Anda di halaman 1dari 7

PENGETAHUAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN

KOSMETIK NON-BPOM DI FAKULTAS PARIWISATA DAN


PERHOTELAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Nurhasanah, Siska Yohanifa, Siska Miga Dewi
Program Studi D4 Pendidikan Tata Rias dan Kecantikan Universitas Negeri Padang
Nurhasanah300401@gmail.com, syohanifa@gmail.com, siskamigadewi@fpp.unp.ac.id

Abstrak

Penelitian ini di latar belakangi akibat dari persepsi pra-review yang muncul selama pra-studi
dan menemukan masalah sehubungan dengan tidak adanya informasi pada mahasiswa di
Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang tentang produk perawatan
kecantikan non-BPOM. Alasan penelitian ini adalah untuk menentukan derajat informasi
mahasiswa Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang. Filosofi eksplorasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan metodologi kuantitatif.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Pariwisata dan
Perhotelan Universitas Negeri Padang BP Tahun 2019 sebanyak 724 orang. Prosedur
pemeriksaan yang digunakan adalah strategi pemeriksaan purposive dengan jumlah sampel 82
orang. Strategi pengumpulan informasi menggunakan survei. Metode pemeriksaan informasi
dengan mengggunakan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mahasiswa
tentang kosmetik non-BPOM berada pada kategori tinggi yaitu 85,54 %. Hal ini berarti
mahasiswa memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kosmetik non-BPOM di Fakultas
Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang.

Kata kunci: pengetahuan, kosmetik non-BPOM

1. Pendahuluan bantuan indranya. Setiap orang punya


Kosmetik merupakan hal yang informasi yang berbeda. Karena persepsi
dibutuhkan dalam perawatan dan tiap orang terhadap suatu objek berbeda-
kecantikan. Kosmetika di Indonesia beda.
sekarang berkembang pesat, sehingga Menurut Qhema (2016:11) pengetahuan
banyak brand-brand lokal yang semakin mengenai produk perawatan kecantikan
berkembang dan tidak kalah dengan brand adalah sejauh mana seorang individu akrab
yang ada di luar negeri. Penggemar
dengan produk perawatan kecantikan yang
kosmetik pada umumnya adalah kaum terdiri dari informasi mendasar tentang
wanita. Semua wanita pasti ingin memiliki produk perawatan kecantikan, bahan
wajah yang cantik dan rupawan. Perawatan korektif, efek insidental dan bagaimana
kulit wajah dan teknik makeup yang sering memilih dan memanfaatkan produk
dilakukan oleh kaum wanita pada umumnya perawatan kecantikan sehingga mereka
harus didasari dengan pengetahuan. dapat mengambil kesimpulan tentang
Menurut Notoatmodjo (2018:4–5) perawatan kecantikan.
pengetahuan adalah hasil yang Menurut Prianto (2014:29) kosmetik
dikembangkan dari rasa ingin tahu pada saat ini memiliki cakupan arti yang
seseorang terhadap suatu objek dengan sangat luas. Pada dasarnya kosmetik
merupakan segala sudut yang berkaitan
9
dengan kulit wajah dan tubuh hingga Berdasarkan hasil pra-survei yang
barang-barang korektif yang dilakukan kepada 22 orang mahasiswa FPP
kemampuannya membersihkan, menjaga, UNP Bp 2019 dapat disimpulkan bahwa ada
menjaga, menjaga kejujuran kulit dan 17 orang mahasiswa FPP pernah
memperindah, memperbaiki, dan menggunakan kosmetik non- BPOM, 20
mengubah penampilan. orang mengaku mengetahui apa itu
kosmetik non-BPOM, 13 orang pernah
Beberapa produk perawatan kecantikan mencari tentang apa yang dimaksud dengan
hingga saat ini sudah mendapatkan hibah kosmetik non-BPOM, 17 orang tidak akan
diseminasi dari BPOM dan ada juga yang memakai kosmetik non-BPOM jika
tidak. BPOM atau sering disebut dengan mengetahui apa itu kosmetik non- BPOM,
kependekan Badan Pengawas Obat dan serta ada 10 orang mahasiswa yang
Makanan adalah sebuah yayasan yangdiberi memperhatikan label BPOM sebelum
amanah untuk mengatur seluruh membeli kosmetik. Oleh karena itu,
penggunaan obat, makanan, dan produk permasalahan yang dapat di tarik penulis
perawatan kecantikan di wilayah dari hasil pra-survei di atas adalah
Indonesia. kurangnya pengetahuan mahasiswa FPP
Menurut Rosaria (2016: 4191) Badan tentang kosmetik non-BPOM.
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
adalah organisasi administrasi di Indonesia 2. Kajian Pustaka dan Pengembangan
yang bekerja dalam memimpin pedoman, Hipotesis
normalisasi, dan pengembangan bahan a. Pengetahuan
makanan dan obat-obatan yang mencakup 1) Pengertian Pengetahuan
semua sudut pandang seperti perakitan, Pengetahuan terbentuk karena
penanganan, penggunaan, dan sanitasi. , rasa ingin tahu manusia terhadap
obat-obatan, produk perawatan kecantikan, suatu objek dengan panca
dan berbagai item. inderanya. Setiap orang punya
Sesuai Undang-Undang Republik informasi yang berbeda. Karena
Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang persepsi setiap orang terhadap
Perlindungan Konsumen, dinyatakanbahwa suatu objek berbeda-beda
jika pelaku usaha menukarkan produk (Notoatmodjo, 2018:4-5).
perawatan kecantikan yang tidakterdaftar di 2) Faktor-Faktor yang
BPOM, maka pelaku usaha pengusaha mempengaruhi
dilarang melakukan Pengetahuan
demonstrasi sebagaimana dimaksud. dalam Menurut Notoatmodjo
Pasal 8 ayat (4) UUPK, maka barang (2010:50) faktor-faktor yang
dagangan itu harus dikeluarkan. dari kursus. mempengaruhi informasi sebagai
Dengan demikian, cenderung beralasan berikut
bahwa produk perawatan kecantikan yang
tidak memiliki hibah angkut dari BPOM (1) Faktor pendidikan
atau yang sering disebut sebagai produk Semakin tinggi tingkat
perawatan kecantikan non-BPOM adalah pengetahuan, semakin mudah
produk perawatan kecantikan yang memperoleh informasi tentang
mengandung bahan-bahan berbahaya objek atau informasi yang
sehingga tidak diperbolehkan untuk berkaitan dengannya.
digunakan. dan dilingkari di pasar karena (2) Faktor pekerjaan
dapat merugikan pembeli yang Pekerjaan memiliki
menggunakannya. pengaruh besar pada proses

10
memperoleh informasi yang menafsirkan objek yang
dibutuhkan untuk objek sebelumnya dipahami.
tersebut. (3) Aplikasi (Application)
(3) Faktor pengalaman Merupakan tahap
Pengalaman sangat pengetahuan dalam
mempengaruhi pengetahuan, pengaplikasian materi yang
makin banyak mengalami telah dipahami sebelumnya
sesuatu, semakin meningkatkan dalam keadaan atau lingkungan
pengetahuan Anda tentang hal sebenarnya.
itu. (4) Analisa (Analysis)
(4) Keyakinan Suatu tahap pengetahuan
Sebagai aturan, keyakinan dimana seorang individu dapat
yang didapai seseorang dapat mengkategorikan suatu objekke
ditransmisikan dari generasi ke dalam elemen-elemen yang
generasi dan tidak dapat berhubungan satu sama lain dan
dibuktikan sebelumnya, dapat mendeskripsikan,
keyakinan positif dan membandingkan, atau
keyakinan negatif dapat mengkontraskannya.
mempengaruhi pengetahuan. (5) Sintesis (Synthesis)
(5) Sosial budaya Ini adalah tahap
Budaya dan adat istiadat pengetahuan dimana seseorang
keluarga dapat mempengaruhi mampu merencanakan dan
pengetahuan, persepsi dan sikap mengatur komponen
terhadap sesuatu. pengetahuan menjadi model
yang sama sekali baru.

3) Tingkatan Pengetahuan (6) Evaluasi (Evaluation)


Ada 6 tingkatan pengetahuan Ini adalah tahap
dalam (Notoatmodjo, 2018:4-5) pengetahuan yang berkaitan
yaitu sebagai berikut : dengan evaluasi objek dan
digambarkan sebagai suatu
(1) Tahu (Know) sistem yang memungkinkan
Pengetahuan (knowledge) perencanaan, memperoleh dan
adalah tingkatan pengetahuan menyediakan informasi untuk
yang paling rendah. Hal ini keputusan alternatif.
karena terbatas pada mengingat
hal-hal yang telah dipelajari 4) Indikator Pengetahuan
sebelumnya seperti Berdasarkan dari uraian
mendefinisikan, pengetahuan diatas, penulis
mengungkapkan, menyebutkan menyusun indikator-indikator
dan mendeskripsikan. pengetahuan yang dikemukakan
oleh Notoatmodjo (2018:4-5)yaitu
(2) Memahami (Comprehension) tahu (know), memahami
Fase Pemahaman adalah (comprehension), aplikasi
fase kompetensi yang (application), analisa (analysis),
didasarkan pada keterampilan sintesis (synthesis), dan evaluasi
untuk menjelaskan objek (evalution).
dengan benar. Seseorang dapat
menjelaskan, memperoleh, dan
11
b. Penggunaan Kosmetik Non- merupakan lembaga yang
Badan Pengawas Obat dan memiliki tugas untuk melakukan
Makanan (BPOM) pengawasan peredaran obat-
1) Pengertian Kosmetik obatan, makanan, kosmetik, dan
produk lainnya di Indonesia.
Menurut Rahmawanty Sistem pengawasan BPOM
(2019:81) kosmetik adalah suatu mampu mendeteksi, mencegah
bahan untuk mempercantik diri serta mengawasi produk dipasaran
agar meningkatkan percaya diri, sehingga tercipta keamanan,
kosmetik ini dahulu dibuat dari keselamatan, dan kesejatan
bahan-bahan alami disekitar konsumen. BPOM juga dapat
lingkungan manusia, tetapi diartikan sebagai sebuah badan
sekarang tidak dari bahan alami yang bertugas
saja tetapi dari bahan buatan agar melaksanakan kebijakan untuk
dapat meningkatkan kualitas mengawasi obat dan makanan,obat
kosmetik kecantikan. tradisional, kosmetik, dan lain
Menurut Prianto (2014:29) sebagainya.
kosmetik pada saat ini memiliki
cakupan arti yang sangat luas. 3) Kosmetik Non-BPOM
Pada dasarnya kosmetik adalah Kosmetik non-BPOM
segala aspek yang berhubungan merupakan kosmetik yang
dengan kulit wajah dan tubuh, mengandung bahan berbahaya
sampai dengan produk kosmetik sehingga tidak dibenarkan dipakai
yang membersihkan, melindungi, dan diedarkan di pasaran karena
menjaga, menjaga keutuhan kulit bisa merusak bagi konsumen yang
serta mempercantik, memperbaiki memakainya. Menurut Undang-
dan merubah penampilan. Undang Perlindungan Konsumen
Oleh karena itu, dari pendapat RI No. 8 Tahun 1999 disebutkan
ahli mengenai definisi kosmetik bahwa apabila pedagang menjual
dapat disimpulkan bahwa kosmetika yang tidak terdaftar di
kosmetik merupakan suatu produk BPOM, maka termasuk perbuatan
yang terbuat dari bahan-bahan yang dilarang oleh pedagang
alami dan buatan yang memiliki tersebut menurut Pasal 8(4)
fungsi ntuk membersihkan, UUPK, maka barang tersebut
melindungi, memelihara, harus dihapus dari peredaran
mempertahankan integritas kulit 3. Metode Penelitian
serta mempercantik, memperbaiki, Metode penelitian meliputi teknik
dan mengubah penampilan pengumpulan data dan informasi, model
seseorang sehingga mampu penelitian, definisi operasional variabel,
menambah rasa percaya diri orang dan metode analisis data.
tersebut.
Jika perlu, penomoran multi-level
2) Pengertian Badan dapat digunakan. Jangan lupa beri judul
gambar dan nomor (di bawah gambar dan
Pengawas Obat dan nomor urut) dan judul dan nomor tabel (di
Makanan (BPOM) atas tabel urut angka).

Artaya dan Lestari (2021:136) Metode penelitian ini adalah


menyatakan bahwa BPOM korelasional dengan pendekatan

12
kuantitatif. Korelasional merupakan jenis Instrumentasi pada penelitian ini
penelitan yang bertujuan untuk menggunakan angket berdasarkan
menentukan hubungan dua variabel atau indikator pengukuran tingkat pengetahuan
lebih. Penelitian kuantitatif korelasional mahasiswa terhadap kosmetik non-BPOM
adalah studi ilmiah sistematis tentang di FPP UNP, jawaban responden setiap item
bagian-bagian dan fenomena serta instrumen diukur menggunakan skala likert.
hubungannya (Maharani, 2016:65).Tempat Metode analisis data yang
penelitian ini dilaksanakan di Fakultas digunakan pada penelitian ini adalah analisa
Pariwisata dan Perhotelan, Universitas deskriptif, uji prasyarat analisis dan uji
Negeri Padang yang terletak dikampus Air hipotesis.
Tawar, Kota Padang, Provinsi Sumatera
Barat dan dilaksanakan setelah seminar 4. Hasil dan Pembahasan
proposal. a. Hasil
Berdasarkan kajian penggunaan
Populasi dalam penelitian ini kosmetik non BPOM oleh mahasiswa
adalah mahasiwa di FPP, UNP BP 2019 FPP UNP yang dikumpulkan melalui
dengan jumlah mahasiswa 724 orang dari 5 kuisioner atau kuisioner yang dibagikan
program studi. Pengambilan sampel dalam kepada 82 responden survey danjawaban
penelitian ini menggunakan teknik dari masing-masing responden diolah
Purposive Sampling. Purposive sampling oleh SPPS 20.
adalah teknik penarikan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang ditetapkan oleh Tabel 1. Deskripsi Data Pengetahuan
peneliti. Sampel yang kami gunakan Mahasiswa Terhadap Penggunaan
apabila memenuhi kriteria yaitu mahasiswa Kosmetik Non-BPOM di FPP UNP
FPP, UNP BP 2019 yang pernah memakai
kosmetik non-BPOM. Statistics
Jenis data dalam penelitian ini yaitu Pengetahuan
data primer dan data sekunder. Data primer
penelitian ini meliputi, pertanyaan yang Valid 82
N
berhubungan dengan tingkat pengetahuani Missing 0
mahasiswa tentang pengunaan kosmetik
non-BPOM. Data sekunder yang dipakai Mean 34.22
pada penelitian ini yaitu data jumlah Median 35.00
mahasiswa FPP, UNP BP 2019.
Mode 35
Penelitian ini yang menjadi variabel
bebas (X) yaitu pengetahuan mahasiswa. Std. Deviation 3.682
Sedangkan yang menjadi variabel terikat Minimum 24
(Y) yaitu penggunaan kosmetik non-
Maximum 40
BPOM. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan Sum 2806
angket/kuesioner tertutup.
Dalam penelitian ini definisi operasional Dari tabel 1. diketahui bahwa data
adalah pengetahuan tentang kosmetik non pengetahuan terhadap penggunaan
BPOM yaitu sejauh mana seseorang kosmetik non-BPOM skor terkecil
mengetahui dan dapat mengambil (min) adalah 24, skor tertinggi (maks)
keputusan dalam memilih kosmetik non adalah 40 dengan skor tipikal (mean)
BPOM untuk dipakai. 34,22, mean (tengah) adalah 35, nilai

13
yang biasa terjadi (modus) adalah 35, Jika dilihat dari tingkat tingkat
standar deviasinya adalah 3,682 dan ketuntasan responden yang
nilai lengkap (total) 2806. digambarkan diatas, maka tingkat yang
Garis besar penyebaran diperoleh adalah 85,54% dengan kelas
berulangnya informasi mahasiswa informasi tinggi. Selanjutnya, dapat
tentang penggunaan produk perawatan dikatakan bahwa informasi siswa
kecantikan non-BPOM dapat dilihat mengenai kosmetik non-BPOM di FPP
pada tabel di bawah ini. UNP berkategori tinggi. Hal ini berarti
mahasiswa memiliki pengetahuan yang
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tinggi mengenai kosmetik non-BPOM
Terhadap Penggunaan Kosmetik Non-BPOM di FPP UNP.
FPP UNP dari 82 Responden
b. Pembahasan
TCR Kategori F % Berdasarkan hasil pemeriksaan
Sangat yang telah dilakukan, informasi
0-54% 4 4,84 mahasiswa tentang pemanfaatan
Rendah
55- produk perawatan kecantikan non-
Rendah 31 37,51 BPOM FPP UNP BP 2019, hasil survei
64%
67- termasuk dalam kategori tinggi
Sedang 25 30,25 (85,54%). Hal ini menunjukkan bahwa
79%
80- mahasiswa memiliki informasi yang
Tinggi 16 19,36 tinggi tentang produk perawatan
89%
90- kecantikan non-BPOM di FPP UNP.
Sangat Tinggi 6 7,26 Hasil penelitian ini tidak sama
100%
∑ 82 100 dengan penelitian yang dipimpin oleh
Khairatun Nisa dengan judul
Berdasarkan tabel di atas dapat “Hubungan Pengetahuan dengan
dijelaskan bahwa responden memiliki Persepsi Ibu Terhadap Kosmetika
pengetahuan kategori sangat rendah Pemutih di Parupuk Tabing Koto
yaitu 10 orang (12,1%), kategori Tangah Padang”, konsekuensi dari
rendah sebanyak 11 orang (13,31%), tinjauan tersebut berisi 56,67%
kategori sedang sebanyak 38 orang pengetahuan ibu-ibu di Parupuak
(45,98%), kategori tinggi sebanyak 22 Tabing berkategori kurang baik. Hal ini
orang (26,62%) dan kategori sangat berarti ibu-ibu di Parupuak Tabing
tinggi paling sedikit yaitu 1 orang memiliki pengetahuan yang kurang
(1,21%). Hasil analisis deskriptif, baik mengenai kosmetik pemutih.
variabel pengetahuan mahasiswa
terhadap kosmetik non-BPOM dari
responden, diperoleh hasil sebagai 5. Kesimpulan dan Keterbatasan
berikut: Pengetahuan mahasiswa terhadap

totalskor kosmetik non-BPOM di FPP UNP di


Persentase TCR = x100%
totalskorideal peroleh persentase tingkat pencapaian
responden dengan kategori tinggi sebesar
2806 (85,54%) artinya mahasiswa memiliki
= x 100% pengetahuan yang tinggi mengenai
3280
kosmetik non-BPOM di FPP UNP.
= 85,54 %
14
Referensi :

[1] Artaya, Putu dan Sulistyani Eka Lestari, 2021, Pengantar Bisnis Merajut Bisnis Lokal
Menuju Bisnis Global Beserta Kajian Hukumnya, Surabaya: Narotama University Press.

[2] Maharani, L., dan Mustika, M., 2016, Hubungan self awareness dengan kedisiplinan
peserta didik kelas VIII di SMP Wiyatama Bandar Lampung, KORSELI:Jurnal Bimbingan
dan Konseling (E-Journal), Vol. 3 No.1, 57-62.

[3] Notoatmodjo, 2018, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta.

[4] Prianto, J., 2014, Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah, Gramedia.

[5] Qhema, Q. H., 2016, Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pemilihan Kosmetika
Perawatan Kulit Wajah Mahasiswa Jurusan Tata Rias dan Kecantikan Universitas Negeri
Padang, Universitas Negeri Padang.

[6] Rahmawanty, D. dan D. I. S., 2019, Buku Ajar Teknologi Kosmetik, IRDH.

[7] Rosaria, 2016, Fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dalam Produk Kosmetika
di Kota Samarinda. eJournal Administrasi Negara, Vol. 2 No. 4, 4191.

15

Anda mungkin juga menyukai