Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Retno Iswari Tranggono dan Fatma Latifah 2007, Kosmetik

adalah sediaan atau paduan bahan yang digunakan pada bagian luar tubuh

(kulit,rambut, kuku,bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga

mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi

tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Istilah kosmeotologi sudah digunakan sejak tahun 1940 di Inggris,

Prancis dan Jerman. Sejak 40 tahun terakhir,kosmetik berkembang pesat.

Industri bahan kimia memberi Industri kosmetik banyak bahan dasar dan

bahan aktif sementara setiap tahun perkembangan-perkembangan bar uterus

terjadi. Kuantitas dan kualitas bahan biologis untuk digunakan pada kuitpun

semakin meningkat.

Pengetahuan para ahli yang mengembangkan produk-produk baru

telah berubah secara radikal. Namun berkat perkembangan teknologi produk

yang makin pesat, satu formula untuk satu krim yang dapat diterima baik

tahun ini, misalnya belum tentu tetap dianggap baik di tahun berikutnya.

Sedangkan menurut Syarif M. Wasitaatmadja Pengetahuan tentang

kosmetik tersebut kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia melalui jalur

komunikasi yang terjadi dalam kegiatan perdagangan, agama, budaya, politik

dan militer.

1
Di Indonesia sendiri sejarah tentang kosmeotologi telah dimulai

sebelum zaman penjajahan Belanda, namun sayang tidak ada catatan yang

jelas mengenai hal tersebut yang dapat dijadikan pegangan.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia menarik

ratusan produk kosmetik illegal yang dianggap mengandung bahan dilarang

atau bahan berbahaya. Tidak hanya produk kosmetik illegal. Selama tahun

2018 BPOM RI menemukan 112 miliar yang dianggap mengandung bahan

dilarang atau bahan berbahaya. Masih dari keterangan pers tersebut, temuan

titik itu temuan didominasi oleh produk yang mengandung merkuri,

hidrokuinon dan asam retinoat. Mengapa dilarang karena benda-benda

tersebut disinyair bisa menyebabkan kanker, kelainan janin, dan iritasi kulit.

Peredaran kosmetik ini sudah meluas kemana-mana, bahkan dengan bantuan

media sosail, peredarannya menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dikota

maupun didaerah lainnya(BPOM 2018).

Penggunaan krim pemutih kulit wajah secara terus menerus

dikalangan remaja akan memberikan dampak, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Sehingga kebiasaan menggunakan krim pemutih kulit wajah

akan terus langgeng dan bertahan lama. Padahal belum tentu krim pemutih

kulit wajah yang mereka gunakan adalah krim pemutih kulit wajah yang

mendapat izin resmi dari pemerintah dan tidak berbahaya.

Maraknya kosmetik pemutih tidak sedikit wanita dan remaja

menggunakannya untuk mempercantik diri. Mereka memilih kosmetik

pemutih untuk wajahnya agar terlihat lebih putih dan cerah. Tanpa

2
menghiraukan dampak buruk yang akan terjadi pada kulit, mereka lebih

menyukai krim pemutih sebab dampak yang terlihat lebih nyata dapat

mempercantik dan kelihatan putih. (Retno Iswari Tranggono dan Fatma

Latifah 2007).

Jenis-jenis kosmetik modern terus mengalami perkembangan, mulai

dari kosmetik untuk badan, seperti sabun, parfum, bedak dan sebagainya,

hingga kosmetik untuk wajah, seperti krim pemutih, lipstik, eye shadow, dan

lain-lain. Namun, seiring dengan semakin berkembangnya zaman dan

semakin banyaknya produk-produk kosmetik yang beredar di pasaran,

diperlukan ketelitian serta kejelian dalam memilih kosmetik itu sendiri.

Apalagi belakangan ini, banyak unsur-unsur atau zat-zat kimia berbahaya

yang digunakan dalam produk kosmetik tanpa terkecuali produk krim

pemutih(Yusriani dkk,2022).

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian dilakukan untuk

mengetahui “Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Terhadap Bahaya Krim

Pemutih Wajah (Studi Kasus Siswi SMAN 1 Rengel)”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan pelajar putri terhadap bahaya krim pemutih

wajah?

2. Bagaimana tindakan pelajar putri setelah mengetahui bahaya krim pemutih

wajah?

3
1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengetahuan pelajar putri terhadap bahaya krim pemutih

wajah.

2. Mengetahui tindakan pelajar putri setelah mengetahui bahaya krim

pemutih wajah

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pelajar putri SMA Negeri 1 Rengel

Hasil penelitian ini diharapkan untuk menjadi manfaat dan

menambah pengetahuan bagi pelajar putri SMA Negeri 1 Rengel untuk

lebih teliti dalam memilih atau menggunakan kosmetik krim pemutih yang

aman.

2. Bagi peneliti

Sebagai pelajaran bagi peneliti untuk menambah wawasan dalam

berpikir ilmiah, memperoleh informasi dan pengetahuan tentang bahaya

krim pemutih wajah dengan resiko terjadinya penyakit kulit pada pelajar

putri di SMA Negeri 1 Rengel.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmojo 2010, yang dimaksud dengan pengetahuan

adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,penciuman,rasa, dan raba,

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa

pengetahuan adalah mengerti sesudah dilihat atau sesudah menyaksikan,

mengalami atau setelah diajari.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo, Tingkat Pengetahuan adalah pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat yaitu:

1. Tahu (know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-

pertanyaan.

5
2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisa (analisys)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

6
Menurut Notoatmojo,2010 faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup.

2. Media masa atau sumber informasi

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagi sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu.

7
2.2 Kosmetik

2.2.1 Pengertian Kosmetik

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti

berhias. Bahan yang di pakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu

dibuat dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun,

sekarang kosmetik tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan

untuk maksud meningkatkan kecantikan (Sjarif M. Wasitaatmadja).

2.2.2 Penggolongan Kosmetik

Menurut Retno Iswari Tranggono dan Fatma Latifah 2007,

Kosmetik yang beredar di masyarakat menurut sifat dan cara pembuatan

dapat di bagi menjadi 2 yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik Modern.

1. Kosmetik Tradisional

Kosmetik Tradisional adalah kosmetika alamiah atau kosmetika

asli yang dapat di buat sendiri langsung dari bahan-bahan segar atau

yang telah dikeringkan, buah- buahan dan tanam-tanaman. Cara

tradisional ini merupakan kebiasaan atau tradisi yang di wariskan

turun-temurun dan leluhur atau nenek moyang sejak dulu.

2. Kosmetik Modern

Kosmetik Modern adalah kosmetik yang di produksi secara pabrik

(laboratorium) dimana telah di campur dengan zat-zat kimia untuk

mengawetkan kosmetika tersebut agar tahan lama sehingga tidak

cepat rusak.

Selain berdasarkan bahan yang digunakan dan cara pengolahannya,

8
kosmetika juga dapat digolongkan berdasarkan kegunaannya bagi kulit,

yaitu:

1. Kosmetik Perawatan Kulit (Skin Care Cosmetic)

1) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya

a. Sabun: Bahan yang digunakan bersama dengan air untuk

mencuci dan membersihkan kotoran.

b. pembersih wajah: Bentuk cairan atau pembersih

untuk membersihkan kulit dan mengatasi pori-pori, biasanya

khusus untuk muka.

c. Penyegar kulit: Membersihkan sekaligus melembapkan,

memperkecil ukuran pori-pori, dan menciptakan lapisan

pelindung pada kulit.

2) Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya:

a. Moisturizer cream :  Salah satu skincare untuk mencegah

kulit kering. Krim dari merek Emina, Somethinc, Avoskin,

Whitelab, dan lainnya telah banyak beredar di pasaran.

Jenisnya pun beragam, mulai dari yang ditujukan untuk

mencerahkan hingga merawat kulit berminyak, berjerawat,

dan kombinasi.

b. Nigth cream : Pelembap yang kamu gunakan di malam hari.

Umumnya memiliki fungsi untuk menghidrasi, menutrisi dan

melembapkan kulit sekaligus mengunci semua skincare yang

sudah kamu pakai sebelumnya.

9
3) Kosmetik pelindung kulit, misalnya :

a. Sunscreen cream : Produk perawatan kulit yang bermanfaat

untuk melindungi kulit dari dampak buruk yang ditimbulkan

oleh paparan sinar ultraviolet matahari. 

b. Sun block/lotion :  Tabir surya yang dapat menghalau dan

memantulkan sinar matahari dari kulit. 

2. Kosmetik Riasan (make-up)

Jenis ini berfungsi untuk merias sehingga menghasilkan penampilan

yang lebih menarik. Misalnya :

a. Lipstik : Pewarna bibir yang meninggalkan warna lebih pekat

pada bibir

b. Eyeshadow : Bagian makeup sebagai perona mata yang

dipergunakan untuk kelopak mata dan bawah alis. 

c. Mascara : Kosmetik yang umumnya digunakan untuk

memperindah mata. Fungsinya antara lain untuk mempergelap,

mempertebal, memperpanjang, dan/atau memperjelas bulu mata.

d. Eyeliner :  Bagian dari produk untuk merias mata. Riasan mata ini

biasanya digunakan untuk mempertegas bentuk mata juga bisa

membuat mata terlihat lebih menyala. 

e. Bedak :  Kosmetik penyempurna riasan sehingga hasil akhir

makeup bisa lebih rapi dan flawless.

f. Foundation : Salah satu dari sekian banyak base make up yang

bisa diaplikasikan pada kulit wajah. 

10
g. Pensil Alis : Salah satu produk make up yang berfungsi untuk

merapikan alis.

h. Blush On : adalah kosmetik yang umumnya digunakan oleh

wanita untuk memerahkan pipi sehingga memberikan penampilan

yang lebih muda dan untuk menegaskan bentuk tulang pipi.

i. Concealer :  produk kecantikan wanita yang digunakan untuk

memberikan efek wajah yang tampak lebih mulus. 

2.2.3 Bahaya Kosmetika Mengandung Bahan Yang Dilarang

Penambahan bahan berbahaya di larang dalam pembuatan

kosmetika karena beresiko karena beresiko menimbulkan efek negatif bagi

kesehatan menurut BPOM 2016 antara lain :

1) Merkuri

Merkuri banyak di salah gunakan pada produk pemutih/pencerah

kulit. Merkuri dapat menyebabkan alergi dan iritasi kulit, merkuri yang

ada pada kosmetik mudah masuk ke dalam pori-pori dan darah lalu

memasuki sistem saraf juga di alirkan ke seluruh tubuh. Pemakaian

dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak secara

permanen, gagal ginjal yang sangat parah yang berakibat kematian dan

gangguan perkembangan janin dan berakibat keguguran dan mandul.

Bahkan pemakaian jangka pendek dalam dosis tinggi juga dapat

menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta

merupakan zat karsinogenik penyebar kanker Asam Retinot, banyak di

salah gunakan pada produk pengelupas kulit kimiawi (peeling) dan

11
bersifat teratogenik.

2) Hidrokuinon

Hidrokuinon banyak disalahgunakan pada produk

pemutih/pencerah kulit. Selain dapat menyebabkan iritasi kulit,

Hidrokinon dapat menimbulkan ochronos (kulit berwarna kehitaman)

yang mulai terlihat setelah 6 bulan penggunaan Hidroquinon >2% dapat

menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar.

3) Asam Retinoat

Asam Retinoat termasuk golongan obat keras dan harus dengan

resep dokter, Asam Retinoat adalah bentuk asam dari vitamin A. Asam

Retinoat sering di gunakan untuk meningkatkan tampilan tekstur kulit.

Untuk orang tinggal pada daerah tropis yang terpapar matahari, proses

penuaan kulit dini sebagai konsekuensi paparan sinar ultra violet

(fotoaging) semakin progresif. Kemampuan Asam Retinoat

memperbaiki kondisi kulit karena proses fotoaging dengan mengurangi

kerut, menghilangkan titik-titik hiperpigmentasi, mempercepat

pergantian sel-sel kulit-kulit dan memperhalus wajah sehingga wajah

lebih berkilau. Zat Asam Retinoat dapat menyebabkan kulit kering, rasa

terbakar dan teratogenik. Bahan pewarna merah K3 dan merah K10,

banyak di salah gunakan pada lipstik atau produk dekoratif lain

(pemulas, kelopak mata dan perona pipi). Kedua zat warna ini bersifat

karsinogenik.

12
2.2.4 Tujuan Penggunaan kosmetik

Menurut Retno Iswari Tranggono dan Fatma Latifah 2007, tujuan

utama penggunaan kosmetik adalah untuk kebersihan pribadi,

meningkatkan daya tarikmelalui make up, meningkatkan rasa percaya diri

dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar

UV, polusi dan factor lingkungan yang lain,mencegah penuaan dan secara

umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.

2.2.5 Manfaat Kosmetik

Menurut Sjarif M. Wasitaatmadja 1997, kosmetik juga mempunyai

beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Pemeliharaan dan perawatan diri

Pemeliharaan berarti usaha pencegahan terhadap timbulnya

kelainan-kelainan atau penyebab dari kelaianan tersebut.

2. Rias atau dekoratif

Kosmetik rias bermanfaat untuk memperbaiki penampilan-

penampilan seseorang. Kulit yang hitam dapat dirias menjadi lebih

putih, kulit yang terlalu terang dapat dirias menjadi agak gelap.

3. Wangi-wangian

Parfum diperlukan untuk menambah penampilan dan menutupi bau

badan yang kurang sedap untuk orang lain. Seperti juga warna pad

arias, parfum mempunyai tingkat resiko yang tinggi bagi kulit yang

mungkin sensitive terhadap zat kimia yang terdapat dalam salah satu

komposisinya.

13
4. Kosmetik medic

Untuk memambah kegunaan kosmetik dibuatlah berbagai kosmetik

yang mengandung zat yang dapat bekerja lebih dalam dan biasa

digunakan sebagai obat.

2.3 Krim Pemutih Wajah

2.3.1 Pengertian Krim

Menurut Farmakope Indonesia edisi V krim adalah bentuk sediaan

setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau

terdispresi dalam bahan dasar yang sesuai.

2.3.2 Pegertian Krim Pemutih

Krim pemutih adalah kosmetik yang terdiri dari bahan kimia dan

bahan lain yang dapat memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit (Dian

Wuri Astuti dkk. 2016).

2.3.3 Ciri-ciri Krim Pemutih Berbahaya

Ciri-ciri krim pemutih wajah berbahaya yang beredar di

masyarakat adalah :

1. Warna krim mengkilat

Warna krim palsu biasanya dimasukkan dalam wadah memiliki warna

yang mencolok.

2. Tidak ada izin BPOM atau Lembaga Kesehatan

14
Izin dalam kosmetik terutama krim pemutih sebaiknya cek terlebih

dahulu di situs resmi BPOM.

3. Tidak tercampur rata dan lengket

Biasanya krim pemutih wajah palsu dicampur dengan bedak sehingga

terasa lengket dan juga kasar saat digunakan.

4. Bau menyengat

Krim pemutih wajah berbahaya biasanya beraroma seperti logam.

Untuk mensiasati bau tersebut produsen biasanya menggunakan

parfum yang beraroma tajam.

5. Panas dan perih saat dipakai

Kosmetik yang menggunakan reaksi seperti ini biasanya mengandung

bahan keras yang tidak cocok pada kulit.

6. Kulit memerah saat terkena matahari

Kulit yang memiliki perlindungan alami, sehingga tidak akan

memerah meskipun tidak terkena matahari. Namun kulit yang merah

terkena matahari kemungkinan ada lapisan yang rusak.

7. Kulit putih pucat dan tidak alami

Pemakaian krim pemutih wajah bahayanya dapat membuat kulit

menjadi pucat seperti kertas bahkan terkadang berwarna keabu-abuan.

8. Hasilnya sangat cepat

Efek cepat pada krim pemutih wajah karena ada pemakaian zat

berbahaya seperti merkuri dan hidrokuinon.

9. Ketergantungan

15
Krim pemutih berbahaya menimbulkan efek ketergantungan dan jika

diberhentikan pemakaiannya, kulit mejadi gelap (Safitri Silvia

Ayu,2022)

2.3.4 Dampak Krim Pemutih Terhadap Kulit

Ada beberapa dampak yang terdapat pada kosmetik krim pemutih, yaitu :

1. Dampak Positif

Menurut Lina Pangaribuan 2017, dampak positif yang diperoleh dari

pemakaian kosmetik krim pemutih diantaranya, kulit menjadi segar

dan cerah.

2. Dampak negatif

Menurut Retno Iswari Tranggono dan Fatma Latifah 2007, ada

beberapa dampak negative yang disebabkan oleh kosmetik krim

pemutih :

a. Iritasi, merupakan reaksi yang langsung timbul pada pemakaian

pertama kosmetika karena salah satu atau lebih bahan

kandungannya bersifat iritasi.

b. Alergi, merupakan reaksi pada kulit yang muncul setalelah

kosmetika dipakai beberapa kali, kadang-kadang setelah

bertahun-tahun krena kosmetika yang digunakan megandung

bahan yang bersifat alergik bagi seseorang meskipun pada setiap

orang tidak sama, misalnya cat rambut dan lipstick yang pada

sebagian orang dapat menimbulkan reaksi alergi.

16
c. Jerawat (Acne), dari beberapa kosmetika pelembab (moisturize)

yang sangat berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang di

perutukkan bagi kulit kering di iklim dingin dapat menimbulkan

jerawat apabila digunakan pada kulit berminyak, terutama di

Negara-negara tropis seperti Indonesia karena kosmetika

cenderung memyumbat pori-pori kulit bersama dengan kotoran

dan bakteri.

d. Penyumbatan fisik, yang diakibatkan oleh bahan-bahan

berminyak dan lengket yang ada dii dalam kosmetika tertentu,

seperti pelembab atau alas bedak (foundation) terhadap pori-pori.

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka berfikir atau kerangka konsep yang baik akan

mejelaskan cara teoritis antar variable yang akan diteliti. Jadi secara

teoritis dielaskan hubungan antar variabel independent (variabel bebas)

dan dependent (variabel terikat) (Sugiyono,2015).

Pengetahuan pelajar
Variabel Variabel Bebas
putri
Moderator

Kosmetik

Krim pemutih Variabel


Terikat

17
1. Pengetahuan kosmetik
2. Tujuan penggunaan kosmetik
3. Dampak krim pemutih

Baik Cukup Kurang

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan digunakan untuk mengdentifikasi struktur

penelitian yang akan dilakukan ( Retno Wulansari 2020).

Penelitian deskriptif dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan

masyarakat penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau

memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan

sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunikasi tertentu

(Notoaadmojo,2010). Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskrpsikan

Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri terhadap nahaya krim pemutih di SMA

Negeri 1 Rengel.

Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah penelitian

deskriptif.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2023

19
3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Rengel

3.3 Sampling Desain

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek,subjek yang

mempunyai kualitas dan karakterisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyonoo,2015).

Populasi dalam penelitian ini diambil dari seluruh pelajar putri

SMA Negeri 1 Rengel

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian objek yang diambil dari seluruh objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmojo,2010).

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia 16-20

tahun di SMA Negeri 1 Rengel.

3.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya

dapat dikelompokkan mejadi dua yaitu probability sampling dan non

probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Non probability adalah

teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama

20
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel

(Sugiyono,2015).

3.4 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah,

mulai dari penerapan populasi, sample dan seterusnya dan dimulai sejak

awal penelitian (Ratna Wulan Sari, 2020).

Populasi : Pelajar putri SMA Negeri 1 Rengel

Desain Penelitian : Deskriptif

Sampling yang digunakan adalah probability dan non probability

Sample : remaja putri yang berusia 16-20

Variable penelitian : Tingkat pengetahuan tentang krim pemutih

Pengumpulan data : Lembar Kuisioner

Pengumpulan data dengan editing, coding,data entry dan tabulating

Penyajian hasil penelitian

Penarikan kesimpulan

3.5 Varibel Penelitian

Menurut Prof. Dr. Sugiyono 2015, Variabel peneitian adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

21
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang

lainmaka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibagi menjadi

dua yaitu :

a. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel sebagai variabel

bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen(terikat).

b. Variabel Dependen

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsenkuen.

Dalam bahasa Indonesi sering disebut sebagai variabel terikat.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan bahaya

krim pemutih (2015).

3.6 Definisi Operasioanal Variabel

Definis operasioanl merupakan cara pengukuran hasil ukur atau

kategori, serta skala pengukuran yang digunakan (Notoatmojo 2010).

22
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara Ukur Kriteria Skala


Operasional Ukur Ukur

Umur Umur kuisioner Dilihat dari Jumlah Rasio


responden responden kuisioner responden
yang telah yang dengan usia
memenuhi disebarkan ≤ 17 tahun
kriteria ke a.
inklusi dan responden
ekslusi
Kelas sekolah Kelas kuisioner Dilihat dari Jumlah nominal
responden responden kuisioner responden
yang telah yang berdasarkan
memenuhi disebarkan kelas
kriteria ke
inkulsi dan responden
eksklusi

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala


Operasional

Frekuensi Frekuensi kuisioner Dilihat dari Ordinal


penggunaan krim penggunaan kuisioner
pemutih krim pemutih yang
responden yang disebarkan ke
telah responden
memenuhi
kriteria inkulsi
dan eksklusi
Tingkat Kemampuan kuisioner Responden Ordinal
pengetahuan responden mengisi
bahaya krim dalam kuisioner
pemutih wajah menjawab jawaban
pertanyaan benar skor 1
dengan benar dan jawaban

23
terkait dengan salah skor 0
krim pemutih
wajah yang
berbahaya

3.7 Pengumpulan dan Analisa Data

3.7.1 Instrumen atau alat ukur

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoadmojo,2010).

Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah kuisioner.

Penelitian ini menggunakan skala tingkat pengetahuan yang akan

digunakan untuk mengumpulkan data dengan kuisioner. Bagian pertama

adalah data umum yang merupakan identitas responden. Data umum

responden meliputi nama, kelas,usia dan alamat. Bagian yang kedua

adalah mengisi 4 pertanyaan ganda. Bagian ke tiga variabel yang diteliti

yaitu tingkat pengetahuan tentang krim pemutih terdiri dari 5 pertanyaan.

Kuisioner dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup yaitu bentuk

pertanyaan yang disediakan tiga jawaban hanya dapat memilih satu

diantaranya (Notoadmojo,2010)

3.7.2 Pengumpulaan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian (sugiyono, 2015).

Pada tahap ini peneliti membagikan angket kuisioner kepada

responden dengan berbagai item pertanyaan tentang krim pemutih

berbahaya kepada siswi SMA Negeri 1 Rengel yang sudah disiapkan oleh

24
peneliti.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data sebagai berikut :

1. Setelah mendapat izin dari ketua prodi DIII Farmasi Universitas

Muhammadiyah Lamongan, langkah selanjutnya adalah mengajukan

ijin ke kepala sekolah SMA Negeri 1 Rengel.

2. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan

kepada responden.

3. Peneliti melakukan identifikasi calon responden yaitu Siswi kelas

X,XI,XII yang menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Rengel.

4. Peneliti mendatangi SMA Negeri 1 Rengel

5. Peneliti memberikan penjelasan penelitian yang akan dilakukan, jika

ada pertanyaan yang kurang jelas responden dapat bertanya kepada

peneliti.

6. Setelah setuju responden tanda tangan lembar persetujuan menjadi

responden.

7. Kuisioner dikembalikan ke peneliti setelah diisi.

8. Peneliti mengecek kembali kelengkapan dari kuisioner.

3.7.3 Pengolahan Data

Menurut Notoatmojo 2010, Data yang dikumpulkan diolah secara

manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editting (penyutingan data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuisioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.

25
2. Coding (pemberian kode)

Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom

untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kode berisi nomor

responden dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Data entry (memasukkan data)

Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode seuai

dengan jawaban masing-masing pertnyaan.

4. Tabulating (tabulasi)

Yakni membuat tabel-tabel data, seuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan peneliti.

Tabel 3.3 Skor Nilai kuisioner tingkat pengetahuan

Kriteria Skor

Benar 1

Salah 0

3.7.4 Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan melihat jumlah responden dan

presentase dari setiap jawaban. Analisa bersifat deskriptif dan data

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

jumlah jawaban benar


Tingkat pengetahuan(%)= x 100 %
jumlah seluruh skor tertinggi

Tabel 3.4 kriteria tingkat pengetahuan

Kriteria Skor

26
Baik 76-100%

cukup 51-75%

kurang <50%

27
3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melindungi hak

subjek penelitian dengan menjamin kerahasiaan responden. Etika

penelitian ini mencangkup perilaku peneliti atau perilaku perilaku peneliti

terhadap subjek peneliti serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi

masyarakat (Notoadmojo, 2010).

Sebelum dilakukannya pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu

melakukan pendekatan kepada calon responden. Partisipasi responden

pada peneliti bersifat suka rela tanpa adanya unsur paksaan sehingga

responden diberi kebebasan untuk mengundurkan diri atau menolak dalam

pengisian kuisioner.

28
DAFTAR PUSTAKA

_. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia
Astute, Wuri Dkk. (2016). Identifikasi Hidroquinon Pada Krim Pemutih Wajah
Yang Dijual Di Minimarket Wilayah Minomartan Yogyakarta. Jurnal
Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta.
Vol. 2 No. 1
Ayu, Safitri Silvia.(2022). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Gresik Terhadap Krim Pemutih Wajah Berbahaya Dan
Tidak Berizin BPOM. Skripsi Hal. 14
BPOM. (2007). Tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya Dan Zat
Warna Yang Dilarang. No. KH.00.01.432.6081
Pangaribuan, Lina. (2017). Efek Samping Kosmetik Dan Penanganannya Bagi
Kaum Perempuan. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 15. Pusdibang KS
Unimed
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Tranggono, Retno Iswari Dan Fatma Latifah.(2007). Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Wasitaatmadja, Syarif M.(1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI Press)
Wulansari, Ratna (2020),Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Beyond
Use Date Di Perumahan Sugio Kabupaten Lamongan. Skripsi Hal. 18
Yusriani Dkk.(2022). Studi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Sanrego
Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Terhadap Bahaya Penggunaan Krim
Pemutih. Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar, Vol 6 No.1

29
BPOM 2018

Pengertian Notoatmojo
Tingkat pengetahuan notoatmojo
Penggolongan kosmetik Retno iswari Tranggono dan Fatma Latifah 2007
Tujuan penggunaan kosmetik Retno Iswari Tranggono dan Fatma Latifah 2007
Manfaat kosmetik Sjarif M. Wasitaatmadja
Retno Iswari Traanggono dan Fatma Latifah 2007

Desain penelitian –
Sampel penelitian notoatmojo
Teknik sampling, Prof. Dr. Sugiyono 2015
Variable penelitian Notoatmojo
Definisi operasional –
Pegumpulan data –
Pengolahan data, Notoatmojo
Analisis data –

30

Anda mungkin juga menyukai