Estrogen
Analgesic :
Acetaminophen : pilihan pertama, paling sering digunakan
Narcotic analgesic : pemberian sangat terbatas pada kondisi tertentu
(diberikan dalam janka pendek, intermiten, atau pada serangan akut)
Biasanya pemberian obat analgesic diberikan dari yang paling ringan terlebih
dahulu seperti parasetamol
NSAID (non steroid anti inflammatory drugs) :
Traditional NSAIDs (ibuprofen, ketoprofen, naproxen, ketolorac,
indomethacin, piroxicam)
Coxibs/COX-inhibitors (celecoxib, rofecoxib)
Mediator inflamasi (prostaglandin, prostacyclin, thromboxane) melalui jalur asam
arakidonat yang terpicu akibat adanya infeksi yang akhirnya akan membentuk
prostanoid dan menyebabkan nyeri
Ada beberapa golongan yang bisa diberikan, seperti golongan corticosteroid
(menghambat fosfolipase), NSAID (menghambat di enizm COX 1 maupun 2 dan ada
yg spesifik), dan yang paling sering diresepkan yang menghambat pembentukan
prostanoidnya yaitu acetaminophen
NSAIDs
Analagesics
Narcotic analgesics tidak terlalu banyak penggunaannya pada arthritis, pemberian
jangka pendek dengan kondisi tertentu intermiten, atau pada serangan akut
Aspirin
DMARDs
DMARDs lebih banyak menghambat mediator inflamasi (IL, TNFα, dll) yang berperan
dalam inflamasi dan cascade kebawahnya
Methotrexate
Sebenarnya adalah golongan obat anti neoplastic (antikanker) tetapi memiliki efek
antiinflamasi sehingga bisa digolongkan sebagai DMARDs
Pilihan pertama DMARDs (7.5 mg sehari seminggu)
Efek samping : iritasi lambung, stomatitis (radang mukosa mulut), pansitopenia
(pengurangan signifikan jumlah eritrosit,
semua jenis sel darah putih, trombosit), hepatotoksisitas, interstitial pneumonitis
(hipersensitivitas), teratogenic (bahaya pada ibu hamil)
Interaksi obat : dengan ampicillin dan probenecid, yang akan mengakibatkan
ekskresi methotrexate sehingga terjadi toksisitas methotrexate
Methotrexate toxicity terjadi karena methotrexate memiliki transporter yang sama
dengan ampicillin dan probenecid sehingga bersifat kompetetif untuk ekskresi
masing-masing obat tersebut ekskresi methotrexate menurun toksisitas
Sulfasalazine
First choice DMARDs di UK
Sulfasalazine merupakan kombinasi antara 5-aminosalysilic acid yang berikatan
kovalen dengan sulfapyridine
Absorbsi melalui pemberian oral sangat rendah
Di dalam saluran gastrointestinal sulfasalazine dipecah menjadi komponen
aktifnya (sulfapyridine) oleh bakteri-bakteri yang ada di colon
Sulfapyridine diabsorpsi menuju sistemik dan mengurangi aktivitas natural killer
cell dan mempengaruhi fungsi sel limfosit lainnya
Ekskresi melalui ginjal
Efek samping: rashes (20-40%) (paling sering), nausea, fever, arthralgia
Antimalaria
Hydroxychloroquine
Chloroquine
Efek antiinflamasi tidak terlalu kuat, tetapi karena efek toksik minimal makanya
sering digunakan
Memiliki efek mengurangi inflamasi dengan mempengaruhi fungsi leukosit,
menghambat produksi IL-1 yang dihasilkan oleh makrofag, menghambat respon
lymphoproliferative, dan menghambat respon sitotoksik limfosit T
Penicillamine
Oral penicillamine chelator of heavy metals
Injeksi penicillamine efektivitasnya sebanding dengan injectable gold
Absorbsinya cukup bagus melalui pemberian oral (40-70%), namun pemberian
bersamaan dg makanan dapat mengurangi absorpsinya
Metabolismenya melalui liver dan diekskresikan melalui urine dan feces
Penicillamine menekan autoantibodi terhadap IgM dan memiliki beberapa efek
lainnya terhadap kompleks imun (tetapi efek utamnay antiinflamasi)
Azathioprine
Purine analog yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel inflamasi
Diberikan per oral
Terapi diberikan selama 3-6 bulan untuk menghasilkan efek klinis yang efektif
Azathioprine dapat menimbulkan efek samping yang serius : liver toxicity, bone
marrow suppression diperlukan monitoring ketat
Anankira
Protein rekombinan
Kerjanya di IL-1 receptor antagonist (efeknya antiinflamasi)
Menurunkan makrofag dan limfosit di jaringan synovial
Rute pemberian : injeksi subkutan setiap hari dg dosis maksimal 150 mg/hari
Anankira efektif baik sebagai monotherapy maupun kombinasi dengan methotrexate
Efek samping : reaksi pada tempat injeksi
R
Gout arthritis terjadi akibat penumpukan kristal asam urat pada sendi
Kristal itu terbentuk dari kelebihan asam urat
Untuk obatnya ada NSAIDs, colchicine, glucocorticoid, uricosurics, allopurinol
Asam urat berasal dari purin akan diubah menjadi asam urat, jika terlalu berlebihan
diatas kadar normal, maka akan dideposit dalam bentuk kristal paling sering di sendi
(bisa juga di belakang telinga membentuk tofus) inilah yang menyebabkan nyeri
pada pasien yang disebut dengan GA
Obat-obatnya yaitu :
Allopurinol : menghambat pembentukan asam urat (dari purin dihambat
menjadi asam urat)
Uricase : asam urat akan di breakdown menjadi allantoin dan dieksresikan ke
urin
Probenecid : asam urat langsung diekskresikan pada urin (perlu
pertimbangna khusus)
NSAIDs, cholchicine, corticosteroid (kalau sudah terlanjur inflamasi)
Uricosuric Agents
Meningkatkan ekskresi asam urat dengan menghambat reabsorpsi
asam urat di tubulus ginjal
Contoh obat : Probenezid, sulfinpyrazone
Efek samping: rash, gastrointestinal upset
Treatment of choice pada pasien-pasien dg kondisi :
Tidak memiliki overproduksi asam urat (yang lebih cepat
diberikan yaitu allopurinol)
Tidak memiliki batu ginjal (peningkatan ekskresi asam urat
melalui ginjaldapat memperburuk kondisi ginjal)
Memiliki kontraindikasi terhadap pemberian xanthine oxidase
inhibitor
Colchicine
Lebih ke antiinflamasi
Bekerja pada tubulin sel-sel inflamasi
Colchicine merusak struktur tubulin dan menghambat kapasitas sel inflamasi untuk
bermigrasi ke lokasi inflamasi (chemotaxis) dan menghambat fagositosis
Efek samping: Gastrointestinal toxicity (nausea, vomiting, diarrhea), Bone marrow
suppression, Renal failure
Glucocorticoids
Depolarizing Agents
Spasmolytics Drugs
Baclofen
Dantrolene
Cyclobenzaprine