DOSEN TUTOR :
NAMA KELOMPOK :
Ketua : Nurmila (2108020171)
Sekretaris : Sari Yuarsella (2108020168)
Anggota : 1. Riani Saputri (2108020164)
2. Ayu Edilia Pratiwi (2108020165)
3. Diah Masrifah (2108020166)
4. Wa Ode Faatima (2108020167)
5. Melati Purnamasari (2108020169)
6. Rosy Pratiwi (2108020170)
7. Mustika Amalia (2108020172)
8. Retno Falutfi (2108020173)
9. Daya Ghufron Al Majid(2108020174)
10. Wahyu Ade Setiawan (2108020175)
11. Bella Afni Ganis (2108020176)
12. Nuraini (2108020177)
TOPIK PEMBELAJARAN :
Topik pembelajaran pada tutorial ini adalah evaluasi manajemen mutu di PBF.
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi manajemen mutu di PBF
2. Mahasiswa mampu menguraikan implementasi landasan hukum dan CDOB
dalam praktek kefarmasian di PBF
3. Mahasiswa mampu menguraikan implementasi Total Quality Management
(TQM) dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan praktek kefarmasian.
SKENARIO :
Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma sedang mengalami peralihan apoteker
penanggungjawab dikarenakan apoteker penanggungjawab yang lama sakit sehingga
tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya. Pada saat peralihan, belum terjadi
serah terima antara apoteker penanggungjawab lama ke apoteker penanggungjawab
baru dikarenakan kondisi kesehatan apoteker lama yang tidak memungkinkan. Dua
bulan kemudian setelah peralihan apoketer penanggungjawab, PBF Kimia Farma
mendapat inspeksi mendadak dari Badan POM. Berdasarkan hasil inspeksi tersebut
didapatkan beberapa temuan yaitu:
1. Ditemukan satu apotek yang melakukan pemesanan obat psikotropika dalam
jumlah banyak
2. Ditemukan ketidaksesuaian antara tanda tangan dalam SP narkotika dan tanda
tangan dari penerima faktur obat narkotika di outlet (apotek, rumah sakit,
klinik, dan lainnya).
3. Ditemukan satu lembar SP narkotika di dalam tempat penyimpanan dokumen
SP obat non narkotika
4. Ditemukan termometer yang digunakan untuk mengukur suhu penyimpanan
vaksin belum terkalibrasi.
5. Ditemukan masa berlaku sertifikat CDOB akan berakhir 3 hari lagi.
2. Bella PBF
Retno : perusahaan yg berbadan hukum yang telah melakukan izin, penyimpanan,
pendistribusian skala banyak sesuai peraturan.
Wahyu : Tidak boleh enceran terhadap konsumen dan harus ke faskes
4. Rosy CAPA
Melati : Merupakan tindakan korektif dan tindakan preventif yg dilakukan oleh
PBF untuk menangani sebuah permasalahan.
Rosy : Corectif action Preventif Action yaitu menangani permasalahn yang terjadi
dan mencegah.
Riani : proses perbaikan untuk menghilangkan penyebab ketidak kesesuaian yang
tidak diinginkan.
Tanya
Nurmila : Sistem CAPA pada PBF ?
Melati : APJ PBF ( sbg manajerial mutu)
5. Ayu Faktur
Sari : bukti tertulis dari penjual (pbf) yang sesuai dengan permintaan pembeli
(apotek, rs, klinik,pbf lain) yang memuat tentang nama obat, jumlah, spefikasi, no
batch, ed , harga dan juga diskon ataupun pajak .
6. Wa ode Inspeksi
Daya : pemeriksaan yang meliputi tes karakteristik tertentu yg sehubungan
dengan objek (temuan survey)
Bella : untuk mengetahui dan memantau pelaksaan pbf sesuai dengan CDOB atau
tidak.
Tanya :
Nurmila : landasan selain CDOB ?
Bella : CPOB
Diah : kemenkes 2011 alur pbf
7. Melati TQM
Mustika : Total quality manajemen : manajemen kualitas yg utama pelanggan
melibatkan semua karyawan untuk meningkatankan kualitas dari produk
Tanya :
Melati : manajemen ada apa aja ?
Rosy : terkait produk dan pelanggan
8. Nurmila BPOM
Diah : Badan pengawasan obat dan makanan sebagai polisi mengatur semua
peraturan sesuai ga dengan CDOB baik periszinan personalia, yg menginspeksi
pbf ini adalah BPOM
Wa ode : wewenanng menarik menerbitkan izin produksi berdasarkan hasil
survey
9. SP Nurmila
Bella : Surat dari apoteker yang berisi pemesanan terhadap barang / obat ke PBF
yang memuat nama obat kekuatan sediaan, jenis/ bentuk obat dan jumlah obat
pesanannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pendistribusian obat di PBF ? (Nurmila)
2. Bagaimana cara memperpanjang sertifikat CDOB ? (Daya)
3. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada scenario ?
(diah)
a. Ditemukan satu apotek yang melakukan pemesanan obat psikotropika dalam
jumlah banyak
b. Ditemukan ketidaksesuaian antara tanda tangan dalam SP narkotika dan tanda
tangan dari penerima faktur obat narkotika di outlet (apotek, rumah sakit,
klinik, dan lainnya).
c. Ditemukan satu lembar SP narkotika di dalam tempat penyimpanan dokumen
SP obat non narkotika
d. Ditemukan termometer yang digunakan untuk mengukur suhu penyimpanan
vaksin belum terkalibrasi.
e. Ditemukan masa berlaku sertifikat CDOB akan berakhir 3 hari lagi.
4. Bagaimana cara penyimpanan vaksin di PBF ? (Nuraini)
5. Apa saja landasan hukum CDOB dalam praktek kefarmasian di PBF ? (Riani)
6. Bagaimana proses peralihan tugas Apoteker lama ke apoteker baru ? (Melati)
C. PENYELESAIAN MASALAH (BRAINSTORMING)
1. Apa saja landasan hukum CDOB dalam praktek kefarmasian di PBF ?
Wa Ode : PerKaBPOM No. 9 tahun 2019 tentang pedoman teknis CDOB
PERMENKES 34 tahun 2014 tentang PBF
Dirjen no.3 tahun 2013 tentang pedoman pembinaan PBF
Melati : PERKABPOM Tahun 2020 tentang pedoman teknis CDOB
Bella : PERKABPOM NO. 25 TAHUN 2017 tentang sertifikat CDOB PBF
Permenkes no.5 tahun 2009 Narkotika atau aneks ?
Landasan peraturan pergantian apj ?
Landasan penerimaan surat pesanan narko dan psiko ?
Tanya :
Daya : Surat CDOB berlakunya berapa lama waktu berlakunya , dan kenapa sampe
terjadi kasus cdob 3 hari ini ?
Ayu : mengikuti surat berlaku pbf selama 5 tahun , kalo dikasus adanya peralihan APJ
lama dgn APJ baru.
PBF Kimia
Farma
Peralihan APJ
Inspeksi BPOM
Temuan
Penyimpangan
Evaluasi
manajerial mutu
Penyusunan
CAPA
E. LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu mengetahui landasan hukum pengelolan sediaan farmasi di
PBF (sari)
2. Mahasiswa mampu mengetahui peran apoteker di PBF (Wa ode)
3. Mahasiswa mampu menguraikan implementasi TQM dalam meningkatkan
kinerja perusahaan dan praktek kefarmasi di PBF (Melati)
NOTULENSI PERTEMUAN KEDUA
TANGGAL : 06 APRIL 2022
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI
TUTOTIAL IV
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DI PBF
1. Mahasiswa mampu mengetahui landasan hukum pengelolan sediaan farmasi di
PBF
Landasan hokum
(Ayu)
1) Permenkes RI 1148/menkes/VI/2011 tentang PBF
Permenkes 34 tahun 2014
Perubahan pertama tentang tentang perubahan peraturan mentri kesehatan
no.1148/menkes/per/VI/2011 tenatng pedagang besar farmasi
(Retno)
2) Permenkes RI no. 30 tahun 2017 tentang perubahan kedua berdasarkan peraturan
mentri kesehatan no. 1148/menkes/per/VI/2011 tenatng pedagang besar farmasi
PBF ini hanya dapat mengadakan, penyimpan, sesuai mutu yang telah ditetapkan
sesuai perUU .
PBF hanya dapat melakukan pengadaan dari industri atau pbf lain
Pbf sesuai dengan SP di ttd oleh APJ
Berizinan pbf, penerbitan izin pbf , biaya pbf teknis pendirian pbf.
(Bella)
Peraturan badan POM No. 9 tahun 2019 tentang pedoman teknis CDOB
PerKaBPOM No.6 tahun 2020 tentang perubahan atas Peraturan badan POM No. 9
tahun 2019 tentang pedoman teknis CDOB
PerkaBPOM no. 25 tahun 2017 tentang tata cara sertifikat CDOB
(Sari)
PP no. 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alkes
Permenkes RI no.9 tahun 2015 tentang perubahan golongan psikotropika.
Permenkes RI no. 3 tahun 2017 tentang perubahan golongan psikotropika.
(Nurmila)
PerBPOM no. 4 tahun 2018 tentang pengawasan pengelolaan obat, bahan obat ,
narkotika, psikotropika, dan prekusor farmasi difasilitas pelayanan kefarmasian
PerBPOM no, 24 tahun 2021 tentang pengawasan pengelolaan obat, bahan obat ,
narkotika, psikotropika, dan prekusor farmasi difasilitas pelayanan kefarmasian (Ayu)
PerBPOM no. 19 tahun 2020 tentang pedoman tindak lanjut pengawasan obat dan
bahan obat.
(Ayu)
Permenkes no. 14 tahun 2021 tentang standart kegiatan usaha dan produk pada
penyelenggaran perizinan perusaha berbasis resiko sektor kesehatan.
Isi : sistem manajemen pbf, ruang lingkup pbf .
(Diah) Badan POM tahun 2015 tentang petunjuk pelaksanaan teknis CDOB
(Melati)
BBPOM tahun 2020 tentang pelayanan publik dibidang obat dalam kondisi covid-19
Isi : mengisi CAPA pada kondisi covid , tata cara perubahan sistem online CAPA
sertifikat CDOB
(wahyu)
Permenkes 26 tahun 2018 tentang pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik sektor kesehatan
Isinya tentang : sertifikasi distribusi dipbf, izin edar, industri pbf sistem SSO
Nuraini
CDOB tahun 2020
Menyusun dan memastikan sistem mempertahankan sistem manajemen mutu
Mengelola pelatihan program dalam distribusi
Mengkoordinasi penarikan obat , bahan obat,
Berperan dalam perjanjian kontrak dan penerima kontrak yang menjelaskan mengenai
tanggungjawab masing-masing pihak yang terkait ddistribusi obat/ bahan obat dan
transportasi obat.
Wa ode
Bertugas mendistribusikan obat dengan pedoman pendistribusian obat
Mengelola pelatihan program dalam distribusi
Harus memastikan keluhan pelanggan ditangani dengan efektif dan tindakan perbaikan
yang diperlukan
Dan ikut serta mengakarantina obat , pemalsuan obat
Serta dalam proses penyaluran, pendistribusian obat
Mustika
PP 51 tahun 2009
Apoteker membuat dan memperbarui SOP, mengetahui cara distribusi obat yang baik
yg diteteapkan o/ kepala BPOM saat elakukan pekerjaan kefarmasian menyangkut
pencatatan distribusi/ penyaluran obat.
Wahyu
Permenkes 1148/Menkes/Per/VI/2011
Penanggungjawab harus seorang apoteker yang mengetahui dan juga telah melakukan
pelatihan CDOB memuat aspek keamanan obat, dan pencegahan obat.
Rosy
Permenkes no. 6 tahun 2020
Penanggung jawab pbf ikut serta dalam pengambilan keputusan u/ mengkarantina atau
memeusnahkan obat yang rusak/ palsu.
Memastikan setiap obat/bahan obat sesuai UU
Mendelegasian kepada apoteker/TTK ketika sedang tidak ada ditempat dalam jangka
waktu tertentu dan menyimpan segala dokumen selama
Nurmila
Permenkes 30 tahun 2017 tentang PBF
Pelaksaan ketentuan tentang mulai dari pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
pencatatan, produk kembali (retur), pemusnahan sesuai CDOB terbaru tahun 2020
(Melati)
PA : membuat ceklist / alarm computer
Ditemukan masa (Melati)
berlaku sertifikat
Terkait dokument resertifikasi cdob ada dilampiran
CDOB akan
berakhir 3 hari lagi Permohonan online di web sertifikasicdob.pom.go.id 20hari kerja
lama waktu pemeriksan CAPA 30hari, evaluasi 30hari = 6 bulan proses
resertifikasi
(Diah)
Urgent --> melakukan surat pernyataan / komitmen kepada BPOM
kesanggupan untuk melakukan perpanjangan resertifikasi CDOB
LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN
SEDIAAN FARMASI TUTOTIAL IV
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DI PBF
1. LANDASAN HUKUM PENGELOLAN SEDIAAN FARMASI DI PBF
No. Landasan Hukum Berhubungan dengan Skenario
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011
Tentang Pedagang Besar Farmasi
Pasal 1 :
Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan berbentuk badan
hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan
obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 3 :
(1) Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
(2) Pengakuan PBF Cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF.
Persyaratan
Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi.
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
c. memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai penanggung jawab.
d. komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat, baik langsung atau
tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi.
e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat melaksanakan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi PBF.
f. menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan yang dapat
menjamin mutu serta keamanan obat yang disimpan.
g. memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai CDOB.
Pasal 11
Izin PBF dinyatakan tidak berlaku, apabila:
a. masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;
b. dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau
c. izin PBF dicabut.
Pasal 14
(3) Apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai direksi/pengurus PBF
atau PBF Cabang.
(4) Setiap pergantian apoteker penanggung jawab, direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang
wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja.
Pasal 30
(1) Setiap PBF dan cabangnya wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan
sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kepala Balai POM.
(2) Selain laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Direktur Jenderal setiap saat
dapat meminta laporan kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat.
(3) Setiap PBF dan PBF Cabang yang menyalurkan narkotika dan psikotropika wajib
menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan psikotropika sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat dilakukan secara elektronik
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 setiap saat harus dapat diperiksa oleh petugas
yang berwenang.
Pasal 34
(1) Dalam hal PBF atau PBF Cabang diberikan sanksi administrative berupa penghentian sementara
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat 2 huruf b, pengaktifan kembali izin atau
pengakuan dapat dilakukan jika PBF atau PBF Cabang telah membuktikan pemenuhan seluruh
persyaratan administratif dan teknis sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Direktur Jenderal berwenang mencabut Izin PBF berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan/atau hasil analisis pengawasan dari Kepala Badan.
(3) Kepala Badan berwenang memberi sanksi administratif dalam rangka pengawasan berupa
Peringatan dan Penghentian Sementara Kegiatan PBF dan/atau PBF Cabang.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi berwenang memberi sanksi administratif berupa peringatan,
penghentian sementara kegiatan PBF dan/atau PBF Cabang, dan pencabutan pengakuan PBF Cabang.
(5)Kepala Badan wajib melaporkan pemberian sanksi administrative kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
(6) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi wajib melaporkan pemberian sanksi administratif kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan dan Kepala Balai POM.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2017 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Pedagang Besar
Farmasi
Pasal 14A
(1) Dalam hal apoteker penanggung jawab tidak dapat melaksanakan tugas, apoteker yang
bersangkutan harus menunjuk apoteker lain sebagai pengganti sementara yang bertugas paling lama
untuk waktu 3 (tiga) bulan.
(2) Penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus mendapat persetujuan dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Pasal 14B
(1) Setiap pergantian apoteker penanggung jawab, pergantian direktur/ketua PBF, wajib memperoleh
persetujuan dari Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
(2) Setiap pergantian apoteker penanggung jawab, pergantian direktur/ketua PBF Cabang, wajib
memperoleh persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal, Kepala Badan, dan Kepala Balai POM.
(3) Untuk memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, direksi/pengurus
PBF atau PBF Cabang melaporkan kepada Direktur Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja sejak terjadi perubahan.
(4) Paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat 3, Direktur Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menerbitkan surat
persetujuan dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Balai POM.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998
Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
Pasal 1 :
Cara Distribusi Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat CDOB adalah cara distribusi/penyaluran
Obat dan/atau Bahan Obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran
sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.
Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa PBF atau PBF Cabang telah
memenuhi persyaratan CDOB dalam mendistribusikan Obat dan/atau Bahan Obat.
Corrective Action and Preventive Action yang selanjutnya disingkat CAPA adalah tindakan yang
harus dilakukan terhadap temuan hasil audit untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian dengan
persyaratan pemenuhan CDOB dan kondisi lain yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5 ayat 2:
Permohonan Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lama 12 (dua
belas) bulan terhitung sejak diterbitkan izin PBF atau pengakuan sebagai PBF Cabang.
Pasal 7
(1) Pendaftaran Pemohon sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dilakukan melalui website Badan
Pengawas Obat dan Makanan dengan alamat http://www.pom.go.id atau melalui subsite
http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
(2) Pemohon melakukan entry data secara daring (online) dan mengunggah dokumen pendukung ke
dalam subsite http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
(3) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas hasil pemindaian izin PBF
atau pengakuan sebagai PBF Cabang.
(4) Terhadap pendaftaran pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan verifikasi secara
daring (online).
(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) Hari.
(6) Dalam hal hasil verifikasi dinyatakan lengkap dan benar, pemohon mendapatkan nama pengguna
(username) dan kata sandi (password).
Pasal 10 :
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Izin PBF atau pengakuan sebagai PBF Cabang;
b. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) Penanggung Jawab;
c. Denah lokasi dan tata letak (layout);
d. Daftar produk yang didistribusikan;
e. Struktur organisasi;
f. Daftar personalia dan uraian kerja (jobdesk);
g. Daftar peralatan atau perlengkapan
h. Quality management system; dan
i. Dokumen self assessment.
Pasal 20
(1) Pemegang Sertifikat CDOB wajib mengajukan permohonan resertifikasi dalam waktu 6 (enam)
bulan sebelum masa berlaku Sertifikat CDOB berakhir.
(2) Permohonan resertifikasi dilakukan secara daring (online) melalui website Badan Pengawas Obat
dan Makanan dengan alamat http://www.pom.go.id atau melalui subsite
http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
PBF atau PBF Cabang dapat dikenai sanksi administrative berupa penghentian sementara kegiatan
sebagaimana dimaksud apabila PBF atau PBF Cabang memenuhi kriteria :
a. telah memiliki izin PBF atau pengakuan sebagai PBF Cabang lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
belum mengajukan permohonan Sertifikat CDOB;
b. permohonan Sertifikat CDOB ditolak;
c. telah mendapatkan persetujuan pembaharuan izin atas perubahan nama, lokasi dan/atau lingkup
kegiatan penyaluran Obat dan/atau Bahan Obat lebih dari 6 (enam) bulan dan belum mengajukan
permohonan perubahan Sertifikat CDOB;
d. telah mendapatkan persetujuan penambahan atau perubahan gudang lebih dari 6 (enam) bulan dan
belum mengajukan permohonan perubahan Sertifikat CDOB; atau
e. masa berlaku Sertifikat CDOB habis dan belum mengajukan resertifikasi CDOB.
5. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik.
Revisi :
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2020
Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
Terdapat 4 golongan psikotropika, dimana golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapatdigunakan dalam
pembuatan Narkotika dan Psikotropika
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika Dan
Prekursor Farmasi
Peredaran hanya dapat diedarkan dalam bentuk jadi dan pada tempat yang telah
mendapatkan izin edar.
Pemesanan dilakukan dengan surat pesanan (SP) atau Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO)
SP Narkotik terdiri atas 4 rangkap sedangkan psikotropika dan prekursor 2 rangkap.
Penyimpanan Berupa gudang, ruangan atau lemari khusus spefifikasi terlampir dalam
undang-undang terbuat dari bahan yang kuat, terpisah, double lock, menempel dan tidak dapat
dibawa.
Pemusnahan yang dimusnahkan yang rusak, kadarluarsa, dibatalkan izin edarnya,
berhubungan dengan tindakan pidana.
Pemusnahan obat mengandung narkotika dan psikotropika oleh APJ dan disaksikan oleh
perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pelaporan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya, pelaporan dilakukan di website
SIPNAP
persiapan untuk mengantisipasi suatu masalah yang saat ini belum terjadi, tetapi mungkin akan
a. Stempel Pelanggan
A. Surat pesanan psikotropika asli diserahkan kepada apoteker penanggungjawab untuk dilakukan
verifikasi keabsahannya
B. Apoteker penanggungjawab melakukan verifikasi atas surat pesanan termasuk melakukan evaluasi
kelayakan atas jumlah serta frekuensi pemesanan dari pelanggan jika dibutuhkan dapat melakukan
verifikasi melalui telpon atau datang langsung ke sarana pesanan.
C. Jika surat pesanan telah dinyatakan sah, maka dapat dilakukan cetak faktur. Jika surat pesanan
dianggap tidak sah, maka surat pesanan dikembalikan kepada salesmen yang bertanggungjawab untuk
meminta kelengkapan dan pelanggan.
D. Penyaluran produk psikotropika berdasarkan system FIFO dan FEFO
E. Dicatat data pengeluaran pada kartu stok dan dipastikan fisik barang yang disalurkan sama dengan
yang tertera pada faktur
F. Penerimaan produk psikotropika dipelanggan hanya dapat diterima oleh tenaga kefarmasian (Apoteker,
Apoteker Pendamping dan Asisten Apoteker) yang memliki surat izin kerja (SIPA/SIA)
G. Faktur penjualan produk psikotropika dibuat tersendiri atau terpisah dan produk lainnya
H. Faktur diberi nama jelas penerima, tanda tangan penerima, nomor izin kerja, stempel pelanggan asli
serta tanggal penerimaan.
I. Jika surat pesanan psikotropika tidak dapat dilayani baik sebagian atau keseluruhan selama 7 hari kerja
sejak terbitnya surat pesanan atau kerena hal lain dimana pesanan tidaj dapat dilayani atau dibatalkan,
maka dibuat surat penolakan psikotropika.
J. Pesanan psokotropika untuk keperluan tender selain surat pesanan psikotropika jugamenyatakan Surat
Perjanjian Kerjasama.
K. Surat Penolakan Psikotropika ditanda tangani oleh Apoteker Penanggung Jawab dan dibuat 2 (dua)
rangkap (Petunjuk Pelaksanaan CDOB, 2015)
(Lampiran.2)
No izinDistributor : 362015711123
No Telepon : 085234106275
………………………………………………………………..
………………………………………………………………..
:…………………………….. TANGGAL
:………………………………
Surat Saudara
No……………………………………………………….Tanggal……………………………………………….
1. …..
2. …..
3. ….
Demikian surat ini kami sampaikan, atas beberapa alasan diatas gas dapat di maklumi.
Penanggung Jawab
Diahmasrifah
(apt. Diah Masrifah S.Farm)
Nama :
Jabatan :
No. SIPA/SKA :
Menyatakan dalam hal ini saya tidak dapat menjalankan tigas sebagai Apoteker Penanggung Jawab dalam
menerima pengadaan Narkotika dan Psikotropika, maka demi kelancaran penerimaan pengadaan obat
di…………, saya mendelegaskan pelaksanaan tugas penerimaan dan pengadaan obat kepada:
Nama :
Segarahin
6. Distribusi
Asli : Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu
Kopi No.1 : Kepala Bagian Departemen Terkait
Kopi No.2 : Kepala Bagian Logistik/Gudang
(Petunjuk Pelaksanaan CDOB, 2015)
(Lampiran. 7)
SERTIFIKAT KALIBRASI
CALIBRATION CERTIFICATE
Nomor: 2108020166
Number: 2108020166
1. HASIL KALIBRASI
Result of calibration
2. EVALUASI
Evaluation
Catatan :
a. Faktor cakupan (k = 2,17) dihitung dengan menggunakan tabel T student,dimana tingkat kepercayaan confidence
yang diambil adalah 95%
b. Sertifikat yang digunakan adalah hasil kalibrasi dengan acuan yang sama
c. Ketidakpastian hasil pengukuran didapatkan dengan mengambil standar deviasi maksimum
d. Bila tanda koreksi adalah positif (+) , maka jumlahnya harus ditambahkan untuk mendapatkan hasil yang
benar,demikian pula untuk koreksi negatif.
(Lampiran.8)
MODEL :
NO SERI : S092
ApriliaHarahap
(Aprilia Segarahin Harahap)
(Lampiran 9)
Menindaklanjuti surat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor B-PR.02. 08. 134AB/22/2089
Tanggal 4 April 2022 perihal Surat Peringatan terkait temuan atas inspeksi BPOM kepada kami PT. Kimia
Farma, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Menyatakan bersedia dan sanggup untuk melaksanakan kelengkapan dan pengajuan dokumen demi
pemenuhan syarat registrasi resertifikasi CDOB PT. Kimia Farma sesuai temuan dari inspeksi yang telah
dilakukan dan sesuai dengan aspek-aspek Cara Distribusi Obat yang Baik (cdob) yang berlaku.
segarahin diahmasrifah
Segarahin Fazaa
Apt. Diah Masrifah S.Farm
Direktur PT. Kimia Farma
(Lampiran 10)
............ ..
h)t...-J
_
r~fUOol~t1lffT
,.....~,
Joft.Ot"
._._ - -
,..d".11~?1
..... "$:l.. lllillPS
..._.,.. ........
- ...
,.
....
-·
.... UUftalnw
_,,.
••• .-Tl"
-
-.~·--·-,.-•............
--
.... ..._ """- - .. r.-1 ..........
-·._..
......,.._
-·· -·- -·-
·--·-- ... ....
.. .._._
Jllil :.J
....,......_. ,...._
. ........ -·· ._ ..
·--- ............
_
,,.,
- -·
......... u- .......
-....-............ -
--- --
. 11Je.,.a1fb*
1 •.,
-
.. ~
., .,
_,. .
--
(Lampiran 11)
Pasal 6
Pemohon harus melakukan pendaftaran untuk mendapatkan nama
pengguna (username) dan kata sandi (password).
Pasal 7
1) Pendaftaran Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan
melalui website Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan
alamathttp://www.pom.go.id atau melalui subsite
http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
2) Pemohon melakukan entry data secara daring (online) dan mengunggah dokumen
pendukung ke dalam subsite http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
3) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
4) terdiri atas hasil pemindaian izin PBF atau pengakuan sebagai PBF Cabang.
5) Terhadap pendaftaran Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
verifikasi secara daring (online).
6) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dalam jangka waktu 5
(lima) Hari.
7) Dalam hal hasil verifikasi dinyatakan lengkap dan benar, Pemohon mendapatkan
nama pengguna (username) dan kata sandi (password).
Pasal 8
1) Pendaftaran Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 hanya dilakukan 1
(satu) kali sepanjang tidak terjadi perubahan data Pemohon.
2) Jika terjadi perubahan data, Pemohon harus menyampaikan
pemberitahuan perubahan data atau mengajukan pendaftaran kembali secara
daring (online).
Pasal 10
1) Pemohon melakukan entry data secara daring (online) dan mengunggah dokumen
pendukung ke dalam subsite http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Izin PBF atau pengakuan sebagai PBF Cabang;
b. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) Penanggung Jawab;
c. Denah lokasi dan tata letak (layout);
d. Daftar produk yang didistribusikan;
e. Struktur organisasi;
f. Daftar personalia dan uraian kerja (jobdesk);
g. Daftar peralatan atau perlengkapan;
h. Quality management system; dan
i. Dokumen self assessment.
Pasal 11
1) Terhadap permohonan Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dilakukan evaluasi.
2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 15 (lima belas) Hari sejak diterimanya permohonan Sertifikat CDOB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:
a. Permohonan dinyatakan belum lengkap dan/atau tidak memenuhi syarat; atau
b. Permohonan dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat.
Pasal 12
1) Dalam hal hasil evaluasi permohonan dinyatakan belum lengkap dan/atau tidak
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 3 huruf a, Direktur
menerbitkan surat permintaan kelengkapan dokumen.
2) Paling lama 20 (dua puluh) Hari terhitung sejak diterbitkannya surat permintaan
kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemohon harus
menyerahkan kelengkapan dokumen.
3) Dalam jangka waktu permintaan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka perhitungan waktu evaluasi dihentikan (clock off).
4) Perhitungan waktu evaluasi dilanjutkan (clock on) setelah Pemohon menyerahkan
kelengkapan dokumen.
5) Jika Pemohon tidak menyerahkan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka permohonan Sertifikat CDOB dinyatakan ditolak.
Pasal 13
1) Dalam hal hasil evaluasi permohonan dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf b, Direktur melakukan
Pemeriksaan paling lambat dalam waktu 20 (dua puluh) Hari sejak permohonan
dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat.
2) Direktur dapat meminta bantuan Kepala Balai untuk melakukan Pemeriksaan.
3) Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berupa:
a. Pemenuhan persyaratan CDOB; atau
b. Permintaan CAPA.
4) Direktur dapat melakukan verifikasi terhadap hasil Pemeriksaan yang dilakukan
oleh Kepala Balai sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 14
1) Dalam hal hasil Pemeriksaan berupa permintaan CAPA sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (3) huruf b, maka Pemohon harus menyampaikan CAPA
kepada Direktur.
2) Dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh Kepala Balai sebagaimana dimaksuddalam
Pasal 13 ayat (2), Pemohon menyampaikan CAPA kepada Kepala Balai.
3) Penyampaian CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya permintaan CAPA.
4) Terhadap CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
evaluasi CAPA.
5) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak diterimanya CAPA.
6) Direktur dapat melakukan verifikasi terhadap evaluasi CAPA yang dilakukan
oleh Kepala Balai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4).
7) Dalam hal Pemohon tidak menyampaikan CAPA dalam waktu 1 (satu) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), permohonan Sertifikasi CDOB ditolak.
Pasal 15
1) dalam hal pelaporan kembali CAPA masih belum memenuhi persyaratan CDOB,
Pemohon dapat menyampaikan kembali CAPA dalam jangka waktu paling lama
1 (satu) tahun terhitung sejak hasil evaluasi CAPA pertama diterima.
2) Dalam hal Pemohon tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), permohonan Sertifikat CDOB ditolak.
Pasal 17
Dalam hal permohonan Sertifikat CDOB ditolak, PBF dan PBF Cabang dilarang
melakukan kegiatan pengadaan dan penyaluran.
BAB V
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 22
1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan ini dapat dikenai
sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan; dan/atau c.
Pencabutan Sertifikat CDOB.
2) PBF atau PBF Cabang dapat dikenai sanksi administratif berupa penghentian
sementara kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, apabila PBF atau
PBF Cabang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Telah memiliki izin PBF atau pengakuan sebagai PBF Cabang lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan belum mengajukan permohonan Sertifikat CDOB;
b. Permohonan Sertifikat CDOB ditolak;
c. Telah mendapatkan persetujuan pembaharuan izin atas perubahan nama, lokasi
dan/atau lingkup kegiatan penyaluran Obat dan/atau Bahan Obat lebih dari 6
(enam) bulan dan belum mengajukan permohonan perubahan SertifikatCDOB;
d. Telah mendapatkan persetujuan penambahan atau perubahan gudang lebih dari
6 (enam) bulan dan belum mengajukan permohonan perubahan Sertifikat
CDOB; atau
e. Masa berlaku Sertifikat CDOB habis dan belum mengajukan resertifikasi
CDOB.
3) PBF atau PBF Cabang dapat dikenai sanksi administratif berupa pencabutan
Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila PBF atau
PBF Cabang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terjadi penyimpangan penerapan CDOB yang mengakibatkan
penyalahgunaan pendistribusian Obat dan/atau Bahan Obat;
b. Dengan sengaja melakukan tindakan yang mengakibatkan tidak
terlaksanakannya CDOB;
c. Tidak melakukan kegiatan pengadaan dan penyaluran selama 6 (enam) bulan
berturut-turut; dan/atau
d. Izin PBF atau pengakuan sebagai PBF Cabang sudah tidak berlaku ataudicabut.
4) Dalam hal Sertifikat CDOB dicabut sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PBF
dan PBF Cabang dilarang melakukan kegiatan pengadaan dan penyaluran.
BPOM, 2020.Peraturan Badan POM No. 6 tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 9 tahun 2019 tentang Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
BPOM, 2019.Peraturan Badan POM No. 9 tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
BPOM, 2017.Peraturan Kepala Badan POM No. 25 tahun 2017 tentang Tata Cara
Sertifikasi Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
BPOM, 2015.Peraturan Kepala Badan tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI Nomor 24 Tahun 2021 Tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan
Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI Nomor 19 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Tindak Lanjut Pengawasan Obat Dan Bahan Obat
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI Nomor 25 Tahun 2017 Tentang
Tata Cara Sertifikasi Cara Distribusi Obat Yang Baik
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Pedagang Besar
Farmasi
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegritas Secara Elektronik Sektor Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar
Farmasi
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2017 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/Menkes/Per/2011 Tentang Pedagang
Besar Farmasi
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Pemusnahan, Dan
Pelaporan Narkotika, Pskotropika, Dan Prekursor Farmasi
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Peraturan Pemerintah, 2017. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2017 tentang Jenis dan
Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan POM.
Peraturan Pemerintah. 2021. Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
Permenkes RI, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi.