anda tinggali.

Kemudian berdasarkan contoh di atas, berikan tanggapan alasan Anda menyatakan bahwa contoh
tersebut merupakan perilaku menyimpang, dengan mengacu pada konsep terkait relativitas perilaku
menyimpang dari Smelser tentang 4 aspek yang berkaitan dengan pendefinisian suatu perilaku
menyimpang!

Jawab

Contoh perilaku menyimpang yang dapat ditemukan di sekitar tempat tinggal saya adalah perilaku
vandalisme. Perilaku vandalisme,melibatkan tindakan merusak atau menghancurkan properti publik
atau pribadi tanpa izin atau alasan yang sah. Contoh konkret perilaku vandalisme bisa berupa
penulisan grafiti di dinding bangunan, pengrusakan fasilitas umum seperti tempat duduk atau pagar,
atau merusak kendaraan orang lain. Secara umum, perilaku ini dianggap sebagai perilaku
menyimpang karena melanggar norma sosial yang mengatur penghormatan terhadap hak milik
orang lain dan menjaga integritas publik.

Berdasarkan konsep terkait relativitas perilaku menyimpang dari Smelser, ada empat aspek yang
dapat dipertimbangkan dalam pendefinisian perilaku menyimpang, yaitu:

- Pertama, dari perspektif norma sosial, perilaku vandalisme melanggar norma yang
melindungi properti orang lain. Norma sosial mengajarkan kita untuk menghormati hak milik
orang lain dan tidak merusak atau menghancurkan apa yang bukan milik kita. Dalam
masyarakat yang berfungsi dengan baik, norma ini memainkan peran penting dalam
memastikan kehidupan berdampingan yang aman dan damai. Oleh karena itu, ketika
seseorang melanggar norma ini dengan sengaja, perilaku tersebut dianggap sebagai perilaku
menyimpang.

- Kedua, konteks sosial juga mempengaruhi penilaian terhadap perilaku menyimpang. Ada
situasi atau kelompok di mana vandalisme mungkin diterima atau bahkan dianggap sebagai
bentuk ekspresi seni atau protes politik. Misalnya, dalam gerakan seni jalanan atau dalam
konteks protes sosial tertentu, tindakan merusak secara selektif dapat dianggap sebagai cara
untuk menyuarakan ketidakpuasan atau mengubah tatanan sosial yang ada. Namun, dalam
konteks sosial yang lebih luas, di mana norma yang melarang vandalisme berlaku, perilaku
tersebut dianggap sebagai menyimpang.

- Ketiga, proses labeling atau penandaan juga memainkan peran penting dalam pendefinisian
perilaku menyimpang. Dalam kasus vandalisme, jika individu atau kelompok yang
melakukannya diberi label sebagai pelaku kriminal oleh lembaga penegak hukum dan
masyarakat secara umum, maka perilaku tersebut akan secara resmi diberi label sebagai
perilaku menyimpang. Labeling ini dapat mempengaruhi persepsi dan penilaian masyarakat
terhadap individu atau kelompok yang terlibat dalam vandalisme.

- Keempat, konsekuensi dari perilaku vandalisme juga menunjukkan bahwa perilaku tersebut
dianggap sebagai perilaku menyimpang. Konsekuensi negatif seperti denda, hukuman
penjara, atau tindakan pengawasan hukum bertujuan untuk mencegah dan menghukum
individu yang terlibat dalam perilaku vandalisme. Konsekuensi ini mencerminkan penilaian
masyarakat bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima dan harus diberikan sanksi.
Namun, penting untuk diingat bahwa penilaian terhadap perilaku menyimpang dapat bervariasi
tergantung pada norma, nilai, dan konteks sosial yang berbeda. Konsep relativitas perilaku
menyimpang menggarisbawahi bahwa penilaian terhadap suatu perilaku sebagai menyimpang atau
tidak akan bergantung pada perspektif budaya, nilai-nilai sosial, dan norma yang berlaku dalam suatu
kelompok atau masyarakat tertentu.
Misalnya, dalam beberapa subkultur atau kelompok tertentu, tindakan vandalisme dapat diterima
atau bahkan dianggap sebagai bentuk protes kreatif atau ekspresi seni jalanan. Dalam kasus ini,
perilaku yang sama yang dianggap menyimpang dalam masyarakat umum dapat diinterpretasikan
secara berbeda dan diterima dalam konteks kelompok yang memiliki norma sosial dan nilai-nilai yang
berbeda.
Selain itu, aspek konteks sosial juga mempengaruhi penilaian terhadap perilaku menyimpang.
Misalnya, dalam situasi darurat atau konflik sosial yang mengakibatkan ketidakstabilan, tindakan
merusak properti mungkin terjadi sebagai reaksi terhadap kondisi yang sulit. Dalam konteks ini,
meskipun tetap melanggar norma sosial, penilaian terhadap perilaku vandalisme dapat berubah
karena faktor-faktor situasional yang mempengaruhi persepsi dan penilaian masyarakat.
Selain itu, proses labeling juga dapat berbeda dalam konteks yang berbeda. Misalnya, dalam
kelompok yang lebih toleran terhadap tindakan vandalisme, individu atau kelompok yang terlibat
dalam perilaku tersebut mungkin tidak diberi label sebagai pelaku menyimpang. Sementara itu, di
kelompok atau masyarakat yang lebih konservatif, label perilaku menyimpang mungkin lebih sering
diterapkan.
Dalam rangka memahami relativitas perilaku menyimpang, penting untuk mengakui bahwa penilaian
terhadap perilaku tersebut bukanlah konstan atau universal. Penilaian bergantung pada konteks
sosial, budaya, dan norma yang berlaku. Dalam kajian sosiologi, perspektif ini mengingatkan kita
bahwa interpretasi terhadap perilaku sosial tidaklah mutlak dan dapat bervariasi sesuai dengan
perspektif dan konteks yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai