Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PEMERIKSAAN FESES
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK
Dosen Pengampu : Devi Permatasari, S.Kep.Ns.,MAN

Disusun Oleh :

1. Amila Febi Mahassari (202201094)


2. Anisa Indirawati (202201095)
3. Listyarini Sri Winasis (202201113)
4. Muhammad Albi Rizkianto (202201114)
5. Nasya Nurfadhilla Zahwa (202201118)
6. Nia Novalia (202201119)
7. Novia Rahmadani Hardiyanti (202201120)
8. Zahara Aulia Nisa (202201135)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2022/2022

A. PEMERIKSAAN FESES
1. Definisi
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi
cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah,
tinja juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di
atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu
lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut
sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia
antara lain tipus, disentri,kolera, bermacam – macam cacing (gelang, kremi, tambang,
pita), schistosomiasis, dan sebagainya.

Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan


menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya
disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses
terganggu, Menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air
besar disebut dengan diare atau mencret.

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil
sekresisaluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gasindol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram /
hari. Frekuensidefekasi : 3x / hari – 3x / minggu.

2. Tujuan

Secara umum, pemeriksaan feses lengkap bertujuan untuk mendeteksi penyakit, seperti :

1) Infeksi parasite, bakteri, virus, jamur


2) Alergi atau peradangan dalam tubuh
3) Peradangan pada usus pada kondisi colitis ulserativa atau penyakit crohn
4) Gangguan penyerapan makanan

3. Prosedure pemeriksaan feses


Pemeriksaan feses adalah prosedur memeriksa feses atau tinja untuk mengetahui
masalah pada saluran pencernaan. Nantinya, sampel feses yang diambil akan diperiksa di
laboratorium. Dalam pemeriksaan feses lengkap di laboratorium, sampel akan dilihat
cirinya secara fisik, meliputi warna, konsistensi, hingga bau. Selain itu, komponen di
dalamnya, seperti keberadaan bakteri atau parasit, jumlah lendir yang abnormal, lemak,
serat daging juga akan diperiksa. 

Pemeriksaan feses merupakan jenis tes yang dengan risiko yang minim, tidak
menyakitkan, dan dapat dilakukan secara rawat jalan.

Secara umum, pemeriksaan feses lengkap bertujuan untuk mendeteksi penyakit, seperti:

 Infeksi parasit, bakteri, virus, jamur


 Alergi atau peradangan dalam tubuh 
 Peradangan pada usus pada kondisi kolitis ulserativa atau penyakit Crohn
 Hemoroid atau wasir
 Polip
 Tukak lambung
 Gangguan penyerapan makanan
 Fisura ani
 Penggunaan obat-obatan antiradang non-steroid
 Kanker kolorektal
 Pankreatitis
 Penyakit Celiac 
 Irritable bowel syndrome  (IBS)
 Fibrosis kistik atau gangguan lain yang mempengaruhi penyerapan lemak
 Gangguan saluran pencernaan lainnya

a. Peralatan pengambilan sampel


 Wadah sampel : Wadah bersih, kering, bebas dari desinfektan dan mempunyai
bukaan yang lebar untuk menyimpan feses
 Tongkat aplikator atau tusuk gigi yang digunakan untuk mengambil sampel

 Sarung tangan tidak steril untuk pasien mengambil sampel

 Kontainer khusus atau plastik : Kontainer yang dipasang khusus di jamban


atau plastik bening digunakan untuk menampung sampel feses agar tidak
terkontaminasi dengan air atau organisme dari jamban
b. Prosedur pengambilan sampel fases
Prosedur pemeriksaan feses dapat secepatnya dilakukan pada masa akut penyakit.
Pengumpulan sampel bisa di rumah, klinik, maupun rumah sakit. Prosedur ini dapat
dilakukan oleh pasien dewasa secara mandiri. Pada pasien anak, pastikan ibu atau
penjaga anak tersebut dapat mengumpulkan sampel dengan benar. Berikan bantuan
pada pasien yang mempunyai kesulitan mengumpulkan sampel

Prosedur pengumpulan sampel pada orang dewasa adalah sebagai berikut:

 Pasien telah terlebih dahulu buang air kecil


 Pasien menutup jamban atau bedpan dengan kontainer khusus atau plastik.
Feses tidak boleh diambil dari bedpan karena feses yang
mengenai bedpan telah terkontaminasi dengan desinfektan. Feses juga tidak
boleh bercampur dengan air, air sabun, ataupun tissue
 Pasien menggunakan sarung tangan tidak steril saat pengambilan sampel

- Setelah defekasi, sekitar 20-40 gram atau setara dengan 5-6 sendok
sampel diambil menggunakan aplikator yang tersedia. Untuk
memudahkan, instruksikan pasien untuk mengisi wadah tersebut
setengah penuh
- Kemudian sampel dimasukan ke dalam dalam wadah dan ditutup dengan
rapat
- Pada kasus konstipasi, minta pasien untuk mengumpulkan sampel
sebanyak “dua butir kacang” Kemudian tutup wadah tersebut dengan
rapat
 Jika pengambilan sampel telah selesai, kontainer khusus atau plastik pada
jamban atau bedpan bisa dilepaskan
 Lepaskan sarung tangan, lalu cuci tangan dengan bersih menggunakan sabun
pada air yang mengalir
 Wadah diberi label yang lengkap. Label berisikan nama lengkap pasien, umur,
jenis kelamin, dan tanggal pengambilan sampel feses. Terdapat beberapa
kebijakan yang berbeda dari laboratorium maupun rumah sakit. Tidak jarang
label telah diisi sebelum prosedur dijalankan
 Segera kumpulkan spesimen dan slip pada petugas laboratorium

Prosedur pengumpulan sampel pada anak yang masih menggunakan popok:

 Cara pertama adalah dengan mengambil sampel dari popok. Mengambil


sampel secara langsung dari popok disarankan, namun untuk hasil
interpretasi yang lebih baik lapisi popok dengan plastik agar sampel tidak
terserap ke dalam popok. Pastikan sampel tidak bercampur dengan urin
 Cara lain ialah menggunakan kantong khusus berlabel data pasien yang
disediakan oleh klinik atau rumah sakit. Kantong khusus tersebut
ditempelkan pada kulit sekitar anus anak. Setelah spesimen terkumpulkan
kantong khusus tersebut dicabut, lalu diserahkan pada petugas
laboratorium. Dengan cara ini, dapat dipastikan feses tidak tercampur
dengan urin.

Prosedur pengumpulan sampel pada anak yang sedang dilatih atau baru saja dilatih
memakai toilet sendiri (toilet training):
 Pasien anak didampingi oleh orang dewasa
 Pasien anak didampingi untuk membuang air kecil atau membuang urin
terlebih dahulu
 Pendamping memasang kontainer khusus atau plastik. Kemudian prosedur
berjalan serupa dengan pengumpulan sampel pada orang dewasa
c. Kirim specimen ke laboratorium segera untuk diproses dan dianalisi

4. Persiapan Perawat

 Kaji tingkat kenyamanan pasien


Pengambilan sempel tinja dapat menimbulkan perasaan malu dan tidak nyaman
bagi pasien
 Menganjurkan pasien untuk buang air kecil
Izinkan pasien buang air kecil sebelum pengambilan sempel untuk menghindari
kontaminasi tinja dengan urine.
 Perawat memberi penjelasan dan tujun pemeriksaan pada klien.
 Perawat memberikan tempat/wadah yang sudah diberi label nama
 Melakukan pengambilan specimen seuai prsedur

5. Persiapan Klien

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel feses
agar tidak mengganggu interpretasi, yaitu:

 Pasien harus melaporkan jika sedang mengonsumsi obat-obatan seperti antibiotika,


laksatif, antasida, obat diare, ataupun obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Pasien juga sebaiknya melaporkan jika sedang mengonsumsi obat yang tidak
diresepkan oleh dokter
 Pasien harus melaporkan jika baru saja menjalani prosedur diagnostik dimana ia
diminta untuk meminum cairan barium. Barium dapat membuat pemeriksaan
parasit menjadi rancu selama 5-10 hari

 Pada kasus konstipasi, pasien diminta untuk mengumpulkan sampel kapan saja


pasien bisa. Setelah mengumpulkan sampel yang pertama, klinisi akan
memberikan obat pencahar agar pasien dapat buang air besar dan mengumpulkan
sampel kedua. Pasien harus melaporkan jika ia mempunyai kesulitan untuk
defekasi, sehingga gagal mengumpulkan sampel pertama, sehingga dapat langsung
diberikan obat pencahar
 Minta pasien untuk terlebih dahulu buang air kecil agar urin tidak tercampur
dengan sample feses

Anda mungkin juga menyukai