Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kutil dalam istilah medis disebut Papilloma. Papilloma itu sebenarnya sejenis
tumor jinakpada kulit, berasal dari penebalan lapisan luar kulit yang berlebihan. Bentuk
kutil ini bisabermacam-macam. Bisa besar-besar atau bisa juga kecil-kecil. Biasanya
memang kalau dipegang tidak sakit, dan kalau sudah sangat besar, bisa saja berdarah
kalau lecet. Bila sudah besar biasanya bentuknya seperti bunga kol. Kutil disebabkan oleh
Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini memang menyerang kulit dan salah satu jenis
penyakitnya yaitu menimbulkan kutil kecil-kecil ditelapak tangan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Kutil ?
2. Apa penyebab dari Kutil?
3. Apa tanda gejala dari Kutil?
4. Bagaimanakah cara penanganan Kutil?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Kutil
2. Untuk mengetahui penyebab Kutil
3. Untuk mengetahui tanda gejala dari Kutil
4. Untuk mengetahui penanganan Kutil

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KUTIL
Warts (istilah medis ‘’veruka’’) atau lebih dikenal dengan nama kutil adalah
perkembangan sel kulit berlebihan (hiperplasi epidermis) yang disebabkan virus Human
Papillona jenis tertentu. Kutil merupakan neoplasma jinak epidermis yang disebabkan
oleh virus dari kelompok human papilloma virus (HPV). Kutil juga disebut veruka
(dalam medis), meskipun istilah veruka biasanya dipakai untuk kutil telapak kaki (plantar
wart).
Virus papiloma manusia (HPV) adalah suatu patogen DNA yang menyebabkan
timbulnya berbagai tumor jinak (kutil) dan beberapa lesi pramaligma dan maligna.
Sampai saat ini sudah diketahui lebih dari 100 subtipe HPV, dengan 33 diantaranya
diketahui menginfeksi saluran genital. Infeksi HPV dapat menyebabkan kanker
serviks, penis dan anus. Penularan HPV genital hampir semata-mata melalui hubungan
kelamin, walaupun autoinokulasi dan penularan melalui fomite juga dapat terjadi. Infeksi
dapat ditularkan kepada neonatus saat persalinan. Faktor resiko terbesar
untuk timbulnya HPV adalah jumlah pasangan seks. Merokok, pemakaian kontrasepsi
oral (KO), dan kehamilan tampaknya meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV.

B. JENIS/MACAM KUTIL
a. Kutil Biasa
Kutil ini terutama terdapat pada anak-anak, tetapi juga terdapat pada dewasa
dan orang tua. Kutil ini merupakan tonjolan seperti kembang kol. Kutil ini bisa
menyebar, berkelompok atau tumbuh di bagian tubuh yang sering mengalami cedera
timbul di sekitar kuku (kutil periungual), lutut, wajah dan kulit kepala. Kutil ini bisa
menyebar ke bagian tubuh lainnya termasuk mukosa, mulut, dan hidung tetapi tidak
pernah berubah menjadi keganasan.. Kutil jenis ini yang menyerang anak – anak
umumnya sembuh secara spontan.
Kutil yang biasa (veruka vulgaris) biasanya memiliki permukaan yang kasar;
bentuknya bundar atau tidak beraturan; berwarna keabuan, kuning atau coklat,
besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar
(verukosa) dan biasanya memiliki garis tengah kurang dari 1 cm. Dengan goresan
dapat timbul auto-inakulasi sepanjang goresan (fenomien Kibner).
Dikenal pula induk kulit yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-anak
kulit dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai
penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang
terdapat di daerah muka dan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan yang tegak
lurus dengan permukaan kulit dan permukaannya verukosa disebut sebagai verukosa
filiformis.

2
b. Kutil Telapak Kaki (Plantar Wart)
Kutil telapak kaki bisa soliter, menyebar di seluruh telapak kaki, atau bersama
– sama membentuk segerombolan yang kemudian disebut juga kutil “mozaik”.
Penampakan yang khas berupa daerah – daerah kecil penebalan kulit yang ketika
mengelupas akan menampakkan bintik – bintik hitam akibat adanya kapiler yang
mengalami thrombosis. Kutil telapak kaki sering menimbulkan nyeri. Hal ini harus
dibedakan dengan kalus dan kapalen (corn), yang timbul pada tempat – tempat
pergesekan di penonjolan tulang. Kalus merupakan bercak – bercak pada kulit
dengan penebalan yang sama, dan pada kapalen terdapat rasa nyeri pada sumbat
tengah keratin di mana tidak didapatkan pembuluh kapiler.
Veruka plantaris tumbuh di telapak kaki dan bentuknya biasanya berupa cincin
yang keras dengan di tengah agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan.
Permukaannya licin karena gesekan dan menimbulkan rasa nyeri pada waktu
berjalan yang disebabkan oleh penekanan oleh massa yang terdapat di daerah tengah
cincin. Berbeda dengan kapalan, veruka plantaris cenderung mengalami perdarahan
berupa bintik-bintik kecil jika disayat dengan pisau bedah.
c. Kutil Datar (Plane Wart)
Veruka filiformis merupakan kutil yang bentuknya memanjang, yang biasanya
ditemukan di kelopak mata, wajah, leher atau bibir. Kutil datar sering ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda, biasanya tumbuh dalam suatu kelompok
bintikbintik halus berwarna kuning-coklat di wajah.
Kutil ini kecil, rata pada bagian atas, kemerahan, dan biasanya terdapat pada
punggung tangan dan wajah. Sering terjadi dalam bentuk garis – garis yang
diakibatkan oleh inokulasi virus yang masuk ke dalam luka karena garukan atau
abrasi (lecet).
d. Kutil Kelamin (Kondilomata Akuminata)
Pada tahun – tahun terakhir ini telah diketahui peran jenis tertentu dari virus
kutil kelamin sebagai penyebab kanker penis dan seviks. Hal ini telah menyebabkan
perubahan sikap karena sebelumnya kutil kelamin dianggap hanya merupakan
masalah kecil yang ditransmisikan secara seksual. Kutil genitalis (kondiloma
akuminata) adalah kutil lembab yang ditemukan di daerah kemaluan. Virusnya
ditularkan melalui hubungan seksual.
Kondiloma akuminata sering muncul di daerah yang lembab, biasanya pada
penis, vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah
perianal. Berbau busuk. Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran
bunga kol. Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat
dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel
rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi. Pada wanita
condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia minora dan vagina.
Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian kasus biasanya terjadi
perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2
mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10, 2 cm dan bertangkai. Dan

3
biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak diperhatikan. Terkadang muncul lebih
dari satu daerah. Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih
jika virus mencapai saluran uretra.

C. ETIOLOGI (FAKTOR PENYEBAB)


Etiologi kutil adalah human papillomavirus (HPV), terutama tipe 2 dan 4. HPV
merupakan virus DNA dengan lebih dari 150 tipe yang berbeda. Manusia merupakan
inang utama dari HPV. Selain tipe yang telah disebutkan sebelumnya, HPV tipe 1, 3, 27,
29, dan 57 juga diketahui merupakan etiologi penyakit veruka vulgaris dengan frekuensi
kejadian yang lebih sedikit. Transmisi veruka dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan kulit, terutama pada kulit yang mengalami gangguan pada sawar epitel.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang
mengidap veruka vulgaris, antara lain faktor jenis kelamin, sistem imun, etnis, pekerjaan
dan kebiasaan, faktor sosial ekonomi, serta kondisi kulit.
1. Jenis Kelamin
Pada usia anak-anak, perempuan lebih berisiko menderita penyakit kulit ini. Ketika
sudah menginjak usia dewasa, risiko mengidap veruka lebih besar ditemukan pada
pria.
2. Sistem Imun
Penurunan sistem imun, seperti pada penderita HIV dan penerima transplantasi organ,
memiliki keterkaitan kuat dengan penyakit veruka. Penderita akan lebih sering
menderita veruka disertai dengan lesi yang lebih luas. Penderita juga berisiko lebih
tinggi untuk mengalami veruka dengan etiologi HPV atipikal.
3. Etnis
Etnis Kaukasia memiliki risiko lebih besar menderita veruka dibandingkan etnis
Afrika dan Asia.
4. Pekerjaan dan Kebiasaan
Pekerjaan yang memiliki risiko untuk menderita penyakit veruka adalah atlit, penari,
buruh kasar, tukang daging, atau pekerjaan yang menuntut tidak memakai alas kaki.
Selain faktor pekerjaan, terdapat beberapa kebiasaan yang dapat meningkatkan
penularan veruka, antara lain:
 Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki
 Sering berenang di kolam renang umum
 Pedicure dengan alat yang tidak memiliki sanitasi yang baik
 Penggunaan sepatu, kaos kaki, atau barang pribadi secara bergantian tanpa
dicuci
 Tidak mengganti kaos kaki setiap hari
 Penggunaan sepatu dan alas kaki yang tidak memiliki ventilasi yang baik.

5. Sosial Ekonomi
Penderita veruka lebih banyak berasal dari kelompok dengan pendapatan yang tinggi,
serta memiliki status pendidikan yang lebih tinggi.

4
6. Kondisi Kulit
Kondisi kulit yang sering berkontak dengan permukaan yang kasar rentan mengidap
penyakit veruka. Hal ini disebabkan karena permukaan yang kasar akan meningkatkan
risiko trauma yang dapat membuat virus mudah masuk ke dalam kulit. Kondisi kulit
yang lembab dan mengalami maserasi juga meningkatkan risiko penyakit yang sama.
Veruka lebih sering terjadi pada daerah yang memilki tekanan tinggi, seperti telapak
kaki atau telapak tangan. 

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Kutil berawal dari masuknya virus melalui sawar epidermis yang
mengalami kerusakan. Virus di sel kulit akan berada dalam bentuk plasmid
ekstrakromosom atau episom di inti sel basal epitel yang tidak mengganggu keberadaan
genom sel inang.
Apabila virus tidak berhasil diinaktivasi oleh sistem imun, keratinosit basal sel
inang akan mengalami replikasi melalui protein E1 dan E2 HPV. [8] Progresivitas
replikasi akan mempengaruhi permukaan luar epitel yang diikuti dengan peningkatan
protein virus pada setiap sel yang mengalami diferensiasi. Jika kopi DNA virus telah
mencapai jumlah tertentu, keratinosit akan menghasilkan protein L1 dan L2 yang
berperan sebagai kapsid pembungkus virus. Kapsid akan membungkus DNA virus
dengan bantuan protein E2, yang membawa DNA HPV masuk ke inti dari sel inang.
Partikel virus kemudian akan dilepaskan dari keratinosit yang mengalami deskuamasi
pada permukaan veruka.

E. TUJUAN TERAPI
Hampir semua penatalaksanaan veruka vulgaris bertujuan untuk mendestruksi sel
yang terinfeksi karena hingga saat ini belum ada terapi yang dapat secara langsung
menginaktivasi Human Papillomavirus. Sebanyak 65%-78% kasus veruka vulgaris
dapat sembuh atau mengalami remisi secara spontan dalam waktu 2 tahun. PIlihan
observasi biasa dipertimbangkan pada penderita anak yang berusia £ 12 tahun karena
kemungkinan remisi spontan yang lebih besar. Pilihan tata laksana ini tidak dianjurkan
pada pasien imunokompromais.

F. GEJALA KLINIS
Ada beberapa gambaran tipe kutil, namun secara garis besar, awalnya kutil
biasanya berbentuk bulat, datar, berwarna sama dengan kulit, dan berukuran kecil.
Dengan berjalannya waktu mereka tumbuh lebih besar menjadi berwarna
kekuningan, keabu-abuan bahkan hitam atau cokelat dengan permukaan kasar
berbenjol-benjol. Kutil menyebar melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Karena penularan virus disebarkan melalui sentuhan, kutil paling sering terdapat

5
pada jari, tangan, dan siku, sepanjang perbatasan kulit dan kuku, atau pada
permukaan telapak kaki. Kutil dapat terasa nyeri pada penekanan. Kutil terdapat
pada pasien dari segala usia, tetapi umumnya terjadi selama masa kanak-kanak dan
remaja. Ukuran dan bentuk kutil tergantung kepada virus penyebabnya dan lokasinya di
tubuh. Beberapa kutil tidak menimbulkan nyeri; sedangkan kutil yang lainnya
menyebabkan nyeri karena mengiritasi saraf. Beberapa kutil tumbuh sendiri dan terpisah,
kutil lainnya tumbuh bersama-sama dan membentuk kelompok kutil (kutil
mosaik).

G. TERAPI NON FARMAKOLOGI


Pada penderita diberikan terapi berupa tindakan elektrodesikasi dan kuretase
untuk mengangkat kutil dan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi sekunder.
Untuk prognosis pada pasien adalah baik. Disini, KIE juga sangat berperan penting untuk
mencegah rekurensi, ataupun penyebaran kutil. KIE yang diberikan kepada pasien ini
yaitu menganjurkan penderita agar tidak menggaruk lesi sehingga dapat mencegah
menyebarnya lesi ke daerah lain;
 Jangan menyikat, menjepit, menyisir atau mencukur daerah yang memiliki kutil,
untuk menghindari penyebaran virus.
 Jangan menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil selagi menggunakan
pada kuku yang sehat.
 Jangan menggigit kuku jika memiliki kutil di dekat kuku. Jangan mencungkil
kutil. Mencunngkil dapat menyebarkan virus. Pertimbangkan menutupi kutil
dengan perban perekat untuk mencegah pencungkilan.
 Jaga tangan agar kering sebisa mungkin, karena kutil lebih sulit untuk
dikendalikan di lingkungan lembab.
 Cucilah tangan dengan baik setelah menyentuh kutil Anda.

H. TERAPI FARMAKOLOGI
Diagnosis pasti penyakit veruka vulgaris dapat ditegakkan dengan menemukan
papul berbatas tegas, padat, permukaan kasar, tidak teratur, tidak gatal dan tidak sakit
melalui anamnesis dan pemeiksaan fisik. Untuk itu pada kasus ini diagnosa kerjanya
adalah veruka vulgaris rekuren.
Penanganan veruka vulgaris dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan salep
topikal, bedah beku dan elektrodesikasi.
 Salep salisil 50% dengan plester dapat diberikan salep salisil dengan plester yang
dilubangi bagian tengahnya untuk melindungi kulit sekitarnya. setelah diberikan
salep lalu ditutup dengan plester lain di atasnya. lakukan pergantian dalam satu
kali sehari. setelah 1-2 minggu biasanya lesi akan menjadi putih dan lembek
sehingga mudah dilepas.
 Krioterapi dengan nitrogen cair krioterapi (bedah beku) dengan nitrogen cair
digunakan pada kutil yang tidak berhasil diobati dengan obat olesan. Bisa dengan
menggunakan peralatan sederhana dengan benang katun yang dililitkan sekitar

6
ujung lidi sebesar tangkai jeruk. Alat ini dimasukkan ke dalam nitrogen cair
kemudian ditutulkan pada kutil sampai kutil dan kulit sekitar yang
mengelilinginya membeku.
 Elektrodesikasi dan kuretase Setelah diberikan anastesi lokal dengan lidokain,
letakkan jarum listrik pada puncak lesi dan tahan hingga jaringan mulai agak
menggelembung. Selanjutnya lesi dapat diangkat dengan kuret.
 Sinar Leser
Melalui terapi ini, jaringan kutil akan dibakar dengan sinar laser sehingga
jaringan tersebut mati dan kemudian terlepas dengan sendirinya. Sama seperti
kuret, pengobatan dengan laser dapat menimbulkan jaringan parut.

I. CONTOH KASUS DAN SWAMEDIKASI


WH, laki-laki, 15 tahun, Bali datang ke rumah sakit dengan keluhan utama
tumbuh kutil pada jari sejak dua minggu yang lalu. Keluhan dirasakan sejak dua minggu
yang lalu. Pada awalnya timbul kutil pada falang tiga dextra kemudian bertambah satu
buah pada falang satu. Keluhan nyeri dan gatal disangkal. Kutil pada penderita dirasakan
tidak terlalu mengganggu aktivitas. Ibu penderita pernah memiliki keluhan serupa dengan
penderita, namun telah dilakukan elektrodesikasi. Sebelumnya penderita pernah
mengalami hal yang sama pada falang tiga proksimal setahun yang lalu, dan sudah
dilakukan elektrodesikasi.
Saat dilakukan pemeriksaan keadaan umum penderita baik, status general dan
present dalam bata normal. Dari status dermatologi, lokasi lesi terdapat pada falang satu
dan tiga dextra. Effloresensi berupa papula putih keabuan, bentuk bulat, ukuran ± 3-4
mm, multiple, berbatas tegas, padat dengan permukaan kasar,di atas kulit normal.
Stigmata atopik tidak ada. Mukosa, rambut dan kuku dalam batas normal. Berdasarkan
hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis kerja veruka vulgaris
dengan diagnosis banding moluskum kontagiosum dan keratitis seboroik. Pasien diterapi
dengan elektrodiskasi dan kuretase seta pemberian antibiotik topikal berupa salep asam
fusidat. Prognosis pada penderita dubius ad bonam.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Veruka vulgaris merupakan kelainan kulit berupa hiperplasi epidermis


yang
disebabkan oleh Human Papilloma Virus tipe tertentu
2. Penyebab penyakit ini adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) yaitu
virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear
3. Penegakkan diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan melalui
anamnesis,
pemeriksaan fisik berupa melihat efloresensi status lokalis, dan bila
diperlukan dengan pemeriksaan penunjang.
4. Penatalaksaan penyakit ini dapat berupa tindakan pembedahan, terapi
topikal
serta penjelasan mengenai edukasi penyakit ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, RP. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. Djuanda A;
Edisi Keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, p 110-18
2. Pohan SS, Sukaanto, Narakbah J, et al. Veruka vulgaris dalam Atlas Penyakit Kulit
dan Kelamin; Eedisi ketiga, Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR,
Surabaya, 2007, p20-21
3. Brown RG, Burns T. Veruka Vulgaris. Lecture Notes Dertmatologi. Edisi kedelapan,
Jakarta : Erlangga, 2005, p19-31
4. Wolff K, Goldsmith LA, Kats SI, et al. Warts. Fitspatrick’s dermatology in general
medicine, 7th edition New York : Mc Graw-Hill Book Co, 2008 : 1913-23
5. Anonim. Warts (Veruka Vulgaris) Patient Education Handout. Southern Illinois
University Carbondale, 2009. (web : www.shc.siuc .edu)
6. Duarsa NW, Pindha S, Bratiartha, et al. Veruka Vulgaris dalam Pedoman Diagnosis
dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Denpasar, Bali, 2000, p35
7. Anonim. Dermpath Diagnostic Veruka Vulgaris, 2008.
8. Kumar, Vinay; Abbas, Abul K.; Fausto, Nelson; Mitchell, Richard (2007). "Chapter 19
The Female Genital System and Breast". Robbins Basic Pathology (8 ed.).
Philadelphia: Saunders
9. Rata, AK. Tumor jinak dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. Djuanda A; Edisi
Keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, p 230
10. Harlim A, Kosasim A, Gayum. Kutil (veruka). 2010. (www.mediastore.com)

Anda mungkin juga menyukai